Atribut dan Esensial:
Atribut dan Esensial:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Gubug Jenggolo Manik. Pukul: 22:00. Hari Rabu. Tanggal 20 Juni 2018.
Suatu ketika...
Wong Edan Bagu di undang dalam sebuah acara pengajian Akbar di suatu tempat, dalam perjalanan, Wong Edan Bagu kehujanan.
Lalu beristirahat di sebuah rumah makan yang di laluinya, karena lapar, walaupun pakaiannya kumal, akibat kehujanan dan percikan kotoran jalan karena hujan, Wong Edan Bagu tetap masuk untuk membeli makanan, sambil istirahat menunggu hujan reda.
Di meja sebelahnya, ada empat orang yang sedang makan bersama, salah satunya, sebut saja namanya Bakri.
Mengetahui pakaian Wong Edan Bagu yang kumal, Bakri memincingkan sebelah mata, kemudian mengajak teman-teman makannya pindah ke meja lainnya, seakan jijik berdekatan meja makan dengan Wong Edan Bagu.
Setelah selesai makan dan hujan sudah mereda, Wong Edan Bagu melanjutkan perjalanan menuju tempat undangan.
Setibanya di tempat, ternyata Bakri dan ketiga temannya itu, juga merupakan pengunjung acara pengajian Akbar yang mengundang Wong Edan Bagu sebagai penceramah.
Karena baju Wong Edan Bagu sudah berganti, layaknya seorang penceramah, Bakri jadi tidak mengenali Wong Edan Bagu lagi.
Dan ternyata, Bakri ini, adalah seorang pengusaha kaya raya, yang bisnisnya sedang mengalami masalah.
Selesai acara pengajian akbar, Bakri mengajaknya makan bersama Wong Edan Bagu di sebuah Restaurat, karena ia ingin berkonsultasi mengenai usahanya yang mandeg.
Sambil menunggu makanan di hidangkan, Bakri menceritakan masalah demi masalah yang membuat macet usahanya.
Lalu, berkata lah Wong Edan Bagu kepada Bakri;
Tuhan itu, tidak pandang bulu dalam membukakan jalan kemuliaan, ada sebuah hukum yang berlaku dalam pengaturan rizki-Nya.
Mereka yang menghormati semua ciptaan-Nya tanpa pandang bulu,
akan pula dihormati-Nya setiap saat.
Mereka yang selalu berusaha membahagiakan orang lain,
akan pula dibahagiakan oleh-Nya,
dicukupi seluruh kebutuhannya,
tanpa harus merasa miskin karena kondisinya.
Mereka yang menghina hamba-hamba dan semesta-Nya, akan pula dihina-Nya dan direndahkan-Nya.
Mereka yang merasa kuat dan seenaknya terhadap hamba-Nya dan ciptaan lain-Nya, memainkan serangga, mubazir dengan alam, menindas manusia dan hewan,
akan pula ditindas dan ditekan oleh-Nya.
Semakin kita tidak menuntut,
dan pasrah kepada-Nya, menerima keputusan-Nya, mempersilahkan kuasa-Nya, merasakan kenyataan-Nya dan menebar cinta kasih sayang-Nya terhadap apapun dan dimanapun.
Maka semakin kita diberi kemuliaan, kalau tidak sekarang, bisa jadi besok atau lusa.
Semua punya masanya...
Segala punya kadarnya...
Tinggal tunggu waktunya saja.
Hidup kita adalah cermin-Nya. Rasa dan Perasaan serta perkataan dan perbuatan kita.
Jadi bingung dengan rizki karena usaha macet...?!
Lihat saja Hidup kita;
Apakah kita sudah melancarkan rizki orang lain...?!
Apakah kita sudah cukup mensyukuri semua karunia-Nya...?!
Apakah kita sudah cukup memberi arti bagi Hidup orang lain...?!
Rizki kita.
Hidup kita.
Kita sendiri yang menjawab.
Semua dan segalanya berjalan sesuai dengan Hukum dan Aturan Hidup.
Lalu Wong Edan Bagu melepas baju luarnya yang bagus;
Inilah yang kau hargai, bukan saya, karena tadi dengan baju saya yang lain, kau tak ingin berdekatan denganku.
Baju hanyalah atribut, bukan sesuatu yang esensial.
Mungkin kekayaanmu baru atribut,
belum sampai kaya secara esensial, karena mereka yang kaya secara esensial.
Akan selalu menghormati, menghargai dan mensyukuri akan semua pemberian-Nya.
Lalu pergilah Wong Edan Bagu meninggalkan Bakri si pengusaha kaya yang bengong speechless, tak bisa berkata apa-apa.
"Merenungi atribut dan esensi*
Para Kadhang kinasih-ku sekalian.
Sudahkah Hidup kita menyentuh esensinya...?!
Hidup dengan;
Pasrah kepada-Nya.
Menerima keputusan-Nya. Mempersilahkan kuasa-Nya. Merasakan kenyataan-Nya. Menebar cinta kasih sayang-Nya terhadap apapun dan dimanapun.
*.....?!
Sehingga bisa...
Merasakan kaya dengan apa adanya. Mulia karena selalu memuliakan. Sejahtera karena selalu mensejahterakan.
Karena kaya, mulia dan sejahtera itu, tidak tergantung jumlah harta dan bisnis serta kepandaiannya, melainkan tergantung pada bersihnya hati dan indahnya pikiran serta tentramnya jiwa.
Para Kadhang kinasih-ku sekalian.
Apa hal terkecil hari ini, yang dapat menjadikan kita kaya dan mulia serta sejahtera dari dalam hati dan pikiran serta jiwa kita...?!
Dan bagaimanakah kita dapat menjaganya lebih baik, setiap harinya sampai akhir Hidup nanti...?!
Itulah Bahan Laku-Nya.
Salam Rahayu Penuh Cinta Kasih Sayangku Untukmu Sekalian Dan
"Selamat_/!\_Selamat_/!\_Selamat" Untuk kita semuanya tanpa terkecuali.
Ttd: Toso Wijaya. D.
Lahir: Cirebon.
Hari: Rabu Pon.
Tanggal: 13 - 08 -1959
Di Gubug Jenggolo Manik.
Alamat:
Jl. Raya Pilangrejo.
Gang. Jenggolo.
Dusun. Ledok Kulon.
Rt/Rw: 004/001.
Ds: Pilangrejo.
Kec: Juwangi.
Kab: Boyolali.
Propinsi: Jawa Tengah.
Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
Post a Comment