Mari Sejenak Mengenal Ilmu Kejawen bersama WEB:
Mari Sejenak Mengenal Ilmu Kejawen bersama WEB:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Potroyudan Jepara. Pukul: 01:30. Hari Minggu. Tanggal 5 Agustus 2018.
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasih-ku sekalian...
Pasti sudah pernah mendengar istilah ‘Ilmu Kejawen’ kan...?!
Bahkan mungkin Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasih-ku sekalian sudah mengenal beberapa nama Ilmu Kejawen beserta keutamaan-keutamaannya.
Namun terlepas dari namanya yang berkesan familiar itu, apakah
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasih-ku sekalian sudah benar-benar mengerti, memahami, mengetahui apa dan bagaimana itu 'Ilmu Kejawen' sebaik Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasih-ku sekalian sendiri mengenal tubuhnya sendiri...?!
Soalnya...
Sejauh kaki saya melangkah, ada terlalu banyak orang yang tidak tepat memaknai 'Ilmu Kejawen'
Jika kata ‘Ilmu Kejawen’ diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan adat atau kepercayaan Jawa, maka Ilmu Kejawen dapat diterjemahkan sebagai ilmu yang terlahir dari budaya, tradisi dan filosofi masyarakat Jawa itu sendiri.
Banyak diantara kita yang menyalah artikan 'Ilmu Kejawen' sebagai sebuah agama, sehingganya tidak sedikit yang berpendapat bahwa mengamalkan 'Ilmu Kejawen' merupakan perbuatan syirik, iya tidak...?!
Padahal para pelaku 'Ilmu Kejawen' itu sendiri, tidak ada yang menganggap ajaran yang dianutnya sebagai sebuah agama, melainkan sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi sejumlah lelaku, untuk menuju kesempurnaan hidup dan mati.
Karena 'Ilmu Kejawen' bukanlah sebuah agama, maka dalam ajarannya, tidak dikenal kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memperluas ajaran, seperti dakwah atau visi dan misi.
Dalam 'Ilmu Kejawen' terdapat bacaan mantra dan ritual-ritual tertentu, seperti puasa dan tapa atau manekung, yang sering saya sebut sebagai Samadi atau Semedi yang di dalam istilah agamanya disebut sebagai Tafakur.
Karena didalam ajaran 'Ilmu Kejawen' Puasa dan tapa atau manekung (semedi-tafakur), merupakan dua hal yang sangat penting dalam proses peningkatan spiritual.
Dan di semua ajaran agama juga, mengenal ritual puasa, meski dengan nama dan versi yang berbeda-beda.
Jika digali lebih dalam, puasa memang memiliki efek yang sangat baik bagi tubuh maupun pikiran, karena dengan berpuasa, seseorang dapat mengubah sistem molekul tubuh dan menaikkan vibrasi atau getarannya sehingga menjadi lebih sensitif terhadap energi dan kekuatan supranatural.
Bahkan kemampuan indra ke'enam dapat pula dibangkitkan dengan cara berpuasa, sebab semua energi negatif dalam tubuh seseorang, akan terbuang dengan sendirinya seiring puasa yang dijalankan oleh orang tersebut.
Dan di dalam 'Ilmu Kejawen' Puasa adalah lelaku untuk mencapai Manembahing Kawula Gusti atau menundukan Sedulur papat atau Empat Anasir kepada Hidup yang sebagai Pancernya atau Gustinya.
Begitu Sedulur papat atau Empat Anasir tunduk kepada Hidup yang sebagai Pancernya atau Gustinya, berarti tubuh telah bersih dari energi negatif, sehingganya, secara otomatis akan menjadi lebih peka terhadap gejala-gejala atau fenomena spiritual dan supranatural yang terjadi di sekelilingnya.
Sedangkan tapa atau manekung (semedi-tafakur), adalah pemusatan batin dari seluruh hakikat tujuan.
Namun sayangnya...
Kebanyakan orang, termasuk para pelaku 'Ilmu Kejawen' itu sendiri, cenderung menafsirkan makna tapa atau manekung (semedi-tafakur) sebagai sebuah ritual, yang mengharuskan pelakunya untuk tidak makan, tidak minum dan tidak tidur, sambil melepaskan diri dari segala nafsu dan membebaskan tugas segala indera, atau yang juga disebut menyumbat sembilan lubang tubuh atau babahan hawa sanga.
