Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 03
Wejangan Terbuka Tanpa Tedeng Alin-aling Dari Wong Edan Bagu. Tentang Inti Saripati Laku KESEJATIAN dan
Pusar Puncak Ilmu Kemanunggalan
dan KESEMPURNA’AN. Bagian. 03
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Kabuh Jombang Jatim. Hari Jumat Pahing. Tgl 3 Maret 2017
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Siapapun dia, sebelum
tahu makna Alif, akan menjadi berantakan. Alif menjadi panutan sebab untuk
semua huruf, alif adalah yang pertama. Alif itu badan idlafi, sebagai anugerah.
Dua-duanya bukan
Allah. Alif merupakan takdir, sedangkan yang tidak bersatu namanya alif-lapat.
Sebelum itu, jagat ciptaan-Nya sudah ada. Lalu alif menjadi gantinya, yang
memiliki wujud tunggal. Ya, tunggal rasa, tunggal wujud.
Ketunggalan ini harus
dijaga betul, sebab tidak ada yang mengaku tingkahnya. ALif wujud adalah Yang
Agung. Ia menjadi wujud mutlak yang merupakan kesejatian rasa. Jenisnya ada
lima, yaitu alif mata, wajah, niat jati, iman dan syari’at.
Allah itu,
penjabarannya, adalah dzat Yang Maha Mulia, dan Maha Suci. Allah itu sebenarnya
tidak ada lain, karena kamu itu Allah. Aku ini Allah. Dan Allah semua yang ada
ini, lahir batin kamu ini, semua tulisan, merupakan ganti dari alif, Allah
itulah adanya.
Alif penjabarannya,
adalah permulaan pada penglihatan, melihat yang benar-benar melihat. Adapun
melihat Dzat itu, merupakan cermin ketunggalan sejati, menurun kepada
kesejatianmu. Cahaya yang keluar, kepada otak keberadaan kita di dunia ini,
merupakan cahaya yang terang benderang, itu memiliki seratus dua puluh tujuh
kejadian. Menjadi penglihatan dan pendengaran, napas yang tunggal, napas
kehidupan yang dinamakan Panji. Panji bayangan dzat, yang mewujud pada
kebanyakkan imam. Semua menyebut dzikir sejati, Laa ilaaha illallah. (Ana
apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci).
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Banyak orang yang
salah menemui ajalnya. Mereka tersesat tidak menentu arahnya, panca indera
masih tetap siap, segala kesenangan sudah ditahan, napas sudah tergulung, dan
angan-angan sudah diikhlaskan, tetapi ketika lepas tirta nirmayanya, belum mau.
Maka ia menemukan yang serba indah. Dan ia dianggap manusia yang luar biasa.
Padahal sesungguhnya ia adalah orang yang tenggelam dalam angan-angan, yang
menyesatkan dan tidak nyata.
Budi dan daya
hidupnya, tidak mau mati, ia masih senang di dunia ini, dengan segala sesuatu
yang hidup, masih senang ia akan rasa dan pikirannya. Baginya hidup di dunia
ini nikmat, itulah pendapat manusia yang masih terpikat akan keduniawian,
pendapat gelandangan yang pergi ke mana-mana tidak menentu, dan tidak tahu
bahwa besok ia akan hidup, yang tiada kenal mati. Sesungguh nyalah dunia ini
neraka.
Dunia ini alam
kematian. Oleh karena itu, dunia yang sunyi ini, tidak ada Hyang Agung, serta
malaikat. Akan tetapi bila Aku besok sudah ada di alam kehidupan-ku, akan
berjumpa, dan kadang kala Aku menjadi Allah. Nah,,, di situ Aku akan
bersembahyang/shalat.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang
berkata, bahwa Allah menciptakan alam semesta. Itu adalah kebohongan belaka.
Sebab alam semesta itu barang baru, sedang Allah tidak membuat barang yang
berwujud, menurut dalil; layatikbiyu hilamuhdil, artinya tiada berkehendak
menciptakan barang yang berwujud.
Adapun terjadinya
alam semesta ini ibaratnya; drikumahiyati : artinya menemukan keadaan. Alam
semesta ini: la awali. Artinya tiada berawal. Panjang sekali kiranya, kalau Aku
menguraikan, bahwa alam semesta ini merupakan barang baru, berdasarkan yang
ditulis dalam al-qur’an.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang
bertanya, di mana rumah Hyang Widhi/Allah? Hal itu bukan merupakan hal yang
sulit, sebab Allah sejiwa dengan semua zat. Zat wajibul wujud, itulah tempat
tinggalnya, seumpamanya Zat, tanahlah rumahnya. Hal ini panjang sekali kalau
Aku terangkan. Oleh karena itu, Aku ambil intisaripatinya saja.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang
bertanya, berkurangnya nyawa siang malam, sampai habis, ke manakah perginya
nyawa itu? Nah,,, itu sangat mudah untuk menjawabnya. Sebab nyawa tidak dapat
berkurang, maka nyawa itu bagaikan jasad , berupa gundukan, tak dapat aus,
rusak dimakan andai-andai.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika ada yang bertanya
bagaimanakah rupa Yang Maha Suci Hidup itu? Kitab Ulumuddin sudah
memberitahukan; Wa Allahu dzahir al-insan, wabathin, al-insanu baytullahu),
artinya, lahiriah manusia itulah rupa Hyang Widhi/Allah/Hyang Maha Suci Hidup.
Batiniah manusia itulah rumah Hyang Widhi/Allah/Hyang Maha Suci Hidup.
