MEMBUKA PENUTUP SEJARAH MISTIK SABDO PALON-NAYA GENGONG:

MEMBUKA PENUTUP SEJARAH MISTIK SABDO PALON-NAYA GENGONG:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Pesanggrahan Pesona Jagat Alit. Hari Senin. Tanggal 1 Januari 2018.

SIAPAKAH SEBENARNYA SABDO PALON-NAYA GENGGONG...?!
Awak kisah di mulai dari Air Terjun Terindah di Jawa Tengah, yang Terletak di Kecamatan Tawang Mangu Solo, yang dulunya adalah tempat Tapa Bratanya Grojogan Sewu, dalam rangka mencapai Ilmu Kesempurnaan. Dan sejak itulah, air terjun itu, di namai sebagai Air Terjun Grojogan Sewu.

Grojogan Sewu adalah seorang sais dokar, kisah awalnya dimulai ketika beliau berkenalan dengang seorang pengembara bernama Rangga Seta yang menumpangi dokarnya.

Melihat pengembara itu menggunakan pakaian jubah dan sorban di kepala, yang kesannya berbeda dengan adat Jawa, maka beliau bertanya kepada pengembara itu.

Dari mana anda berasal...?!
Rangga Seta tidak menjawab dari mana ia berasal, tetapi menjawab pertanyaan tersebut dengan kalimat “Saya Saudara mu, karena semua manusia adalah anak keturunan Adam, maka kita adalah bersaudara"
Mendengar jawaban tersebut, Grojogan Sewu tersentuh, karena orang yang baru dikenalnya, menganggap saudara, sekaligus penasaran dan kembali bertanya. Siapa Adam...?!

Adam adalah Nenek Moyang Saya, Anda dan semua Manusia.
Jawab Rangga Seta.

Mendengar jawaban seperti itu, Grojogan Sewu semakin tertarik lebih Jauh dan meminta Rangga Seta untuk bersedia mengajarkan Ilmu Pengetahuan Kepadanya, dan Rangga Seta balik bertanya kepada Grojogan Sewu.

Mengapa anda Ingin Belajar...?!
Tanya Rangga Seta.

Karena saya ingin cerdas dan ingin pandai.
Jawab Grojogan Sewu.

Memang manusia harus pandai, harus mau berpikir, karena itu perintah Ilahi.
Tegas Rangga Seta.

Melihat niat belajar dan sikap yang ingin tahu dan memang terlihat bakat kecerdasan dari Grojogan Sewu, maka Rangga Seta pun bersedia mengajarkan kepada Grojogan Sewu, dan proses belajar pun dimulai dengan materi Aji Kalimasada.

Karena memang bakat kecerdasan dan niat yang bersungguh-sungguh, maka proses belajar Grojogan Sewu pun berjalan dengan cepat.

Singkat punya cerita. Pada Saat pelajaran ujian terakhir. Grojogan Sewu di perintahkan untuk semedi di suatu tempat oleh Rangga Seta. Grojogan Sewu bertanya. Di manakah tempat semedi itu...?!

Kemudian Rangga Seta mengarahkan tangannya, menunjuk kesuatu tempat, maka terlihatlah air terjun dari kejauhan, bersemedilah kamu di sana, di balik air terjun itu ada Goa, dan Goa itulah tempatnya.

Mendengar perintah dari Rangga Seta, lalu Grojogan Sewu pun menyanggupinya. Perintah semedi ini, sekaligus perpisahan antara Grojogan Sewu dengan Rangga Seta.

Pada Saat itu, Rangga Seta mengatakan. Suatu saat kita akan bertemu lagi, dan beliau berpesan. Jadilah Insan yang bermanfaat dan tegakkanlah keadilan.

Setelah perpisahan tersebut, Grojogan Sewu kembali menoleh kearah di mana letak air terjun itu, namun air terjun itu tidak terlihat, dan Grojogan Sewu pun akhirnya menelusuri ke arah yang tadi ditunjukkan oleh Sang Guru.

Kisah proses pencarian lokasi semedi yang dilakukan Grojogan Sewu ini, sama halnya dengan Sri Manggana atau Kian Santang atau Pangeran Cakra Buana atau Walang Sungsang, ketika diperintahkan oleh Syaidina Ali, untuk mencari sebuah bukit, yang akhirnya tiba di wilayah Bukit Godog Suci Garut.

