Hidup Itu Proses. Bukan Protes:

Hidup Itu Proses. Bukan Protes:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Gubug Jenggolo Manik. Pukul: 19:25. Hari Jumat. Tanggal 15 Juni 2018.

Para Kadhang Kinasih-ku sekalian.
Ketika saya berpikir negatif pada seseorang "maka" pada saat itu pula, saya telah menghakimi orang itu.

Itu baru berpikir negatif lo, apa lagi kalau lebih dari sekedar berpikir negatif, artinya, lebih dari sekedar telah menghakimi tentunya.

Mari kita coba merenung sejenak.
Kira-kira lebih mudah dan lebih mungkin yang mana...?!

Berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam di sepanjang jalanan, atau memakai sepatu agar kaki kita tidak terluka...?!

Mari kita coba merenung lagi sejenak. Kira-kira lebih mudah dan lebih mungkin yang mana...?!

Berusaha mensteril semua tempat agar tak ada kuman, atau memperkuat daya tahan tubuh kita sendiri...?!

Mari kita coba merenung lagi.
Kira-kira ebih mudah dan lebih mungkin yang mana...?!

Berusaha mencegah setiap mulut agar tak bicara sembarangan,
atau menjaga hati kita sendiri agar tidak mudah tersinggung...?!

Mari kita coba merenung sejenak.
Kira-kira lebih penting mana...?!

Berusaha menguasai orang lain, atau belajar menguasai diri sendiri...?!

Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padaku, melainkan bagaimana aku berusaha baik pada orang lain.

Bukan orang lain yang membuat aku bahagia, melainkan sikap diriku sendirilah yang menentukan, aku bahagia atau tidak.

Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup di kehidupan dunia ini, tidak akan pernah bisa terulang kembali, namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan, yaitu;

BELAJAR...
Dari masa lalu untuk hari esok yang lebih baik, bukankah begitu Para kadhang dan para sedulur kinasih-ku sekalian...?!

Mudah mengawali, tapi susah mengakhiri, itu yang banyak dialami oleh orang pada umumnya.

Satu misal;
Banyak ide-ide bermunculan, namun tak satupun yang terselesaikan dengan sempurna.

Semua pekerjaan jadi menumpuk,  lama-lama kian membusuk, dan kitapun mulai terpuruk.

Pada akhirnya banyak cacian kasar yang mengatakan "kamu hanya bermulut besar" sehingganya, hina'an dan terpa'an itu, membuat kita semakin takut dan menjadi pengecut.

Dan ujungnya kita hanya menjadi orang yang mudah mengawali, tapi  susah mengakhiri, lalu kita komplain, protes sama Tuhan, bla, bla, bla bleng... He he he . . . Edan Tenan.

Kehidupan adalah PROSES, bukan protes, proses untuk apa...?!

Proses untuk BELAJAR, belajar untuk apa...?!

Belajar untuk Hidup.
Karena Hidup, Tan keno Pati (tidak mengenal mati). Melainkan sempurna.

Di dalam Belajar, kalau jatuh ya bangun, terjengkang, berdiri lagi to...

Kalah, ya mencoba lagi, gagal, ya berusaha lagi. Tidak ada yang tidak mungkin selagi hayat masih di kandung badan. Percayalah...!!!

Terbentur... Terbentur... Terbentuk.
Jadi,,, jangan mengeluh dulu, cobalah berhenti mengeluh, bertaubat dan berImanlah saja pada Dzat Maha Suci Hidup.

Semua datang dari-Nya dan bagaimanapun proses, tetap akan kembali kepada-Nya "Jadi" Kenapa harus risau...?!

Berbahagialah untuk setiap coba'an yang datang, karena itulah sekolah kehidupan, di mana tak ada yang bisa membeli soal ujiannya, Ujian hanya Dzat Maha Suci Hidup berikan pada orang-orang tertentu.

Syukurilah... Nikmatilah... Dengan kesadaran rasa kita yang sadar setiap ujian-Nya, dan janji-Nya selalu benar "karunia-Nya menanti siapapun yang mensyukuri cobaan-Nya.

Kalau harus berbicara Nasib...
Nasib setiap manusia itu, pada hakikatnya, telah ditentukan oleh-Nya sebelum seseorang tersebut dilahirkan ke muka bumi.

Oleh karena itu, yang namanya sedih, senang, khawatir, bangga, kecewa, bahagia, optimis, pesimis, dan berbagai rasa dan perasaan lainnya, sebagai respon dalam menyikapi setiap keadaan atau  kejadian dalam hidup, dan ini tentunya hal yang sudah biasa.

Seperti adanya siang, sore, malam dan pagi yang silih berganti di setiap harinya, begitu juga keadaan hidup pada setiap diri seseorang, fluktuatif, mekanis, dan selalu berubah, bukan kah begitu Para kadhang dan para sedulur kinasih-ku sekalian...?!

Dalam pencapaian sukses pun, seseorang harus bekerja keras, berusaha cerdas, serta terus mengasah pengalaman dan  keterampilan dengan senantiasa belajar dan terus-menerus belajar.

Dan nilai kesuksesannya pun, tidak dengan besarnya materi, jabatan, ataupun apapun atribut keduniawian ini.

Akan tetapi, tidak lebih ukuran kesuksesan seseorang ada pada kebahagiaan yang dapat di rasakannya, seperti halnya pada keadaan yang secara umum kelihatan menderita atau terpuruk pun, jika disikapi dengan kenikmatan Wahyu Panca Laku yang selama ini kita kenal dengan sebutan iman, itulah sebuah kebahagiaan hidup.

Namun percayalah Para kadhang dan para sedulur kinasih-ku sekalian, tidak ada satupun yang sia-sia dari setiap langkah-langkah yang sudah kita ambil, karena "tidak selembar daunpun yang jatuh ke bumi tanpa kehendak-Nya"
dan tanaman yang baik pasti akan dapat kita tuai kelak.

Sebab karenanya, tetapkan laku tetep idep madep mante (konsisten) dalam jalur-jalur kebenaran dan kebaikan, tidak merugikan orang lain, tidak menyakiti orang lain, ringan tangan dalam membantu mengurangi beban kesusahan orang lain.

Serta tetap berusaha dengan segala daya dan upaya untuk tidak mencabut pertaubatan dan menghentikan keimanan yang telah kita lakukan kepada Dzat Maha Suci Hidup, sehingga potensi serta kesempatan terbaik ini, dapat kita miliki dan kita gunakan dengan sebaik-baiknya hingga anak cucu kita nantinya.

Kalau sudah jelas begini "lalu" jika ada seseorang yang dengan bermodal keberanian dan kepercayaan dirinya, menawarkan bahkan menjanjikan bisa menggandakan uang seketika.

Lantas apakah Anda akan langsung bisa percaya begitu saja...?!

Hanya karena seseorang tadi berpenampilan layaknya pemuka agama, bertutur kata halus, dan terlihat baik.

Kebaikan memang bersifat universal, sekalipun tidak mengandung kebenaran. Itulah kenapa kebaikan lebih mudah diterima oleh setiap orang.

Namun....
Sekali lagi saya katakan, mari kita merenung sejenak, bahwasannya, segala sesuatu yang tercipta di dunia ini, tidak lahir begitu saja secara instan, tanpa sebuah alasan dan tanpa melewati sebuah proses.

Contohnya;
Kita lahir ke dunia, tidak langsung sebesar kita yang sekarang ini  bukan...?!

Kupu-kupu yang indah pun tidak lepas dari proses metamorfosisnya.

Mie instan saja, begitu dibuka dari bungkusnya, tidak langsung tersaji seperti yang tergambar di bungkusnya kan...?!

Semuanya butuh proses, untuk mendapatkan gelar sarjana pun tetap harus melewati serangkaian proses, sekalipun kita membeli gelar dan ijazah, tetap makan proses.

Bahkan pinjam uang sekalipun, tidak serta merta peminjamnya memberikan begitu saja tanpa proses bahkan syarat, berharap dan menginginkan hasil lebih tanpa dibarengi usaha adalah sebuah kemustahilan dan menjadi penyakit yang mulai menjangkit sebagian dari kita.

Hidup memang butuh proses, bukan protes. Saat kita lapar, kemudian kita berdoa meminta dihapus rasa laparnya, apakah lantas hilang rasa lapar tadi...?! Oh...No.

Ada proses yang harus dilewati untuk menghilangkan lapar tadi, dengan makan misalnya, ketika kita merasa lelah dan letih, kemudian kita berdoa meminta dihilangkan rasa letih tadi, apakah rasa lelah dan letih kita seketika hilang...?! Oh... tidak.

Sekalipun kita berdoa siang malam, rasa lapar rasa lelah tadi tidak akan hilang, debab harus ada proses yang dilewati, lewat makan dan istirahat dan tidur untuk melepas lelah dan letih tadi.

Memang....
Tidak ada yang mustahil bagi Dzat Maha Suci Hidup, tapi... Hal ini hanya bisa di peroleh hanya dengan berTaubat dan berIman kepada-Nya saja, bukan selain itu.

Jadi...
Jika di luar nanti kita menemukan orang-orang yang hanya bermodalkan kepercayaan diri, keberanian, dan bermuka tebal,  menawarkan janji-janji bisa menggandakan uang atau mendongkrak taraf perekonomian menjadi lebih baik hanya dengan sebuah ritual kasak kuduk, tanpa  PerTaubatan Dan KeImanan, lebih baik tinggalkan saja orang tersebut.

Salam Rahayu Penuh Cinta Kasih Sayangku Untukmu Sekalian Dan
"Selamat_/!\_Selamat_/!\_Selamat" Untuk kita semuanya tanpa terkecuali.
Ttd: Toso Wijaya. D.
Lahir: Cirebon.
Hari: Rabu Pon.
Tanggal: 13 - 08 -1959
Di Gubug Jenggolo Manik.
Alamat:
Jl. Raya Pilangrejo.
Gang. Jenggolo.
Dusun. Ledok Kulon.
Rt/Rw: 004/001.
Ds: Pilangrejo.
Kec: Juwangi.
Kab: Boyolali.
Propinsi: Jawa Tengah.
Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya