Pemahaman Tentang KUNCI. PAWELING. ASMO. MIJIL. SINGKIR. (Didalam Wahyu Panca Gha’ib)



Pemahaman Tentang KUNCI. PAWELING. ASMO. MIJIL. SINGKIR.
(Didalam Wahyu Panca Gha’ib)
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan.
Semarang Jateng. Hari Sabtu. Tanggal 19 Agustus 2017.


1. Pemahaman Tentang KUNCI:
"Kunci"
Pengertian Kunci.
Adalah; Kumpul Nunggal Suci.
Kumpul itu... Mendekat. Nunggal itu... Bersatu/Menyatu. Suci itu... Murni/Bersih, tak tercampuri oleh apapun.


Hakikat Kunci;
Adalah; Anasir pertama, yang berasal dari Sarinya Air, yang lebih di kenal dengan sebutan Kawah/ketuban atau Mutmainah.


Lakunya Kunci;
Adalah; Manembahing Kawula Gusti.
Manembahing itu... Tunduk-nya. Kawula itu... Empat Anasir, yang lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat. Gusti itu... Hidup, yang di kenal sebagai Pancer.


Jadi...
Maksud dari Manembahing Kawula Gusti. Adalah tunduknya sedulur papat Kalima Pancer kepada Dzat Maha Suci.


Kesimpulannya;
Kalau Patrap Kunci dan Membaca Kunci. Empat Anasir atau Sedulur Papat kita Dan Hidup atau Pancer Kita. Harus Tunduk Kepada Dzat Maha Suci.


Sebab itu...
Wahyu Panca Laku atau Iman yang Pertama. Mengharuskan untuk Pasrah, menyerahkan semua dan segalanya kepada Dzat Maha Suci.


Karena yang namanya tunduk, ya pasrah, dan yang di sebut pasrah, tidak ada istilah menggerutu atau mendesah atau berkeming, apa lagi protes. Enak tidak Enak. Cocok tidak Cocok, harus tetap diam sambil senyum sendiko dawuh.


2. Pemahaman Tentang PAWELING:
"Paweling"
Pengertian Paweling.
Adalah; Panalangsan atau Keterenyuhan.
Maksudnya seperti ini. Ada hubungan yang tidak bisa kita lupakan, apapun alasannya, ada ikatan yang tidak bisa kita putuskan, apapun alasannya, ada komunikasi yang tidak bisa kita elak kan, apapun alasannya.


Yaitu;
Hubungan dan Ikatan serta Komunikasi antara Nur Allah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad "atau" Sir Dat Sipat "atau" Cinta Kasih Sayang.
Nur Allah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad "atau" Sir Dat Sipat "atau" Cinta Kasih Sayang.


Inilah, asal mula semua kejadian. Termasuk kita, manusia hidup.
Awalnya adalah kemutlakan dzat maha suci semata. Lalu dzat maha suci memecah dirinya. Menjadi tiga bagian. Yaitu; Nur Allah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad "atau" Sir Dat Sipat "atau" Cinta Kasih Sayang.


Dan dengan menggunakan tiga bahan inilah, semua dan segalanya di cipta dan tercipta.
Di waktu kita masih belum terpisah, masih menjadi satu wujud sebagai dzat maha suci. Yang ada hanya Kebahagia'an dan Ketenteraman. Tidak ada suka duka, tak kenal masalah apapun.
Namun setelah terpecah menjadi tiga bagian tersebut, dan tercipta menjadi sebuah mahluk. Suka duka dan masalah mulai bermunculan.


Suka duka dan masalah inilah, yang melenakan kita, sehingga kita lupa dengan tri tunggal yang menjadi jatidiri kita, yang dulunya adalah merupakan satu kesatuan yang bahagia dan tenteram.


Ketika kita membaca Paweling. Siji-siji. Loro-loro. Telu-telonono. Kita di kembalikan ke hal ini dan tentang ini.


Bagaimana kita tidak rindu akan hal tersebut, bagaimana tidak terenyuh, selama ini kita telah lupa cinta kita bertiga, kasih kita bertiga, sayang kita bertiga, kita terlalu asyik bermain ketipung suka duka dan masalah.


Tidak mengetahui bahkan tidak menyadari kalau si Nur Allah atau Sir atau Cinta kita sedang merindu.


Tidak mengetahui bahkan tidak menyadari kalau si Nur Muhammad atau Dat atau Kasih kita sedang merindu.


Tidak mengetahui bahkan tidak menyadari kalau si Nur Ilmu Muhammad atau Sipat atau Sayang kita sedang merindu.


Sungguh terlalu jika tidak Nelangsa... Tidak Terenyuh...
Tidak selembar daunpun yang jatuh tanpa kehendak-Nya. Apapun kejadiannya yang terjadi, kita harus mau bersedia menerimanya.


Karena syarat untuk bisa menjadi satu kembali seperti semula, kita harus mau bersedia menerimanya. Apapun itu...


Protes...?!
Menolak...?!
Tidak mau...?!


1. Siji: Nur Allah-Sir-Cinta.
2. Loro: Nur Muhammad-Dat-Kasih. 3. Telu: Nur Ilmu Muhammad-Sipat-Sayang.
Tidak akan pernah bisa Bersatu/Menyatu lagi seperti semula.


Hakikatnya Paweling;
Adalah; Anasir ketiga, yang berasal dari Sarinya tanah, yang lebih di kenal dengan sebutan Ari-ari atau Aluamah.


Lakunya Paweling;
Adalah; Manunggaling Kawula Gusti.
Manunggal itu... Bersatupadu. Kawula itu... Empat Anasir, yang lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat. Gusti itu... Hidup, yang di kenal sebagai Pancer.


Jadi...
Maksud dari Manunggaling Kawula Gusti. Adalah bersatupadunya sedulur papat Kalima Pancer dengan Dzat Maha Suci.


Kesimpulannya;
Kalau Patrap Paweling dan Membaca Paweling. Empat Anasir atau Sedulur Papat kita Dan Hidup atau Pancer Kita. Harus Bersatupadu dengan Dzat Maha Suci.


Sebab itu...
Wahyu Panca Laku atau Iman yang Kedua. Mengharuskan untuk Menerima apapun kehendak atau keputusan Dzat Maha Suci.


Kalau bisa menerima apapun kehendak dan keputusan dzat maha suci. Nur Allah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad "atau" Sir Dat Sipat "atau" Cinta Kasih Sayang ini. Baru Bisa jadi satu.


Dan bersatunya Tri Tunggal ini. Berati dzat maha suci. Dan dzat maha suci. Adalah maha segalanya.


3. Pemahaman Tentang Asmo:
"Asmo"
Pengertian Asmo.
Adalah; Tanda atau Ciri, kalau bahasa jawanya. Tenger.


Tanda untuk siapa dan untuk apa...?!
Tanda untuk hidup dan supaya bisa disebut atau bisa di panggil dan bisa di temui.


La kalau Asmo Sejati...?!
Sejati itu... Yang sebenarnya atau yang sesungguhnya.


Hidup berasal dari dzat maha suci, yang di utus secara khusus, menempati tubuh manusia, hingga batas waktu yang telah di tentukan.


Jadi...
Maksud dari Asmo Sejati. Adalah Tanda yang sebenarnya untuk hidup, yang masih menempati setiap wujud yang masih hidup. Agar supaya bisa menyebut dan memanggil bahkan menemuinya kapanpun dan dimanapun, untuk hal apapun.


Karena hidup berasal dari dzat maha suci. Asmo di artikan juga, sebagai, Asale Manunggal, yang maksudnya (awalnya bersatu atau menyatu-dengan dzat maha suci).


Karena hidup itu utusan dzat maha suci, jadi, dia mengerti dan paham serta tahu semua dan segalanya tentang dzat maha suci dan seluruh ciptaannya.


Hakikat Asmo Sejati;
Adalah; Hidup atau Roh Suci/Kudus atau Guru Sejati atau Rasul/Utusan. Atau Pancer. yang berasal dari dzat maha suci.


Dan Hidup adalah satu-satunya Ruh Suci yang bisa berhubungan langsung dengan dzat maha suci, kapanpun dia mau. Karena selain utusan, hidup adalah kekasih terkasihnya dzat maha suci.


"sungguh aku tidak mengenal doa dari siapapun, jika tidak melalui rasulku/utusanku"


Lakunya Asmo;
Adalah; Leburing Kawula Gusti.
Leburing itu... Musnah-nya. Kawula itu... Empat Anasir, yang lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat. Gusti itu... Hidup, yang di kenal sebagai Pancer.


Jadi...
Maksud dari Leburing Kawula Gusti. Adalah musnah-nya sedulur papat Kalima Pancer.