Setelah semedi Grojogan Sewu selesai, maka paripurnalah Aji Kalimasada-nya.
Selain berguru kepada Rangga Seta, Grojogan Sewu pun belajar kepada Hyang
Badranaya, yang kemudia beliau di beri sebuah Cemeti/Cambuk amarasuli, yang bentuknya seperti gagang tongkat. Hyang Badranaya adalah anak-nya Dang Hyang Semar.

Silsilahah;
Nabi Adam =>
Nabi Syis =>
Anwas dan Anwar =>
Hyang Nur Rasa =>
Hyang Wenang =>
Hyang Tunggal =>
Hyang Ismaya =>
Hyang Wungkuhan => 
Hyang Smarasanta (Semar)=>
Hyang Badranaya=>
Rahyang Somaita=>
Hyang Hasmara=>
Pu Walaing=>
Ki Buyut Wangkeng=>
Ki Buyut Sondong.

Hyang Wungkuhan memiliki dua orang Putra. 1. Hyang Smarasanta yang lebih di kenal sebagai Dang Hyang Semar atau Semar. 2. Hyang Manikmaya yang lebih di kenal sebagai Togog. Hyang Smarasanta  atau Semar memiliki 3 orang Putra yaitu; 1. Rahyang Pathuk, 2. Rahyang Gareng, 3. Rahyang Somaita. Dari Rahyang Somaita ini, keturunan berikutnya berlanjut hingga berakhir pada Ki Buyut Sondong. Hyang Manikmaya atau Togog, juga memiliki 3 orang Putra juga yaitu; 1. Sang Bilung, 2. Sang Sarawita, 3. Sang Kere. Selengkapnya Baca Artikel saya yang Berjudul; (Mengungkap Sejarah Terselubung Kitab Purwakala Dan Purwacaraka  Tanpa Tedeng Aling-Aling).

Lalu siapakah Grojogan Sewu...?!
Grojogan Sewu adalah pembimbing raja-raja Nusantara dan para Wali, karena beliau diberikan semacam wewenang/mandat Dari Hyang Badranaya, Putra nya Dang Hyang Semar sekaligus penerus ajaran Kapitayan, untuk mengajarkan Hikmah dan Ilmu Kesempurnaan kepada para raja-raja Dan para wali di Nusantara, bahkan sampai masa sekarang ini.

Siapakah yang pernah belajar kepada beliau...?!
Hampir semua raja-raja nusantara dibimbing oleh beliau, dan salah satunya adalah Raja Brawijaya, yang menghilang (moksa) di Puncak Gunung Lawu, dan Prabu Siliwangi Raja Pajajaran, yang Tilem Ngahiyang.

Nah... Di mulai dari sinilah, tampak benang merahnya, mengapa kisah Sabdo Palon dan Uga Wangsit Siliwangi, seperti pinang dibelah dunia, ibarat kunci dengan gembok-nya.

Apa hubungannya Kisah Grojogan Sewu dengan Sabdo Palon-Naya Genggong...?!

Grojogan Sewu adalah gelar seorang insan yang mampu mengajarkan Ilmu, mengucurkan ilmu, laksana air yang mengucur, Grojogan Sewu adalah Seorang yang mengucurkan ilmu atau orang berilmu (menguasai ajaran/mumpuni/Pintu ilmu pengetahuan/ Bab al-Ilmi) sehingga dia mendapatkan mandat/wewenang untuk mendidik para raja dan para Wali di Nusantara.

Setiap ucapan Grojogan Sewu atau ketika Dia mencurahkan ilmu nya, pada para muridnya, ucapan Grojogan Sewu itu, di sebut Sabdo.

Lalu Palon nya apa...?!
Palon artinya Filosofi (mengandung hikmah yang dalam). Kalau dalam bahasa kerennya. Kata Mutiara.

Jelasnya...
Pada saat Grojogan Sewu memberikan materi/pengajaran atau segala ucapan/sabdo yang mengandung hikmah yang amat dalam, pada para raja Nusantara maupun para wali, menjulukinya ucapan Grojogan Sewu ini, sebagai  Sabdo Palon. Nah,,, sekarang tinggal Naya Genggong-nya.

Setiap Grojogan Sewu mengeluarkan sabda-sabdanya di hadapan raja-raja nusantara dan para wali, itu dilantunkan seperti tembang atau syair yang merdu, ada intonasinya, dan di iringi oleh gerakan tubuh maupun tangannya, Jadi nuansa pengajarannya itu, enak didengar dan dilihat, sehingga mudah dingat dan dipahami.

