Jangan Paksa Bapak Untuk Menghianati Tuhan:
Jangan Paksa Bapak Untuk Menghianati Tuhan:
(Kisah Nyata).
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Gubug Jenggolo Manik. Hari Sabtu. Tanggal 7 April 2018.
Setelah berTaubat dan berIman, semua dan segalanya saya gantikan posisinya menjadi serba Dzat Maha Suci Hidup, termasuk kemelekatan hati tentang semua dan segalanya terkait urusan dunia, terutama noda-noda diri.
Pada suatu ketika, dihampir setiap waktu, saya menerima kabar tentang kehebatan anak gadisku, yang katanya, mirip dengan kepribadian saya, dan kabar demi kabar ini, lama-lama melekat dalam hatiku.
Diluar kesadaranku, aku berpikir, mungkinkah ini satu-satunya keturunanku, yang akan mewarisi laku spiritualku...?!
Kalau di nilai dari kabar demi kabar, dan kemunikasi langsung dengan anaku, sepertinya iya, lalu aku berucap terima kasih kepada Dzat Maha Suci Tuhan-ku, karena dia keturunan langsung dariku, yang bisa menggantikan spiritualku, yang nantinya bisa di ajarkan kepada seluruh keluarga besarku.
Selain ulet dan cerdas, juga memiliki cita-cita tinggi, sebab itu, minta sekolah apa saja aku turuti, minta apa saja saya penuhi, dengan sebuah pesan. "Kamu boleh lakukan apa saja dengan bebas, tapi jagalah harga dirimu sebagai seorang wanita" dan anakupun dengan tegas menjawab. "Siap pak, aku tidak akan mengecewakan bapak, sebelum menikah, akan aku jaga kehormatan satu-satunya sebagai seorang wanita ini"
Mendengar jawabannya, aku semakin yakin, dia memang pewarisku, dan mulailah saya menaruh seribu harapan dan mengantungkan masa tuaku nanti kepada anaku, dan terakhirnya anaku masuk kuliyah dan mengambil pendidikan jurusan penerbangan.
Hari demi hari, Minggu demi Minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, seakan berjalan sesuatu harapan yang aku gantungkan kepada sang anak tumpuan masa depan.
Kejadian demi kejadian, proses demi proses, manis, pahit, getir, asin, neg, susah, senang, suka, duka, bahagia, sengsara, asem, sepet dll, selalu berhasil saya lalui dengan Wahyu Panca Ghaib (taubat) yang saya Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku (iman).
Namun...
Saya sering tersendat, ada kalanya saya bisa mengklimaxkan intisaripatinya pertaubatan (wahyu panca ghaib) dan iman (wahyu panca laku) yang saya jalankan, ada kalanya saya kesulitan, tidak selalu bisa.
Saya cari dengan berbagai macam pengetahuan yang saya miliki, tetap tidak bisa bertemu, namun saya dapat merasakan ada noda kemelekatan dalam hatiku, namun entah apa itu, aku belum mengetahuinya.
Apakah menaruh harapan tentang masa depan di hari tua kepada anak kandungnya sendiri yang memang bisa di percaya dan di andalkan itu termasuk noda dan kemelekatan hati...?!
Aku rasa itu tidak, bukan, pikir saya pada saat itu.
Seiring berjalannya waktu, suatu ketika, anak saya SMS.
"Pak, seandainya saya menikah, bapak bisa hadir mendampingi saya"
Spontan saya jawab, tentu saja bisa anaku, mengapa kau bertanya seperti itu pada bapak...?!
"Karena saya tahu, bapak sedang syiar untuk Nusantara bahkan dunia, saya takut, nantinya bapak tidak bisa hadir, tapi kalau bapak bisa hadir, sungguh saya sangat bahagia" katanya...
Baru saja 7 bulan Kuliah di penerbangan, tiba-tiba dia SMS. "Bapak, tanggal 14 April 2018, saya akan menikah"
Menikah...?!
Jawab saya.
Bagaimana dengan kuliahmu nduk..?! Namun sayang, tidak ada balasan lagi.
