Wejangan Tanpa Tedeng Aling-Aling. Tentang Guru Sejati. Bagian KeDelapan:



Wejangan Tanpa Tedeng Aling-Aling.
Tentang Guru Sejati. Bagian KeDelapan:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan.
Cirebon Jabar. Hari Senin. Tanggal 17 Juli 2017.

Firman Dzat Maha Suci dalam surat Luqman ayat 20. Yang artinya; “Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat dzahir dan nikmat batin”

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian....
Berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua. Yang Pertama Diri Dzahir, yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata ini, dan dapat diraba oleh tangan, tersebut, wujud/tubuh/raga kita ini.Yang Kedua Diri Bathin, yaitu yang tidak dapat dipandang oleh mata, dan tidak dapat diraba oleh tangan, tetapi dapat dirasakan secara nyata oleh panca indera kita.

Karena sedemikian pentingnya peran diri yang bathin ini, di dalam upaya untuk mengenal Dzat Maha Suci, itulah sebabnya Dzat Maha Suci menyuruh kita dengan firmannya, dalam surat az-Zariat ayat 21, agar supaya kita melihat ke dalam diri (introspeksi diri). Dzat Maha Suci memerintahkan kepada manusia, untuk memperhatikan ke dalam dirinya, disebabkan karena di dalam diri manusia itu, Dzat Maha Suci telah menciptakan sebuah mahligai, yang mana di dalamnya, Dzat Maha Suci telah menanamkan rahasia-Nya.

“Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu, mahligai, dan dalam mahligai itu, ada dada, dan di dalam dada itu, ada hati (qalbu) namanya, dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad), dan di dalam mata hati (fuad) itu, ada penutup mata hati (saghaf), dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu, ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) itu, ada rahasia (sirr) rasa, dan di dalam rahasia (sirr) rasa itulah Aku. Kata Dzat Maha Suci”.

Keterangan Satu;
Yang di maksud dari kalimat Mahligai, adalah kaliborasi Sedulur Papat Kalima Pancer, yang sedang berWahyu Panca Gha’ib Dengan menggunakan Wahyu Panca Laku. Seperti di bawah ini Kronologinya;
1. Mutmainah – Menggunakan – 1. Kunci, untuk – 1. Pasrah kepada Dzat Maha Suci.
2. Aluamah – Menggunakan – 2. Paweling, untuk – 2. Menerima keputusan Dzat Maha Suci.
3. Hidup – Menggunakan – 3. Asmo, untuk – 3. Mempersilahkan kuasanya Dzat Maha Suci.
4. Supiyah – Menggunakan – 4. Mijil, untuk – 4. Merasakan keberada’an Dzat Maha Suci.
5. Amarah – Menggunakan – 5. Singkir, untuk – 5. Menebar Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci.


Keterangan Dua;
Sedang Yang di maksud dari kalimat...
Dada, adalah Rumah-nya.
Hati/Qalbu adalah Kamar-nya.
Mata Hati, adalah Pintu dan Jendala-nya.
Penutup Mata Hati, adalah Tirai atau kelambu-nya.
Nur Cahaya, adalah Bentuk atau Rupa-nya.
Sir atau Rasa, adalah Gerak-nya.
Dan di dalam Gerak-nya Sir atau Rasa” itulah Dzat Maha Suci berada.

Keterangan Tiga;
Kalau yang di sebutan Romo, adalah diri pribadi sejati, yang terdiri dari 5 isi tubuh kita, yaitu sedulur papat kalima pancer atau kawula gusti, yang sudah manunggal, sudah menyatu, sudah bersatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan lagi oleh apapun itu.

Sedulur papat kalau istilah ilmunya, kalau istilah spiritualnya empat anasir, kalau istilah kejawennya mutmainah, aluamah, supiyah, amarah, kalau istilah kebatinannya di sebut jibrail, mikail, ijroil dan isrofil ini. Jika sudah manunggal menjadi satu kesatuan, di sebut sebagai DIRI atau ruh/roh. Kalau sedulur papat kalima pancer yang manunggal, atau empat anasir dan hidup sudah manunggal, atau juga yang di sebut kawula gusti sudah manunggal, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, di sebut sebagai diri pribadi sejati atau kedirian sejati atau ROMO (Roh lan Komo atau Roh Mono yang maksudnya, adalah Rasa Manunggal/Menyatu), jadi, yang di maksud ROMO itu, manunggalnya atau menyatunya atau bersatunya kawula dan gusti atau empat anasir dan hidup atau empat malaikat dan rasul atau sedulur papat kalima pancer yang sudah bersatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Jadi,,, kalau diurut lapisan dimensinya seperti ini. Isinya wujud/jasad/raga kita sebagai manusia itu. Adalah ruh/roh yang terdiri dari sedulur papat, yang asalnya dari empat anasir, isinya ruh/roh. Adalah Ruh/Roh Suci atau Ruh/Roh Kudus atau Hidup, yang berasal dari Dzat Maha Suci. Sedangkan Isinya Ruh/Roh Suci atau Ruh/Roh Kudus atau Hidup yang berasal dari Dzat Maha Suci itu. Adalah Dzat Maha Suci itu sendiri. Sebab itu Dzat Maha Suci mengatakan. Bahwa Dia berada sangat dekat, bahkan teramat dekat, lebih dekat dari urat leher. Karena itu Dzat Maha Suci menegaskan. Kalau hendak mencari-Nya, carilah kedalam dirimu sendiri. Karena itu dan sebab itu Dzat Maha Suci menjelaskan. Jika ingin mengenal-Nya, kenalilah dirimu sendiri. Barang siapa mengenal dirinya. Nescaya dia mengenal Tuhan-nya.