Jadi “Naya Genggong” itu adalah gaya mengajarnya Grojogan Sewu, ketika mengucapkan sabdanya, seperti melantunkan tembang dan dengan diiringi gerakan anggota tubuh. Bukan wujud seorang manusia jelmaan jin atau siluman.

Jadi kurang lebih ringkasannya seperti ini.
Grojogan Sewu...
Orang yang menguasai/memiliki ilmu/berpandangan luas/bijak, memiliki Kunci Ilmu, dan mampu mencurahkan ilmu nya seperti seribu grojogan/air terjun yang tiada habisnya.

Gorjogan Sewu adalah Predikat Seorang Guru Besar/Maha Guru/Tuan Guru/Para Hyang. Sabdo Palon. Berarti; Ucapan yang penuh hikmah dari Grojogan Sewu. Naya Genggong. Berarti; Gaya mengajar Grojogan Sewu.

Selain subtansi materi yang di sampaikan penuh hikmah (Sabdo Palon) penyampaiannya pun enak didengar dan mudah dipahami, karena dikemas seperti tembang dan diiringi penguatan oleh gerakan-gerakan anggota tubuh (Naya Genggong).

Jadi...
Sabdo Palon-Noyo Genggong itu, bukan dua tubuh sosok seorang manusia, jelmaan dari bangsa jin atau siluman, berusia ribuan tahun, reinkar nasi berkali-kali, yang mengabdi pada Prabu Brawijaya sekaligus Sahabat dan Penasehatnya. Bukan, Melainkan Wejangan dan Gaya Wejangan Grojogan Sewu saat membimbing Raja-Raja Jawa dan Para Wali, termasuk Prabu Brawijaya dan Prabu Siliwangi.

Grojogan Sewu = Guru dari Prabu Brawijaya.
Grojogan Sewu = Guru dari Prabu Siliwangi.
Grojogan Sewu = Guru dari Para Wali.

Grojogan Sewu adalah gelar dari Syaidina Ali bin Abi Thalib (Rangga Seta /Penunggang Kuda Putih) yang juga bergelar Pintu Kota Ilmu. (“Ana Madinatul Ilm wa Aliyun Babbuha” Hadits Nabi Muhammad Rasulullah SAW)
Kedua Raja tersebut dibimbing oleh Grojogan Sewu, kedua raja tersebut meninggalkan cerita atau kisah kepada generasi yang akan datang (akhir jaman) dan pesannya pun sama.

Nah sekarang Siapakah Sejatinya Rangga Seta...?!
Dan...
Siapakah Sejatinya Hyang Badranaya...?!

Untuk mengetahui benang merah antara Hadist tentang Imam Mahdi, Cerita Uga Wangsit Siliwangi, Sabdo Palon, Jangka Jayabaya. Saya mencoba untuk membuat Silsilah ilmu terlebih dahulu dan kata kunci dari semua cerita-cerita tersebut.

Silsilah Ilmu dan Kata Kunci;
Rangga Seta = Guru dari Syekh Grojogan Sewu. Syekh Grojogan Sewu = Guru dari Raja-Raja Jawa, khususnya Prabu Brawijaya Majapahit dan Prabu Siliwangi Pajajaran.

Prabu Siliwangi = Menghilang di bagian Selatan Kerajaan Pajajaran.
Lelakon Prabu Siliwangi = Meninggalkan Cerita Uga Wangsit Siliwangi.
Prabu Brawijaya=Menghilang di bagian Selatan Kerajaan Majapahit.
Lelakon Prabu Brawijaya = Meninggalkan Cerita tentang Sabdo Palon Naya Genggong.

Kelak setelah lima ratus tahun, dia (Syekh Grojogan Sewu/Sabdo Palon Naya  Genggong) akan kembali mengasuh Pemimpin Nusantara.

Lelakon Brawijaya mempunyai tokoh kunci yaitu Sabdo Palon Naya Genggong (Syekh Grojogan Sewu).

Cerita Uga Wangsit Siliwangi = Temui Ki Santang, karena kelak dari keturunan-keturunan yang pergi ke Barat-lah, yang akan mengingatkan saudara-saudari sedaerah dan yang sependirian.