Lalu saya mencari tahu kabar lengkapnya pada keluarga, yang bersama, dan ketika saya mendapatkan kabar, bahwa anak yang selama ini jadi tumpuan harapan hamil diluar nikah.
Seperti api yang sedang membara lalu di siram air dadakan, seperti tumbuhan yang sedang bersemi, lalu patah karena dipatuk ayam, seperti petir yang gemelegar di langit musim kemarau.
Rasanya. Maluuuuuuuuu....
Kecewaaaaaaaaaaaa.....
Sakittttttttttttttttttt.....
Perihhhhhhhhh....
Pedihhhhhhhh....
Lalu aku duduk termangu, sambil bersimbah air mata yang tertuju hanya kepada Dzat Maha Suci. Rupanya ini yang melekat dalam hatiku, rupanya ini yang mempersulit bersihnya taubatku dan murninya imanku.
Ampuni aku ya Tuhan...
Ampuni aku yang telah mengkhianati Cinta Kasih Sayang-Mu yang begitu mulia terhadapku, dan setelah beberapa detik, saya terbebas dari belenggu ini, dan saya berjuang lagi serta berkorban lagi untuk memperbaiki PerTaubatan dan KeImanan saya yang jebol tanpa sadar.
Setelahnya...
Sedikitpun tiada lagi kecewa, sakit, malu, perih atau pedih, bahkan anak ku yang tadinya wah di mataku bahkan di hatiku, sudah tidak ada lagi walau hanya secuil.
Hari selasa tanggal 3 April 2018, ada SMS masuk dari anaku.
"Pak, tanggal 14 April 2018 saya nikah, tolong bapak datang, karena jika tidak, saya tidak bisa nikah"
"Iya nduk, bapak akan datang untukmu" jawabku
"Kapan pak, kalau bisa sekarang pak, jangan terlalu mepet waktunya, soalnya ini sudah tanggal 3, sedangkan nikahnya tanggal 13-14"
Soal kapannya, bapak tidak berani mengatakan anaku, karena bapak sudah berTaubat dan berIman kepada Dzat Maha Suci Tuhan, bagi orang yang sudah berTaubat dan berIman kepada Dzat Maha Suci Tuhan, waktu miliknya adalah saat ini, sedangkan kemaren dan esok nanti, bukan bukan miliknya, melainkan hak milik dzat maha suci, apa lagi tanggal 13-14 yang jumlahnya ada sepuluh hari lagi, bapak tidak berani mengambil hak milik dzat maha suci nduk.
"Saya butuh kepastian pak, ini penting, soalnya saya tidak bisa nikah kalau tidak ada walinya, lagi pula bapak kan sudah janji bisa datang"
Iya nduk, bapak akan datang, namun kalau di suruh merebut hak Tuhan, yaitu hari yang belum ada, yang masih belum milik bapak, bapak tidak bisa nduk, bapak tidak berani, bapak pasti datang, tapi tidak dengan cara Menghianati Dzat Maha Suci Tuhan, soalnya bapak sudah kapok, karena bapak sudah berTaubat dan berIman, jadi, tolong jangan paksa bapak untuk Menghianati Tuhan.
Malamnya saya duduk manekung manembah kepada Dzat Maha Suci, semalam suntuk saya duduk bersemedi, tidak ada yang saya lakukan selain Patrap Semedi, tidak ada yang saya ucapkan selain kalimat Wahyu Panca Ghaib (taubat) yang saya Ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku (iman).
Setelah pagi, pagi itu, hari Rabu tanggal 4 Aprile2018, matahari nampak bersinar dengan cerahnya, udara paginya sangat sejuk....
Saya melangkah menuju tempat mandi, setelah mandi, saya berkemas, untuk mempersiapkan diri menuju bandara solo, dengan tujuan hendak ke Sulawesi, dalam rangka menikahkan anak.
Selesai berkemas, dan berpakaian, ada SMS masuk lagi. "Kalau bapak kasihan dan menganggap saya anak, harus cepat datang, ini penting"
Membacanya.... Saya mengelus dada, lalu palungguh dan Patrap semedi Mijil sowan, memohon ijin dan ridha Tuhan.
Setelah selesai Patrap, di dalam semedi, Dzat Maha Suci memperlihatkan kepada saya. Tentang orang-orang yang menghianati saya, memanfaatkan saya, dengan cara menggunakan nama dan Poto saya untuk menipu orang lain demi keuntungan pribadi.
Mendadak napas saya dengan, dada saya bergelombang, masa lalu pun bermunculan mengajak saya untuk membasmi kejahatan dan memerangi kemungkaran yang baru saja di perlihatkan oleh Dzat Maha Suci kepada saya.
Namun karena saya sudah kapok, sudah berTaubat dan berIman, saya berusaha semaksimal mungkin untuk meredamnya dengan Cinta Kasih Sayang.
Hingga pada akhirnya, seakan ada ular besar dan panjang menggeliat di dalam perut saya, mengacak-acak seluruh isi ruangan perut saya, rasanya perih melilit, pedih, sakit, sehari penuh saya menikmati anugerah terindah dari Dzat Maha Suci ini, montang manting sendiri di kamar, tanpa rintihan sedikitpun.
Selepas Maghrib, saya sudah tidak mampu lagi menikmati rasa yang luar biasa itu, tulang tulang tubuh saya, lemas semuanya, tenaga saya habis, keringat dingin mulai habis, bibirpun sudah tidak mampu bersuara, lalu, saya berusaha memanggil seorang Kadhang dari Ponorogo dan dari Palembang, yang kebetulan sedang ada di gubug jenggolo manik.
Untuk memijat kedua kaki saya, supaya teralihkan apa yang saya rasa tidak mampu, sambil di pijitin oleh kedua Kadhang, saya terus mengucapkan syukur atas anugerah kenikmatan itu, hingga tengah malam.
Setelah tengah malam, seluruh isi perut, terasa naik memenuhi rongga dada, sehingga saya kesulitan untuk bernapas, lalu saya berkata lirih kepada kedua Kadhang yang sedang mijitin kaki saya yang sudah tidak terasa lagi di sentuh "saya butuh impus dan oksigen, tolong bawa saya kerumah sakit"
Dan sesampainya di rumah sakit, atas ijin Dzat Maha Suci dan bantuan kedua Kadhang itu, walaupun perut saya masih terasa di uleni, namun setelah di infus dan di oksigen, nafas saya mulai terasa lega, tenaga saya terasa mulai pulih, sehingga saya bisa melanjutkan rasa syukur atas anugerah yang sedang saya terima.
Setelah pagi tiba, ada SMS masuk lagi "Pak tolong, cepat, penting, ini sudah tanggal 5"
Lalu...
Dengan tangan dan jari gemetar, karena belum memiliki tenaga penuh, saya berusaha membalas SMS itu, dengan cara menceritakan, sejak saya hendak berangkat ke bandara hingga akhirnya masuk rumah sakit, sembari memohon maaf.
"Kalau bapak tidak bisa datang, kirimi saya surat Tauqilwali, supaya saya bisa mencari wali wakil"
Iya anaku, nanti kalau bapak sudah pulih tenaganya, bapak masih lemes, lagi pula, dokternya belum ada, soalnya masih pagi, nanti kalau dokternya sudah datang, bapak akan bicara sama dokternya, untuk mencabut infus dan minta pulang.
"Bapak ini cuma di mintai surat Tauqilwali saja, sulit, datang tidak bisa, di mintai surat Tauqilwali susah, itu kan kewajibannya bapak, namanya anak itu tidak ada talaknya"
Iya nduk, bapak lebih ngerti, lebih paham, lebih tau dari pada sampean, kan bapak sudah cerita dengan jujur apa adanya, bahwa bapak tadinya mau berangkat, bla, bla, bla, namun kejadiannya bapak masuk rumah sakit, bapak bukan sulit nduk, tapi sikon bapak sedang di rawat di rumah sakit, itu bukti Poto bapak di rumah sakit kan sudah di kirim lewat WA.
"Disini jaringannya susah, WA gak kepakai, gak bisa lihat, bisa nya cuma sms sama telpon, wali itu kan wajib pak, sekarang terserah bapak, aku tidak akan menuntut sampean dadi waliku, kalau memang saya tidak bisa nikah, ya sudah takdirku, aku sudah tidak akan merepotkan sampean lagi"
Lo Lo Lo . . .
Nduk, bapak sedang di rawat di rumah sakit nduk, tidak kau mau mengerti sedikit saja sikon bapak ini...?!
"Orang lain saja banyak yang kasihan pada saya, sampean yang bapak kandung, di minta datang tidak bisa, di mintai surat Tauqilwali sulit, tanggung jawabnya sebagai bapak dimana"
He nduk... Bapak sedang di rawat di rumah sakit nduk, bukan tidak tidak bisa bukan sulit, tolong mengertilah.... Tolong...
"Saya tau sampean sakit, tapi masak iya tidak ada yang dimintai tolong, sampean sudah saya kabari sejak awal, katanya bisa datang, tapi akhirnya seperti ini, ya sudah lah pak, gak usah mikirin aku, aku mau ngejalani nasibku sendiri, saya tidak akan pernah mengharap apapun dari sampean"
O... Berati tetep gak mau tau walau bapakmu sedang sekarat di rumah sakit ya, ternyata benar-benar Luar biasa sekali anaku ya Tuhan, cerdasnya melampaui batas, hasil kuliahnya juga sungguh luar biasa, tidak rugi saya membiayai kuliahnya, karena hasilnya sungguh luar biasa membuat saya sangat bahagia. Terima kasih ya Allah.
Bapak belum lupa dengan rasa sakit dan perih serta malu karena kelakuanmu yang hamil di luar nikah, kini kau tambahi dengan kepentingan pribadimu tanpa peduli sikon bapakmu seperti apa, sungguh luar biasanya anak andalanku yang selama ini menjadi harapan dan tumpuan hari tuaku.
Kalau mau bicara tanggung jawab, tanggung jawab mu mana sebagai anak...?!
Baiklah nak,,, tadi sewaktu petugas KUA telephon, kan tau kalau bapak sedang di rawat di rumah sakit, sekarang begini saja, katakan kalau nyawa bapak di rumah sakit tidak tertolong, jadi, bapak sudah mati, dengan begitu, dalam pernikahanmu tidak perlu kehadiran saya dan tidak butuh surat Tauqilwali lagi. Semoga kau bahagia. Terima kasih atas semuanya terhadap saya.
Dan jam 12:14 menit berikutnya, setelah menghabiskan tiga botol infus, saya minta lepas infus dan memaksakan diri untuk pulang, tapi dokter melarang keras, sebab risikonya akan sangat tinggi.
Tapi tetap memaksa minta pulang, dan dengan menandatangi surat perjanjian dengan dokter, agar dokternya tidak mendapat tuntutan salah, jika terjadi apa-apa nantinya, karena belum sembuh tapi saya memaksa pulang, akhirnya saya sampai di gubug jenggolo manik lagi setelah menangani surat perjanjian tersebut.
Sambil sempoyongan jika berjalan, karena tenaganya belum pulih, sambil memegang perut yang masih terasa sakit jika di masuki makanan dan minuman, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, waktu demi waktu saya lalui dengan tetap idep madep mantep di Dalam Pertaubatan (Wahyu panca ghaib) yang saya Ibadahkan dengan Iman (Wahyu panca laku), selain itu. No Problem. Opo jare sing ngecet Lombok.
Semoga hikmah di balik kisah nyata saya ini. Dapat menggugah Kesadaran Murni Anda yang sedang tertidur pulas. Saya Wong Edan Bagu.... Mengucapkan Salam Rahayu selalu serta Salam Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu.
Di.
Gubug Jenggolo Manik.
Alamat;
Oro-oro Ombo. Jl. Raya Pilangrejo. Gang. Jenggolo. Dusun. Ledok Kulon. Rt/Rw 004/001. Desa Pilangrejo. Kecamatan. Juwangi. Kabupaten. Boyolali. Jawa Tengah. Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
Post a Comment