Sebab itu dan Karena itu...
Kenalilah Raga/Jasad/Tubuh-mu dan Jiwa/ruh/diri-mu serta Hidup/Ruh/Guru Sejatimu, dan engkau akan mengenal Dzat Maha Suci Tuhan-mu. Pada umumnya, orang hanya mengetahui, bahwa manusia itu, hanya terdiri dari jasad dan ruh saja. Mereka tidak memahami, bahkan tidak menyadari, bahwa sesungguhnya, tanpa Hidup atau Ruh Suci, jasad dan tuh itu, tiada bisa berbuat apa-apa. Manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu. Raga/Jasad/Tubuh dan Jiwa/ruh serta Ruh suci/Hidup. Ini dapat dibuktikan di 3 firman Dzat Maha Suci dalam yang tersurat dalam al-qitab.

(1) Surah Shaad ayat (38:71-73) yang Artinya;
“Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya, maka Ku tiupkan kepadanya Ruh-Ku. Maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya”Lalu seluruh para malaikat itu bersujud semuannya.

(2) Pada ayat yang lain. Dzat Maha Suci menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs). Surah Asy Syams ayat (91:7-10) , yang Artinya; “Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu, jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya”

(3) Pada ayat yang lain lagi. Dzat Maha Suci menjelaskan tentang proses kejadian jasad (jisim). Dalam Surah Al Mukminun ayat (23:12-14), yang Artinya;
“Dan sesungguhnya. Kami telah menciptkan manusia dari saripati tanah, Kemudian jadilah saripati itu air mani, yang disimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu, Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-tulang, lalu tulang-tulang ini/ Kami bungkus dengan daging. Kemudian. Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Dzat Maha Suci. Pencipta yang paling baik”

1. Tentang Jasad/raga/tubuh;
Jasad atau jisim, adalah angggota tubuh manusia terdiri dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan lain-lain sekujur tubuh kita ini. Ia dijadikan dari tanah liat, yang termasuk dalam derejat paling rendah. Keadaannya dan sifatnya dapat mencium, meraba, melihat. Dari jasad ini timbullah kecenderungan dan keinginan yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan dalam Al-Quran Surat Ali
Imran, yang Artinya;


“Dijadikan indah pada pandangan manusia, merasa kecinta’an apa-apa yang dingininya (syahwat),yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatan ternakan dan sawah ladang,Itulah kesenangan hidup di dunia, dan kepada Dzat Maha Suci tempat sebaik-baik kembali”

Sungguh saya telah membuktikannya dengan Wahyu Panca Gha’ib, yang saya Praktekan dengan menggunakan Wahyu Panca Laku. Dan hasil yang saya dapatkan, adalah Benar dan tepat.

2. Tentang Jiwa/ruh/diri (Nafs);
Kebanyakan orang mengaitkannya dengan diri manusia atau jiwa. Padahal jiwa berkaitan dengan derejat atau kedudukan manusia, yang paling rendah dan yang paling tinggi. Jiwa ini memiliki dua jalan yaitu. Pertama... Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu). Kedua... Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia).

Hawa nafsu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela, yang menyesatkan dan menjauhkan manusia dari Dzat Maha Suci. Sebagaimana Dzat Maha Suci berfirman, dalam surah (Shaad ayat; 26) yang Artinya;
“..... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan-Ku” Kaitan hati dan hawa nafsu;
Hati memainkan peranan yang sangat penting dalam diri manusia, ia menjadi sasaran utama Syaitan. Syaitan berdaya upaya menutupi hati manusia dari menerima Nur llahi (Cahaya Dzat Maha Suci). Dan Lagi... Nafsu inilah yang disebut Setan/Iblis.

Sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud;
Jikalau tidak kerena syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka telah milihat keraja’an langit Allah (Maksudnya Kebenaran Dzat Maha Suci yang Maha Segalanya).

Itu sebab... Rasulullah pernah berpesan, setelah kembali dari perang Badar. Beliau bersabda;
Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu, yang berada di antara kedua lambungmu (Riwayat Al-Baihaki). Jihad yang paling utama adalah jihad memerangi hawa nafsumu sendiri. (Riwayat Abnu An-Najari)

Nafs atau setan atau iblis atau jiwa ini, sebagaian dari diri manusia, dan suatu yang paling berharga, bukan untuk di lupakan apa lagi di singkirkan, kerana Ia berkaitan dengan nilai hidup manusia, dan nafs atau diri atau ruh atau manunggalnya sedulur papat, yang diberi rahmat dan redha oleh Dzat Maha Suci. Sebagaimana firmannya dalam surah (Al-Fajr, ayat; 27-30 ) yang Artinya;
“Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah. Aluamah. Supiyah. Amarah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diredhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang beriman dan masuklah ke dalam Syurga-Ku”

Dan lagi dalam surah (Yusuf: 53) Dzat Maha Suci Berfirman, yang Artinya;
“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana sesungguhnya nafsu itu, selalu menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh Tuhanku”

Firman diatas Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang Artinya;
“Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya” dan saya sudah membuktikannya dengan menggunakan Wahyu Panca Gha’in yang saya ibadahkan dengan Wahyu Panca Laku.

Firman dan Hadist yang saya ikut sertakan dalam artikel ini, menyatakan syarat-syarat untuk mengenal Dzat Maha Suci, adalah dengan mengenal diri. Dan diri atau nafs/ruh yang di maksud di sini, adalah empat anasir atau atau sedulur papat yang sudah manunggal, sudah menyatu, karena kalau sudah manunggal/menyatu, sudah tidak terpengaruh oleh guncangan sikon apapun. Setiap manusia mempunyai nafs/ruh/diri yang sama, hanya saja berbeda cara menerapkannya. Ada nafs/ruh/diri yang di gunakan untuk menuju jalan nur /cahaya ilahi. Dan ada nafs/ruh/diri yang di gunakan untuk menuju kepuasa sesaat.

Bagi nafs yang menuju kepuasa atau nafs tercela, ya tidak sempurna hidup matinya, andai kata bisa tenang/berhasil/sukses, tetap tidak sempurna, jadi, walau tenang, jika ada masalah pasti bingung, walau berhasil, kalau ada persoalan pasti gugup, walau sukses, jika ada kepentingan atau keperluan, sudah pasti akan ragu, bimbang, khawatir bahkan takut. Jangan-jangan... Jangan-jangan... dan jangan kangkung sambel trasi. He he he . . . Edan Tenan.

Para kadhang kinasihku sekalian, sungguh ini saya katakan dengan sangat jujur. Nafsu ini hanya dapat dikenali dan disaksikan, dengan kemampuan tertentu manusia, yaitu dengan Hati/Bathin yang murni. Sungguh saya telah membuktikannya dengan Wahyu Panca Gha’ib, yang saya Praktekan dengan menggunakan Wahyu Panca Laku. Dan hasil yang saya dapatkan, adalah Benar dan tepat, kalau tidak, bisa saya pastikan, tidak akan tahu bahwa sesungguhnya Patrap atau Semedi atau Sembahyang/Sholat atau ibadahnya itu, Nafsu atau Bukan.

3. Tentang Ruh Suci/Hidup/Guru Sejati;
Ruh suci mempunyai dua arah pengertian umum, yaitu;
Pertama yaitu. Sebagai nyawa.Kedua yaitu. Sebagai suatu yang halus dari menusia (pemberi cahaya kepada jiwa/ruh atau yang menghidupkan jiwa/ruh dan raga/tubuh/jasad).

Saya gambarkan seperti ini.
Ruh Suci sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh. Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruangan. Ruh adalah lampu, ruangan adalah sebagai tubuh. Jika lampu menyala, maka ruangan menjadi terang. Jadi tubuh/raga/badan kita ini, bisa itu dan ini kerena ada Ruh Suci (Hidup). Didalamnya. Sebaliknya, jika lampu itu tidak menyala, sudah pasti, gelap gulitalah ruangan itu, jadi, tidak bisa apa-apa, dan ini, yang disebut mati.

Dalam Al-Quran kata ruh disebut dengan sebutan ruhul amin dan ruhul awwal atau ruhul qudsiyah. ruhul amin dan ruhul awwal atau ruhul qudsiyah ini, berasal dari empat anasir, bukan dari Dzat Maha Suci. Empat anasir itu, masing-masing tersebut; Air. Angin. Api dan Sarinya Bumi. Empat anasir ini, setelah menjadi ruh, disebut Jibrail. Mika’il. Ijro’il dan Isrofil kalau istilah agamanya. Dan istilah kejawenya disebut. Sedulur Papat atau Kakang kawah. Adi ari-ari. Sedulur tunggal ketok Puser lan Getih. Kalau istilah spiritualnya, di sebut Mutmainnah. Aluamah. Supiyah dan Amarah.

Empat anasir ini, tak kala belum manunggal/menyatu. Disebut sebagai ruhul awwal, dan kalau sudah manunggal/menyatu, disebut ruhul qudsiyah, sedangkan sebutan ruhul amin atau Ar Ruh Al –Amin, adalah gelar istimewa baginya, yang di anugrahkan khusus untuk mereka berempat, setelah manunggal/menyatu. Dan ruhul qudsiyah inilah yang dimaksud sebagai diri atau ruh atau nyawa atau sukma bergelar ruhul amin.

Kesimpulannya;
Jadi, yang di sebut diri atau ruh atau nyawa atau sukma itu, adalah yang berasal dan berbahan dari empat anasir. Tersebut. Air. Angin. Api dan Sari Bumi, dalam istilah keilmuannya dan disebut Jibrail. Mika’il. Ijro’il dan Isrofil kalau istilah kebatinannya, dan istilah kejawenya disebut. Sedulur Papat atau Kakang kawah. Adi ari-ari. Sedulur tunggal ketok Puser lan Getih. Kalau istilah spiritualnya, di sebut Mutmainnah. Aluamah. Supiyah dan Amarah. Bukan Ruh Suci atau Hidup, yang berasal dari Dzat Maha Suci.

Jadi, empat anasir yang dalam istilah kitabnya disebut ruhul awwal atau qudsiyah itu, berati bukan Ruh Suci atau Hidup atau Ruh Kudus, yang datang dari Dzat Maha Suci atau yang berasal dari Dzat Maha Suci, ruhul awwal atau qudsiyah atau diri atau ruh atau nyawa atau sukma yang berasal dari empat anasir ini, di bekalkan kepada jasad/raga/tubuh manusia, sebagai alat atau perisai atau sarana. Ia bercahaya empat warna yang khas, apabila nafsu telah sempurna. Maksudnya sudah manunggal/menyatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan oleh guncangan apapun (Bersih Hati), tersebut “DIRI” atau jati diri dengan gelar sebagai ruhul amin (ruh yang terberkati).

Hati merupakan raja bagi seluruh tubuh manusia. Perilaku dan perangai seseorang, merupakan cerminan hatinya. Dari hati inilah pintu dan jalan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan-nya. Dengan demikian, untuk mengenal diri, harus dimulai dengan mengenal hati sendiri. Yang artinya, mengenal diri, berati mengenal Hatinya sendiri. Mencari jati diri, berati mencari sedulur papatnya sendiri, dan Mengenal diri atau Mencari Jati diri, berati mengenal Ruh sucinya sendiri atau Hidupnya sendiri atau Guru Sejatinya sendiri. Dan mengenal Ruh sucinya atau Hidupnya atau Guru Sejatinya sendiri, berati mengenal Dzat Maha Suci Tuhan-nya sendiri.

Hati mempunyai dua pengertian umum;
Pertama; Hati jasmani, yaitu sepotong daging yang terletak di dada sebelah kiri, hati jenis Ini, hewan pun memilikinya. Jadi,,, tak ada istimewanya.

Kedua; Hati Ruhaniyyah, atau yang lebih di kenal dengan sebutan Bathin/Qalbu, yaitu sesuatu yang halus (isinya hati). Rasa. Krasa. Rumangsa. Ngrasakake anane Urip kang nyata-nyata ana Rasane, yang bisa mengerti, mengetahui, memahami. Dinilai juga dengan Hati/Latifah Ruhaniyyah. Hati/Latifah Ruhaniyyah inilah, yang merupakan tempat iman dan tempat mengenal diri. Sebagaimana firman Dzat Maha Suci yang mengatakan. “Tidak akan cukup menanggung untuk-Ku, bumi dan langit-Ku, tetapi cukup bagi-Ku, hanyalah hati (qalb) qalbu hamba-Ku yang Suci/Bersih” Hati orang-orang beriman disebut sebagai Baitullah (Rumah Allah). Artinya; ya Dzat Maha Suci itu sendirilah isi dari hati itu.

Empat anasir atau yang dalam bahasa kitabnya disebut Ruhul awwal atau Ruhul qudsiyah, yang telah mendapatkan gelar sebagai Ruhul amin, adalah bukti kebenaran nyatanya Dzat Maha Suci, yang ada di dalam diri manusia. Dzat Maha Suci adalah sumber cahaya langit dan bumi dan Ruh Suci atau Hidup adalah sumber cahaya yang ada dalam hati/qalbu, yang digambarkan sebagai pelita, Sebagaimana firman-Nya dalam surah (An Nuur. Ayat. 35) yang Artinya;
Dzat Maha Suci (Allah/Gusti/Tuhan), adalah cahaya langit dan bumi. Perumpama’an cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tertembus oleh apapun dan dengan apapun, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita ini di dalam kaca, dan kaca ini seakan-akan bintang yang memantulkan cahaya seperti mutiara. Sedangkan ruhul awwal atau ruhul qudsiyah atau sedulur papat atau diri, yang bergelar sebagai ruhul amin, adalah sarana/alat untuk mengenalnya, mengetahuinya. He he he . . . Edan Tenan.

Namun sayang seribu kali sayang, kebanyakkan manusia sa’at ini, menganggap dan beranggap bahwa Hidup di dunia ini, hanyalah cukup makan, tidur, bangung, bergerak, mencari kemewahan, bekerja, beristri dan beranak pinak saja, mereka mengangap bahwa jasad kasar mereka itu, hidup dengan sendiri nya, yang membolehkan mereka melakukan kesemuanya itu, sehingga mereka tak ada pernah ada waktu untuk berfikir dan merenung, bahwa jasad mereka itu, sebenar nya hanyalah benda mati, yang tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak bisa bergerak dengan sendirinya, jika tanpa ada sesuatu yang menghidupkan-nya.

Mereka kira, mereka bisa punya istri cantik, karena mereka tampan, mereka bisa kaya, karena mereka giyat bekerja/berbisnis, mereka bisa beribadah, kerena mereka punya ilmu pengalaman agama, mereka bisa menyebut Allah dengan suara yang lantang dan bisa berdoa, karena mereka khusyu’, mereka bisa itu dan ini karena mereka sehat dan bisa dll. Padahal,,, tanpa adanya yang menggerakan di dalam dirinya. Yaitu Hidup, tidak peduli sehat atau sakit, cerdas atau bodoh, ahli bisnis atau apapun pengakuannya. Mereka tidak ubahnya seonggok mayat, calon santapan cacing tanah.

Para Kadhang Kinasihku sekalian....
Ketahuilah dengan sadar, tanpa yang hidup itu, jasad tidak ada arti-nya. Tetapi benda mati ini lah yang dijaga dan diutamakan oleh kebanyakan orang di dunia ini. Sedangkan semua tahu, bila mati kelak, jasad akan busuk dan di tanam atau di bakar. Ini menunjukkan mati, iyalah bila hidup yang menghidupkan jasad tadi, meninggalakan jasad/tubuh.

Inilah rahasia hidup kita, dan Diri inilah, yang digunakan untuk mengenali Ruh Suci atau Hidup atau Guru Sejati kita, selagi ada hayatnya di dunia ini. Ruh suci atau Guru Sejati atau Hidup ini, harus di kenal dan dirasakan sepenuhnya oleh kita, dengan sarana Diri atau sedulur papat kita. kerana ia mengandung dan memegang banyak rahasia Dzat Maha Suci, dan serba guna, baik di dunia maupun di akhirat. “Galilah rasa yang meliputi seluruh tubuhmu, karena di dalam tubuhmu, ada firman Tuhan, yang
dapat menjamin jiwa raga, lahir bathin, hidup mati dan dunia akheratmu”

Kenal kah Diri itu dengan Ruh suci...?! Sudah tentu Kenal. Lalu... Kenalkah Ruh suci itu kepada Dzat Maha Suci Tuhan-nya...?! Sudah Pasti kenal, kerana dia datang dan berasal dari Dzat Maha Suci Tuhan, dari Sang Pencipta dan Pemilik asal usulnya semua dan Segalanya yang ada dan tiada.

Banyak lagi manfaat yang akan timbul apabila kita dapat mengenal Diri, yang Tersebut Sedulur Papat kita ini. Terutama yaitu Diri yang sebenar-benarnya diri kita atau ruh kita, karena dia merupakan esensi seluruh ilmu Tuhan, kita harus belajar dari Diri/ruh, untuk bisa mengenal Ruh suci yang menghidupkan jasad/raga kita ini, yang menjadikan kita bisa itu dan ini.

Dia mengetahui, kerana dia datang dari yang MAHA mengetahui. Dia bijaksana,kerana dia datang dari yang MAHA bijaksana. Dia lah sebaik-baiknya Guru, kaena dia adalah Sang Guru Sejati.

Kehidupan sebenarnya adalah di dalam, karena itu, masuklah kedalam, jangan Keluar, jika hendak mencari jati diri, guru sejati dan Dzat Maha Suci yang Maha dari segala yang Maha.


Kesimpulan;
Kenalilah hatimu jika ingin mengenal dirimu. Kenalilah dirimu/ruhmu/sedulur papatmu, jika ingin mengenal Ruh suci/Hidup/Guru Sejatimu. Kenalilah Ruh/Hidup/Guru Sejatimu, jika ingin mengenal Dzat Maha Suci Tuhan-mu. Silahkan dengan cara apapun yang kalian Suka dan bisa, apakah dengan ilmu, kebatinan, kejawen, perguruan, agama, golongan, kepercaya’an, politik, uang, harta, tahta, wanita/lelaki, atau Wahyu Panca Ghaib. Apapun boleh dan silahkan, karena itu HAM, hak asasi manusia. jadi,,, terserah. Yang penting kita suka dan bisa serta mau menjalankannya dengan benar dan sungguh-sungguh. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan karena ego dan gengsi.

Sebab lelaku atau usaha Mengenal Diri atau Jati Diri, adalah suatu HAM juga. Artinya, pengetahuan yang harus di ketahui oleh semua orang/manusia hidup tanpa terkecuali, dan tiap-tiap manusia hidup, membawanya di dalam jasad kasar mereka masing-masing.