Lelakon Prabu Siliwangi mempunyai tokoh kunci Kian Santang atau Walang Sungsang atau Pangeran Cakra Buana atau Sri Manggana atau Mbah Kuwu Cerbon Girang alias H. Abdul Iman atau Syekh Sunan Rohmat Suci.

Tokoh Kunci 1; Syekh Gojogan Sewu/Sabdo Palon Naya Genggong. Belajar kepada Rangga Seta, dan diperintahkan mencari Goa di belakang Air Terjun untuk bersemedhi, yang kelak air terjun itu menjadi terkenal dengan sebuatan Grojogan Sewu.

Tokoh Kunci 2; Syekh Sunan Rohmat Suci/Prabu Kian Santang. Belajar kepada Syaidina Ali Bin Abi Thalib, dan diperintahkan untuk mencari tempat untuk berdzikir dan bertafakur, yang akhirnya Kian Santang menemukan sebuah bukit yang di daerah Garut dan diberi Nama “Bukit Godog Suci”. “Godog” berarti “Proses pematangan ilmu”, Godog Ilmu/mengasah Ilmu, sedangkan Suci dinisbatkan kepada Nama Ki Santang sendiri. Yaitu Syekh Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang atau Sri Manggana)

Tokoh 1; Grojogan Sewu merujuk kepada Rangga Seta. Rangga Seta belajar kepada Hyang Badranaya. Putra dari Hyang Smarasanta (Semar).

Tokoh 2; Ki Santang merujuk kepada Syaidina Ali Bin Abi Thalib.
Syaidina Ali belajar kepada Nabi Khidir As. Abi Abas Balya Bin Malkan.

Di Majapahit ada Syekh Grojogan Sewu. Di Pajajaran ada Syekh Sunan Rohmat Suci.

Hyang Badranaya = selalu ada di setiap Jaman sampai saat ini, mengasuh, kalimat menitis, itu bukan sukma atau raga yang menitis, tapi ilmu-ilmunya, yang membimbing dan ilmunya yang diturunkan atau dititiskan.

Nabi Khidir As Abi Abas Balya Bin Malkan = selalu ada di setiap jaman, mengasuh, membimbing sama seperti Hyang Badranaya.

Kisah Sabdo Palon Naya Genggong Dan Uga Wangsit Prabu Siliwangi, tentang Pemimpin Nusantara di Akhir Jaman, adalah Ciri dari Waskitanya Raja Brawijaya V dan Prabu Siliwangi VI. Kewaskitaan tersebut diajarkan oleh Syekh Grojogan Sewu. Syekh Grojogan Sewu diajar oleh Rangga Seta. Rangga Seta diajar oleh Hyang Badranaya.

Cerita Sabdo Palon Naya Genggong dan Uga Wangsit Prabu Siliwangi adalah, satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu naskah skenario dengan sumber yang sama, walaupun dari tempat yang berbeda, yaitu Majapahit dan Pajajaran.

Kedua kisah itu bak gayung bersambut, seperti Madu dengan Manisnya, seperti kata pepatah “asam di gunung daram di laut akhirnya dalam tempurung bertemu juga” yang berujung kepada dua tokoh Rangga Seta dan Hyang Badranaya.

Secara genealogis Prabu Siliwangi VI di Kemaharajaan Pajajaran dan Prabu Brawijaya V di Kemarajaan Purihita (Majapahit), sebenarnya juga masih saudara sepupu, satu keturunan dari Prabu Jaya Darma bin Prabu Darmasiksa dari kerajaan Sunda Galuh, yang merupakan cikal bakal Pakuan Pajajaran dan Majapahit.

Mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan para pengikutnya, yang pergi ke Barat, untuk menemui Ki Santang, padahal konon katanya sejarah yang sudah terlanjur tersebar luas. Hilangnya Prabu Siliwangi beserta kedatonnya, itu  karena terdesak oleh Ki Santang Putranya dan Syarif Hidayatullah cucunya. Logikanya; Kalau memang di kejar-kejar oleh Putra dan cucunya, karena mau di paksa untuk masuk islam.

Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya, yang pergi ke arat Barat, untuk menemui Ki Santang, seperti petikan berikut ini “Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya”…

Prabu Siliwangi dibimbing oleh Syekh Grojogan Sewu dengan Sistem Sabdo Palon Naya Genggong-nya, dan Syekh Grojogan Sewu dididik oleh Rangga Seta-Syaidina Ali.

