Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 03

Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 03
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Kabuh Jombang Jatim. Hari Jumat Pahing. Tgl 3 Maret 2017

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Siapapun dia, sebelum tahu makna Alif, akan menjadi berantakan. Alif menjadi panutan sebab untuk semua huruf, alif adalah yang pertama. Alif itu badan idlafi, sebagai anugerah.

Dua-duanya bukan Allah. Alif merupakan takdir, sedangkan yang tidak bersatu namanya alif-lapat. Sebelum itu, jagat ciptaan-Nya sudah ada. Lalu alif menjadi gantinya, yang memiliki wujud tunggal. Ya, tunggal rasa, tunggal wujud.

Ketunggalan ini harus dijaga betul, sebab tidak ada yang mengaku tingkahnya. ALif wujud adalah Yang Agung. Ia menjadi wujud mutlak yang merupakan kesejatian rasa. Jenisnya ada lima, yaitu alif mata, wajah, niat jati, iman dan syari’at.

Allah itu, penjabarannya, adalah dzat Yang Maha Mulia, dan Maha Suci. Allah itu sebenarnya tidak ada lain, karena kamu itu Allah. Aku ini Allah. Dan Allah semua yang ada ini, lahir batin kamu ini, semua tulisan, merupakan ganti dari alif, Allah itulah adanya.

Alif penjabarannya, adalah permulaan pada penglihatan, melihat yang benar-benar melihat. Adapun melihat Dzat itu, merupakan cermin ketunggalan sejati, menurun kepada kesejatianmu. Cahaya yang keluar, kepada otak keberadaan kita di dunia ini, merupakan cahaya yang terang benderang, itu memiliki seratus dua puluh tujuh kejadian. Menjadi penglihatan dan pendengaran, napas yang tunggal, napas kehidupan yang dinamakan Panji. Panji bayangan dzat, yang mewujud pada kebanyakkan imam. Semua menyebut dzikir sejati, Laa ilaaha illallah. (Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci).

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Banyak orang yang salah menemui ajalnya. Mereka tersesat tidak menentu arahnya, panca indera masih tetap siap, segala kesenangan sudah ditahan, napas sudah tergulung, dan angan-angan sudah diikhlaskan, tetapi ketika lepas tirta nirmayanya, belum mau. Maka ia menemukan yang serba indah. Dan ia dianggap manusia yang luar biasa. Padahal sesungguhnya ia adalah orang yang tenggelam dalam angan-angan, yang menyesatkan dan tidak nyata.

Budi dan daya hidupnya, tidak mau mati, ia masih senang di dunia ini, dengan segala sesuatu yang hidup, masih senang ia akan rasa dan pikirannya. Baginya hidup di dunia ini nikmat, itulah pendapat manusia yang masih terpikat akan keduniawian, pendapat gelandangan yang pergi ke mana-mana tidak menentu, dan tidak tahu bahwa besok ia akan hidup, yang tiada kenal mati. Sesungguh nyalah dunia ini neraka.

Dunia ini alam kematian. Oleh karena itu, dunia yang sunyi ini, tidak ada Hyang Agung, serta malaikat. Akan tetapi bila Aku besok sudah ada di alam kehidupan-ku, akan berjumpa, dan kadang kala Aku menjadi Allah. Nah,,, di situ Aku akan bersembahyang/shalat.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang berkata, bahwa Allah menciptakan alam semesta. Itu adalah kebohongan belaka. Sebab alam semesta itu barang baru, sedang Allah tidak membuat barang yang berwujud, menurut dalil; layatikbiyu hilamuhdil, artinya tiada berkehendak menciptakan barang yang berwujud.

Adapun terjadinya alam semesta ini ibaratnya; drikumahiyati : artinya menemukan keadaan. Alam semesta ini: la awali. Artinya tiada berawal. Panjang sekali kiranya, kalau Aku menguraikan, bahwa alam semesta ini merupakan barang baru, berdasarkan yang ditulis dalam al-qur’an.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang bertanya, di mana rumah Hyang Widhi/Allah? Hal itu bukan merupakan hal yang sulit, sebab Allah sejiwa dengan semua zat. Zat wajibul wujud, itulah tempat tinggalnya, seumpamanya Zat, tanahlah rumahnya. Hal ini panjang sekali kalau Aku terangkan. Oleh karena itu, Aku ambil intisaripatinya saja.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang bertanya, berkurangnya nyawa siang malam, sampai habis, ke manakah perginya nyawa itu? Nah,,, itu sangat mudah untuk menjawabnya. Sebab nyawa tidak dapat berkurang, maka nyawa itu bagaikan jasad , berupa gundukan, tak dapat aus, rusak dimakan andai-andai.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang bertanya bagaimanakah rupa Yang Maha Suci Hidup itu? Kitab Ulumuddin sudah memberitahukan; Wa Allahu dzahir al-insan, wabathin, al-insanu baytullahu), artinya, lahiriah manusia itulah rupa Hyang Widhi/Allah/Hyang Maha Suci Hidup. Batiniah manusia itulah rumah Hyang Widhi/Allah/Hyang Maha Suci Hidup.

Di beberapa Wejangan yang telah berlalu, Aku pernah mewedarkan asal-usul manusia dengan jelas, semua yang Aku Wejangkan, tiada memakai tirai selubung, tiada pula memakai lambang-lambang. Bendera kelompok atau kotak-kotak golongan. Semua penjelasan. Aku berikan secara terbuka, apa adanya dan tanpa mengharapkan apa-apa sedikitpun, kecuali keberhasilan-mu dalam belajar menggali Rasa Sejati.

Dengan demikian musnah segala tipu muslihat, kepalsuan dan segala perbuatan yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan para guru lainnya. Mereka mengajarkan ilmunya secara diam-diam dan berbisik-bisik, seolah-olah menjual sesuatu yang gaib, disertai dengan harapan untuk memperoleh sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya.”

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Aku sudah pernah keliling jagat, sudah berulang kali berguru serta diwejang oleh para Pembimbing mu’min, diberitahu akan adanya Muhammad sebagai Rosulullah serta Allah sebagai Pengeran-ku.

Tapi,,, ajaran yang dituntunkan itu, menuntun serta membuat-ku menjadi bingung, dan menurut pendapat-ku, ajarannya sukar dipahami, merawak-rambang tiada patokan yang dapat dijadikan dasar atau pegangan. Ilmu Arab menjadi ilmu Budha, begitupun sebaliknya, karena hasilnya tidak sesuai dengan yang di praktekan, kemudian Aku mengambil dasar dan pegangan Kanjeng Nabi. Aku mematikan raga, merantau kemana-mana sambil menyiarkan agama. Padahal, ilmu Arab itu tiada kenal bertapa, kecuali berpuasa pada bulan Romadhan, yang dilakukan dengan mencegah makan, tiada berharap apapun.

Jadi jelas kalau Aku dulu itu masih manganut agama Budha, berkedok agama islam, buktinya, Aku masih sering ketempat-tempat sunyi, gua-gua, hutan-hutan, gunung-gunung, atau tepi samudera, dengan mengheningkan cipta, sebagai lelaku demi terciptanya keinginan-ku, agar dapat bertemu dengan Hyang Maha Suci Hidup. Itulah buktinya bahwa Aku masih dikuasai setan ijajil.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku kinasihku. Ingatlah...!!!
Dengan 5 wasiat laku dibawah ini, yang pernah Aku pelajari dan aku praktekan disetiap waktunya hingga sekarang. Yang berhasil menuntun-ku, bisa mencapai titik finis idaman-ku. 5 wasiat laku dibawah ini, Yang menjadi intisaripatinya semua ilmu dan ajaran. Dan 5 wasiat lelaku, yang di amanahkan kepada-ku oleh Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono atau Dzat Maha Suci ini, kini Aku limpahkan dan Aku Amanah kepadamu sekalian.

Wahyu Panca Laku-IMAN;
1. Manembahing Kawula Gusti.
2. Manunggaling Kawula Gusti.
3. Leburing Kawula Gusti.
4. Sampunaning Kawula Gusti.
5. Sampurnaning Pati lan Urip.

Wahyu Panca Laku-IMAN-Arti Dan Maksudnya;
1. Pasrah kepada Dzat Maha Suci.
2. Menerima keputusan Dzat Maha Suci.
3. Mempersilahkan Kuasa Dzat Maha Suci.
4. Merasakan keberadaan Dzat Maha Suci.
5. Menebar Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci.

Gunakan Wahyu Panca Laku yang lebih di kenal dengan sebuatan IMAN itu, untuk menjalankan Wahyu Panca Ghaib. Jangan merasa benar, jangan merasa pintar dalam segala hal, jangan merasa memiliki, merasalah bahwa semua itu hanya titipan dari Tuhan yang membuat bumi dan langit, jadi manusia itu hanyalah sudarma (memanfaatkan dengan baik dengan tujuan dan cara yang baik pula). Pakailah budi, syukur, sabar, menerima, jujur dan rela/legowo.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahui dan Ingat...3xlah Pesan saya ini...!!!

Kesempurnaan Iman, itu ada DUA PULUH. Adapun manunggalnya keimanan, itu menjadi tempat berkumpulnya jauhar (mutiara) Muhammad, terdiri atas 15 perkara. Berikut ini Perinciannya:

1. Imannya imam;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah keberadaan Allah.

2. Imannya tauhid;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah tempat manunggalnya Allah.

3. Imannya syahadat;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah sifatullah, artinya, sifatnya Allah.

4. Imannya ma’rifat;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kewaspada’an Allah.

5. Imannya shalat;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah menghadap Allah.

6. Imannya kehidupan;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah.

7. Imannya takbir;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kepunyaan keangungan Allah.

8. Imannya saderah;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah pertemuan Allah.

9. Imannya kematian;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kesucian Allah.

10. Imannya junud;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah wadahnya Allah.

11. Imannya jinabat;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kawimbuhaning, artinya, bertambahnya ni’mat dan anugerah Allah.

12. Imannya wudlu;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah asma, artinya, Nama Allah.

13. Imannya kalam (perkataan);
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah ucapan Allah.

14. Imannya akal;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah juru bicara Allah.

15. Imannya nur;
Maksudnya adalah, jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah wujudullah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagat (makrokosmos), dunia akhirat, surga neraka, ‘arsy kursi, loh kalam (lauh al-kalam), bumi langit, manusia, jin, belis (iblis) laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya jantung yang disebut alam kiyal (‘alam al-khayal), maksudnya adalah angan-angannya Tuhan, itulah yang agung yang disebut alam barzakh, yang dimaksudnya adalah pamoring gusti kawula, yang disebut alam mitsal, yang dimaksudnya adalah awal pengetahuan, yaitu kesucian dzat sifat asma af’al, yang disebut alam arwah, maksudnya berkumpulnya nyawa yang dipenuhi sifat kamal jamal.

Kemanunggalan Iman yang sudah saya wedarkan tadi, merupakan aplikasi iman dalam bentuk keimanan Manunggaling Kawula-Gusti atau rangkuman dari semua isi Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci. Itulah. Bukti bahwa fungsi manusia sebagai khalifatullah (wakil real Allah) di muka bumi benar-benar nyata. Manusia adalah cermin dan pancaran wujud Allah, dengan fungsi iradah dan kodrat yang berimbang. Semua bentuk syari’at agama, ternyata memiliki wujud implementasi bagi tekad hatinya, sekaligus ditampakkan melalui tingkah lahiriyahnya.

Maksud dari kalimat jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah. Artinya,,, dengan Laku Wahyu Panca Gha’ib. Manusia diajak untuk membuktikan keberadaan Allah secara langsung, bukan hanya memahami “keberadaan” dari sisi nalar-pikir (ilmu) dan Perasa’an sentimen makhluk (perasaan yang dipaksa dengan doktrin surga dan neraka). Artinya,,, Wahyu Panca Gha’ib. Mengajarkan dan mengajak manusia bersama-sama “merasakan” Allah dalam diri pribadi masing-masing.

Adapun yang di maksud Iman, adalah pangandeling (pusaka andalan) roh. Tauhid, itu, panunggale (saudara tak terpisah, tempat manunggalnya) roh. Ma’rifat, itu penglihatan roh. Kalbu, itu penerima’an (antena penerimanya) roh. Akal, itu pembicara’annya roh. Niat, itu pakaremaning roh. Shalat, itu menghadapnya roh. Syahadat, itu keada’an roh.

Itulah maksud dari masing-masing doktrin pokok tauhid dan fiqih, ketika dikaitkan dengan Laku Spiritual Hakikat Hidup “Wahyu Panca Gha’ib”. Iman, tauhid, ma’rifat, qalbu, dan akal adalah doktrin pokok dalam ajaran Tauhid. Dan niat, shalat serta syahadat adalah doktrin pokok fiqih, semua itu adalah, merupakan serangkaian bentuk perbuatan roh manusia, masing-masing memiliki peran dan fungsi yang dapat menggerakkan seluruh kepribadian manusia, lahir dan batin, roh dan jasadnya. Itulah makna keimanan yang sesungguhnya. Sebab rukun iman, rukun Islam dan ihsan pada hakikatnya adalah suatu kesatuan yang utuh, yang membentuk kepribadian illahiyah pada kedirian manusia.

Sedangkan yang di maksud kodrat dan iradat, itu bukanlah hal yang terpisah dari manusia, dan bukan mutlak milik Allah. Kodrat dan iradat terkait erat dengan eksistensi sang Pribadi (manusia). Pribadi adalah eksistensi roh. Maka jika roh adalah pancaran cahaya-Nya, pribadi adalah tajalli-Nya, penjelmaan Diri-Nya. Pribadi adalah Allah yang menyejarah.

Maka... Akulah sang pemilik dua puluh sifat ketuhanan. Maka kamulah sang pemilik dua puluh sipat ketuhanan itu, kodrat merupakan kuasa pribadi kita, sifat yang melekat pada pribadi, sejak zaman azali dan itu langgeng. Demikian pula adanya iradat, adalah kehendak atau keinginan kita sendiri.

Antara karsa, keinginan dan kuasa, adalah hal yang selalu berkelindan, bagi wujud keduanya. Tentu menyangkut kehendak, setiap pribadi memiliki karsa yang mandiri dan yang berhak merumuskan, hanyalah “perundingan” antara pemilik iradah dengan Yang Maha Memiliki Iradah.

Kemudian untuk mewujudkan rasa cipta itu, perlu juga pelimpahan kodrat Allah pada manusia. Untuk itu semua. Wahyu Panca Gha’ib, mendidik manusia untuk mengetahui Yang Maha Kuasa, dan mengetahui letak pintu kehidupan serta kematian. Tujuannya jelas, agar manusia menjadi Pribadi Sejati, pemilik iradah dan kodrat bagi dirinya sendiri.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. ketahuilah. Inilah yang di maksud syahadat. Ashadu itu, jatuhnya rasa, ilaha itu, kesejatian rasa, illallah itu bertemunya rasa. sedangkan Muhammad hasil karya yang maujud, Pengeran itu kesejatian Hidup.

Jatuhnya rasa (tibaning rasa) maksudnya adalah meresapnya Allah dalam kehendak dan kedalaman jiwa. Ini kemudian dipupuk dengan laku spiritual Wahyu Panca Gha’ib, yang melahirkan sajatining rasa (kesejatian rasa), di mana ruang keseluruhan jiwa telah terdominasi oleh al-Haqq (Allah). Kemudian lahirlah ungkapan illallah sebagai puncak, yakni pertemuan rasa, manunggalnya yang mengungkapkan “asyhadu” dengan sarana ungkapan, yakni Allah. Kemanunggalan ini memunculkan tenaga dan energi kreativitas positif, dalam bentuk karya yang berbentuk nyata, bermanfaat dan berdaya guna, serta bersifat langgeng, yang diidentifikasikan dengan sebutan Muhammad (Yang Memiliki Segala Keterpujian) sebagai perwujudan riil dari sang Wajib al-Wujud.

Maka diri manusia sebagai ”Pengeran” (Tuhan) itulah yang merupakan kesejatian hidup atau kehidupan. Syahadat yang sebenarnya, bukanlah hanya sekedar bentuk pengakuan lisan yang berupa syahadat tauhid dan syahadat rasul.

Namun syahadat adalah persaksian batin, yang teraplikasi dalam tindakan dzahir sebagai wujud kemanunggalan kawula-Gusti. Dengan demikian syahadat mampu melahirkan karya-karya yang bermanfaat.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah, berikut ini adalah beberapa kalimah syahadat yang bersipat Sejati.

Syahadat Sejati;
Ashadu-ananingsun, la ilaha-rupaningsun, illallah-Pengeransun, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, kang badan nyawa kabeh.

Itulah yang disebut Syahadat Sajati. Pengakuan sejati ini adalah ungkapan yang sebenarnya bersifat biasa-biasa saja, di mana ungkapan tersebut lahir dari hati dan rohnya, sehingga dari ungkapan yang ada dapat diketahui sampai di mana tingkatan tauhidnya (tauhid dalam arti pengenalan akan ke-Esaan Allah), bukan sekedar pengenalan akan nama-nama Allah.

Syahadat Paleburan;
Syahadat Allah, Allah, Allah lebur badan, dadi nyawa, lebur nyawa dadi cahya, lebur cahya dadi idhafi, lebur idhafi dadi rasa, lebur rasa dadi sirna mulih maring sajati, kari amungguh Allah kewala kang langgeng tan kena pati.

Syahadat paleburan diucapkan ketika menjalani keheningan-samadhi, menyatukan diri kepada Allah.

Syahadat Panetep panatagama;
Syahadat Panetep panatagama, kang jumeneng roh idlafi, kang ana telenging ati, kang dadi pancere urip, kang dadi lajere Allah, madhep marang Allah, iku wayanganku roh Muhammad, iya, iku sajatining manungsa, iya iku kang wujud sampurna. Allahumma kun walikun, jukat astana Allah, pankafatullah ya hu Allah, Muhammad Rasulullah.

Syahadat Panetep panatagama, adalah Syahadat untuk meneguhkan hati akan tauhid al-wujud. Pengucapannya tidak berhubungan dengan waktu, tempat, dan keadaan tertentu sebagaimana syahadat yang lain. Hakikat syahadat ini hanyalah berfungsi

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah, berikut ini adalah beberapa kalimah Syahadat Sakarat Sejati. jika tidak tau maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan. Lafalnya adalah.

Syahadat Sakarat Sejati;
Iya Syahadat Sakarat, wus gumanang waluya jati, sirne eling, mulya maring tunggal, waluya jati, iya sajatining rasa, lan dzat sajatining dzat, pesthi anane langgeng, tan kenaning owah, dzat sakarat, roh madhep, ati muji matring nyawa, tansah neng dzatullah, kurungan mas melesat, eling raga tan rusak, sukma mulya Maha Suci.

Syahadat Sakarat Sejati, adalah Syahadat Sakarat ketika Menjelang proses datangnya pintu kematian, sudah nyata penuh kesempatan, hilangnya ingatan kemuliaan, kepada yang tunggal, keselamatan dan kesentosaan itu, adalah sejatinya kehidupan, tunggal sejatinya hidup, hidup sejatinya rasa dan sejatinya rasa, dan dzat sejatinya, dzat pasti dalam keberadaan kelanggengan tidak terkena perubahan, dzat sekarat roh menghadap hati memuji nyawa, selalu berada dalam dzatullah, sangkar mas hilang, mengingat raga tidak terkena kerusakan sukma mulia Maha Suci.

Sekarat itu kemuliaan kematian, maksudnya adalah napas munculnya napas, yang hilang berangsur-angsur secara diam-diam, yaitu yang kemudian diam, kematian sebagai sukma badan-wadag, kemuliaan sukma kesempurnaan, kembali kepada dzatullah, Allah sebagai labuhan iman, iman yang berbentuk cahaya, cahaya yang berwujud Rasulullah, yaitu adalah shalat yang agung, Muhammad sebagai takbirku, Allah sebagai ucapanku, shalat sejati menyembah Allah, tidak ada Allah tidak ada Tuhan, hanyalah aku (kawula) yang tunggal saja, yang agung dan dikasihi.

Syahadat Sakarat Hati;
Ashadu ananingsun, anuduhake marga kang padhang, kang urip tan kenaning pati, mulya tan kawoworan, elinge tan kena lali, iya rasa iya rasulullah, sirna manjing sarira ening, sirna wening tunggal idhep jumeneng langgeng amisesa budine, angen-angene tansah amadhep ing Pangeran.

Syahadat Sekarat Hati pada hakikatnya adalah syahadat Nur Muhammad. Suatu penyaksian bahwa kedirian manusia adalah bagian dari Nur Muhammad. Dari inti syahadat ini, jelas bahwa kematian manusia bukanlah jenis kematian pasif, atau kematian negatif, dalam arti kematian yang bersifat memusnahkan. Kematian dalam pandangan Wahyu Panca Gha’ib, hanya sebagai gerbang menuju kemanunggalan, dan itu harus memasuki alam Nur Muhammad (HIDUP). Bentuk konkretnya, dalam pengalaman kematian itu, orang tersebut tidaklah kehilangan akan kesadaran manunggal-Nya. Ia melanglang buana menuju asal muasal hidup.

Syahadat Sakarat Roh;
Ini adalah syahadat sakaratnya roh (pecating nyawa), yang meliputi empat perkara:
1. Ketika roh keluar dari jasad, yakni ketika roh ditarik sampai pada pusar, maka baca’an syahadatnya adalah.
“la ilaha illallah Muhammad rasulullah”.

2. Kemudian, ketika roh ditarik dari pusar sampai ke hati, baca’an syahadatnya adalah.
“la ilaha illa Anta”.

3. Kemudian, ketika roh ditarik sampai otak, baca’an syahadatnya adalah.
 “la ilaha illa Huwa”.

4. Maka kemudian roh ditarik dengan halus. Saat itu sudah tidak mengetahui jalannya keluar roh dalam proses sekarat lebih lanjut.

Sekaratnya manusia itu sangat banyak sakitnya, seakan-akan hidupnya sekejap mata, sakitnya sepuluh tahun. Dalam keadaan seperti itulah, manusia kena cobaan setan, sehingga kebanyakkan, kelihatan, bahwa kalau tidak melihat jalan keluarnya roh, menjadi lama dalam proses sekaratnya. Jika rohnya tetap mendominasi kesadarannya, tidak kalah oleh sifat setan, maka syahadatnya roh adalah “la ilaha illa Ana”.

Ajaran tentang syahadat sejati itu tadi, hanya berlaku bagi orang yang belum mampu menempuh laku manusia manunggal, artinya, belum memiliki Wahyu Panca Gha’ib. sehingga diperlukan prasyarat lahiriyah, yang berupa Syahadat Sejati; Syahadat Paleburan; Syahadat Panetep panatagama; dalam bejalar manunggal.

Apa bila dalam belajar, sebelum berhasil manunggal, sudah kedatangan ajal terlebih dahulu. Maka diperlukan prasyarat lahiriyah juga, yang berupa Syahadat Sakarat Sejati; Syahadat Sakarat Sejati; Syahadat Sakarat Roh. tersebut. Agar bisa tertuntun, tidak tersiksa lama. Bagi yang sudah mampu menempuh laku manunggal, maka prosesnya kematian bukan masalah, kapan ajalnya datang, juga bukan masalah. Kematian termasuk dalam salah satu agenda manunggalnya iradah dan qudrat kawula Gusti dan sebaliknya.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika seorang Putero Romo benar-benar sudah manunggal, benar-benar Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci. Maka,,, apa yang menjadi ilmu Romo, maka itu adalah ilmu Putero Romo. Artinya... Pasti mengetahui kapan saatnya dia meninggalkan alam kematian, di dunia ini, menuju alam kehidupan sejati di akhirat, untuk menyatu selamanya dengan Hyang Maha Suci Hidup.

Syahadat Sejati dan Syahadat sekarat, yang saya wedarkan tadi, adalah syahadat yang bersifat umum, yang digunakan oleh para ahli sufie, dan para wali termasuk Syekh Siti Jenar. Namun syahadat yang bersipat pribadi, adalah Wahyu Panca Gha’ib. Itupun bukan Wahyu Panca Gha’ib yang di obral sana sini, oleh kebanyakan orang yang mengaku Putero Romo, bukan.

Tapi Wahyu Panca Gha’ib, yang benar-benar menjadi lafal, keseharian atau dzikir di setiap tarikan, nafas dan gerak tubuh kita. Menyatu jadi kesatuan tunggal, ngatunggal antara Kawula-Gusti. (Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci).

Terutama saat menjelang tidur, agar dalam kondisi tidurpun, tetap berada dalam kondisi kemanunggalan, iradah dan qodrat, tidak hanya sekedar ucapan, yang di hapal, sebab saat pengucapan uni Kunci, harus disertai dengan laku patrap, paling tidak mengheningkan daya cipta, rasa dan karsa, sehingga lafal-lafal yang berupa uni Kunci tersebut, mendarah daging, sewujud, senyawa, sejiwa, sesukma, menyelusup jauh ke dalam diri yang Hidup.

Oleh karenanya, keadaan kematiannya, bukanlah suatu kehinaan, sebagaimana kematian makhluk selain manusia. Di sinilah arti penting adanya syafa’at sang Utusan (Rasulullah) dalam bentuk, Nur Muhammad, atau hakikat Muhammad. Nur Muhammad, adalah Roh Suci atau Hidup. kesadaran bagi tiap Pribadi, dalam menuju kemanunggalannya. Sehingga dengan, Nur Muhammad itulah, maka proses kematian, bagi-ku, bukan sejenis kematian yang pasif, atau kematian yang negatif, dalam arti, kematian dalam bentuk kemusnahan, sebagaimana yang terjadi terhadap hewan.

Kematian itu adalah sesuatu aktivitas yang aktif. Sebab ia hanyalah pintu, menuju keadaan manunggal. Melalui lorong itulah, kedirian menuju persatuan, dengan Sang Tunggal. Kematian manusia adalah, proses aktif sang al-Hayyu (Yang Maha Hidup), sehingga, hanya dengan pintu, yang dinamakan kematian itulah, manusia bisa menuju kehidupan yang sejati, urip kang tan kena pati, hidup yang tidak terkena kematian.

Sebab itu, jangan pernah berani mengaku telah manunggal atau bertemu Romo. Jika tidak melalui sakarat kematian. Karena jalan manunggal bersatu dengan Hyang Maha Suci Hidup itu, hanya ada satu. Yaitu Kematian/Mati.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Camkan baik-baik...!!!
Pancaindera maupun perangkat akal, tidak dapat dijadikan, pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua itu bersifat baru, bukan azali. Satu-satunya yang bisa dijadikan gondhelan dan gandhulan, hanyalah Zat Wajibul Maulana atau Hidup. Zat Yang Maha Melindungi.

Pancaindera adalah pintu nafsu, dan akal adalah pintu ego. Semuanya harus ditundukkan, di bawah Zat Yang Wajib Memimpin. Karena itu, Dialah yang menunjukkan semua budi baik. Jadi pencaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa Budi atau Yang Maha Budi. Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakan nama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa Allah, Hyang Widhi, bisa Hidup, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana, Hyang Maha Suci Hidup, dan sebagainya. Semua itu produk akal, sehingga nama tidak perlu disembah. Jebakan atau Doktrin nama dalam syari’at, justru malah merendahkan Nama-Nya.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. ketahuilah...!!!
Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya. Manusia terdiri dari jiwa dan raga, yang intinya, ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (sang Pribadi). Sedangkan raga adalah bentuk luar, dari jiwa yang dilengkapi pancaindera, berbagai organ tubuh, seperti daging, otot, darah, tulang dll.

Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman, yang suatu saat, setelah manusia terlepas, dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi tanah. Sedangkan Hidupnya yang menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam keabadian dengan Dzat Maha Suci.

Manusia tidak lain adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al, sebab af’al digerakkan oleh dzat. Sehingga af’al yang menyatu, menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat, ke mana af’al itu dipancarkan.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. ketahuilah...!!!
Bagimu yang belum Berlaku Wahyu Panca Gha’ib, terutama yang mengaku islam. Baca dan kajilah Surat al-Fatihah, karena al-fatehah adalah termasuk salah satu kunci sahnya orang yang menjalani laku manunggal (ngibadah).

Maka wajib mengetahui makna surat al-Fatihah yang sebenarnya. lafal al-Fatihah adalah lafal yang paling tua dari seluruh Sabda-Hidup. Inilah tafsir mistik al-Fatihah, yang Aku ketahui. Maka, ketahuilah pula.

Bis………………………… kedudukannya…………. ubun-ubun.
Millah………………………kedudukannya….. ………rasa.
Al-Rahman-Ar-Rahim…….kedudukannya……………penglihatan (lahir batin).
Al-hamdu…………………kedudukannya………… …hidupmu (manusia).
Lillahi………………………kedudukannya…. ……….cahaya.
Rabbil-‘alamin…………….kedudukannya…………..nyawa dan napas.
Al-Rahman Ar-Rahim…….kedudukannya……………leher dan jakun.
Maliki……………………..kedudukannya…… ………dada.
Yaumiddin………………..kedudukannya……… ……jantung (hati).
Iyyaka……………………kedudukannya…….. …….hidung.
Na’budu…………………..kedudukannya…….. …….perut.
Waiyyaka nasta’in………kedudukannya…………….dua bahu.
Ihdinash………………….kedudukannya…….. ……..sentil (pita suara).
Shiratal…………………..kedudukannya……. ………lidah.
Mustaqim…………………kedudukannya……… ……tulang punggung (ula-ula).
Shiratalladzina…………..kedudukannya……… …….dua ketiak.
An’amta…………………..kedudukannya…….. ……..budi manusia.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ………tiangnya (pancering) hati.
Ghairil…………………….kedudukannya…… ……….bungkusnya nurani.
Maghdlubi………………..kedudukannya……… …….rempela/empedu.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ……….dua betis.
Waladhdhallin……………kedudukannya………. ……mulut dan perut (panedha).
Amin………………………kedudukannya……. ………penerima.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Sekali lagi Aku tegaskan. Maka... Sadari dan ketahuilah...!!! Bila kau belum menyadari kebenaran kata-kata-ku ini. Maka dengan tepat, dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian disini.

Aku... dan Kamu... Memiliki Hidup, dan Hidup ada didalam diri-ku, juga diri-mu sendiri. Itulah yang menjadi Pengeran, bagi seluruh isi dunia-ku, dan dunia-mu. Dengan itu dan bersama itulah, akan didapatkan konsistensi antara keyakinan hati, pengalaman keagamaan, dan sikap perilaku dzahir. Sekali lagi. Ingat...!!! selama masih berada di dunia ini, sebetulnya kita mati, baru sesudah kita dibebaskan dari dunia ini, akan dialami kehidupan sejati.

Kehidupan ini sebenarnya kematian, ketika manusia dilahirkan. Badan hanya sesosok mayat,  karena ditakdirkan untuk sirna. Dunia ini adalah alam kubur, di mana roh suci terjerat badan wadag, yang dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat, yang menguburkan kebenaran sejati, dan berusaha mengubur kesadaran Ingsun Sejati. Karenanya, janganlah engkau Terlena, oleh semua kesemuanya itu.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Sekali lagi Aku tegaskan. Maka... Sadari dan ketahuilah juga...!!!

Aku dan Diri-mu itu, adalah bersifat Muhammad, yaitu sifat Rasul yang sejati, sifat Muhammad yang kudus. Badan/Wujud ini bersifat baru, yang dilengkapi dengan pancaindera. Pancaindera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh empunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur-lebur bersifat najis. Oleh karena itu, pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.

Demikian pula budi, pekerti atau pikiran dan angan-angan, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur, dan sering kali tidak jujur.

Akal itu pula yang siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya.

Kalau kamu ingin berjumpa dengan dia, saya pastikan kamu tidak akan menemuinya, sebab Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Smono berbadan Hidup, mengheningkan puja ghaib. Yang dipuja dan yang memuja, yang dilihat dan melihat, yang bersabda sedang bertutur, gerak dan diam bersatu tunggal. Nah, buyung yang sedang berkunjung, lebih baik kembali saja. He he he . . . Edan Tenan.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Muhammad itu, bukan semata sosok utusan fisik, yang hanya memberikan ajaran Islam secara gelondongan, dan setelah wafat, tidak memiliki fungsi apa-apa, kecuali hanya untuk diimani.

Kita inilah Pribadi Rasulullah, Muhammad sebagai roh yang bersifat aktif. Wahyu atau syafa’at, tidak bisa dinanti dan diharap kehadirannya, kelak di kemudian hari. Justru syafa’at Muhammad, hanya terjadi bagi orang yang menjadikan dirinya Muhammad, me-Muhammad-kan diri dengan keseluruhan sifat dan asmanya.

Rahasia asma Allah dan asma Rasulullah, adalah bukan hanya untuk diimani, tetapi harus merasuk dalam Pribadi, menyatu-tubuh dan rasa. Itulah perlunya Nur Muhammad, untuk menyatu cahaya dengan Sang Cahaya. Dan itu semua hanya bisa terjadi dalam proses Laku Wahyu Panca Gha’ib. Bukan yang lain. Ingat itu...!!!

Ini bukan soal kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsu pun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan. Penampilan-ku bagai mayat baru, andai menjadi Gusti, jasadku dapat busuk bercampur debu, napasku terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air dan sari-sari, kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.

Bumi, langit, isi dan sebagainya, adalah milik-ku, kepunyaan seluruh manusia Hidup. Buktinya, Manusia-lah yang memberikan nama-nama itu, sebelum dilahirkan, semua itu tidak ada baginya.

Kebebasan alam mencerminkan kebebasan manusia. Segala sesuatu harus berlangsung dan mengalami hal yang natural (alami), tanpa rekayasa, tanpa pemaksaan iradah dan qudrah. Jadi, seluruh manusia masing-masing mamiliki hak mengelola alam. Alam bukan milik negara atau raja, namun milik manusia bersama. Maka setiap orang harus memiliki dan diberi hak kepemilikan atas alam. Ada yang harus dimiliki secara privat dan ada juga yang harus dimiliki secara kolektif.

Sebab karena, seluruh alam semesta adalah tajaliyat Tuhan (penampakan wajah Tuhan). Adapun mengenai alam yang kemudian memiliki nama, bukanlah nama yang sesungguhnya, sebab segala sesuatu yang ada di bumi ini, manusialah yang memberi nama, termasuk nama Tuhan, Dan nama-nama itu, seluruhnya akan kembali kepada Sang Pemilik Nama yang sesungguhnya. Memang nama itu perlu, sebagai tanda dan ciri khas, namun jangan sampai menjebak kita, hanya untuk memperdebatkan nama.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Inilah yang Aku Maksud Barang titipan. asalnya kehidupan, berdasar kitab Ma’rifat al’iman.  Kita terbebani 16 macam titipan;
Yang dari Muhammad: roh dan napas.
Yang dari Malaikat: budi dan iman.
Yang dari Tuhan: pendengaran, penciuman, pengucapan dan penglihatan.
Yang dari Ibu: kulit, daging, darah dan bulu.
Yang dari Bapak: tulang, sungsum, otot dan otak.

Inilah yang dimaksud dari lafal “kulusyaun halikun ilawajahi”. Maksudnya, semua itu akan rusak, musnah, kecuali dzat Allah yang tidak rusak dan tidak musnah. Yaitu Roh Suci/Kudus atau Hidup.

Kalimat “kulusyaun halikun ilawajahi” lebih tepatnya berbunyi “kullu syai-in halikun illa wajhahu” (Segala sesuatu itu pasti hancur musnah, kecuali wajah-Nya (penampakan wajah Allah)) [QS : Al-Qashashash/28:88]. Dari ayat inilah, badan wadag akan hancur mengikuti asalnya. Sedangkan Ingsun Sejati (HIDUP) mengikuti “illa wajhahu”, (kecuali wajah-Nya). “Dzatullah”.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Bahwa sesungguhnya, antara Nur Muhammad, Malaikat, dan Tuhan, bukanlah unsur yang saling berdiri sendiri-sendiri, sebagaimana umumnya dipahami manusia kebanyakan.

Nur Muhammad dan malaikat adalah termasuk dalam Ingsun Sejati. Ini berhubungan erat dengan pernyataan Allah, bahwa segala sesuatu yang diberikan kepada manusia, terutama  pendengaran, penciuman, pengucapan dan penglihatan (sedulur papat) akan dimintai  pertanggung jawabannya kepada Allah, maksudnya adalah, apakah dengan alat titipan itu, manusia bisa manunggal dengan Allah atau tidak. Sedangkan proses kejadian manusia yang melalui kedua orang tua, adalah hanya sarana pembuatan jasad fisik, yang di alam kematian dunia ini, disebut roh berada dalam penjara badan wadag tersebut.

Wahai anak cucuku... duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!

KESIMPULANKU INI:
Dengan Semua Pengalaman Laku Spiritual Hakikat Hidup dalam mengibadahkan Wahyu Panca Gha’ib menggunakan Wahyu Panca Laku, yang sudah saya dapatkan, dan dalam Keada’an Kemanunggalan Kesempurnaan-ku sa’at ini. Yang Inti Saripati Puncaknya sudah saya Wejangkan. Tanpa Tedeng Aling-aling tadi.

Aku angkat saksi dihadapan Dzat-KU sendiri. Susungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku. Dan Aku angkat saksi. Sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU, susungguhnya yang disebut Allah adalah ingsun (AKU), diri-ku sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku Dzat yang Hidup, yang tak kena mati.

Akulah Dzat yang kekal, yang tidak pernah berubah dalam segala keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana, tidak ada yang samar sesuatupun. Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benderang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah Aku yang meliputi sekalian alam dengan kodrat-KU.

Dan kepadamu sekalian. Aku tegaskan. Bahwa Ilmu, tidak boleh dirahasiakan dalam pengajaran, demikian pula dengan  pengalaman batin dari keagamaan, juga tidak boleh disembunyikan. Dan pengalaman keagamaan yang terlahir, juga tidak boleh ditutup-tutupi, walaupun dengan dalih dan selubung syari’at apapun. Sekian dan Terima Kasih.

Ingat...!!! Semua yang sudah Aku Wejangkan Tanpa Tedeng Aling-Aling tadi, adalah ilmu yang sejati, sejatining ilmu, yang dapat membuka tabir kehidupan. ilmu untuk benar-benar dapat merasakan adanya Kemanunggalan yang sempurna. Agar sebutan bangkai didunia ini atau mayat-mayat hidup yang bisa berkeliyaran kian kemari, selamanya tidak ada lagi. Jadi... Jangan di salah Tafsirkan. Karena bukan tentang badan atau soal wujud, selamanya bukan, karena badan atau wujud itu, tidak ada. Yang sedang aku bicarakan, ialah ilmu sejati, dan untuk semua orang tanpa terkecuali

Ingat...!!! Semua yang sudah Aku Wejangkan Tanpa Tedeng Aling-Aling tadi, adalah ilmu yang sejati, sejatining ilmu, yang dapat membuka tabir kehidupan. ilmu untuk benar-benar dapat merasakan adanya Kesempurna’an. Agar sebutan setan atau arwah-arwah gentayangan, yang tidak berhasil mencapai Kesempurna’an Mati, yang menempati rumah-rumah kosong, pohon beringin, jembatan, gunung dll. Selamanya tidak ada lagi.

Jadi... Jangan di salah Tafsirkan. Karena bukan tentang badan atau soal wujud, selamanya bukan, karena badan atau tidak ada. Yang sedang aku bicarakan, ialah ilmu sejati, dan untuk semua orang tanpa terkecuali.

Aku berani Medar Tanpa Tedeng Aling-Aling. Karena semuanya sudah sama. Sudah tidak ada tanda secara samar-samar lagi, benar-benar sudah tidak ada perbedaan lagi. Jika ada perbedaan yang bagaimanapun. Aku tidak tertarik dan Aku akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu sejati, (Wahyu Panca Gha’ib-Wahyu Panca Laku) ini, hingga titik darah penghabisan-ku. Agar tidak musnah ditelan kemunafikan isi dunia fana yang penuh mayat-bangkai ini. Selesai.

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
                          
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon; 0819-4610-8666.
SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM; D38851E6”    
http://putraramasejati.wordpress.com

http://webdjakatolos.blogspot.com