Cara Membebaskan Diri dari Penjara Pikiran:
Cara Membebaskan Diri dari Penjara Pikiran:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Gubug Jenggolo Manik. Pukul: 00:00. Hari Selasa. Tanggal 26 Juni 2018.
Bebas Dari Penjara Pikiran Melalui Pintu Kesadaran
Manusia pada umumnya, tanpa mereka sadari, hanya menjalani kehidupan dalam koridor penjara pikiran yang sempit, yang dibatasi oleh tembok-tembok tinggi persepsi.
Mereka jarang sekali, jika tidak mau dikatakan tidak pernah, mampu menjelajah melampaui perangkap penjara pikiran yang dikondisikan oleh keterbatasan persepsi akibat ketidaktahuan akan ketidaktahuan.
Dengan bahasa yang lebih sederhananya, manusia hidup dalam realita yang ditentukan oleh seperangkat aturan yang ada dalam pikirannya.
Kita tidak melihat segala sesuatu dengan apa adanya. Kita melihat sesuatu apa kita-nya.
Pikiran itu sungguh sukar diawasi, ia amat halus dan senang mengembara sesuka hati, karena itu, hendaklah orang bijaksana selalu menjaganya.
Pikiran yang dijaga dengan baik, akan membawa kebahagian.
Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap, sulit dijaga dan sulit dikuasai.
Namun orang bijaksana, akan selalu berusaha meluruskannya, bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panahnya.
Mungkin benar, kita bisa mencapai kebahagiaan atau sukses di bidang apa saja dengan menggunakan pikiran secara benar.
Namun bila kita tidak hati-hati, seringkali kita dipedayai oleh pikiran kita.
Ambil contoh misalnya;
Kebencian dan Kebahagiaan.
Jika dilihat sekilas, maka kita tahu bahwa "kebencian" adalah suatu emosi yang negatif, sedangkan ”kebahagiaan” adalah emosi positif.
Benarkah begitu...?!
Mari saya beri bukti penjelasannya tanpa tedeng aling-aling.
Pada Kadhang dan para sedulur kinasih-ku sekalian...
Ternyata kebahagiaan itu, justru bisa menjadi sumber masalah loh.
Bukti contohnya...
Pikiran yang terlalu melekat, atau selalu menginginkan, atau berusaha mempertahankan ”kebahagiaan” justru akan menimbulkan efek negatif.
Dan bahkan keinginan untuk bahagia, bisa mengobarkan api ”kebencian” Renungkan saja dengan sadar kalau tidak percaya.
Untuk bisa keluar dari perangkap pikiran, maka kita perlu mengerti cara kerja pikiran, agar supaya bisa mengerti cara kerja pikiran, maka jagalah pikiran itu.
Dengan memahami cara kerja pikiran, kita bisa mengerti permainan yang sedang pikiran mainkan di suatu saat.
Sehingga kita, bukannya larut dalam permainan itu atau didikte dengan suatu aturan main yang pikiran tetapkan sendiri, melainkan dapat menetapkan rule of game yang menguntungkan diri kita.
Untuk itu, mari kita amati proses belajar setiap manusia, menggunakan empat tahap belajar yaitu:
1. Pasrah kepada Tuhan.
2. Menerima keputusan Tuhan.
3. Mempersilahkan kuasa Tuhan.
4. Merasakan kenyataan Tuhan.
Pada tahap pertama "pasrah kepada Tuhan" kita tidak tahu kalau kita tidak tahu.
Misalnya, sewaktu kita masih kecil, kita tidak tahu bahwa kita, saat itu, belum bisa jalan.
Melalui interaksi dengan orang dewasa atau lingkungan kita, yang masih kecil, akhirnya tahu bahwa kita belum bisa jalan.
Mengapa...?!
Karena kita melihat orang di sekeliling kita berjalan tegak.
Selanjutnya "menerima keputusan Tuhan" kita mulai belajar berjalan dan akhirnya bisa berjalan dengan sempurna.