Dalam 'Ilmu Kejawen' tapa atau manekung (semedi-tafakur) adalah lelaku untuk mencapai tahapan Manunggaling Kawula Gusti atau penyatuan antara Sedulur papat atau Empat Anasir dengan Hidup, yang sebagai Pancernya atau Gustinya.
Manunggaling Kawula Gusti bukan berarti bahwa seorang hamba telah menyatu secara wujud dengan Tuhannya, tidak juga berarti bahwa seseorang yang telah mencapai Manunggaling Kawula Gusti adalah Tuhan.
Dalam diri tiap-tiap manusia terdapat Roh Suci atau Ruh Kudus, yang sering saya bahasakan sebagai Hidup, yang berasal dari Dzat Maha Suci Tuhan,
Nah...
Dengan Roh Suci atau Ruh Kudus atau Hidup inilah seseorang menyatukan diri dari Sedulur Papat atau Empat Anasirnya.
Kenapa dan mengapa kita harus me manunggalnya kawula dengan Gusti nya...?! Atau sedulur papat kalima pancernya dulu...?!
Karena Tuhan itu adalah Dzat Suci, yang tidak bisa terkontaminasi oleh apapun, tidak bisa tercampuri dan di campuri dengan apapun, selain dengan Dzat yang Suci.
Sedangkan sedulur papat kita atau empat anasir kita, adalah berbuat noda dan kotoran yang melekat di hati kita, jadi, maka mungkin bisa kita kembali kepada Dzat Suci, mendekat saja, sangat mustahil.
Sebab itu, sedulur papat atau empat anasir atau kawula kita ini, harus manunggal dulu dengan Hidup kita, dengan pancernya, karena hanya dengan begitu, mereka bisa lebur dan berubah menjadi suci (leburing kawula gusti).
Sehingganya, bisa kembali kepada asal kita, yaitu Dzat Maha Suci Hidup, tempat semua makhluk akan kembali.
Sebelum belajar 'Ilmu Kejawen' pasti diharuskan untuk mengenal jati diri atau mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya terlebih dulu.
Pengenalan jati diri ini, merupakan modal awal untuk belajar 'Ilmu Kejawen'
Dalam tahap pencarian jati diri inilah, si pelaku memerlukan bimbingan seorang guru, sebab karena prosesnya, sama sekali tidak mudah, diperlukan ketekunan dan dibutuhksn kesabaran yang luar biasa dalam melatih diri, tanpa melanggar aturan-aturan yang telah ditentukan.
Contohnya;
Seperti keharusan untuk menghindari M5 dan perbuatan maksiat, perbuatan buruk, perbuatan tercela, perbuatan yang merugikan orang lain dan diri sendiri dll.
Dengan mengenal siapa sejatinya dirinya, maka si pelaku akan memiliki dasar pondasi yang kokoh untuk menerima segala macam 'lmu Kejawen' Sebaliknya, tanpa adanya seorang guru yang membimbing dalam fase pencarian jati diri ini, dikhawatirkan sipelaku yang belajar 'Ilmu Kejawen' justru akan dikendalikan oleh 'Ilmu Kejawen' yang ia pelajari tersebut.
Sebagai akibatnya si pengamal bisa saja menjadi orang jahat atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan yang membuatnya gila/stress alias tidak waras, disinilah Pentingnya peranan seorang guru dalam proses pembelajaran 'Ilmu Kejawen'
Setelah melewati fase pencarian jati diri dalam 'Ilmu Kejawen' bisa dikatakan bahwa seorang pengamal 'Ilmu Kejawen' telah mencapai tahap yang ‘aman’ untuk mempelajari suatu keilmuan tingkat tinggi.
Kenapa demikian...?!
Karena setelah benar-benar memahami siapa diri kita yang sesungguhnya, maka guru yang kita butuhkan, bukan lagi guru dalam wujud seorang manusia, melainkan guru sejati yang berada dalam diri tiap-tiap insan, yaitu Hidup.
