Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 02

Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 02
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Kabuh Jombang Jatim. Hari Jumat Pahing. Tgl 3 Maret 2017

Lantaran tak tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah, dia memboyong keratonnya. Kenikmatan mati tak dapat dihitung…” “…Tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan kecemasan, menyusahkan dalam patinya, itulah ilmunya orang remeh.

Wahai Anak Cucu dan Para Sedulur serta Para Kadhang kinasihku sekalian.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.

Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.

Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.

Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.
Aja was sumelang. Jangnalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.

Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah Asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.

Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.
Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.

Aja was sumelang. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos, dunia akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit, manusia, jin, iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.

Yang disebut kodrat, itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai. Kekuasannya tanpa piranti, keadaan wujudnya, tidak ada, baik luar maupun dalam, merupakan kesatuan, yang beraneka ragam.

Yang disebut Iradat itu, artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang lepas jauh dari panca indra ,bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.

Inilah maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha berarti kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad berarti hasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.

Mengertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu, maka sakaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.

Syahadat allah, allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata yang abadi dan berkematian.

Syahadat Ananing Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk wajah-Ku, Ilallah Tuhan-Ku, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa seluruhnya.

Syahadat Panetep Panatagana yaitu, yang menjadi bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna.

Shalat lima kali sehari semalam, adalah pujian dan dzikir, yang merupakan kebijaksanaan dalam hati, menurut kehendak pribadi. Benar atau salah, pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki.

Pada permulaan Aku shalat, budi-ku mencuri, pada waktu Aku dzikir, budi-ku melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan Dzat Maha yang bersama diri-ku, Nah, Aku inilah Yang Maha Suci, Dzat Maulana yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.

Syahadat, shalat, dan puasa itu, adalah amalan yang tidak diinginkan, oleh karena itu, tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik haji ke Makkah, keduanya adalah omong kosong. Itu semua adalah palsu, dan penipuan terhadap sesama manusia. Menurut para auliya’ bila manuasia melakukannya, maka dia akan dapat pahala, itu adalah omong kosong, dan keduanya adalah orang yang tidak tahu.

Tiada pernah Aku menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelang. Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini, semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena itu, Aku. Toso Wijaya Diningrat alias Jaka Tolos, yang lebih akrab di panggil WEB atau Wong Edan Bagu, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono atau Dzat Maha Suci.

Romo. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa, pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia, ia tiada tampak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngindraloka.

Hyang Widhi atau Gusti Ingkang Moho suci, wujud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yang tiada tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.

Mergertilah,,, bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu, maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.

Sir Toso Wijaya Diningrat alias Jaka Tolos mengetahui benar, di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil Romo, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, ma’rifat dan tasyawuf serta bla,,, bla,,, bla,,, lainnya, musnah tiada terpikirkan. Maka sampailah Toso Wijaya Diningrat alias Jaka Tolos di istana sifat yang sejati.

Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan asalnya, dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini, ada surga dan neraka, yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga, berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita, berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati, tak dapat dihitung.

Hidup itu bersifat baru, dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini, merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu, panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pakarti, pikiran, angan-angan, dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup.

Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur, dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula, yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan, kesombongan, yang pada akhirnya, membawa manusia ke dalam kenistaan, dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya, manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.

Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum, bisa rusak, dan bagaimana cara Anda memperbaikinya?

Biarpun bersembahyang, sholat, seribu kali setiap harainya dan tapa bertahun-tahun, akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi, akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali, syekh, nabi, dapat membawa pulang dagingnya? saya rasa tidak dapat.

Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan, membentuk dunia ini dua kali, dan juga, tidak akan membuat dunia ini dua kali, dan lagi, tidak akan membuat tatanan baru, ketahilah itu.

Segala sesuatu yang terjadi di alam ini, pada hakikatnya adalah perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk, pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangatlah salah besar, bila ada yang menganggap, bahwa yang baik itu dari Allah, dan yang buruk, adalah dari selain Allah.

Oleh karena itu, Af’al allah, harus dipahami dari dalam, dan dari luar diri manusia. Misalnya, saat manusia melemparkan tanah, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati, yang dipancarkan oleh Allah, kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak lempar, dan tanah, yang terlempar, dari tangan seseorang itu, adalah, berdasar kemampuan kodrati dari Allah, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan allah yang melempar tanah, ketika engkau bergerak melempar.

Di dunia ini, kita merupakan mayat-mayat, yang cepat atau lambat, akan menjadi rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga, bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti, tidak berkaitan dengan seorang, manusia biasa seperti yang lain-lain.

Kawulo dan Gusti itu, sudah ada dalam diriku, siang dan malam, tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini, nama kawula-gusti itu berlaku, yakni selama Aku mati. Nanti kalau Aku sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya Hidup-ku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bila kamu belum menyadari kata-kata-ku, maka dengan tepat, dapat dikatakan, bahwa kamu masih terbenam dalam masa kematian.

Di sini memang terdapat banyak hiburan macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian, yang sama sekali tidak mengandung kebenaran, dan sebentar lagi, akan cepat lenyap.

Gilalah orang yang terikat padanya. Aku tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian, satu-satunya, yang ku usahakan, ialah kembali kepada Hyang Maha Suci Hidup-ku.

Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan, atau kehampaan, penampilanku, bagai mayat baru, andai menjadi gusti, jasad-ku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air, kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.

Jika engkau kagum kepada seseorang, yang engkau anggap Wali Allah, jangan engkau terpancang, pada kekaguman, akan sosok, dan perilaku yang diperbuatnya. Sebab saat seseorang, berada pada tahap kewalian, maka keberadaan dirinya, sebagi manusia telah lenyap, tenggelam ke dalam al-Waly.

Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja, saat tenggelam dalam al-Waly. Berlangsungnya, Cuma beberapa saat saja. Dan saat tenggelam ke dalam al-Waly itulah, sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al-Waly.

Lantaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sendiri, pada hakekatnya, pengejawantahan al-Waly. Dan lantaran itu pula, yang dinamakan karamah, adalah sesuatu diluar kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.

Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan, kelihatan sekali terangnya. Namun jika cahaya itu, didekatkan ke mata, mata kita akan silau, dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata, maka, kita akan semakin buta tidak bisa melihatnya.

Artinya,,, engkau bisa melihat, cahaya kewalian, pada diri seseorang, yang jauh darimu. Namun engkau tidak bisa, melihat cahaya kewalian, yang memancar dari diri, orang-orang yang dekat denganmu.

Aku hanya akan memberi sebuah petunjuk, yang bisa digunakan untuk meniti jembatan (shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Aku katakan ajaib, karena jembatan itu, bisa menjauhkan, sekaligus mendekatkan jarak mereka, yang meniti dengan tujuan yang hendak dicapai.

Bagi kalangan awam, Kunci lazimnya dipahami, sebagai upaya memohon ampun kepada Allah, sehingga mereka memperoleh pengampunan. Tetapi bagi Wong Edan Bagu, Kunci, adalah upaya pembebasan diri, dari belenggu keakuan kepada Allah, sehingga memperoleh ampun, yang menyingkap tabir ghaib, yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma al- Ghaffar, terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi, Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi. Ingat itu...!!!

Semua rintangan manusia, itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk, yang hidup di atas permukaan bumi. Allah membentangkan ,tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita, sebagaimana bumipun, berlapis tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh. Bahkan neraka berlapis tujuh.

Tidakkah anda ketahui, bahwa suragapun berjumlah tujuh..?!
Tidakkah Anda ketahui, bahwa dalam beribadah kepada Allah, manusia diberi piranti, tujuh ayat, yang diulang-ulang dari Al-Quran? untuk menghubungkan dengan-Nya?

Tidakkah Anda sadari, bahwa saat Anda sujud, anggota badan Anda, yang menjadi tumpuan?

Di dunia ini manusia mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam kematian, mengharap-harap akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan sekali. Tetapi sesungguhnya, manusia di dunia ini, dalam alam kematian, sebab di dunia ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas, dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang nyata.

Dalam alam ini manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada diperlukan lantaran ayah dan ibu. Ia berbuat menurut keingginan sendiri, tiada berasal dari angin, air, tanah, api, dan semua yang serba jasad. Ia tidak menginginkan atau mengaharap-harapkan kerusakan apapun. Maka apa yang disebut Allah, ialah barang baru, direka-reka menurut pikiran dan perbuatan masing-masing. He he he . . . Edan tenan.