Prabu Kian Santang juga dididik oleh Syaidina Ali bin Abi Thalib (Rangga Seta) di tanah Arab. Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang, satu silsilah ilmu, hanya bedanya Prabu Siliwangi belajar melalui Syekh Grojogan Sewu, sedangkan Prabu Kian Santang belajar langsung kepada Syaidina Ali. Untuk itu mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi kebarat untuk menemui Ki Santang. Kalau kata pepatah “Saguru Saelmu Ulah Nganganggu”, apalagi beliau punya hubungan anak dan ayah, mana mungkin berseteru, sudah se-ilmu, seguru, sekeluarga lagi.

Cerita pemaksaan agama Islam oleh Kian Santang kepada Bapaknya Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja/ Raden Pamanah Rasa), adalah mitos yang sengaja diciptakan oleh kolonial Belanda, untuk kepentingan Devide et Impera-nya kepada Bangsa Nusantara.

Kalau bukan politik.
Kenapa dalam Wangsit Prabu Siliwangi. Sang Prabu malah memerintahkan para pengikutnya, yang pergi ke barat, untuk menemui Ki Santang Putranya...?!

Masuk akal tidak...?!
tidak masuk akal bukan...?!

Begitu juga mengenai Sabda Palon Naya Genggong. Yang katanya Biksu dari tibet, berusia ribuan tahun, bereinkar nasi berkali-kali, lalu berdebat dengan sunan kali jaga, karena kalah, kemudian mengutuk Tanah jawa.

Coba renungkan dengan kesadaran penuh...!!!
Dimana letak debatnya Sunan Kalijaga dengan Sabdo Palon Naya Genggong...?!
“Kelak setelah lima ratus tahun, dia (Syekh Grojogan Sewu/Sabdo Palon Naya Genggong) akan kembali mengasuh Pemimpin Nusantara”. Ini bukan Sabda nya Sabdo Palon Naya Genggong yang di gambarkan sebagai manusia setengah jin abdinya Prabu Brawijaya, melainkan Sabda nya Sang Prabu Brawijaya itu sendiri, yang mengingatkan, Bahwah Sabda Palon Naya Genggong, yang pernah di perolehnya dari Syekh Grojogan Sewu, akan kembali untuk mengasuh Pemimpin Nusantara. Tidak ada kuntukan disitu.  

Grojogan Sewu adalah gelar seorang insan yang mampu mengajarkan Ilmu, mengucurkan ilmu, laksana air yang mengucur, Grojogan Sewu-Seorang yang mengucurkan ilmu atau orang berilmu (menguasai ajaran/mumpuni/Pintu ilmu pengetahuan/ Bab al-Ilmi) sehingga dia mendapatkan mandat/wewenang untuk mendidik para raja dan para Wali di Nusantara.

Mana mungkin berdebat dengan sunan kali jaga, lalu kalah, kemudian mengutuk, sementara sunan kali jaga adalah muridnya jua.

Ingat Perang Bubat...!!!
Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran, adalah salah satu intrik politi kolonial belanda yang sukses dan berhasil mengadu domba bangsa kita. Ramalan Aji Jayabaya mengenai Sabdo Palon Naya Genggong, juga politik jangka panjang untuk  mengadu domba antar kepercaya’an, khsusunya ajaran jawa, hindu dan islam.

Jadi...
Berpikirlah Cerdas. Jangan terdogma Intrik Politik masa lalu yang telah begitu Kejam nya mengadu domba Bangsa Kita. Bangsa Nusantara yang melingkar Sebagai NKRI.

Duh... Gusti Dzat Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan. Asal Usul Nenek Moyang Semua Mahluk.

Sungguh Murka Paduka  yang hamba harap, Kalau penguraian  Kitab Purwakala warisan Leluhur kami ini, yang hamba terjemahkan dalam bahasa Indonesia Merdeka (tanpa tedeng aling-aling), tidak sesuai dan tidak tepat dengan yang Aslinya.

Ini saya lakukan, demi cinta kasih sayang ku kepada-Mu dan seluruh mahluk-Mu. Supaya tidak ada lagi kecurangan dan kebohongan terkait tentang-Mu, dengan ini, saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi.

Maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.

Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup..._/\_.... Aaamiin. Terima Kasih. Terima Kasih Dan  Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di...
Pesanggrahan Pesona Jagat Alit.
Alamat; Desa. Karangreja. RT/Rw. 02/03. Kec. Tanjung. Kab. Brebes. Jawa Tengah Indonesia. 52254.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya