Wejangan Laku:

Wejangan Laku:
"Tentang Hati dan Isi Hati"
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan.
Buleleng Singaraja Balu. Hari Jumat. Tanggal 15 September 2017.


Para Kadhang Kinasihku sekalian...
Tahukah Anda...?
Mengapa saya selalu berpesan. Jagalah hati mu... Jagalah hati mu... Jagalah hati mu... Hingga berulang kali di beberapa Artikel Wejangan Tanpa Tedeng Aling-Aling yang saya sebar secara umum di internet...?!
Dibawah ini rahasia dibalik Pesan saya tentang jagalah hati mu.

Sabda Hidup;
“ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati!“

Firman Dzat Maha Suci Hidup;
"Dalam setiap rongga anak adam, Aku ciptakan suatu mahligai yang di sebut dada. Di dalam dada ada hati (hati bagian luar), dalam hati, ada qalbu/benak (hati bagian dalam), di dalam qalbu/benak, ada fuad/nurani (hati paling dalam), dalam fuad/nurani, ada jiwa/ruh, di dalam jiwa/ruh, ada rasa, di dalam rasa ada hidup, di dalam hidup, ada Sir Dzat Sipat, dan di dalam Sir Dzat Sipat, ada Aku. Tempat Aku menyimpan Rahasia-ku"

“Al-Insanu Siri Wa Ana Siruhu” Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.
Hati, adalah satu-satunya poin penentu dari semua dan segala tujuan hidup manusia di dalam kehidupan dunia ini.
Singkatnya. Hati adalah alat untuk mencapai Tujuan Hidup Yang Sebenarnya.

Sebelum mengetahui kaitan antara Hati dan pencapaian tujuan Hidup yang sebenarnya, hendaknya terlebih dahulu, kita mengenali adanya kesadaran dalam diri kita.

Secara spiritual, manusia memiliki setidaknya tiga kesadaran;
1. Kesadaran fisik, dengan otak sebagai pusat (terletak di kepala). 2. Kesadaran jiwa atau sukma, dengan sedulur papat atau empat anasir sebagai pusat (terletak di antara alis).
3. Kesadaran roh, dengan pancer atau hidup sebagai pusat (terletak di dalam hati).

Kesadaran ini juga dikenal sebagai Kesadaran Super atau Supra atau Atman atau Murni.
Kesadaran roh, dengan roh sebagai pusat (yang terletak di dalam hati inilah, yang disebut sebagai diri sejati, dan diri sejati inilah yang di sebut sebagai Roh Suci, dan Roh Suci inilah Hidup.

Jadi...
Jelas bukan...?!
Bahwa Hidup itu, bersemayam di dalam hati.
Hidup adalah percikan dari Sang Pencipta Hidup. Sumber Sejati yang merupakan Roh terbesar atau dikenal sebagai Paramatman (The Greatest Atman) dalam filsafat Hindu atau Dzat Maha Suci dalam filsafat Islam.

Dari yang sudah saya jelaskan secara singkat namun jelas diatas, dapat di sadari bukan....

Bahwa di dalam tubuh manusia, terdapat sebuah hati dan di dalam hati dan roh, di dalam roh ada Roh Suci atau Hidup.
Raga, tidak bisa tanpa hati, hati tidak bisa tanpa ruh, ruh tidak bisa tanpa Roh Suci atau Hidup.

Dengan dasar pengertian tersebut, bisa kita ketahui bukan, bahwa, inti dari hati adalah Roh Suci atau Hidup. Hidup merupakan bagian terdalam dari hati, satu-satunya bagian diri yang mengetahui kebenaran sejati. Roh Suci atau Hidup atau Diri Sejati, tidak bisa ada tanpa adanya Laku.

Semasa kita hidup sebagai manusia, kesadaran fisik atau otak, adalah lapisan luar, dari kesadaran yang membungkus tingkat kesadaran yang lain.

Meskipun kesadaran dalam dan terdalam, yaitu jiwa dan roh tahu apa yang terjadi, namun tetap hanya kesadaran fisik yang dapat berinteraksi dengan lingkungan.

Kesadaran tinggi yaitu jiwa dan kesadaran yang lebih tinggi yaitu roh, yang terletak di dalam hati, tidak memiliki kesempatan berinteraksi langsung dengan lingkungan, kecuali di saat mengikuti rasa dari tingkat kesadaran yang lebih tinggi dengan otak, yaitu murni.

Begitu tubuh fisik berhenti bekerja (tidur), pusat kesadaran fisik (otak), akan pergi. Kesadaran jiwa, dengan hati dan roh di dalamnya, menjadi lapisan luar yang berinteraksi langsung dengan lingkungan.

