Wejangan Tanpa Tedeng Aling-Aling. Tentang Guru Sejati. Bagian KeLima:
Wejangan Tanpa Tedeng Aling-Aling.
Tentang Guru Sejati. Bagian KeLima:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan.
Cirebon Jabar. Hari Kamis. Tanggal 06 Juli 2017.
Salam Rahayu para kadhang kinasihku sekalian dimanapun berada. "Barang siapa ingin mengenal Tuhan-nya. Maka dia harus mengenal diri-nya terlebih dahulu"."Barang siapa telah mengenal diri-nya. Maka dia telah mengenal Tuhan-nya"
"Kemana engkau menghadap. Disitu wajah Tuhan"." Sungguh aku tidak mengenal doa dari siapapun. Kalau tidak melalui rasulku-utusanku"."Jika engkau mendekatiku sejengkal. Aku akan mendekatimu sedepa.... Jika engkau mendekatiku dengan cara berjalan. Aku akan mendekatimu dengan berlari" dan masih banyak lagi bla...bla...bla... Lainnya yang mengacu pada penjelasan mengenal Tuhan, diantara seperti dibawah ini;
Dalam setiap rongga anak adam, Aku ciptakan suatu mahligai yang di sebut dada. Di dalam dada ada hati (hati bagian luar), dalam hati, ada qalbu/benak (hati bagian dalam), di dalam qalbu/benak, ada fuad/nurani (hati paling dalam), dalam fuad/nurani, ada jiwa/ruh, di dalam jiwa/ruh, ada rasa, di dalam rasa ada hidup, di dalam hidup, ada Sir Dzat Sipat, dan di dalam Sir Dzat Sipat, ada Aku. Tempat Aku menyimpan Rahasia-ku. “Al-Insanu Siri Wa Ana Siruhu” Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.
Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robahu “Barang siapa mengenal diri-nya, maka dia mengenal Tuhan-nya”
Man Tolabal Maolana BigoeriI Nafsi Faqoddola Dolalan Baida “Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh”
Iqro Kitab Baqo Kafa Binafsika Al Yaoma Alaika Hasbi “Bacalah kitab yang kekal, yang berada di dalam diri kalian sendiri”
Allahu Bathinul Insan, Al Insanu Dhohirullah “Allah itu bathinnya manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah”
Wa man Arofa Robabahu Faqod Jahilan Nafsuhu “Barang siapa mengenal Tuhan-nya, maka dia merasa bodoh.
Ini bukan lagi hal yang asing, atau tabu secara umum, jangankan yang memang sedang mempelajarinya, sampai-sampai, yang sedang tidak belajar di hal tersebut saja, hapal bangets,,, mengerti bangets,,, bahkan paham bangets...
Sepertinya, yang lain juga sama seperti saya dulu, semua cara, teori dan praktek nya mengenai hal tersebut, sudah di tempuh dan di lakukannya, tapi apa hasilnya...?!
Sekalipun bersekukuh mengaku sudah sampai, sudah bertemu dengan yang namanya sedulur papat kalima pancer,, bahkan mengaku sudah bisa berkomunikasi dengannya, mengaku sudah ngerti, sudah paham akan diri sejatinya, alias sudah bisa bertatap muka dengan sang guru sejati, yang artinya juga sudah mengenal Tuhan.
Tapi di hampir setiap waktu, kita masih suka dengan enjoy dan merdekanya, membenci sesama, mengfitnah sesama, iri, dengki, bahkan dendam pada sesama, tidak bisa menerima kenyataan, bohong alias tidak jujur masih menjadi makanan pokok keseharian kita.
Tidak kah kita sadar, bahwa yang namanya sudah mengerti, memahami, sedulur papat kalima pancer dan mengetahui guru sejati itu, berarti sudah bersih hatinya...?! sudah murni lakunya...?! Karena Hidup alias Guru sejati bin diri sejati itu adalah suci, sebab dia berasal dari bagian Dzat Maha Suci yang diutus khusus menempati setiap mahluk ciptaannya.
Dan yang di sebut suci itu. Adalah sesuatu yang murni/bersih, tak tercampuri apapun dan tidak bisa di campuri dengan apapun, kecuali dengan murni/bersih/suci lagi.
Nah... Kita yang mengaku sudah mengenal bin bertemu guru sejati, yang artinya sudah mengenal Tuhan bin bertemu Tuhan. Tapi di hampir setiap waktu, kita masih suka dengan enjoy dan merdekanya, membenci sesama, mengfitnah sesama, iri, dengki, bahkan dendam pada sesama, tidak bisa menerima kenyataan, bohong alias tidak jujur masih menjadi makanan pokok keseharian. Tidak kah sadar juga...!!! Masihkan belum sadar juga...!!! Bahwa pengakuannya itu semu...palsu, dan harus di benahi lagi secara mendalam...!!!
Heeemmmm.... Rupanya kebencian dan keirian telah menutup mata hati mereka para saudara-saudariku, sehingganya, walaupun sudah saya uraikan berulah kali dengan tanpa rahasia apapun secara umum di internet, tetap tidak bisa menerima kejujuran laku spiritual saya.
Mereka tetap lebih memilih asyik dan dengan enjoynya membenci sesama, mengfitnah sesama, iri, dengki, bahkan dendam pada sesama, tidak bisa menerima kenyataan, bohong alias tidak jujur masih menjadi makanan pokok kesehariannya.
Bagimu yang sudah sadar dan telah menyadari, khususnya para kadhang didikan saya, ketahuilah, saya jelaskan sekali lagi. Laku Mengenal dan Menemui Guru Sejati alias Hidup kita sendiri, yang tersabda sebagai Kontho Warno/Rupo atau Kanthi Warni/Rupi. Artinya Kita Mengenal dan menemui bagia dari Dzat Maha Suci yang ada di dalam diri kita sendiri.
Dan sungguh saya katakan dengan jujur, sejujur jujurnya secara sadar. Bahwa untuk ke ranah itu, ke arah tersebut, sungguh tidak ada cara lain san sistem lain atau praktek dan teori lain. Selain dengan Wahyu Panca Laku yang lebih kita kenal dengan sebutan iman. Yaitu;
Wahyu Panca Laku-Iman.
1. Pasrah kepada Tuhan.
2. Menerima kaputusan Tuhan.
3. Mempersilahkan kuasa Tuhan.
4. Merasakan kebenaran Tuhan.
5. Menebar cinta kasih sayang Tuhan.
Kalau Wahyu Panca Laku alias Iman ini sudah di terapkan. Ingat...!!! Berati tidak ada lagi doa di dalamnya, tidak ada permohonan, tidak ada benci, dendam, iri, dengki, fitnah, tidak ada perbandingan, tidak ada protes, tidak ada ragu apa lagi takut, tidak ada keluh kesah, tidak ada nilai menilai, tidak ada kritik, tidak ada perdebatan, apa lagi permusuhan dan adu domba, yang ada hanya iman dan iman terus iman bin wahyu panca laku.
La,,, apa yang mau di begitukan. Lawong semua dan segalanya sudah di Pasrahkan kepada Tuhan. Sudah Menerima kaputusan Tuhan. Sudah Mempersilahkan kuasa Tuhan. Sudah Merasakan cinta kasih sayang Tuhan. Dan Menebar cinta kasih sayang Tuhan. Berarti. Kan, tinggal laku dan laku terus laku murni menuju suci, kan...
Jika masih bermohon, masih benci, dendam, iri, dengki, fitnah, masih membandingkan, masih protes, ragu apa lagi takut, masih ber keluh kesah, menilai, mengkritik, membedakan, memperdebatkan, apa lagi bermusuhan dan adu domba. Segigih apapun dan sekuat apapun serta sehebat apapun pengakuan yang kau kukuhi, bahwa telah mengenal dan bertemu guru sejati yang berarti sudah mengenal dan bertemu Tuhan.
Maafkan... Cuma saya encepi separuh bibir saja. Karena, selain membohongi diri anda sendiri, anda juga telah membohongi saya dan yang lainnya. Karena saya tahu betul. Bukan katanya apapun dan siapapun, bahwa setiap yang sudah sampai keranah tersebut. Sudah tidak ada lagi permohonan, tidak ada benci, dendam, iri, dengki, fitnah, tidak ada perbandingan, tidak ada protes, tidak ada ragu apa lagi takut, tidak ada keluh kesah, tidak ada nilai menilai, tidak ada kritik, tidak ada perdebatan, apa lagi permusuhan dan adu domba. Sebab itu,,, yang berhasil sampai, pasti disebut orang orang suci atau orang orang beriman.
Khusus untuk para kadhang kinasih didikan saya, yang sedang mempraktekan Sabda Sejatine Sateriyo, yang artinya sedang laku mengenal dan menemui guru sejati. Waspada dan berhati hatilah, jadikan pemeling dari saya sebagai barometernya.