Di beberapa Wejangan
yang telah berlalu, Aku pernah mewedarkan asal-usul manusia dengan jelas, semua
yang Aku Wejangkan, tiada memakai tirai selubung, tiada pula memakai
lambang-lambang. Bendera kelompok atau kotak-kotak golongan. Semua penjelasan. Aku
berikan secara terbuka, apa adanya dan tanpa mengharapkan apa-apa sedikitpun,
kecuali keberhasilan-mu dalam belajar menggali Rasa Sejati.
Dengan demikian
musnah segala tipu muslihat, kepalsuan dan segala perbuatan yang dipergunakan
untuk melakukan kejahatan. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan para guru
lainnya. Mereka mengajarkan ilmunya secara diam-diam dan berbisik-bisik,
seolah-olah menjual sesuatu yang gaib, disertai dengan harapan untuk memperoleh
sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya.”
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Aku sudah pernah
keliling jagat, sudah berulang kali berguru serta diwejang oleh para Pembimbing
mu’min, diberitahu akan adanya Muhammad sebagai Rosulullah serta Allah sebagai
Pengeran-ku.
Tapi,,, ajaran yang
dituntunkan itu, menuntun serta membuat-ku menjadi bingung, dan menurut
pendapat-ku, ajarannya sukar dipahami, merawak-rambang tiada patokan yang dapat
dijadikan dasar atau pegangan. Ilmu Arab menjadi ilmu Budha, begitupun
sebaliknya, karena hasilnya tidak sesuai dengan yang di praktekan, kemudian Aku
mengambil dasar dan pegangan Kanjeng Nabi. Aku mematikan raga, merantau
kemana-mana sambil menyiarkan agama. Padahal, ilmu Arab itu tiada kenal
bertapa, kecuali berpuasa pada bulan Romadhan, yang dilakukan dengan mencegah
makan, tiada berharap apapun.
Jadi jelas kalau Aku
dulu itu masih manganut agama Budha, berkedok agama islam, buktinya, Aku masih
sering ketempat-tempat sunyi, gua-gua, hutan-hutan, gunung-gunung, atau tepi
samudera, dengan mengheningkan cipta, sebagai lelaku demi terciptanya keinginan-ku,
agar dapat bertemu dengan Hyang Maha Suci Hidup. Itulah buktinya bahwa Aku
masih dikuasai setan ijajil.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku kinasihku.
Ingatlah...!!!
Dengan 5 wasiat laku dibawah ini, yang pernah Aku pelajari dan aku praktekan
disetiap waktunya hingga sekarang. Yang
berhasil menuntun-ku, bisa mencapai titik finis idaman-ku. 5 wasiat laku dibawah ini, Yang menjadi
intisaripatinya semua ilmu dan ajaran. Dan 5 wasiat lelaku, yang di amanahkan
kepada-ku oleh Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono atau Dzat Maha Suci
ini, kini Aku
limpahkan dan Aku Amanah kepadamu sekalian.
Wahyu Panca Laku-IMAN;
1. Manembahing
Kawula Gusti.
2. Manunggaling
Kawula Gusti.
3. Leburing
Kawula Gusti.
4. Sampunaning
Kawula Gusti.
5. Sampurnaning
Pati lan Urip.
Wahyu Panca Laku-IMAN-Arti Dan Maksudnya;
1. Pasrah kepada Dzat Maha Suci.
2. Menerima keputusan Dzat Maha Suci.
3. Mempersilahkan Kuasa Dzat Maha Suci.
4. Merasakan keberadaan Dzat Maha Suci.
5. Menebar Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci.
Gunakan Wahyu Panca Laku yang lebih di kenal dengan sebuatan IMAN itu,
untuk menjalankan Wahyu Panca Ghaib. Jangan merasa benar, jangan merasa pintar dalam segala hal, jangan merasa
memiliki, merasalah bahwa semua itu hanya titipan dari Tuhan yang membuat bumi
dan langit, jadi manusia itu hanyalah sudarma (memanfaatkan dengan baik dengan
tujuan dan cara yang baik pula). Pakailah budi, syukur, sabar, menerima, jujur dan rela/legowo.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahui dan Ingat...3xlah Pesan saya
ini...!!!
Kesempurnaan Iman, itu ada DUA PULUH. Adapun manunggalnya
keimanan, itu menjadi tempat berkumpulnya jauhar (mutiara) Muhammad, terdiri
atas 15 perkara. Berikut ini Perinciannya:
1. Imannya imam;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah keberadaan Allah.
2. Imannya tauhid;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah tempat manunggalnya Allah.
3. Imannya syahadat;
Maksudnya adalah, jangan
ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah sifatullah, artinya, sifatnya Allah.
4. Imannya ma’rifat;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kewaspada’an Allah.
5. Imannya shalat;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah menghadap Allah.
6. Imannya kehidupan;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah.
7. Imannya takbir;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kepunyaan keangungan Allah.
8. Imannya saderah;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah pertemuan Allah.
9. Imannya kematian;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kesucian Allah.
10. Imannya junud;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah wadahnya Allah.
11. Imannya jinabat;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kawimbuhaning, artinya, bertambahnya
ni’mat dan anugerah Allah.
12. Imannya wudlu;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah asma, artinya, Nama Allah.
13. Imannya kalam
(perkataan);
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah ucapan Allah.
14. Imannya akal;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah juru bicara Allah.
15. Imannya nur;
Maksudnya adalah,
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah wujudullah, yaitu tempat
berkumpulnya seluruh jagat (makrokosmos), dunia akhirat, surga neraka, ‘arsy
kursi, loh kalam (lauh al-kalam), bumi langit, manusia, jin, belis (iblis)
laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya
jantung yang disebut alam kiyal (‘alam al-khayal), maksudnya adalah
angan-angannya Tuhan, itulah yang agung yang disebut alam barzakh, yang
dimaksudnya adalah pamoring gusti kawula, yang disebut alam mitsal, yang
dimaksudnya adalah awal pengetahuan, yaitu kesucian dzat sifat asma af’al, yang
disebut alam arwah, maksudnya berkumpulnya nyawa yang dipenuhi sifat kamal jamal.
Kemanunggalan Iman yang sudah saya wedarkan tadi,
merupakan aplikasi iman dalam bentuk keimanan Manunggaling Kawula-Gusti atau
rangkuman dari semua isi Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci. Itulah.
Bukti bahwa fungsi manusia sebagai khalifatullah (wakil real Allah) di muka
bumi benar-benar nyata. Manusia adalah cermin dan pancaran wujud Allah, dengan
fungsi iradah dan kodrat yang berimbang. Semua bentuk syari’at agama, ternyata
memiliki wujud implementasi bagi tekad hatinya, sekaligus ditampakkan melalui
tingkah lahiriyahnya.
Maksud dari kalimat
jangan ragu dan jangan menyekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah.
Artinya,,, dengan Laku Wahyu Panca Gha’ib. Manusia diajak untuk membuktikan
keberadaan Allah secara langsung, bukan hanya memahami “keberadaan” dari sisi
nalar-pikir (ilmu) dan Perasa’an sentimen makhluk (perasaan yang dipaksa dengan
doktrin surga dan neraka). Artinya,,, Wahyu Panca Gha’ib. Mengajarkan dan
mengajak manusia bersama-sama “merasakan” Allah dalam diri pribadi
masing-masing.
Adapun yang di maksud
Iman, adalah pangandeling (pusaka andalan) roh. Tauhid, itu, panunggale
(saudara tak terpisah, tempat manunggalnya) roh. Ma’rifat, itu penglihatan roh.
Kalbu, itu penerima’an (antena penerimanya) roh. Akal, itu pembicara’annya roh.
Niat, itu pakaremaning roh. Shalat, itu menghadapnya roh. Syahadat, itu
keada’an roh.
Itulah maksud dari
masing-masing doktrin pokok tauhid dan fiqih, ketika dikaitkan dengan Laku
Spiritual Hakikat Hidup “Wahyu Panca Gha’ib”. Iman, tauhid, ma’rifat, qalbu,
dan akal adalah doktrin pokok dalam ajaran Tauhid. Dan niat, shalat serta
syahadat adalah doktrin pokok fiqih, semua itu adalah, merupakan serangkaian bentuk
perbuatan roh manusia, masing-masing memiliki peran dan fungsi yang dapat
menggerakkan seluruh kepribadian manusia, lahir dan batin, roh dan jasadnya.
Itulah makna keimanan yang sesungguhnya. Sebab rukun iman, rukun Islam dan
ihsan pada hakikatnya adalah suatu kesatuan yang utuh, yang membentuk
kepribadian illahiyah pada kedirian manusia.
Sedangkan yang di
maksud kodrat dan iradat, itu bukanlah hal yang terpisah dari manusia, dan
bukan mutlak milik Allah. Kodrat dan iradat terkait erat dengan eksistensi sang
Pribadi (manusia). Pribadi adalah eksistensi roh. Maka jika roh adalah pancaran
cahaya-Nya, pribadi adalah tajalli-Nya, penjelmaan Diri-Nya. Pribadi adalah
Allah yang menyejarah.
Maka... Akulah sang
pemilik dua puluh sifat ketuhanan. Maka kamulah sang pemilik dua puluh sipat
ketuhanan itu, kodrat merupakan kuasa pribadi kita, sifat yang melekat pada
pribadi, sejak zaman azali dan itu langgeng. Demikian pula adanya iradat,
adalah kehendak atau keinginan kita sendiri.
Antara karsa,
keinginan dan kuasa, adalah hal yang selalu berkelindan, bagi wujud keduanya.
Tentu menyangkut kehendak, setiap pribadi memiliki karsa yang mandiri dan yang
berhak merumuskan, hanyalah “perundingan” antara pemilik iradah dengan Yang
Maha Memiliki Iradah.
Kemudian untuk
mewujudkan rasa cipta itu, perlu juga pelimpahan kodrat Allah pada manusia.
Untuk itu semua. Wahyu Panca Gha’ib, mendidik manusia untuk mengetahui Yang
Maha Kuasa, dan mengetahui letak pintu kehidupan serta kematian. Tujuannya
jelas, agar manusia menjadi Pribadi Sejati, pemilik iradah dan kodrat bagi
dirinya sendiri.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. ketahuilah. Inilah yang di maksud syahadat.
Ashadu itu, jatuhnya rasa, ilaha itu, kesejatian rasa, illallah itu bertemunya
rasa. sedangkan Muhammad hasil karya yang maujud, Pengeran itu kesejatian Hidup.
Jatuhnya rasa
(tibaning rasa) maksudnya adalah meresapnya Allah dalam kehendak dan kedalaman
jiwa. Ini kemudian dipupuk dengan laku spiritual Wahyu Panca Gha’ib, yang melahirkan
sajatining rasa (kesejatian rasa), di mana ruang keseluruhan jiwa telah
terdominasi oleh al-Haqq (Allah). Kemudian lahirlah ungkapan illallah sebagai
puncak, yakni pertemuan rasa, manunggalnya yang mengungkapkan “asyhadu” dengan
sarana ungkapan, yakni Allah. Kemanunggalan ini memunculkan tenaga dan energi
kreativitas positif, dalam bentuk karya yang berbentuk nyata, bermanfaat dan
berdaya guna, serta bersifat langgeng, yang diidentifikasikan dengan sebutan
Muhammad (Yang Memiliki Segala Keterpujian) sebagai perwujudan riil dari sang
Wajib al-Wujud.
Maka diri manusia
sebagai ”Pengeran” (Tuhan) itulah yang merupakan kesejatian hidup atau
kehidupan. Syahadat yang sebenarnya, bukanlah hanya sekedar bentuk pengakuan
lisan yang berupa syahadat tauhid dan syahadat rasul.
Namun syahadat adalah
persaksian batin, yang teraplikasi dalam tindakan dzahir sebagai wujud
kemanunggalan kawula-Gusti. Dengan demikian syahadat mampu melahirkan
karya-karya yang bermanfaat.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah, berikut ini adalah beberapa kalimah syahadat yang
bersipat Sejati.
Syahadat Sejati;
Ashadu-ananingsun, la ilaha-rupaningsun, illallah-Pengeransun, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, kang badan nyawa kabeh.
Ashadu-ananingsun, la ilaha-rupaningsun, illallah-Pengeransun, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, kang badan nyawa kabeh.
Itulah yang disebut
Syahadat Sajati. Pengakuan sejati ini adalah ungkapan yang sebenarnya bersifat
biasa-biasa saja, di mana ungkapan tersebut lahir dari hati dan rohnya,
sehingga dari ungkapan yang ada dapat diketahui sampai di mana tingkatan
tauhidnya (tauhid dalam arti pengenalan akan ke-Esaan Allah), bukan sekedar
pengenalan akan nama-nama Allah.
Syahadat Paleburan;
Syahadat Allah,
Allah, Allah lebur badan, dadi nyawa, lebur nyawa dadi cahya, lebur cahya dadi
idhafi, lebur idhafi dadi rasa, lebur rasa dadi sirna mulih maring sajati, kari
amungguh Allah kewala kang langgeng tan kena pati.
Syahadat paleburan
diucapkan ketika menjalani keheningan-samadhi, menyatukan diri kepada Allah.
Syahadat Panetep
panatagama;
Syahadat Panetep
panatagama, kang jumeneng roh idlafi, kang ana telenging ati, kang dadi pancere
urip, kang dadi lajere Allah, madhep marang Allah, iku wayanganku roh Muhammad,
iya, iku sajatining manungsa, iya iku kang wujud sampurna. Allahumma kun
walikun, jukat astana Allah, pankafatullah ya hu Allah, Muhammad Rasulullah.
Syahadat Panetep
panatagama, adalah Syahadat untuk meneguhkan hati akan tauhid al-wujud. Pengucapannya
tidak berhubungan dengan waktu, tempat, dan keadaan tertentu sebagaimana
syahadat yang lain. Hakikat syahadat ini hanyalah berfungsi
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah, berikut ini adalah beberapa kalimah Syahadat
Sakarat Sejati. jika tidak tau maka sekaratnya masih mendapatkan halangan,
hidupnya dan matinya hanya seperti hewan. Lafalnya adalah.
Syahadat Sakarat
Sejati;
Iya Syahadat Sakarat,
wus gumanang waluya jati, sirne eling, mulya maring tunggal, waluya jati, iya
sajatining rasa, lan dzat sajatining dzat, pesthi anane langgeng, tan kenaning
owah, dzat sakarat, roh madhep, ati muji matring nyawa, tansah neng dzatullah,
kurungan mas melesat, eling raga tan rusak, sukma mulya Maha Suci.
Syahadat Sakarat Sejati,
adalah Syahadat Sakarat ketika Menjelang proses datangnya pintu kematian, sudah
nyata penuh kesempatan, hilangnya ingatan kemuliaan, kepada yang tunggal,
keselamatan dan kesentosaan itu, adalah sejatinya kehidupan, tunggal sejatinya
hidup, hidup sejatinya rasa dan sejatinya rasa, dan dzat sejatinya, dzat pasti
dalam keberadaan kelanggengan tidak terkena perubahan, dzat sekarat roh
menghadap hati memuji nyawa, selalu berada dalam dzatullah, sangkar mas hilang,
mengingat raga tidak terkena kerusakan sukma mulia Maha Suci.
Sekarat itu kemuliaan
kematian, maksudnya adalah napas munculnya napas, yang hilang berangsur-angsur
secara diam-diam, yaitu yang kemudian diam, kematian sebagai sukma badan-wadag,
kemuliaan sukma kesempurnaan, kembali kepada dzatullah, Allah sebagai labuhan
iman, iman yang berbentuk cahaya, cahaya yang berwujud Rasulullah, yaitu adalah
shalat yang agung, Muhammad sebagai takbirku, Allah sebagai ucapanku, shalat
sejati menyembah Allah, tidak ada Allah tidak ada Tuhan, hanyalah aku (kawula)
yang tunggal saja, yang agung dan dikasihi.
Syahadat Sakarat
Hati;
Ashadu ananingsun,
anuduhake marga kang padhang, kang urip tan kenaning pati, mulya tan kawoworan,
elinge tan kena lali, iya rasa iya rasulullah, sirna manjing sarira ening,
sirna wening tunggal idhep jumeneng langgeng amisesa budine, angen-angene
tansah amadhep ing Pangeran.
Syahadat Sekarat Hati
pada hakikatnya adalah syahadat Nur Muhammad. Suatu penyaksian bahwa kedirian
manusia adalah bagian dari Nur Muhammad. Dari inti syahadat ini, jelas bahwa
kematian manusia bukanlah jenis kematian pasif, atau kematian negatif, dalam
arti kematian yang bersifat memusnahkan. Kematian dalam pandangan Wahyu Panca
Gha’ib, hanya sebagai gerbang menuju kemanunggalan, dan itu harus memasuki alam
Nur Muhammad (HIDUP). Bentuk konkretnya, dalam pengalaman kematian itu, orang
tersebut tidaklah kehilangan akan kesadaran manunggal-Nya. Ia melanglang buana
menuju asal muasal hidup.
Syahadat Sakarat Roh;
Ini adalah syahadat sakaratnya roh (pecating nyawa), yang meliputi empat perkara:
Ini adalah syahadat sakaratnya roh (pecating nyawa), yang meliputi empat perkara:
1. Ketika roh keluar
dari jasad, yakni ketika roh ditarik sampai pada pusar, maka baca’an
syahadatnya adalah.
“la ilaha illallah
Muhammad rasulullah”.
2. Kemudian, ketika
roh ditarik dari pusar sampai ke hati, baca’an syahadatnya adalah.
“la ilaha illa Anta”.
3. Kemudian, ketika
roh ditarik sampai otak, baca’an syahadatnya adalah.
“la ilaha illa Huwa”.
4. Maka kemudian roh ditarik
dengan halus. Saat itu sudah tidak mengetahui jalannya keluar roh dalam proses
sekarat lebih lanjut.
Sekaratnya manusia
itu sangat banyak sakitnya, seakan-akan hidupnya sekejap mata, sakitnya sepuluh
tahun. Dalam keadaan seperti itulah, manusia kena cobaan setan, sehingga
kebanyakkan, kelihatan, bahwa kalau tidak melihat jalan keluarnya roh, menjadi
lama dalam proses sekaratnya. Jika rohnya tetap mendominasi kesadarannya, tidak
kalah oleh sifat setan, maka syahadatnya roh adalah “la ilaha illa Ana”.
Ajaran tentang
syahadat sejati itu tadi, hanya berlaku bagi orang yang belum mampu menempuh
laku manusia manunggal, artinya, belum memiliki Wahyu Panca Gha’ib. sehingga
diperlukan prasyarat lahiriyah, yang berupa Syahadat Sejati; Syahadat
Paleburan; Syahadat Panetep panatagama; dalam bejalar manunggal.
Apa bila dalam
belajar, sebelum berhasil manunggal, sudah kedatangan ajal terlebih dahulu.
Maka diperlukan prasyarat lahiriyah juga, yang berupa Syahadat Sakarat Sejati; Syahadat
Sakarat Sejati; Syahadat Sakarat Roh. tersebut. Agar bisa tertuntun, tidak
tersiksa lama. Bagi yang sudah mampu menempuh laku manunggal, maka prosesnya kematian
bukan masalah, kapan ajalnya datang, juga bukan masalah. Kematian termasuk
dalam salah satu agenda manunggalnya iradah dan qudrat kawula Gusti dan
sebaliknya.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Jika seorang Putero
Romo benar-benar sudah manunggal, benar-benar Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa
tetep Kunci. Maka,,, apa yang menjadi ilmu Romo, maka itu adalah ilmu Putero
Romo. Artinya... Pasti mengetahui kapan saatnya dia meninggalkan alam kematian,
di dunia ini, menuju alam kehidupan sejati di akhirat, untuk menyatu selamanya
dengan Hyang Maha Suci Hidup.
Syahadat Sejati dan
Syahadat sekarat, yang saya wedarkan tadi, adalah syahadat yang bersifat umum,
yang digunakan oleh para ahli sufie, dan para wali termasuk Syekh Siti Jenar.
Namun syahadat yang bersipat pribadi, adalah Wahyu Panca Gha’ib. Itupun bukan
Wahyu Panca Gha’ib yang di obral sana sini, oleh kebanyakan orang yang mengaku
Putero Romo, bukan.
Tapi Wahyu Panca
Gha’ib, yang benar-benar menjadi lafal, keseharian atau dzikir di setiap
tarikan, nafas dan gerak tubuh kita. Menyatu jadi kesatuan tunggal, ngatunggal
antara Kawula-Gusti. (Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa tetep Kunci).
Terutama saat
menjelang tidur, agar dalam kondisi tidurpun, tetap berada dalam kondisi
kemanunggalan, iradah dan qodrat, tidak hanya sekedar ucapan, yang di hapal,
sebab saat pengucapan uni Kunci, harus disertai dengan laku patrap, paling
tidak mengheningkan daya cipta, rasa dan karsa, sehingga lafal-lafal yang
berupa uni Kunci tersebut, mendarah daging, sewujud, senyawa, sejiwa, sesukma, menyelusup
jauh ke dalam diri yang Hidup.
Oleh karenanya,
keadaan kematiannya, bukanlah suatu kehinaan, sebagaimana kematian makhluk
selain manusia. Di sinilah arti penting adanya syafa’at sang Utusan
(Rasulullah) dalam bentuk, Nur Muhammad, atau hakikat Muhammad. Nur Muhammad,
adalah Roh Suci atau Hidup. kesadaran bagi tiap Pribadi, dalam menuju
kemanunggalannya. Sehingga dengan, Nur Muhammad itulah, maka proses kematian,
bagi-ku, bukan sejenis kematian yang pasif, atau kematian yang negatif, dalam
arti, kematian dalam bentuk kemusnahan, sebagaimana yang terjadi terhadap hewan.
Kematian itu adalah
sesuatu aktivitas yang aktif. Sebab ia hanyalah pintu, menuju keadaan
manunggal. Melalui lorong itulah, kedirian menuju persatuan, dengan Sang
Tunggal. Kematian manusia adalah, proses aktif sang al-Hayyu (Yang Maha Hidup),
sehingga, hanya dengan pintu, yang dinamakan kematian itulah, manusia bisa menuju
kehidupan yang sejati, urip kang tan kena pati, hidup yang tidak terkena
kematian.
Sebab itu, jangan
pernah berani mengaku telah manunggal atau bertemu Romo. Jika tidak melalui sakarat
kematian. Karena jalan manunggal bersatu dengan Hyang Maha Suci Hidup itu,
hanya ada satu. Yaitu Kematian/Mati.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Camkan baik-baik...!!!
Pancaindera maupun
perangkat akal, tidak dapat dijadikan, pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua
itu bersifat baru, bukan azali. Satu-satunya yang bisa dijadikan gondhelan dan
gandhulan, hanyalah Zat Wajibul Maulana atau Hidup. Zat Yang Maha Melindungi.
Pancaindera adalah
pintu nafsu, dan akal adalah pintu ego. Semuanya harus ditundukkan, di bawah
Zat Yang Wajib Memimpin. Karena itu, Dialah yang menunjukkan semua budi baik.
Jadi pencaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa
Budi atau Yang Maha Budi. Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam
jeratan dan jebakan nama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa
Allah, Hyang Widhi, bisa Hidup, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana, Hyang Maha
Suci Hidup, dan sebagainya. Semua itu produk akal, sehingga nama tidak perlu
disembah. Jebakan atau Doktrin nama dalam syari’at, justru malah merendahkan
Nama-Nya.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. ketahuilah...!!!
Barangsiapa mengenal
dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya. Manusia terdiri dari jiwa dan raga,
yang intinya, ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (sang Pribadi).
Sedangkan raga adalah bentuk luar, dari jiwa yang dilengkapi pancaindera,
berbagai organ tubuh, seperti daging, otot, darah, tulang dll.
Semua aspek keragaan
atau ketubuhan adalah barang pinjaman, yang suatu saat, setelah manusia
terlepas, dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi
tanah. Sedangkan Hidupnya yang menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam
keabadian dengan Dzat Maha Suci.
Manusia tidak lain
adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al, sebab
af’al digerakkan oleh dzat. Sehingga af’al yang menyatu, menunjukkan adanya
ke-Esa-an dzat, ke mana af’al itu dipancarkan.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. ketahuilah...!!!
Bagimu yang belum
Berlaku Wahyu Panca Gha’ib, terutama yang mengaku islam. Baca dan kajilah Surat
al-Fatihah, karena al-fatehah adalah termasuk salah satu kunci sahnya orang
yang menjalani laku manunggal (ngibadah).
Maka wajib mengetahui
makna surat al-Fatihah yang sebenarnya. lafal al-Fatihah adalah lafal yang paling
tua dari seluruh Sabda-Hidup. Inilah tafsir mistik al-Fatihah, yang Aku
ketahui. Maka, ketahuilah pula.
Bis…………………………
kedudukannya…………. ubun-ubun.
Millah………………………kedudukannya….. ………rasa.
Al-Rahman-Ar-Rahim…….kedudukannya……………penglihatan (lahir batin).
Al-hamdu…………………kedudukannya………… …hidupmu (manusia).
Lillahi………………………kedudukannya…. ……….cahaya.
Rabbil-‘alamin…………….kedudukannya…………..nyawa dan napas.
Al-Rahman Ar-Rahim…….kedudukannya……………leher dan jakun.
Maliki……………………..kedudukannya…… ………dada.
Yaumiddin………………..kedudukannya……… ……jantung (hati).
Iyyaka……………………kedudukannya…….. …….hidung.
Na’budu…………………..kedudukannya…….. …….perut.
Waiyyaka nasta’in………kedudukannya…………….dua bahu.
Ihdinash………………….kedudukannya…….. ……..sentil (pita suara).
Shiratal…………………..kedudukannya……. ………lidah.
Mustaqim…………………kedudukannya……… ……tulang punggung (ula-ula).
Shiratalladzina…………..kedudukannya……… …….dua ketiak.
An’amta…………………..kedudukannya…….. ……..budi manusia.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ………tiangnya (pancering) hati.
Ghairil…………………….kedudukannya…… ……….bungkusnya nurani.
Maghdlubi………………..kedudukannya……… …….rempela/empedu.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ……….dua betis.
Waladhdhallin……………kedudukannya………. ……mulut dan perut (panedha).
Amin………………………kedudukannya……. ………penerima.
Millah………………………kedudukannya….. ………rasa.
Al-Rahman-Ar-Rahim…….kedudukannya……………penglihatan (lahir batin).
Al-hamdu…………………kedudukannya………… …hidupmu (manusia).
Lillahi………………………kedudukannya…. ……….cahaya.
Rabbil-‘alamin…………….kedudukannya…………..nyawa dan napas.
Al-Rahman Ar-Rahim…….kedudukannya……………leher dan jakun.
Maliki……………………..kedudukannya…… ………dada.
Yaumiddin………………..kedudukannya……… ……jantung (hati).
Iyyaka……………………kedudukannya…….. …….hidung.
Na’budu…………………..kedudukannya…….. …….perut.
Waiyyaka nasta’in………kedudukannya…………….dua bahu.
Ihdinash………………….kedudukannya…….. ……..sentil (pita suara).
Shiratal…………………..kedudukannya……. ………lidah.
Mustaqim…………………kedudukannya……… ……tulang punggung (ula-ula).
Shiratalladzina…………..kedudukannya……… …….dua ketiak.
An’amta…………………..kedudukannya…….. ……..budi manusia.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ………tiangnya (pancering) hati.
Ghairil…………………….kedudukannya…… ……….bungkusnya nurani.
Maghdlubi………………..kedudukannya……… …….rempela/empedu.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ……….dua betis.
Waladhdhallin……………kedudukannya………. ……mulut dan perut (panedha).
Amin………………………kedudukannya……. ………penerima.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Sekali lagi Aku tegaskan. Maka... Sadari dan
ketahuilah...!!! Bila kau belum
menyadari kebenaran kata-kata-ku ini. Maka dengan tepat, dapat dikatakan, bahwa
kau masih terbenam dalam masa kematian disini.
Aku... dan Kamu...
Memiliki Hidup, dan Hidup ada didalam diri-ku, juga diri-mu sendiri. Itulah
yang menjadi Pengeran, bagi seluruh isi dunia-ku, dan dunia-mu. Dengan itu dan
bersama itulah, akan didapatkan konsistensi antara keyakinan hati, pengalaman
keagamaan, dan sikap perilaku dzahir. Sekali lagi. Ingat...!!! selama masih
berada di dunia ini, sebetulnya kita mati, baru sesudah kita dibebaskan dari
dunia ini, akan dialami kehidupan sejati.
Kehidupan ini
sebenarnya kematian, ketika manusia dilahirkan. Badan hanya sesosok mayat, karena ditakdirkan untuk sirna. Dunia ini
adalah alam kubur, di mana roh suci terjerat badan wadag, yang dipenuhi oleh
berbagai goda-nikmat, yang menguburkan kebenaran sejati, dan berusaha mengubur
kesadaran Ingsun Sejati. Karenanya, janganlah engkau Terlena, oleh semua
kesemuanya itu.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Sekali lagi Aku tegaskan. Maka... Sadari dan
ketahuilah juga...!!!
Aku dan Diri-mu itu,
adalah bersifat Muhammad, yaitu sifat Rasul yang sejati, sifat Muhammad yang
kudus. Badan/Wujud ini bersifat baru, yang dilengkapi dengan pancaindera.
Pancaindera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh
empunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur-lebur bersifat najis. Oleh
karena itu, pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.
Demikian pula budi, pekerti
atau pikiran dan angan-angan, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai
sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur,
dan sering kali tidak jujur.
Akal itu pula yang
siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki
dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya jatuh
dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya.
Kalau kamu ingin
berjumpa dengan dia, saya pastikan kamu tidak akan menemuinya, sebab Kanjeng
Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Smono berbadan Hidup, mengheningkan puja
ghaib. Yang dipuja dan yang memuja, yang dilihat dan melihat, yang bersabda
sedang bertutur, gerak dan diam bersatu tunggal. Nah, buyung yang sedang
berkunjung, lebih baik kembali saja. He he he . . . Edan Tenan.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Muhammad itu, bukan
semata sosok utusan fisik, yang hanya memberikan ajaran Islam secara
gelondongan, dan setelah wafat, tidak memiliki fungsi apa-apa, kecuali hanya
untuk diimani.
Kita inilah Pribadi
Rasulullah, Muhammad sebagai roh yang bersifat aktif. Wahyu atau syafa’at,
tidak bisa dinanti dan diharap kehadirannya, kelak di kemudian hari. Justru
syafa’at Muhammad, hanya terjadi bagi orang yang menjadikan dirinya Muhammad,
me-Muhammad-kan diri dengan keseluruhan sifat dan asmanya.
Rahasia asma Allah
dan asma Rasulullah, adalah bukan hanya untuk diimani, tetapi harus merasuk
dalam Pribadi, menyatu-tubuh dan rasa. Itulah perlunya Nur Muhammad, untuk
menyatu cahaya dengan Sang Cahaya. Dan itu semua hanya bisa terjadi dalam
proses Laku Wahyu Panca Gha’ib. Bukan yang lain. Ingat itu...!!!
Ini bukan soal kehendak,
angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsu pun bukan, bukan juga
kekosongan atau kehampaan. Penampilan-ku bagai mayat baru, andai menjadi Gusti,
jasadku dapat busuk bercampur debu, napasku terhembus ke segala penjuru dunia,
tanah, api, air dan sari-sari, kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi
baru.
Bumi, langit, isi dan
sebagainya, adalah milik-ku, kepunyaan seluruh manusia Hidup. Buktinya, Manusia-lah
yang memberikan nama-nama itu, sebelum dilahirkan, semua itu tidak ada baginya.
Kebebasan alam
mencerminkan kebebasan manusia. Segala sesuatu harus berlangsung dan mengalami
hal yang natural (alami), tanpa rekayasa, tanpa pemaksaan iradah dan qudrah.
Jadi, seluruh manusia masing-masing mamiliki hak mengelola alam. Alam bukan
milik negara atau raja, namun milik manusia bersama. Maka setiap orang harus
memiliki dan diberi hak kepemilikan atas alam. Ada yang harus dimiliki secara
privat dan ada juga yang harus dimiliki secara kolektif.
Sebab karena, seluruh
alam semesta adalah tajaliyat Tuhan (penampakan wajah Tuhan). Adapun mengenai
alam yang kemudian memiliki nama, bukanlah nama yang sesungguhnya, sebab segala
sesuatu yang ada di bumi ini, manusialah yang memberi nama, termasuk nama Tuhan,
Dan nama-nama itu, seluruhnya akan kembali kepada Sang Pemilik Nama yang
sesungguhnya. Memang nama itu perlu, sebagai tanda dan ciri khas, namun jangan
sampai menjebak kita, hanya untuk memperdebatkan nama.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Inilah yang Aku
Maksud Barang titipan. asalnya kehidupan, berdasar kitab Ma’rifat al’iman. Kita terbebani 16 macam titipan;
Yang dari Muhammad: roh dan napas.
Yang dari Malaikat: budi dan iman.
Yang dari Tuhan: pendengaran, penciuman, pengucapan dan penglihatan.
Yang dari Ibu: kulit, daging, darah dan bulu.
Yang dari Bapak: tulang, sungsum, otot dan otak.
Yang dari Muhammad: roh dan napas.
Yang dari Malaikat: budi dan iman.
Yang dari Tuhan: pendengaran, penciuman, pengucapan dan penglihatan.
Yang dari Ibu: kulit, daging, darah dan bulu.
Yang dari Bapak: tulang, sungsum, otot dan otak.
Inilah yang dimaksud
dari lafal “kulusyaun halikun ilawajahi”. Maksudnya, semua itu akan rusak,
musnah, kecuali dzat Allah yang tidak rusak dan tidak musnah. Yaitu Roh
Suci/Kudus atau Hidup.
Kalimat “kulusyaun
halikun ilawajahi” lebih tepatnya berbunyi “kullu syai-in halikun illa wajhahu”
(Segala sesuatu itu pasti hancur musnah, kecuali wajah-Nya (penampakan wajah
Allah)) [QS : Al-Qashashash/28:88]. Dari ayat inilah, badan wadag akan hancur
mengikuti asalnya. Sedangkan Ingsun Sejati (HIDUP) mengikuti “illa wajhahu”,
(kecuali wajah-Nya). “Dzatullah”.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
Bahwa sesungguhnya, antara
Nur Muhammad, Malaikat, dan Tuhan, bukanlah unsur yang saling berdiri
sendiri-sendiri, sebagaimana umumnya dipahami manusia kebanyakan.
Nur Muhammad dan
malaikat adalah termasuk dalam Ingsun Sejati. Ini berhubungan erat dengan
pernyataan Allah, bahwa segala sesuatu yang diberikan kepada manusia,
terutama pendengaran, penciuman,
pengucapan dan penglihatan (sedulur papat) akan dimintai pertanggung jawabannya kepada Allah, maksudnya
adalah, apakah dengan alat titipan itu, manusia bisa manunggal dengan Allah
atau tidak. Sedangkan proses kejadian manusia yang melalui kedua orang tua,
adalah hanya sarana pembuatan jasad fisik, yang di alam kematian dunia ini,
disebut roh berada dalam penjara badan wadag tersebut.
Wahai anak cucuku...
duhai Sedulur dan Para Kadhangku. Ketahuilah...!!!
KESIMPULANKU INI:
Dengan Semua
Pengalaman Laku Spiritual Hakikat
Hidup dalam mengibadahkan Wahyu Panca Gha’ib menggunakan Wahyu Panca Laku, yang sudah saya dapatkan, dan dalam Keada’an Kemanunggalan
Kesempurnaan-ku sa’at ini. Yang
Inti Saripati Puncaknya sudah saya Wejangkan. Tanpa Tedeng Aling-aling tadi.
Aku
angkat saksi dihadapan Dzat-KU sendiri. Susungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku. Dan Aku angkat saksi. Sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU, susungguhnya yang disebut Allah adalah ingsun (AKU), diri-ku sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku
Dzat yang Hidup, yang tak kena mati.
Akulah
Dzat yang kekal, yang tidak pernah
berubah dalam segala keada’an. Akulah Dzat yang
bijaksana, tidak ada yang samar
sesuatupun. Akulah Dzat Yang
Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang
benderang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah Aku yang meliputi sekalian alam
dengan kodrat-KU.
Dan kepadamu sekalian.
Aku tegaskan. Bahwa Ilmu, tidak boleh dirahasiakan dalam pengajaran, demikian
pula dengan pengalaman batin dari
keagamaan, juga tidak boleh disembunyikan. Dan pengalaman keagamaan yang
terlahir, juga tidak boleh ditutup-tutupi, walaupun dengan dalih dan selubung
syari’at apapun. Sekian dan Terima Kasih.
Ingat...!!! Semua yang
sudah Aku Wejangkan Tanpa Tedeng Aling-Aling tadi, adalah ilmu yang sejati, sejatining ilmu, yang dapat membuka
tabir kehidupan. ilmu untuk
benar-benar dapat merasakan adanya Kemanunggalan yang sempurna. Agar sebutan bangkai didunia
ini atau mayat-mayat hidup yang bisa berkeliyaran kian kemari, selamanya tidak
ada lagi. Jadi... Jangan di salah Tafsirkan. Karena bukan tentang badan atau soal
wujud, selamanya bukan, karena badan atau wujud itu, tidak ada. Yang sedang aku
bicarakan, ialah ilmu sejati, dan untuk semua orang tanpa terkecuali
Ingat...!!! Semua yang
sudah Aku Wejangkan Tanpa Tedeng Aling-Aling tadi, adalah ilmu yang sejati, sejatining ilmu, yang dapat membuka
tabir kehidupan. ilmu untuk
benar-benar dapat merasakan adanya Kesempurna’an. Agar sebutan setan atau
arwah-arwah gentayangan, yang tidak berhasil mencapai Kesempurna’an Mati, yang
menempati rumah-rumah kosong, pohon beringin, jembatan, gunung dll. Selamanya
tidak ada lagi.
Jadi... Jangan di
salah Tafsirkan. Karena bukan tentang badan atau soal wujud, selamanya bukan,
karena badan atau tidak ada. Yang sedang aku bicarakan, ialah ilmu sejati, dan
untuk semua orang tanpa terkecuali.
Aku berani Medar
Tanpa Tedeng Aling-Aling. Karena semuanya sudah sama. Sudah tidak ada tanda
secara samar-samar lagi, benar-benar sudah tidak ada perbedaan lagi. Jika ada perbedaan
yang bagaimanapun. Aku tidak tertarik dan Aku akan tetap mempertahankan
tegaknya ilmu sejati, (Wahyu Panca Gha’ib-Wahyu
Panca Laku) ini, hingga titik
darah penghabisan-ku. Agar tidak musnah ditelan kemunafikan isi dunia fana yang
penuh mayat-bangkai ini. Selesai.
Duh... Gusti Ingkang Moho Suci.
Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu
Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang
saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya
sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak
membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan
menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan
Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu,
agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya
Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
Damai... Damai... Damai Selalu
Tenteram. Sembah
nuwun,,, Ngaturaken Sugeng
Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha
Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa
terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom
Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_.....
Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon;
0819-4610-8666.
SMS/WhatsApp/Line;
0858-6179-9966.
BBM; D38851E6”
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment