Hidup Sekali Mati Berulang Kali

Hidup Sekali Mati Berulang Kali:
Oleh: Wong Edan Bagu
Di Gubug Jenggolo Manik, Hari Selasa, pukul: 19:30, Tanggal 8 Desember 2020.

Para kadhang kinasihku sekalian...
Ketahuilah...
Kesalahan terbesar setiap manusia hidup di dunia ini, adalah; Mati tidak sempurna, kemudian tersesat entah kemana rimbanya, sambil menggendong kemelekatan masalah duniawi, bukan yang lain selain itu.

Dan ketahuilah juga...
Hidup hanya sekali, namun mati kita tidak cuma sekali, jikalau sampai gagal mencapai kesempurnaan hidup dan mati, maksudnya;
Kalau gagal mencapai kesempurnaan hidup dan mati, setelah mati, kita akan di hidupkan  lagi di dunia ini, hingga berkali kali, dan matipun berkali kali, dengan semua dan segala beban derita kehidupan di dunia.

Karena kegagalan ini, akan memaksa siapapun, untuk bereinkarnasi atau lahir kembali ke dunia, suka tidak suka, mau atau tidak mau, percaya atau tidak percaya, siapapun dia dan bagaimanapun dia.

Kalau sampai gagal mencapai kesempurnaan hidup dan mati, maka akan lahir kembali kedunia ini, dengan semua dan segala serta seluruh beban derita dan kesalahan kesalah, yang telah di perbuat di kehidupan sebelumnya di dunia ini.

Heeeemmmm...
Kalau lahir laginya, sebagai yang lebih baik, oke lah....

Namun kalau lahirnya, masih tetap begini begini aja, jelek ya tetap jelek, tetap mengalami sakit, sedih, menderita, bingung, takut, gelisah, banyak masalah lagi, banyak hutang pula, susah sulit tetap terus jadi jalannya.

Ih, amit amit deh ya...
Apa lagi wujud reinkarnasinya, berbentuk hewan atau tumbuhan di pinggir jalan atau comberan.

He he he . . . Edan Tenan.
Sungguh saya sudah mengalaminya, sebab karena itu, saya mengerti, memahami dan mengetahuinya, sehingga bisa bicara tentang hal ini.

Dan ada banyak orang orang yang sudah mengalami ini, bukan cuma saya atau hanya saya, semua yang gagal mencapai kesempurnaan hidup dan mati, pasti mengalami, karena hukum hidupnya, memang seperti ini, hanya saja, mereka tidak berani bicara, entah karena takut kemomoran, atau pelit, sehingga masa bodoh, tidak peduli kepada sesama hidup yang lain.

Para kadhang kinasihku sekalian...
Laku murni menuju suci, itu bisa saya ilustrasikan, seperti mendaki sebuah gunung yang besar dan menjulang tinggi.

Panjenengan suka mendaki gunung...?!

Kalau iya, pasti klik dengan ilustrasi laku murni menuju suci, yang saya umpamakan dengan mendaki gunung ini.

Besar dan tingginya gunung, adalah murni nya, puncak nya gunung, adalah suci nya, sedang pendakian nya, adalah laku nya.

Untuk apa kita mendaki gunung...?! Jawabannya, bisa kita dapatkan di setiap lembah nya, setiap padang savana, setiap tanjakan, atau di setiap keindahan alam, yang kita saksikan, di anatara garis start pendakian sampai puncak gunung.

Ketika kita berada di tengah puncak gunung, hanya diam merenung sendirian, sembari melepaskan pandangan, selepas lepasnya, dan akhirnya akan menyadari, bahwa hanya ada dua pilihan, kita bisa menyelesaikannya atau pulang, maka pilihlah untuk berputar dan kembali pulang.

Hari ini adalah hari milik kita, gunung yang kita inginkan, sedang menunggu kita di tempatnya, tidak bergeming.

Saya dan kamu, memiliki dua pahlawan dalam pendakian, satu kaki kanan saya dan kamu dan satu nya kaki kiri saya dan kamu.

Mereka adalah 2 pahlawan, yang siap mengantarkan kepada setiap puncak.

Sekali lagi, bukanlah puncak yang harus kita taklukan, melainkan diri kita sendiri.

Apakah gunung, akan berakhir, hanya sebagai tempat penaklukan, atau menjadi teman baik dalam pembentukan identitas jati diri...?!

Hehe... jangan jadikan gunung sebagai pemuas ambisi kita, nanti dia akan memperlihatkan sisi kesadisannya.

Keindahan alam, adalah secuil kecil dari keindahan sorga...!!!

Kenapa kita tidak menjaganya, supaya keindahan itu tetap ada di bumi...?!

Naiklah bersama cinta kasih sayang, dan turun dibarengi kesadaran rasa rindu.

Gunung adalah guru terbaik, dalam mempelajari ego pamrih dan arogan serta kesabaran dan batas kemampuan, sebab karena itu, jangan heran, kalau ada seseorang  berubah, setelah menemui guru terbaiknya.

Saat kita mendaki gunung, jangan hanya berfokus ke puncaknya saja,  namun nikmatilah, perjalanan dan prosesnya, dengan nyanyian kesadaran yang merindu.

Berjalan menyusuri track, bergelut dengan tanjakan, mencium bau tanah, saling mengulur kan tangan, adalah jawaban dari teka-teki hidup di dalam kehidupan dunia.

Setiap puncak memiliki pelajaran yang berbeda beda, semakin banyak puncak yang kita temui, semakin banyak pula pelajaran yang kita dapat dengan sempurna.

Hingga pada akhir finisnya, berkata; Aku mencintai, mengasihi dan menyayangi pendakian, karena dia memberitahuku betapa kecilnya aku.

Pendakian mengajarkanku untuk memilah-milih, hal apa saja yang penting dalam kehidupanku.

Semakin susah payah perjalanan ku saat mendaku, semakin dalam aku terjatuh, semakin terpuruk diri ku, semakin berat hati ku.

Maka, semakin kuat langkahku, semakin tegar diriku dan semakin tinggi tanah yang ku pijak.

Aku mencintai pendakian, karena mendaki adalah cara termudah dan paling menyenangkan untuk mengenal tuhan.

Dulu saya menyukai kegiatan mendaki gunung, karena bagi pribadi saya, itu benar-benar sangat mengagumkan.

Sebab karena itu, banyak orang yang menyukainya, namun tidak semua pendaki gunung, menyadari akan hal ini.

Dan saya mencintai, bahkan mengasihi dan menyayangi pendakian, karenanya, aku mengerti, memahami, mengetahui,  mendaki gunung, membuatku mengenal diriku dan memahami duniaku, bahkan tuhanku.

Hal terpenting adalah perjalanan menuju puncak, sedangkan puncak nya, hanyalah bonus. 

Dalam setiap pendakian, tidak semuanya harus sampai ke puncak, karena saat kita berada di tanah tertinggi, jangan pernah kita merasa menaklukannya. 

Bagi saya, pendakian bukan soal pembuktian diri, melainkan soal penaklukan diri.

Ketika kita merasa lelah dalam menjalani kehidupan di dunia, datanglah ke gunung.

Puncak dan pemandangan indah di dalamnya, akan menyempurnakan seluruh beban berat, yang selama ini kita pikul.

Percayalah...
Itulah laku murni menuju suci. He he he . . . Edan Tenan.

Tercerahkanlah panjenengan Semuanya dan...
Salam Se-Tuhan Penuh Cinta Kasih Sayang dari dalam Lubuk hati saya WEB yang paling dalam. Se lamat🙏Selamat🙏Selamat🙏 Rahayu🙏Rahayu🙏Rahayu🙏Damai🙏Damai🙏 Damai🙏 Tenteram🙏
Saya❤️
Wong Edan Bagu❤️
Ngaturaken Sugeng Rahayu🙏
lir Ing Sambikolo🤝
Amanggih Yuwono🤝
Pinayungan Mring Ingkang Maha Suci🙏
Basuki❤️
Yuwono❤️
Teguh❤️
Rahayu❤️
Slamet❤️🙏❤️
BERKAH SELALU Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Kontho dan Kanthi Anom saya,  yang senantiasa di Restui Hyang Dzat Maha Suci Hidup🙏Om Shantih Shantih Shantih Om - Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu🙏
Terima Kasih🤝❤️🤝
Terima Kasih🤝❤️🤝
Terima Kasih🤝❤️🤝
Dan❤️Salam🙏Kebajikan❤️
Ttd: Toso Wijaya. D
Lahir: Cirebon Hari Rabu Pon Tanggal 13-08-1959 
Alamat: Gubug Jenggolo Manik.
Jl. Raya Pilangrejo Juwangi Km 01. Gang Jenggolo. Dusun  Ledok Kulon. Rt/Rw 004/001. Desa Pilangrejo. Kecamatan Juwangi. Kabupaten. Boyolali. Jawa Tengah. Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3
Instragram: tosowidjaya
Twitter: @EdanBagu
Blogg:
http://www.wongedanbagu.com
Wordpress: http://putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
YouTube: Putro Romo Channel