Sekarang "mempersilahkan kuasa Tuhan" kita bahkan tidak sadar lagi, bahwa kita bisa jalan dengan sempurna.
Kemampuan berjalan, yang dulunya kita pelajari dengan begitu susah payahnya, mengalami jatuh bangun, bahkan ada yang sampai kepalanya benjol karena jatuh, kini telah menjadi kecakapan yang bekerja secara otomatis.
Nah, saat suatu skill telah masuk ke tahap "merasakan kenyataan Tuhan" maka sejak saat itu, bila tidak dilakukan intervensi secara sadar, skill ini akan bekerja dengan prinsip automatic pilot.
Hal yang sama berlaku juga dengan kecakapan berpikir, yang note bene adalah keahlian pikiran itu sendiri.
Automatic pilot berfungsi untuk memudahkan hidup kita, yang akan dijalankan oleh sistem automatic pilot adalah program/kebiasaan yang paling kuat.
Baru-baru ini, saat sedang mengendarai motor, saya larut dalam pemikiran yang cukup intens mengenai sesuatu.
Saat itu pikiran (bawah sadar) saya secara otomatis mengambil alih kendali.
Tanpa saya sadari, saat bertemu jalan yang bercabang dua, di pertigaan godong dari arah utara kota demak, secara otomatis motor saya belokkan ke kanan, padahal rute yang seharusnya saya lewati adalah belok ke kiri, di pasar godong kalau dari arah demak, karena saya hendak pulang ke gubug jenggolo manik Pilangrejo Juwangi Boyolali.
Jalan ke arah kanan adalah rute jalan menuju kota Semarang.
Nah, apa sih yang membuat kita terperangkap di dalam penjara pikiran ini...?!
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat menonjol adalah kebutuhan akan konsistensi.
Saat pikiran telah memutuskan untuk menerima sesuatu sebagai ”kebenaran” maka ia akan konsisten dengan ”kebenaran” itu.
Kebenaran ini belum tentu sejalan dengan ”kebenaran” yang kita setujui kebenarannya.
Kebenaran menurut pikiran, sejalan dengan pemikiran, pikiran itu sendiri yang didukung dengan berbagai pengalaman yang pernah kita alami, dan kebenaran ini, dikenal dengan istilah belief.
Jadi, setelah pikiran mengadopsi suatu belief, maka selanjutnya, belief ini yang mengendalikan pikiran.
Tanpa intervensi yang dilakukan secara sadar, maka hidup kita sepenuhnya dikendalikan oleh berbagai belief, yang telah kita adopsi dan yakini kebenarannya.
Padahal...
Yang di sebut benar itu, bukan keyakinan atau kepercayaan, melainkan kesadaran yang sadar kita sadari.
Saat kita percaya/yakin/belief akan kebenaran sesuatu, maka kita tidak akan lagi mempertanyakan keabsahan data atau landasan pijak berpikir yang digunakan sebagai dasar penerimaan suatu belief.
Belief kita selalu benar menurut kita, namun kenyataannya, yang benar menurut kita, belum tentu benar menurut orang lain.
Kita akan mati-matian mempertahankan belief kita, karena kita yang memutuskan bahwa sesuatu itu, adalah hal yang benar, inilah "penjaranya"
Masa kita meragukan kebenaran yang telah kita putuskan kebenarannya...?!
Lalu, bagaimana caranya untuk bisa keluar dari perangkap penjara pikiran ini...?!
Tidak ada jalan dan tidak ada cara lain selain dengan Wahyu Panca Ghaib yang di Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku atau Tobat Iman yang selalu saya bahasakan sebagai Laku Murni Menuju Suci.
Untuk bisa Membebaskan Diri dari Penjara Pikiran "tapi" kalau sudah bebas, jangan berusaha untuk Masuk Penjara Lagi.
Ada mungkin akan bertanya;
Mengapa harus dengan Wahyu Panca Ghaib yang di Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku atau Tobat Iman atau Laku Murni Menuju Suci...?!
Hanya melalui kesadaran murni kita bisa menyadari bahwa kita bukanlah pikiran kita, kita bukanlah perasaan kita, kita bukanlah kebiasaan kita, dan yang lebih penting lagi adalah; bahwa kita bukanlah belief kita.
Kesadaran murni membuat kita mampu untuk melakukan disosiasi atau pemisahan yang jelas.
Dengan kesadaran murni kita mampu melakukan metakognisi atau berpikir mengenai pikiran.
Dengan berpikir dan mengamati pikiran maka kita akhirnya mengenal ”sosok” pikiran kita.
Kita akan tahu pola atau kebiasaan yang pikiran lakukan.
Dengan kesadaran murni kita dapat memahami bahwa pikiran, walaupun merupakan piranti yang sangat luar biasa, tetap hanyalah sebagian kecil dari kesadaran murni itu sendiri.
Lalu, bagaimana cara untuk bisa mengamati pikiran...?!
He he he . . . Edan Tenan, caranya mudah sekali, yang perlu kita lakukan adalah belajar Patrap Semedi, menggunakan Wahyu Panca Ghaib yang di Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku atau Tobat Iman yang selalu saya bahasakan sebagai Laku Murni Menuju Suci.
Hanya dengan Patrap Semedi kita bisa mampu mengamati pikiran kita dengan jelas dan sadar.
Pikiran ibarat segelas air yang keruh karena berisi kotoran atau partikel kecil, dalam kondisi keruh, kita tidak akan bisa melihat melampaui gelas air itu.
Kita tidak akan mampu melihat dan mengamati berbagai komponen yang membuat air menjadi keruh.
Lalu, bagaimana caranya untuk bisa melihat partikel kecil yang mengotori air...?!
Bagaimana cara untuk bisa melihat melampaui gelas yang keruh...?!
Maaf... sekali lagi saya tertawa. He he he . . . Edan Tenan, caranya sangat mudah sekali, yaitu belajar Patrap Semedi, menggunakan Wahyu Panca Ghaib yang di Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku atau Tobat Iman yang selalu saya bahasakan sebagai Laku Murni Menuju Suci.
Dengan begitu, kita sudah meletakkan gelas yang berisi air keruh dan membiarkannya selama beberapa saat, tanpa digerak-gerakan atau diaduk-aduk.
Selang beberapa saat kemudian, kotoran-kotoran itu akan mulai mengendap dengan sendirinya, tanpa harus kita upayakan.
Setelah semuanya mengendap, air di gelas menjadi sangat jernih, karena kotoran itu turun ke dasar gelas dan menjadi sangat mudah diamati, kita juga akan dapat melihat melampaui gelas. Mudah, kan...?!
Kesimpulannya;
Wahyu Panca Ghaib yang di Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku atau Tobat Iman yang saya bahasakan sebagai Laku Murni Menuju Suci. Adalah; Cara untuk Membebaskan Diri dari Penjara Pikiran.
Kalau sudah bebas, jangan berusaha untuk Masuk Penjara Lagi ya. He he he . . . Edan Tenan.
Salam Rahayu Penuh Cinta Kasih Sayangku Untukmu Sekalian Dan
"Selamat_/!\_Selamat_/!\_Selamat" Untuk kita semuanya tanpa terkecuali.
Ttd: Toso Wijaya. D.
Lahir: Cirebon.
Hari: Rabu Pon.
Tanggal: 13 - 08 -1959
Di Gubug Jenggolo Manik.
Alamat:
Jl. Raya Pilangrejo.
Gang. Jenggolo.
Dusun. Ledok Kulon.
Rt/Rw: 004/001.
Ds: Pilangrejo.
Kec: Juwangi.
Kab: Boyolali.
Propinsi: Jawa Tengah.
Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
Post a Comment