Laa Yarifallaahu Ghoirullah “Yang mengenal Allah hanya Allah” karena Allah tidak bisa di kenali oleh siapapun dan apapun, kalau Dia tidak berhendak untuk dikenali. Percayalah. Aroftu Robbi Bi Robbi “Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan”
Cukup Jelas Bukan...?
Ayat yang saya sebutkan mulai dari atas hingga yang tepat diatas ini, ayatnya menegaskan. Bahwa Untuk Lebih Mengenal Tuhan, maka kita haruslah Mengenal diri kita terlebih dahulu. Mengenal diri kita, hanya bisa di lakukan dengan jalan dan cara dari Karunia Tuhan itu sendiri, yaitu Wahyu Panca Ghaib yang di ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku. Bukan dengan pikiran dan perasa’an, apa lagi akal dan rasiu, seperti yang sudah sering saya jelaskan, bahwa wahyu panca ghaib itu, adalah jiwa kita, yang menjadi isi dari raga kita ini, adanya di dalam diri kita, bukan diluar diri kita.
Sudah waktunya kita tidak lagi mengidolakan surga/sorga, karena surga/sorga itu, adalah mahluk, sama seperti kita manusia hidup, lagi pula, kita bukan berasal dari surga/sorga, kenapa kita berlomba untuk bisa ke surga/sorga...?!
Sudah saatnya kita mengidolakan Dzat Maha Suci Tuhan kita, karena kita berasal dari-Nya “Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun” kenapa kita tidak berlomba untuk bisa kembali hanya kepada-Nya...?!
Ingat...!!!
Allah itu Maha Segalanya, lupakah dengan Peringatannya tentang hari akhir jaman/kiamat, bahwa semuanya akan di hancurkan...
Tidak-kah terpikir oleh kita...?!
Dengan mendapatkan surga/sorga, itu belum tentu kita mendapatkan Allah, karena Allah itu bukan surga/sorga. Jika kita mendapatkan Allah, sudah pasti dan tentu kita akan mendapatkan surga/sorga. Silahkan pilih, mau isi apa kulitnya ____/|\____
Ingat...!!!
Semua yang sudah Aku Wejangkan Tanpa Tedeng Aling-Aling ini. Mulaia dari Bagian Pertama hingga Bagian keLima dan seterusnya nanti, adalah ilmu yang sejati, sejatining ilmu, yang dapat membuka tabir kehidupan. ilmu untuk benar-benar dapat merasakan adanya Kemanunggalan yang sempurna. Agar sebutan bangkai didunia ini, atau mayat-mayat hidup yang bisa berkeliyaran kian kemari, selamanya tidak ada lagi. Jadi... Jangan di salah Tafsirkan. Karena bukan tentang badan atau soal wujud, selamanya bukan, karena badan atau wujud itu, tidak ada. Yang sedang aku bicarakan, ialah ilmu sejati sejatining ilmu, dan untuk semua orang tanpa terkecuali
Sekali Lagi. Ingat...!!!
Semua yang sudah Aku Wejangkan Tanpa Tedeng Aling-Aling tadi, adalah ilmu yang sejati, sejatining ilmu, yang dapat membuka tabir kehidupan. ilmu untuk benar-benar dapat merasakan adanya Kesempurna’an. Agar sebutan setan atau arwah-arwah gentayangan, yang tidak berhasil mencapai Kesempurna’an Mati, yang menempati rumah-rumah kosong, pohon beringin, jembatan, gunung dll. Selamanya tidak ada lagi.
Jadi... Jangan di salah Tafsirkan. Karena bukan tentang badan atau soal wujud, selamanya bukan, karena badan atau tidak ada. Yang sedang aku bicarakan, ialah ilmu sejati, dan untuk semua orang tanpa terkecuali.
Aku berani Medar Tanpa Tedeng Aling-Aling. Karena semuanya sudah sama. Sudah tidak ada tanda secara samar-samar lagi, benar-benar sudah tidak ada perbedaan lagi. Jika ada perbedaan yang bagaimanapun. Aku tidak tertarik dan Aku akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu sejati sejatining ilmu tersebut Laku Murni menuju suci, yaitu; (Wahyu Panca Gha’ib-Wahyu Panca Laku) ini, hingga titik darah penghabisan-ku. Agar tidak musnah ditelan kemunafikan isi dunia fana yang penuh mayat dan bangkai ini. BERSAMBUNG KE BAGIAN KE’ENAM.
Post a Comment