Hal ini hanya dapat dan bisa di ketahui dengan kesadaran. Namun bagaimana mungkin bisa sadar.... Selagi tubuh fisiknya sedang tidur pulas menggerox.

Kesadaran jiwa ini, juga dikenal sebagai kesadaran perantara antarmuka, antara manusia dan roh yang menjadi isi hati-nya. Agar roh dapat menggunakan tubuh fisik manusia untuk belajar di bumi, sebagai manusia hidup seutuhnya dan sebenar-benarnya Utusan Dzat Maha Suci.

Wejangan Laku:
"Tentang Hubungan Kesadaran dengan Hati"

Mengingat bahwa hati sangatlah penting, itu tidak berarti bahwa tingkat kesadaran yang lain tidak penting. Kesadaran fisik dengan otak sebagai pusatnya, juga merupakan fasilitas yang luar biasa.

Otak merupakan bagian dari alat-alat spiritual yang diberikan oleh Dzat Maha Suci, sehingga kita dapat belajar melalui pengalaman, sebagai pelajaran spiritual di Bumi, untuk membantu kita ingat dan memilih Tuhan YME. Bukan yang lain.

Tetapi, tentu saja ada alat spiritual khusus yang membantu kita ingat dan memilih Tuhan YME, yang telah disediakan bagi kita untuk benar-benar meningkatkan hubungan kita kepada Tuhan YME, yaitu hati dan isinya, seperti yang sudah saya jelaskan di Wejangan Laku yang Kesatu.

Bahkan, saat otak memilih Tuhan YME, kita juga dapat dengan tepat menggunakan fasilitas khusus yang telah diberikan kepada kita yaitu isi hati, yang menghubungkan kita kepada Tuhan YME, serta dapat membantu Roh Suci atau Hidup, terhubung langsung dengan segala sesuatu yang diperlukan.

Hal ini adalah bagian dari hadiah indah dari tubuh fisik kita sebagai manusia.
Roh Suci atau Hidup atau Diri Sejati yang bersemayam di Dalam Hati kita ini, adalah Kita Yang Sebenarnya.

Siapakah Aku...?!
Mengapa Aku di sini...?!
Kemana Aku harus menuju...?!

Adalah pertanyaan yang kita hadapi dewasa ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut, perlu kita sadari, siapa diri kita sebenarnya.

Apakah kita adalah tubuh fisik manusia yang sementara...?!
Atau jiwa...?!
Atau roh...?!

Siapa diri kita yang sebenarnya...?!
Manakah yang ada lebih dulu...?!
Tubuh fisik manusia yang sementara...?!
Atau jiwa...?!
Atau roh...?!

Sebagian besar menganggap tubuh fisik manusia yang sementara ini, sebagai kita yang sebenarnya.
Jika kita memandang tubuh fisik yang sementara ini, sebagai kita yang sebenarnya, sangatlah mudah untuk memahami mengapa kita memiliki begitu banyak kekhawatiran, keraguan dan ketakutan mengenai tubuh fisik yang sementara ini.

Yang pasti tubuh fisik manusia ini, suatu hari akan sakit, tua, dan mati. Ini hanya masalah waktu saja.

Sebaliknya, jika kita mulai menyadari bahwa diri kita yang sebenarnya bukanlah tubuh fisik manusia yang sementara ini, tetapi sesuatu yang kekal dan ilahi, yang tidak bisa mati, dan memiliki tujuan yang indah untuk ada; Maka tidak ada alasan untuk khawatir, ragu dan takut, tentang banyak hal seperti yang dilakukan oleh kebanyakan manusia.

Ya...
Diri kita yang sebenarnya, bukanlah tubuh fisik yang sementara ini, tetapi isi hati yang telah diberikan kepada tubuh fisik oleh Tuhan YME, sebagai alat spiritual atau sebagai sarana indah, sehingga kita bisa melakukan perjalanan laku spiritual, sebagai manusia seutuhnya, tanpa kekurangan suatu apapun dalam membantu Roh Suci atau Hidup atau Diri Sejati kita, kembali kepada Dzat Maha Suci asal usul kita.

Segala sesuatu yang kita alami dalam hidup sehari-hari, hanyalah sebuah kesempatan dan sarana untuk membantu Diri Sejati kita, untuk berhasil mencapai tujuan akhir dari keberadaan. Yaitu Dzat Maha Suci dalam kesempurnaan Abadi.