Istilah Jawa menyebutkan "Guru Sejati Dumunung Ono Ing Telenging Ati"
Artinya adalah bahwa guru mutlak yang dapat kita tanyai segala macam pertanyaan dan mengingatkan segala tindak-tanduk kita adalah Hidup kita sendiri yang telah dengan sangat baik kita kenali.
Bersamaan dengan ditemukannya jati diri, maka akan ditemukan juga kembaran diri, yaitu; sedulur papat lima pancer yang sudah manunggal menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan oleh suka dan duka dalam bentuk persoalan apapun.
Itulah 'Ilmu Kejawen' yang pernah saya Wong Edan Bagu pelajari sebelum Laku Murni Menuju Suci.
Dan bagi Wong Edan Bagu...
Ajaran 'Ilmu Kejawen' memang layak untuk terus dan dihidupkan keberadaannya, karena ada segudang kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur berusia ribuan tahun, yang terkandung didalamnya, merupakan harta warisan Leluhur Jawa yang luar biasa, untuk dimiliki khususnya orang Jawa, sebagai bekal menjalani hidup di dalam kehidupan ini.
Namun sungguh sangat di sayangkan;
Para pelaku 'Ilmu Kejawen' setelah berhasil mencapai level tertingginya.
Yaitu; Dapat bertemu dan berdialog dengan Guru Sejati, yang tak lain dan tak bukan adalah Hidup nya sendiri, bisa saya pastikan hampir semuanya lelai, dan disalah gunakan.
Bukannya mempertahankan Kemanunggalan Sedulur Papat Kalima Pancer nya atau Kawula Gusti nya untuk Dipergunakan sebagai Laku Murni Menuju Suci;
Mencapai;
Kesempurnaan Hidup Dan Mati.
Bali Mring Asal Usul Sangkan Paraning Dumadi.
Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Raji'un.
Malah di pergunakan untuk
meragasukma, melepaskan sukmanya keluar dari tubuhnya, untuk berangkat menuju alam roh yang berada di tempat-tempat ghaib.
Menerawang masa lalu, meramal masa depan dan jenis-jenis kepuasan dunia lainnya yang mengakibatkan Sedulur Papat nya atau Empat Anasirnya terpisah lagi dengan Pacernya-Hidupnya.
Mereka asyik melintasi alam jin, alam kubur dan ribuan alam ciptaan Dzat Maha Suci Hidup, mereka asyik berdialog dengan sukmanya, tentang segala ilmu-ilmu ghaib yang berhasil ia miliki, hingga pada akhirnya dikuasai atau diperbudak oleh ilmunya sendiri.
Kemanunggalan Kawula Gusti yang seharusnya memerdekaan jiwa nya dari kungkungan Sukma, justru sebaliknya, malah kembali menjadikan dirinya terbelenggu di dalam kotak tempurung buatan sendiri, tersebut Alam Kasukman.
BerTaubat Dan BerImanlah...
Kembalilah... Kembalilah... Kembalilah... Pada Pokoknya/Intinya. Yaitu; Hidup/Guru Sejati.
Sebab tanpa Hidup/Guru Sejati, kita tidak akan bisa Laku Murni Menuju Suci, dan Jalannya serta Caranya untuk ke Dzat Suci, hanyalah Laku Murni Menuju Suci, dan untuk bisa menapaki Laku Murni Menuju Suci, hanya dengan Hidup/Guru Sejati. Bukan yang lainnya.
He he he . . . Edan Tenan.
Saya 💓Wong Edan Bagu💓 Mengucapkan Salam Rahayu selalu serta Salam Damai🙏Damai🙏 Damai🙏Selalu Tenteram🙏 Sembah nuwun🙏Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono🙏inayungan Mring Ingkang Maha Agung.Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet🙏 BERKAH SELALU Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup🙏 Aaamiin🙏Terima Kasih❤️Terima Kasih❤️Terima Kasih❤️
Ttd: Toso Wijaya. D
Lahir: Cirebon Hari Rabu Pon Tanggal 13-08-1959
Alamat: Gubug Jenggolo Manik.
Oro-oro Ombo. Jl. Raya Pilangrejo. Gang. Jenggolo. Dusun. Ledok Kulon. Rt/Rw 004/001. Desa Pilangrejo. Kecamatan. Juwangi. Kabupaten. Boyolali. Jawa Tengah. Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
Post a Comment