Kesimpulannya;
Kalau Patrap Mijil Menyebut Asmo Sejati. Empat Anasir atau Sedulur Papat kita Dan Hidup atau Pancer Kita. Harus musnah, harus tidak ada itu dan ini, semuanya musnah. Tidak ada sedulur papat, tidak ada Pancer, tidak ada kepentingan, tidak ada keperluan, tidak ada urusan dan masalah kemelekatan apapun, semuanya telah lebur/musnah, yang ada hanya dzat maha suci semata, lainnya itu, semu dan palsu.


Sebab itu...
Wahyu Panca Laku atau Iman yang Ketiga. Mengharuskan untuk mempersilahkan dzat maha suci. Karena jika tidak di persilahkan, kita tidak akan mendapatkan apa-apa, sebab semua dan segalanya telah lebur/musnah menjadi semu/palsu.


Mau mempersilahkan dzat maha suci untuk mengambil alih semua dan segala tentang kita, maka semua dan segala kesemuan dan kepalsuan itu, akan di sempurnakan, dan di ganti dengan yang asli dan nyata-nyata asli.


4. Pemahaman Tentang MIJIL:
"Mijil"
Pengertian Mijil.
Ada dua titik, yang perlu kita tepatkan, yang satu miji, satunya midji, kalau miji, itu berati tumbuh, istilah jawanya, tuwuh atau tukul, kalau midji, itu berati menyatu, istilah jawanya ngumpul atau ngumpuli.


Kata menyatu atau ngumpul, ini menandakan ada beberapa sesuatu. Maksudnya, lebih dari jumlah satu. Karena lebih dari jumlah satu, maka di gunakan kata menyatu atau ngumpul.
Jadi, yang tepat. Adalah Midjil, bukan Mijil.


Midjilo...
Berarti, sesuatu hal yang jumlahnya lebih dari satu itu, menyatu keluarnya. Maksudnya, tidak keluar sendiri sendiri atau berpisah. Melainkan jadi satu wujud.


Mengapa bisa begitu....?!
Ketika kita menyebut Asmo Sejati. Semua dan Segalanya, itu menyatu menjadi satu kesatuan. Midji. setelah bersatu, semua dan segalanya itu, menjadi lebur, tidak ada apa-apa, kecuali dzat maha suci.


Djilo. Keluarlah. Semua dan segalanya yang sudah menjadi satu itu. Keluarlah... Ini adalah ghaib, maksudnya, tidak kasat mata.


Sebab itu, Wahyu Panca Laku atau Iman, yang keEmpat.
Mengharuskan kita untuk Ngrasak Ake ananing Dzat Maha Suci. Sebab, keleburan semuanya dan penyatuan segalanya itu, tidak kasat mata, keluarnyapun, yang sudah menjadi satu itu, tidak kasat mata pula.


Jadi, hanya dengan rasa, cuma dengan cara merasakan, kita bisa mengetahui keleburan dari semuanya itu, dan penyatuan dari segalanya itu, yang keluar jadi satu tersebut.


Hakikat Midjil;
Adalah; Anasir kedua, yang berasal dari Sarinya Angin, yang lebih di kenal dengan sebutan pusar/puser atau Supiyah.


Lakunya Midjil;
Adalah; Sampurnaning Kawula Gusti.
Sampurna itu... Kembali ke asal, kalau Sampurnaning, berarti. Kembali ke asalnya. Kawula itu... Empat Anasir, yang lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat. Gusti itu... Hidup, yang di kenal sebagai Pancer.


Jadi...
Maksud dari Sampurnaning Kawula Gusti. Adalah; Kembalinya sedulur papat Kalima Pancer ke asalnya, yaitu Dzat Maha Suci.


Kesimpulannya;
Kalau Patrap Midjil dan Membaca Midjil, Empat Anasir atau Sedulur Papat kita Dan Hidup atau Pancer Kita. Sudah tidak ada, karena sudah sampurna kembali ke asalnya, yaitu dzat maha suci.


Jadi...
Tidak ada doa lagi, kalimat, kata kata, permohonan, keluh kesah, takut, ragu, pikiran, duga menduga, rancangan.


Dan bla,,,bla,,,bla,,,lainnya. Yang ada hanya rasa, yang harus kita sadari secerdas mungkin, agar supaya bisa merasakan kasempurnaan yang nyata itu. Sehingganya kita tahu persis. Bahwa tidak ada yang lebih wah, di bandingkan dengan Pengampunan dari Hyang Maha Sempurna.


5. Pemahaman Tentang SINGKIR:
"Singkir"
Pengertian Singkir.
Adalah; Tidak menilai. Sing-Kir.
Sing itu... Dari bahasa Kawi, yang artinya mboten atau ora, bahasa Indonesianya, tidak. Kir itu... Dari bahasa Psikolog, yang artinya menganalisa atau mendeteksi atau memeriksa (menilai).


Hakikat Singkir;
Adalah; Anasir keempat, yang berasal dari Sarinya Api, yang lebih di kenal dengan sebutan Darah atau Amarah.


Lakunya Singkir;
Adalah; Sampurnaning Pati Urip.
Sampurna itu... Kembali ke asal, kalau Sampurnaning, berarti. Kembali ke asalnya. Pagi itu... Segala masalah yang berkaitan dengan Kematian atau Akhirat. Urip itu... Semua masalah yang berkaitan dengan Kehidupan atau Dunia.


Jadi...
Maksud dari Sampurnaning Pati Urip, Adalah; Kembalinya segala urusan akhirat dan dunia. ke asalnya, yaitu Dzat Maha Suci.


Kesimpulannya;
Kalau Patrap Singkir dan Membaca Singkir, apapun kejadiannya, apapun yang terjadi, sudah tidak lagi menilai, sudah tidak lagi menganalisa, memeriksa, membedakan, mengecek, mengira, menduga dan semua bentuk kira'an dan sangkaan.


Karena ketika kita Singkir, semua dan segalanya itu, telah sempurna, yang artinya, kembali ke asal usul Sangkan Paraning dumadi "Inna lillaahi wa Inna ilaihi Raji'un"


Jadi, untuk apa di nilai, untuk apa di analisa, untuk apa di pilah dan di pilih, di bedakan dan di bla,,,bla,,,bla,,, lainnya, bukankah semua dan segalanya itu berasal dari Tuhan dan hanya akan kembali kepada Tuhan.


Tidak selembar daunpun yang jatuh tanpa kehendak-Nya. Apapun itu dan bagaimanapun kejadian yang terjadi, bukan untuk di nilai, untuk di analisa, di pilah dan di pilih, di bedakan.
Yang ini baik, yang itu buruk, yang ini salah, yang itu benar, yang itu wajib di tiru, yang ini harus di tinggalkan dan bla,,,bla,,,bla,,, lainnya.


Apapun itu dan bagaimanapun kejadian yang terjadi, bukan untuk di nilai, untuk di analisa, di pilah dan di pilih, di bedakan dan bla,,,bla,,,bla... Melainkan untuk di sadari.


Bahwa itu semua berasal dari Tuhan, yang cocok tidak cocok, suka tidak suka, mau tidak mau, harus di mengerti, di pahami di ketahui dengan kesadaran iman.


Sebab itu dan karena itu. Wahyu Panca Laku atau Iman yang keLima, mengharuskan kita untuk menebar Cinta Kasih Sayang-Nya. Bukan mengharuskan kita menilai atau menganalisa apa lagi membedakan.


Karena semuanya dan segalanya itu, adalah satu/sama, baik dari Tuhan, buruk juga dari Tuhan, salah dari Tuhan, benar pun dari Tuhan dll. Karena Tuhan itu Esa/Tunggal.
Jika meyakini dan mempercayai bahwa Tuhan itu Esa/Tunggal, berati kita harus bisa menyadari, bahwa salah benar, baik buruk dan semua serta segalanya itu, berasal dari Tuhan.
Jika kita mengira bahwa baik itu dari Tuhan, dan menduga bahwa buruk itu dari iblis, berati kita belum Singkir.


Sebab, dengan kira'an dan dugaan itu, sama halnya dengan menduakan Tuhan, yang artinya Tuhan itu bukan Esa dan tidak Tuhan, melainkan ada dua Tuhan. Satu Tuhan yang berkuasa menciptakan baik. Yaitu Allah. Dan satunya Tuhan yang berkuasa menciptakan keburukan. Yaitu Iblis.


Apa lagi kalau sampai mengira bahwa Singkir itu untuk menyingkirkan musuh atau saingan atau apapun yang di anggap mengancam diri. Berati... Anda bukan saja belum berIman. Tapi juga belum berTuhan bahkan tidak berTuhan.


Maaf... Ini pemahaman yang paling mendasar secara umum dan awam, yang sesungguhnya, lebih dari sekedar yang sudah saya uraikan diatas.


Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.

Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Kinasih Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *

Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon; 0819-4610-8666.
SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM; DACB5DC3”
@EdanBagu