Beberapa waktu yang lalu, sebelum memiliki tubuh manusia ini, kita diciptakan sebagai sedulur papat kalima pancer atau empat Anasir dan Hidup (Wahyu Panca Ghaib).

Bahkan tubuh dan jiwa, sengaja diciptakan oleh Tuhan YME dan di bekalkan sebagai sarana indah, untuk membantu isi hati yaitu Roh Suci atau Hidup, yang sedang belajar untuk kembali kepada Dzat Maha Suci.

Ketika kita datang dari Sumber Cahaya Cinta Kasih Sayang Ilahi, kita ditakdirkan untuk bahagia secara sempurna, karena Sumber Cahaya Cinta Kasih Sayang Ilahi, adalah sumber sukacita dan kebahagiaan sejati yang sempurna.

Jika tidak menyadari siapa kita sebenarnya, kita akan bergerak menjauh dari sukacita dan kebahagiaan sejati yang sempurna itu.

Untuk mulai menyadari siapa diri kita sebenarnya, langkah pertama adalah membersihkan hati dari semua dan segala noda hati, langkah kedua adalah selalu menjaga hati, langkah ketiganya adalah selalu membuka hati untuk Dzat Maha Suci.

Ingat...!!! Hanya untuk Dzat Maha Suci. Bukan yang lain selain-Nya.

Maksudnya...
Hanya Cahaya Cibta Kasih Sayang Dzat Maha Suci Tuhan YME-lah, yang kita terima memasuki hati, karena hanya Cahaya Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci itu sendiri, yang dapat membantu kita untuk menyadari siapa diri kita sebenarnya.

Masih ingat dengan wejangan saya tentang apa itu Suci dan Suci itu seperti apa...?!

Bahwasannya...
Suci itu bukan bentuk dan warna, bukan pula karena habis perpuasa, beribadah, bertapa atau sehabis berwudhu. Melainkan Kemurnian yang tidak bisa di campuri atau tercampuri oleh apapun, selain oleh Suci itu sendiri.

Niyat membersihkan Hati dari segala noda dan Belajar menjaga hati untuk tidak ternoda lagi serta Berusaha membuka hati hanya untuk Dzat Maha Suci. Dengan Wahyu Panca Ghaib yang di Ibadahkan dengan menggunakan Wahyu Panca Laku.

Adalah Sistem Tercepat dan Tertepat untuk Membantu kita menyadari siapa diri kita yang sebenarnya. Hingga berhasil mencapai puncak keSempurnaan Sejati. 

Wejangan Laku:
"Tentang Kesadaran yang Lebih Tinggi atau Kesadaran Murni dan Pertumbuhan Spiritual"

Para Kadhang Kinasihku sekalian...
Sebagai manusia, kita tumbuh dari bayi menjadi dewasa dan sebagai makhluk spiritual.
Dari sudut pandang kesadaran spiritual, bertumbuh secara spiritual, berarti kesadaran kita tumbuh di luar kesadaran fisik sehari-hari kita.

Jiwa atau Sukma, secara spiritual dianggap sebagai kesadaran tinggi, karena getaran yang lebih tinggi dari kesadaran fisik sehari-hari kita, sedangkan Roh Suci atau Hidup, sebagai kesadaran tertinggi-nya atau lebih tinggi, yang sering saya sebut dengan istilah kesadaran murni.

Secara teknis, kesadaran Roh Suci atau Hidup, memiliki getaran energi yang lebih tinggi daripada getaran energi kesadaran jiwa, dan getaran energi kesadaran jiwa, memiliki getaran lebih tinggi daripada getaran energi kesadaran fisik.

Jadi, dengan kata lain, bahwa arah pertumbuhan spiritual, adalah tumbuh menuju ke kesadaran yang lebih tinggi, mulai dari kesadaran jiwa/sukma, lalu ke kesadaran Roh Suci/hidup hingga sampai ke kesadaran Dzat Maha Suci Hidup, yang menjadi titik akhirnya.

Hanya saat sadar sebagai Roh Suci/Hidup, kita dapat mengerti siapa kita yang sebenarnya dan memahami hubungan kita dengan Dzat Maha Suci.

Sadar sebagai Roh Suci/Hidup, merupakan langkah yang sangat penting dalam mencapai tujuan hidup yang sebenarnya (Wahyu Panca Ghaib-Wahyu Panca Laku).

Dengan demikian, mencapai kesadaran yang lebih tinggi, merupakan bagian terpenting dari pertumbuhan spiritual setiap manusia hidup di dunia ini.

Bagi banyak para pencari Tuhan melalui spiritual yang serius, bukanlah proses yang mudah, untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi secara tepat.

Sebab untuk hal itu, hati dan syahwat kita, harus selalu bersih dan terjaga, kalau masih kadang kala bersih terjaga kadang kala tidak bersih dan tidak terjaga, tidak akan pernah bisa, siapapun dia.

Karena itu, ada banyak yang telah mencari dengan menghabiskan banyak waktu dan usaha, tetapi tidak mendapatkan hasil yang tepat.

Namun sesungguhnya....
Untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi dengan tepat, bukanlah proses yang sulit, karena kita tidak perlu dan tidak harus dengan modal uang atau puasa serta sakti mandraguna. Cukup membersihkan hati dan syahwat lalu menjaganya secara kontinyu, agar tidak ternoda kotoran lagi.

Hanya dengan begitu, di ketahui atau tidak. Roh Suci atau Hidup yang pada hakikatnya e adalah Guru Sejati kita, utusan dari Dzat Maha Suci, akan menuntun-nya.

Dan di Saat Guru Sejati sudah berfungsi membimbing, saat itulah dapat dicapai kesadaran yang lebih tinggi. Kunci-nya Wahyu Panca Ghaib, gemboxnya Wahyu Panca Laku. Siapapun Anda. Pasti bisa. Buktinya. Saya bisa. Tidak ada bedanya antara saya dan Anda. Jadi.... Kalau saya bisa. Berati Anda lebih bisa. 

Wejangan Laku:
"Tentang Mencapai Kesadaran Roh Suci/Hidup atau Guru Sejati"

Untuk bisa mengerti atau memahami atau mengetahui bin Mengenal Dzat Maha Suci secara utuh/keseluruhan. Agar dapat kembali kepada-Nya secara sempurna.

Kita harus Mencapai Kesadaran Roh Suci atau Mencapai Kesadaran Hidup atau Kesadaran Guru Sejati terlebih dahulu.

Bagi kebanyakan orang, termasuk Putera Rama pada umumnya, mencapai kesadaran yang lebih tinggi, yaitu Kesadaran Roh Suci atau Hidup atau Guru Sejati.

Terdengar seperti misi yang tidak mungkin, bahkan tujuan yang sangat mustahil.

Namun... Laku Murni Menuju Suci. Menawarkan serangkaian lokakarya khusus, yang menjamin setiap orang, siapapun dia, untuk dapat mencapai kesadaran diri sejati ini. Dengan sistem yang sangat sederhana dan tanpa biaya bahkan syarat material apapun bentuknya.

Cukup Wahyu Panca Laku, yang di gunakan untuk Mengibadahkan Wahyu Panca Ghaib, tanpa puasa, tanpa tirakat, tanpa bertapa, tanpa ritual atau rialat uborampe, tanpa bersedekah apapun wujud bentuknya. Cukup Wahyu Panca Laku, yang di gunakan untuk Mengibadahkan Wahyu Panca Ghaib. Dijamin BiSa.

Kita tidak hanya akan mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan bisa berkomunikasi dengan diri yang lebih tinggi.
Dalam Laku Murni Menuju Suci, jika sudah mencapai kesadaran diri sejati, berarti dapat sepenuhnya sadar sebagai diri yang lebih tinggi setiap saat diinginkan.

Karena sesungguhnya. Kita adalah penguasa diri kita sendiri, sejak perjalanan spiritual sejati, yang juga berarti penguasaan diri di semua tingkat kesadaran kita.

Sejak diri sejati atau hidup berada di dalam hati kita, maka perjalanan spiritual akan menjadi perjalanan hati, dan cara yang dilakukan oleh hati, selalu dipenuhi dengan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dan ketenteraman.

Hati adalah satu-satunya jalur untuk hubungan kita dengan Dzat Maha Suci. Setelah Hati Nurani atau kesadaran murni yang merupakan jalur/jalan untuk kebenaran sejati diaktifkan, kita akan mampu mewujudkan validitas dari segala sesuatu selama ini dianggap ghaib.

Hal ini adalah nyata, bukan sekedar teori/ide pengertian belaka. Hanya dengan Hati Nurani atau kesadaran murni, dapat dipelajari cara yang tepat untuk melampaui realitas kemanusia'an kita. Bersambung Ke Wejangan Laku keLima "Tentang ro dan Roh Suci atau Hidup.

Saya Wong Edan Bagu. Mengucapkan Salam Rahayu selalu serta Salam Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon; 0819-4610-8666.
SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM; DACB5DC3”
@EdanBagu
www.wongedanbagu.com
http://putraramasejati.wordpress.com
http://facebook.com/tosowidjaya