“Barang siapa mengenal dirinya. Niscaya Akan Mengenal Tuhan-nya”

Kalimat yang sederhana diatas, bermaksud seperti ini "kenali dirimu, maka akan mengenal Tuhanmu" sederhana bukan, namun jangan menyederhakan, karena kalimat ini, merupakan sebuah sabdanya HIDUP. Harus kah penghidup jasad kita ini, kita biarkan begitu saja, tanpa mengenali dan merasakan buktinyatanya...?! Hanya semasa maut hampir datang menjemput, baru kita sadar dan sambat sumbut, bahwa dia akan meninggalkan jasad/raga kita. He he he . . .Edan Tenan.

Bahasa Spiritualnya; “Barang siapa mengenal dirinya. Niscaya Akan Mengenal Tuhan-nya”

Bahasa kitab-nya; "Man arofa nafsahu faarofa robbahu"

Kalau bahasa Wong Edan Bagu-nya;
“Galilah rasa yang meliputi seluruh tubuhmu. Karena didalam tubuhmu. Ada firman Tuhan. Yang dapat menjamin jiwa ragamu, lahir bathinmi, hidup matimu dan dunia akheratmu”

Untuk Para Kadhang kinasih didikan saya, khususnya pemegang Buku Bimbingan Laku Spiritual Hakikat Hidup “Kunci The Power” sekalian dimanapun berada, Al-khususnya untuk yang sudah sampai di tahapan Pengenalan Guru Sejati. Yaitu Dua Sabda yang sudah saya berikan. Tersebut Sabda Sateriya Sejati untuk bab Sedulur Papat dan Sabda Sejatine Sateriya untuk bab Guru sejati. Perlu saya ingatkan kembali mengenai kesadaran murni kita, disaat membaca uni/bunyinya Kunci. Yang pernah saya wejangkan secara langsung maupun secara tidak langsung. Karena kesadaran murni kita, disaat membaca atau menyuarakan uni/bunyinya Kunci inilah, yang menentukan cepat atau tidaknya pertemuan kita dengan Sang Guru Sejati kita.

KUNCI:
1. Ayat Pertama; “Gusti Ingkang Moho Suci” Maksudnya...
Sebelum Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, menciptakan Alam-alam atau Dimensi-dimensi, termasuk Alam Semesta, Dimensi Arasy, Bumi dan Langit beserta isinya, yang ada hanyalah Dzat di Kesunyian Sejati Hyang Maha Suci. Alam Tunggal Sejati atau Alam Kumpul Nunggal Suci “KUNCI”. Dalam istilah lainnya “Ghaibul Ghaib”.

KUNCI:
2. Ayat Kedua; “Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti Ingkang Moho Suci” Maksudnya...
Kulo itu sipatnya manusia. Nyuwun pangapuro itu sikapnya manusia. Dumateng itu jarak jauh dekatnya manusia dan Tuhan-nya. Gusti Ingkang Maha Suci itu. Dzat Tuhan/Allah. Pada hakikatnya, manusia itu, tidak bisa apa-apa, kecuali Nyuwun Pangapuro “Mohon Ampunan” atas sipat dan sikapnya kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah-nya.

KUNCI:
3. Ayat Ketiga; “Sirolah Datolah Sipatolah” Maksudnya...
SIR adalah Sabda-Nya, yaitu Kunci. Paweling. Asmo. Mijil. Singkir
“Wahyu Panca Gha’ib”. Dat itu Dzat “ Maha Suci”. SIFAT adalah bukti adanya kehidupan Hidup, pohon nyawa/sukma, wadah amal/ibadah, kubur/maqom sejati. Hidup-nya segala rupa dan wujud. Seluruh isi tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, asalnya dari satu cahaya saja, yaitu Cahaya Allah, yang lebih di kenal dengan sebutan Nurrullah, kemudian Nurrullah berkehendak, dan kehendak inilah, yang di sebut-sebut Nurr Muhammad. Jadi,,, artinya Nur Muhammad itu, adalah kehendak-Nya Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, dalam kata lainnya Rasullullah, yang artinya “Utusan Maha Agung”. Maksud dari Utusan, adalah Cinta. Maksud dari Maha, adalah Kasih. Maksud
dari Agung, adalah Sayang.

Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, yang sedang bergerak sebagai/menjadi Nurrullah ini, kemudian berkehendak/Nur Muhammad. Kehendak yang di sebut Nur Muhammad inilah, yang menjadikan Alam Dunia dan isinya.

Dzat Maha Suci dan Nurrullah dan Nur Muhammad. Atau Cinta Kasih Sayang atau Sir Dat Sipat ini. Tidak bisa Pisah dan Tidak bisa Jauh. Karena ketiganya salin terkait dan berkait, dan hakikatnya adalah Satu. Itu Sebab di sebut “KUNCI” yang maksudnya Kumpul Nunggal Suci “Satu Kesatuan Suci”

Seperti Bentuk/Wujud Gula dan Rasanya;
SIR adalah Sebutannya Gula. DZAT adalah Manisnya Gula, SIFAT adalah bentuk/wujud Gulanya.SIR adalah Namanya Bunga. DZAT adalah Wanginya Bunga, SIFAT adalah Bentuk/Wujudnya Bunga. SIR dan DZAT serta SIFAT, adalah PASTI. TIDAK AKAN ADA SIR, jika tidak ada DZAT, tidak ada DZAT kalau tidak ada Sipat. Begitupun sebaliknya.

KUNCI:
4. Ayat Ke’empat; “Kulo Sejatine Sateriyo” Maksudnya...
Sir Dat Sipat atau Cinta Kasih Sayang ini. Jika bersatu/manunggal, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, seperti pada hakikat awalnya. Yaitu “Dzat Maha Suci”.”Nurrullah”.”Nur Muhammad”. Maka akan mengeluarkan cahaya empat rupa. Yaitu; Merah, Kuning,Putih, Hitam, empat cahaya ini, lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat, tersebut kakang kawah, adi ari-ari, sedulur puser lan getih, atau Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah, atau malaikat empat, tersebut jibril, mikail, ijroil dan isrofil, dan empat cahaya inilah, yang disebut Nur Ilmu Muhammad.yaitu Hakikatnya Adam. Asal Dumadi Ananing Manungsa. Bibit untuk Alam Dhohir/Lahir. “Kulo Sejatine Sateriyo” adalah bekerja samanya atau manunggalnya atau menyatunya atau bersatunya Dzat Maha Suci. Nurrullah. Nur Muhammad atau Sir Dat Sipat atau Cinta Kasih Sayang yang di olah, maksudnya di pelajari. Jadi... “Kulo Sejatine Sateriyo” itu, adalah Nur Ilmu Muhammad-nya Nur Muhammad “Ilmu-nya Hidup”.

Untuk lebih singkat dan jelasnya. Yang di sebut Nur Ilmu Muhammad itu, adalah sedulur papat. Yang di sebut Nur Muhammad itu, adalah Hidup atau pancer. Yang di sebut Nurrullah itu, adalah yang menghidupkan atau yang memerintah atau yang menguasai. Dalam kata lain; Sedulur papat itu ilmunya Hidup, dan Hidup itu Utusan Dzat Maha Suci.

Kalau di kembalikan pada kalimat awal. Cinta itu Dzat Maha Suci.
Kasih itu Hidup. Sayang itu Sedulur Papat. Atau... Cinta atau Dzat
Maha Suci itu yang mengutus. Kasih atau Hidup itu yang di utus.
Sayang atau sedulur papat itu bekal ilmunya.

KUNCI:
5. Ayat Kelima; “Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso” Maksudnya...
Bukan memohon agar terlaksana maksud tujuan/hajatnya dan meminta kekuasa’an. Bukan... Maksud dari Ayat “Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso” Adalah; Nyuwun itu Laku. Wicaksono itu Nur Ilmu Muhammad atau sedulur papat “Sayang”. Panguwoso itu Nur Muhammad atau Hidup/Pancer “Kasih”. Tepatnya. Obah Polah atau Bergeraknya seluruh anggota badan/tubuh kita, yang di kendalikan oleh Nur Muhammad/Hidup, dengan menggunakan Sedulur Papat/Nur Ilmu Muhammad, sebagai alat/senjatanya. Amarah dari Daging, kuasanya keluar melalui Telingan. Aluamah dari Sungsum, kuasanya keluar menuju Mata. Supiyah dari Kulit, kuasanya keluar menuju Mulut. Mutmainah dari
Tulang, kuasanya keluar menuju Hidung.

KUNCI:
6. Ayat Ke’enam; “Kangge Tumindake Sateriyo Sejati” Maksudnya...
Tumindak itu, perbuatan sipat dan sikap. Sateriyo itu, manusia. Sejati itu, Hidup. Jadi, maksud daripada “Kangge Tumindake Sateriyo Sejati” adalah, perbuatan sipat dan sikapnya manusia Hidup, yaitu diri kita ini. Kalau di gabung atau di sambungkan dengan ayat kelima; “Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso”. “Kangge Tumindake Sateriyo Sejati”.

Maksudnya adalah;
Obah Polah atau Bergeraknya seluruh anggota badan/tubuh kita, yang di kendalikan oleh Nur Muhammad/Hidup, dengan menggunakan Sedulur Papat/Nur Ilmu Muhammad. Untuk Perbuatan sipat dan sikap-nya manusia Hidup, bukan manusia mati. Manusia Hidup. Pasti selamat. Sebab hakikat Manusia Hidup, adalah tidak bisa pisah dan tidak bisa jauh dengan Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Seperti yang sudah diungkap pada bagian atas tadi. Jadi,,, tidak mungkin celaka.Kecuali jika berpisah jauh dengan Dzat Maha Suci. Karena hakikat dari berpisah dan jauh dengan Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Itulah manusia-manusia mati. Jadi,,, sudah pasti hanya celakalah yang
merekan temui dan dapatkan.

Sir Dzat Sipat inilah, yang memangku/menopang Alam Semesta Dunia Seisinya, semuanya terliputi oleh tiga cahaya yang menyatu menjadi satu kesatuan. Yaitu; Sir. Dzat. Sipat. atau Cinta Kasih Sayang. atau Nurrullah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad. Atau Dzat Maha Suci. Hidup. Sedulur Papat.

KUNCI:
7. Ayat Ketujuh; “Kulo Nyuwun Kangge Hanyirna’ake Tumindak Ingkang Luput” Maksudnya...
Luput itu tidak tepat/melesed. Jika kita Manusia Hidup, kita bersama Dzat Maha Suci Tuhan/Allah kita, yang Maha diatas segala yang Maha. Mustahil melesed. Semua bala bencana yang melukai, segalah hiruk pikuk yang mencelakai. Akan sirna lebur tanpo dadi. Yang ada hanya kesempurna’an Iman Cinta Kasih Sayang yang mengglobal, bukan terpuruk dalam kotak dibawah bendera.

“Wa kawa ‘Idul Imani, wajibul wajib”
Semua umat Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, wajib marifat, harus tahu tentang iman sejati, maksudnya iman yang sebenarnya ini, iman yang hanya menuju satu titik, yaitu Dzat Maha Suci Hidup, bukan yang lainnya. Agar tidak luput/melesed. Itulah maksud dari ayat ke tujuh yang berbunyi “Kulo Nyuwun Kangge Hanyirna’ake Tumindak Ingkang Luput”

Para Kadhang kinasih didikan saya, khususnya pemegang Buku Bimbingan Laku Spiritual Hakikat Hidup “Kunci The Power” sekalian dimanapun berada, Al-khususnya untuk yang sudah sampai di tahapan Pengenalan Guru Sejati. Yaitu Dua Sabda yang sudah saya berikan. Tersebut Sabda Sateriya Sejati untuk bab Sedulur Papat dan Sabda Sejatine Sateriya untuk bab Guru sejati. Ketahuilah dengan kesadaranmu. Bahwasannya;

Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, hanya bisa dikenal, jika Dia sendiri berkehendak untuk dikenali. Jika Iman-mu kemomoran/terbagi, tidak murni, kita akan selalu melesed, tidak tepat, sehingganya, selalu capek, jenuh, ragu bahkan takut. Jika sudah melesed, kita tidak akan bisa pulang, pulang kembali kepada Dzat, hakikatnya manusia berasal dari Dzat, akan tetapi manusia tidak perlu tahu kepada Dzat, tetapi carilah utusan Dzat, yang disebut Nur Muhammad atau Roh Suci atau Roh Kudus atau sedulur Pancer atau Guru Sejati alias Hidup kita sendiri. Inilah jalan pulang yang paling sempurna.

“Illa anna awalla’nafsah fardhu ‘ain”
Pertama hal ibadah adalah tahu kepada Sejatinya Hidup, sifat dan
sikap hidup yang sebenarnya harus di dapat. Sejatinya Hidup adalah bibit segala rupa. Samudra Ilmu dan Kehidupan. “Ru’yatullahi Ta’ala fi dunya bi’ainil qolbi” INGAT ITU.

Sebab itu, mendiang Romo Semono Sastrohadijoyo dawuh. “Kunci Keno Kanggo Opo Wae” artinya, kunci bisa untuk apa saja, bagaimana tidak, di dalam Kunci ada tiga INTISARIPATI segala dan semuanya. Yaitu Nurullah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad atau Sir. Dzat. Sipat atau Cinta Kasih Sayang. Tapi ingat,,, “Waton Ora Tumindak Luput” maksudnya, tidak melesed dari sasaran, yaitu; “Inna lillaahi wa inna illaaihi rojiun” atau “Sangkan paraning dumadi” kita berasal dari Dzat Maha Suci dan Milik Dzat Maha Suci serta akan kembali hanya kepada Dzat Maha Suci. Titik. Tidak bisa di tawar. Menawar. Sakit. Bahkan celaka.

Memandang Hakikat Dzat Maha Suci Tuhan/Allah di Dunia dengan mata Bathin, maksudnya Rasa yang sadar dan sadar yang murni. Bila Qolbu manusia hidup, sudah menggunakan Nur Ilmu Muhammad, Qolbunya bisa dipakai untuk tempat bersua, melihat/menemui/memeluk Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, dimanapun dan kapanpun, sehingga bisa merasakan secara nyata, nikmatnya tenteram yang sempurna dari Dunia sampai di Akhirat, tidak merasakan berpisah dengan Dzat Maha Suci. Lantaran ROMO, tiga wujud, yaitu Nurullah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad, telah menyatu/manunggal, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, seperti pada awal mulanya terjadi.

Siang dan malam Qolbu kita ditempati oleh Sifat dan sikap Nurullah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad, untuk senantiasa bisa bersua, melihat/menemui/memeluk Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, bercumbu mesrah setiap saat. Bersambung Ke Bagian KeSembilan.

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.

Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Kinasih Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon; 0819-4610-8666. SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM; D38851E6”
http://facebook.com/tosowidjaya
http://putraramasejati.wordpress.com/
http://webdjakatolos.blogspot.com/