Mayat-mayat hidup berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari makan dan sandang, yang bagus, dan permata, serta perhiasan yang berkilauan, tanpa mengetahui, bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka. Yang naik kereta, dokar, bendi, atau motor, dan mobil itu, juga mayat, meskipun begitu, seringkali ia berwatak keji terhadap sesamanya.

Keadaan itulah ,dan begitulah yang Aku ketahui, tentang yang sedang dialami manusia sekarang. Dan demikian pula, yang di ketahui oleh Syekh Siti Jenar pada masanya, hingga tetep idep madep mantep, tak tergoyahkan, oleh ancaman mati para wali, yang pada akhirnya, Siti Jenar, siang malam, berusaha mensucikan budi, serta menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwanya. Hingga titik darah penghabisan.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku kinasihku. Ketahuilah...!!!
Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. Keadaan di dunia seperti ini, menurut dalil Samarakandi ”al-mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya, Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga, dan memperoleh pahala surga serta neraka.

Dan ingatah... Surga neraka tidaklah kekal, ia dapat lebur, itupun letaknya, hanya dalam Perasa’an masing-masing pribadi manusia, senang puas itulah surga, adapun neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat diakhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak termakan akal.

Sesungguhnya, meurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu, adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat Maha Suci  yang wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ingat...!!!
Sesungguhnya, tempat kebahagian, dan kemulian yang disebut, swarga oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam, disebut dengan nama Jannah (yang artinya taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan, yang di dalamnya hanya terdapat kebahagian dan kegembiraan.

Hampir mirip dengan swarga yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh surga besar, yang disebut ’alailliyyin, al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im, al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan orang-orang yang baik ditempatkan, sesuai amal ibadahnya selama hidup di dunia.

Sementara itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha, yang meyakini adanya Alam Bawah, yaitu neraka, yang bertingkat-tingkat, dan jumlahnya sebanyak jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika dalam ajaran Syiwa-Budha, dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala, Watala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar, Jahim, dal dan Wail.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu, berada dalam cipta kita pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini, sebelum dilengkapi dengan perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu masih disebut sebagai awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat, atau awal penetapan manusia, serta genapnya Hidup.

Yang di sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, artinya, saat penghabisan mendekati akhir, maksudnya setelah melalui segala hidup di dunia. Maka, sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang bukan adanya, zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam keadaan hidup semua.

Untuk keadaan kematian, Aku sebut akhirat, hanyalah bentuk dari bergantinya keadaan saja. Adapun sesungguhnya, mati itu juga kiamat. Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh, jadi semua roh itu, kalau sudah menjadi satu, hanya tinggal kesempurnaannya saja.

Moksanya roh, Aku sebut mati, karena dari roh itu, terwujud keberadaan Dzat semua, letaknya kesempurnaan roh itu, adalah musnahnya Dzat. Akan tetapi, bagi penerapan ma’rifat, hanya yang waspada dan tepat saja, yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua itu, sesungguhnya, semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya masing-masing.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari keadaan, wujud makhluk itu dari kejadian. Surga dan neraka, sekarang sudah tampak, terbentuk oleh kejadian yang nyata.

Aku berikan kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini, berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu, terletak dalam perasaan yang senang.

Tidak kurang, orang duduk dalam kereta atau mobil mewah yang bagus, merasa sedih, bahkan menangis tersedu-sedu, sedang seorang pedagang keliling, berjalan kaki, sambil memikul barang dangangannya, menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam lagu, dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul, menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya, pergi ke daerah seberang, Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia. Ia tidur di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala, dikerumuni serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak., ituah surga.

Orang disurga, segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian serba enak, karena kereta, bendi, mobil merzi, tersedia untuk mondar-mandir kemana saja. Tetapi apabila nerakanya datang, menangislah ia bersama istri, atau suaminya dan anak-anaknya.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Manusia yang sejati itu, ialah yang mempunyai hak, dan kekuasaan Tuhan, yang Maha Kuasa, serta mandiri diri pribadi. Sebagai hamba, ia menjadi Hidup, sedang Dzat Maha Suci Hidup, menjadi nyawa. Hilangnya nyawa, bersatu padu dengan hampa, dan kehampaan ini, meliputi alam semesta.

Adanya Romo karena semedi, sebab dengan semedi, orang menjadi tidak tahu, akan adanya Dzat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu, menyatukan diri, hingga lenyap, dan terasa dalam pribadi. Ya,,, dia,,, ya,,, Aku. Maka dalam hati timbul gagasan, bahwa ia, yang semedi menjadi, Dzat yang mulia.

Dalam alam kelanggengan, yang masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya manusia yang ada. Romo yang dirasakan, karena adanya waktu orang semedi, jika tidak ada, jadi gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya, adanya Romo yang demikian itu, hanya karena nama saja.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga dalam hal ini, antara agama Hindu-Budha-Kristen-Jawa dan Islam, sudah campur menjadi satu.

Di samping itu, roh dan nama sudah menyatu. Jadi, tiada kesukaran lagi, mengerti akan hal ini, dan semua sangat mudah dipahami.

Manusia hidup dalam alam dunia ini, hanya menghadapi dua masalah, yang saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.

Orang hidup, tiada merasakan ajal, orang berbuat baik, tiada merasakan berbuat buruk, dan jiwa luhur, tiada bertempat tinggal. Demikianlah, pengetahuan, yang bijaksana, yang meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha, mencari kemuliaan kematian, hidup terserah kehendak sendiri.

Keadaan hidup itu, berupa bumi, angkasa, samudra, dan gunung seisinya, semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin, yang tersebar di mana-mana, matahari dan bulan, menyusup di langit, dan keberadaan manusia sebagai yang terutama.

Romo bukan johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan. Akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini terjadinya.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua, menuruti kawan. Karena terbiasa, waktu kanak-kanak, berkumpul dengan anak, setelah tua berkumpul dengan orang tua. Berbincang-bincanglah mereka, tentang nama sunyi hampa, saling bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud mereka tidak diketahui.

Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa, yang menguasai segala kejadian.

Orang mati tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup, yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa-ku telah melakukan tugasnya, maka dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tenteram bahagia, aman damai dan abadi.

Oleh karena itu, Syekh Siti Jenar, salah satu wali, yang pernah berhasil mencapai tingkatan ini, tidak takut walau diancam penggal oleh para wali, begitu juga Aku, Aku tidak takut akan bahaya apapun. Menurut pendapat-ku. Yang disebut ilmu itu, ialah segala sesuatu, yang tidak kelihatan oleh mata.

Mana ada Allah? 
Baik di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang ada Aku pribadi. Sesungguhnya besok, Aku hidup seorang diri, tanpa kawan yang menemani. Disitulah Dzatullah, mesra bersatu menjadi Aku. Karena Aku di dunia ini, mati, luar dalam Aku sekarang ini, yang di dalam hidup-ku besok, yang di luar kematian-ku sekarang.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Orang yang ingin pulang, ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih Seorang Putera Romo yang Aku Bimbing, sebab ia sudah paham, dan mengusai sebelumnya. 

Di sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya di sini. Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam keheningan, tersimpan di sanubari, terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat kaluar dari mimpi, menyusupi rasa jati.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah dan Ingat...3xlah Pesan saya ini...!!!
Manusia Hidup itu, tidak boleh memiliki daya, atau keinginan yang buruk dan jelek. Manusia Hidup itu, tidak boleh berbohong. Manusia Hidup itu tidak boleh, mengeluarkan suara tidak enak didengar, dan menyakiti orang lain, tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia hidup, tidak boleh benci pada apapun dan dengki serta iri hati pada siapapun. tidak boleh membuat fitnah.

Karena itu dapat mempersulit Lakonmu dan memperberat Lakumu. Dan engkau pasti, tidak akan mampu, dengan kesulitan dan keberatan, yang kau buat sendiri itu, dalam mencapai kemanunggalan-mu. Sebab Hyang Maha Suci itu, tak bisa di campuri dan tercampuri oleh apapun, kecuali dengan Suci pula.

Bila jiwa badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam Hidup, yang sungguh nyata, dan tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya buah kamumu. Pramana menampilkannya, manunggal dengan asalnya, dan dilahirkan olehnya, tetapi yang kau lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka, penuh mutiara bercahaya indah, yang memancarkan sinar-sinar menyala-nyala, itu yang dinamakan pramana.

Pramana itu kehidupan badan. Ia manunggal dengan badan, tetapi tidak ambil bagian, dalam suka dan dukanya. Ia berada di dalam badan.Tanpa turut tidur dan makan, tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. Bila ia terpisah dari badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, lemah. Pramana itulah yang mampu mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh Hidup. Kepadanya diberi anugrah mengemban kehidupan, yang dipandang sebagai, rahasia Rasa-nya Dzat.

Penggosokan terjadi, karena digerakkan oleh angin. Dari kayu yang menjadi panas, muncul-lah asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari kayu. Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala yang dapat diraba, dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan tersembunyi.

Ada orang yang menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di tepi laut. Buka dua hal yang mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta alam, yang menjadi pusat perhatiannya. Karena kecewa, belum dapat berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan tidur.

Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan cermin, jauh dari apa yang dicari, dalam mencerminkan, wajah dia yang ber-paes. Cermin batin jauh lebih dekat.

Siang malam, terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya, terdengarlah pujian dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat lain, dan melakukan konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah, usaha mereka, hanya Penciptalah, yang menjadi pusat pandangannya. Badan cacat kita cela, keutamaan, kerendahan hati kita puji, tetapi keadaan kita, ialah digerakkan dan didorong olek Hidup. Tetapi Hidup tidak tampak, yang nampak hanya adzan.

Cermin batin itu, bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa. Cermin ini, sangat istemewa, karena mendekati kenyataan. Bila kau mengetahui, badan yang sejati, itulah yang dinamakan kematian terpilih. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut terlihat. Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat.

Hidup tidak jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu-itu jua. Ia jauh kalau dipandang jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak kelihatan, karena antara Dia dan manusia, terdapat ke keadaan-Nya, yang meresapi segala-galanya. Hyang Maha Suci Hidup, menyembunyikan Diri, terhadap penglihatan, sehingga ia lenyap sama sekali, dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia, yang benar lenyap dan berhenti.

Jalan untuk menemukan-Nya, dilacak kembali dari puncak gunung. Tetapi Hyang Maha Suci Hidup sendiri, tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari gunung dan dengan seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia tidak ditemukan, hati orang itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Hendaklah waspada, terhadap penghayatan, roroning atunggil, agar tiada ragu terhadap bersatunya Hidup, pengahayatan ini terbuka di dalam penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir penutup alam gaib, laksana terlintasnya dalam kantuk bagi orang yang sedang mengantuk. Penghayatan ghaib itu datang laksana lintasan mimpi.

Sesungguhnya, orang yang telah menghayati semacam itu, berarti telah menerima anugerah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia telah kembali ke asal mulanya.

Mati raga, orang-orang ulama, yang mengundurkan diri, di dalam kesunyian hutan, ialah hanya, memperhatikan yang satu itu, tanpa membiarkan pandangan mereka menyimpang. Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat tinggal mereka, hanya Dialah yang melindungi badan hidup mereka yang diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain, yang mereka pandang, hanya Sang Penciptalah, yang mereka perhatikan.

Yang menciptakan, mengemudi dunia, adalah tanpa rupa atau suara. Kalbu manusia yang dipandang, sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan sampai pandanganmu, terbelah menjadi dua. Peliharalah baik-baik iman, kepercayaanmu, dan tolaklah hawa nafsumu. Bila kau masih menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jangan tersenyum, seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati, ialah meninggalkan, sembah dan patrap, kalimah doa dan pujian, yang diungkapkan dengan kata-kata.

Sembah Patrap dan doa puji yang sempurna, ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta mengenai adanya sendiri, tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan sudah lebur, kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa yang masih mau dipandang. Tidak ada lagi sesuatu. Maklumilah. (TIDAK ADA APA-APA. APA-APA ITU TIDAK ADA. YANG ADA HANYA AK-KU Yang Ber-Haq).

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika kamu bijaksana mengatur tindakanmu, engkau akan tau, tanpa guna orang menyembah Rabbu’l ‘alamien, Tuhan sekalian alam, sebab di dunia ini, tidak ada Hyang Agung. Karena orang melekat pada bangkai, meskipun dicat, dilapisi emas, akhirnya membusuk juga, hancur lebur, bercampur dengan tanah.

Orang yang sembahyang, siang malam tiada putusnya, di lakukan itu, tidak akan memperoleh apa-apa, baik di sana, maupun di sini. Nyatanya, kalau ia sakit, ia menjadi bingung. Jika tidur seperti budak, disembarang tempat. Jika ia miskin, mohon agar menjadi kaya, tidak dikabulkan.

Apalagi bila ia sakaratul maut, matanya membelalak tiada kerohan. Karena ia segan meninggalkan dunia ini. Umumnya orang dungu, hanya berdzikir, dalam keadaan kosong, dari kenyataan yang sesungguhnya, membayangkan adanya rupa Dzatu’llahu, kemudian ada rupa, dan inilah yang ia anggap Hyang Widhi/Tuhan/Allah, hal ini benar-benar dan jelas sesat. Maka jangan kau turuti.  

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Banyak orang yang gemar dengan kesejatian, tapi karena belum pernah berguru, maka semua itu dipahami dalam konteks dualitas. Yang satu dianggap wujud lain. Sesungguhnya orang yang melihat sepeti ini, akan kecewa. Apalagi yang ditemui akan menjadi hilang. Walaupun dia berkeliling mencari, ia tidak akan menemukan yang dicari.

Padahal yang dicari, sesungguhnya, telah ditimang dan dipegang, bahkan sampai keberatan membawanya. Dan karena belum tahu kesejatiannya, ciptanya tanpa guru, menyepelekan tulisan, wejangan dan kesejatian Tuhan.

Orang seperti ini, walaupun dituturkan sampai capek, ditunjukkan jalannya, dia tidak akan memahaminya, karena ia hanya sibuk menghitung dosa besar dan kecil yang diketahuinya.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Tentang hal kufur dan kafir yang ditolaknya, tentang amal dan ibadah yang dilakukannya, bukti bahwa ia adalah orang yang masih mentah pengetahuannya. Walaupun tidak pernah lupa sembahyang, puasanya dapat dibangga-banggakan tanpa sela, tapi ia terjebak menta’ati yang sudah ditentukan Tuhan.

Sembah puji dan puasa yang ditekuninya, membuat orang-orang itu justru lupa akan sangkan paran dumadi (asal usul kejadian dan tujuannya). Karena itu, ia lebih konsentrasi melihat dosa besar-kecil, yang dikhawatirkannya, dan ajaran kufur-kafir yang dijauhinya, justru membuat bingung sikapnya.

Tidak ada dulu dinulu. Tidak merasa, tidak menyentuh. Tidak saling mendekati, sehingga butalah orang itu. Takdir dianggap tidak akan terjadi, salah-salah menganggap ada dualisme antara Maha Pencipta dan Maha Memelihara.

Awas... waspadalah, jangan kau turut orang-orang yang seperti itu. Tetep idep madep manteplah didalam Laku Wahyu Panca Gha’ib.

Pada awalnya, tidak terhitung tidak berfikir. Aku menggeluti tata lafal, mengkaji sembahyang/shalat, dan letih berpuasa. Semua itu Aku anggap, akan mampu mengantarkan-ku pada kesempurna’an. Padahal, menjadikan aku celaka, dan bahkan menjadi banyak berhala.

Pemikiran-ku sejak awal, belajar mendalami agama, Islam tidak dengan sembahyang/shalat, Islam tidak dengan pakaian, Islam tidak dengan waktu, Islam tidak dengan baju, dan Islam tidak dengan bertapa.


Setelah Aku berhasil mencapai Titik finisnya, ternyata, yang dimaksud Islam tidak karena menolak atau menerima yang halal atau haram, yang dimaksud Islam itu, mulia wisesa jati, kemuliaan selamat sempurna, sampai tempat tinggalnya besok. Seperti bulu selembar atau tepung segelintir, hangus tak tersisa. Kehidupan di dunia ini, seperti itu keberadaannya.

Bersambung Ke Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 03

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
                          
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon; 0819-4610-8666.
SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM; D38851E6”    
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com