PROSES PENYEMPURNAAN SEJARAH Eyang Buyut BANDUNG BONDOWOSO:
PROSES PENYEMPURNAAN SEJARAH Eyang Buyut BANDUNG BONDOWOSO:
Oleh:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Banyuwangi-Bondowoso.
Hari Jumat Kliwon. Tgl 31 Maret 2017
CERITA SINGKAT Tentang BANDUNG BONDOWOSO;
Berawal dari dua kerajaan Hindu di Tanah jawa
dwipa, tersebut kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging, adalah
kerajaan yang subur dan makmur, yang dipimpin oleh raja yang arif dan
bijaksana, bernama Prabu Damar Moyo, dan memiliki seorang putra lelaki, yang
bernama Raden Joko Bandung.
Sedangkan keraton Boko, yang berada di
wilayah kerajaan Pengging, diperintah oleh seseorang raja yang kejam, dan berwujud
denawa, tidak seperti manusia pada umumnya, tetapi seorang raksasa yang suka
makan daging manusia, bernama Prabu Boko. Meski berwujud raksasa, Prabu Boko
memiliki seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Loro Jonggrang. Dalam
kerajaannya Prabu Boko memiliki seorang patih yang bernama Patih Gupolo, yang
sakti mandraguna.
Suatu ketika, Prabu Boko dan Patih Gupolo,
memberontak Kerajaan Pengging. Dan terjadilah peperangan yang dasyat, antara kedua
kerajaan itu, singkatnya cerita, Pengging berhasil di taklukan,ditengah caruk
maruk kekalaha akibat perang tersebut, putra mahkota bernama raden joko bandung,
terpisah dari ibu dan pemomongan, ditemukan oleh parbu boko sedang tergeletak
di tengah puing-puing reruntuhan perang, raden joko bandung yang pada saat itu
masih balita, membuat Prabu Boko tergiyur untuk menyantapnya, namun ketika
menyentuh tubuh bayi mungil itu, prabu boko tidak sampai hati untuk
menguyahnya, lalu dibawalah bayi itu, pulang untuk dirawat hingga besar.
Sejak merawat raden joko bandung, prabu boko
jadi sering sibuk, memperhatikan pertumbuhan raden joko bandung, harapannya,
kelak akan dijadikan manusia taklukannya, yang patuh dan setia hanya kepadanya,
sebab itu, raden joko bandung di dogma sejak kecil hingga remaja, dan di latih beraneka
ilmu-ilmu kesaktian tingkat tinggi, yang penggemblengannya, berakhir diatas
puncak GUNUNG RAUNG dan GUNUNG IJEN.
Cerita Singkat Tentang
Gunung Raung dan Ijen;
Gunung Raung adalah sebuah
gunung yang besar dan tertua, gunung raung merupakan bagian dari kelompok
pegunungan Ijen, yang terdiri dari beberapa gunung, diantaranya, gunung suket,
gunung raung, gunung pendil, gunung rante, gunung merapi, gunung remuk dan
Gunung Kawah Ijen, dari gunung raung inilah Prabu Boko, manusia setengah
siluman itu berasal. Gunung Raung adalah tempat tinggalnya dan Gunung Ijen
adalah tempat penggemblengan ilmunya, gunung raung dan gunung ijen, termasuk
gunung tua yang terletak di paling ujung pulau jawa, membatasi Kab. Banyuwangi
dan Situbondo-bondowoso Jawa Timur. Gunungapi raksasa ini muncul di sebelah
timur dari suatu deretan puing gunungapi yang berarah barat laut – tenggara.
Keangkeran Gunung Raung dan Gunung Ijen, sudah terlihat dari nama-nama pos
pendakian yang ada, mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan
Pondok Angin, yang semuanya itu, mempunyai sejarah sendiri-sendiri.
Situbondo-Bondowoso-Banyuwangi, hanyalah satu
dari seribu legenda dari Pegunungan Ijen/Raung di ujung timur Pulau Jawa. Ada
lagi legenda Banyupahit, Kawah Wurung, atau kisah menak seperti Dhamarwulan
yang merupakan bagian dari pegunungan tersebut. Tanah bergunung-gunung yang
nyaris tak tersentuh, terisolasi, dan bernuansa gelap ini, banyak melahirlah
aneka dongeng dan kisah magis. Termasuk budaya santet yang paling ditakuti.
Dulu, Pegunungan Ijen adalah bagian dari
Negeri Blambangan. Nama Blambangan mencuat dalam sejarah tatkala rajanya, Menak
Jinggo menolak mengakui kekuasaan Majapahit. Perang antara Blambangan dan
Majapahit, lalu melahirkan kisah Menak pada abad ke-14. Kisah yang menceritakan
perjuangan Dhamarwulan, pemuda dari rakyat biasa yang menjadi tukang arit,
pencari rumput, tapi mampu membunuh musuh kerajaan, yaitu Menak Jinggo. Dia
lalu menikahi Ratu Majapahit, Dewi Kencono Wungu, dan menjadi raja.
Gunung Kawah Ijen, mulai tersentuh tatkala
kompeni Belanda menyewakan tanah yang amat luas di daerah Besuki, Panarukan,
Probolinggo dan sekitarnya, kepada saudagar dan kapten penduduk Cina di
Surabaya yang kaya raya, Han Chan Pit dan saudaranya, Han Ki Ko. Untuk menarik
minat pekerja, mereka membagi-bagikan beras gratis saat ada kelaparan. Dalam
waktu singkat, datanglah 40 ribu pekerja asal Madura. Mereka membuka lahan,
bertanam padi dan sayuran, menggunakan sistem irigasi yang teratur. Namun
meletusnya pemberontakan para petani yang dipimpin Kiai Mas pada 1813 membuat
tanah sewaan ini dibeli kembali oleh Rafles.
Pelaksanaan politik culturstelse oleh Belanda
di akhir abad ke-19, memaksa pembukaan kembali lahan-lahan terpencil ini,
termasuk Pegunungan Ijen, untuk dijadikan perkebunan kopi dan karet. Lagi-lagi
didatangkan ribuan pekerja asal Madura. Maka terciptalah ‘Madura kecil’
yang menjadi pusat pemukiman orang Madura beserta adat, budaya, dan bahasanya.
Madura kecil kini masih bisa kita jumpai di sebagian Jember, Situbondo,
Bondowoso, dan Banyuwangi.
Dan di Gunung Kawah Ijen inilah, raden joko
bandung di gembleng habis-habisan, ketika melemparkan tubuh raden joko bandung
ke kawah ijen, prabu boko berseru, hae… anak manusia, jika engkau bisa selamat
dari semua yang ada di kawah ijen ini, maka seluruh ilmuku akan berpindah
kepadamu, dank au akan menjadi
penggantiku-penerusku, tapi jika tidak, berate engkau memang manusia yang hanya
layak untuk menjadi santapan makanku. Setelah melempar raden joko bandung ke
kawah ijen, lalu prabu boko pergi begitu saja, kembali ke Keraton Boko.
Setelah berhasil melampaui segala proses di
kawah ijen, dalam perjalanan pulang ke Keraton Boko, raden joko bandung
tersesat ke gunung raung, dan bertemu dengan penguasa utama semua bangsa
lelembut yang menghuni gunung raung, bernama Bondowoso, namun raden joko
bandung berhasil mengalahkannya, dan sang raja lelembut itu, berjanji akan menjadi
abdi setia raden joko bandung untuk selamanya. Keberhasilan raden joko bandung,
dalam menaklukan kawah ijen dan seluruh penghuni gunung raung dan sekitarnya,
membuat raja boko bangga dan salut, lalu diberinya nama Bandung Bandawasa/bondowoso.
Yang berati. Kehebatan Mengusai Kekuatan Alam Ghaib.
Disisi lain, setelah Pengging menjadi daerah
taklukan kerajaan boko, dan akibat kesewenang-wenangan Prabu Boko, yang suka
menindas dan memeras juga menculik para bayi, untuk dijadikan santapan makan
pagi siang dan malam, semua rakyat kerajaan Pengging, menjadi menderita dan
kocar kacir, kelaparan dimana-mana.
Prabu Damar Moyo yang berhasil menyelamatkan
diri, ketika perang berhasil dikalahkan oleh Prabu Boko, secara diam-diam,
menghimpun kekuatan ulang bersama rakyat Pengging. Hingga pada suatu ketika, Karena
sudah banyak rakyatnya yang menderita, disaat yang dianggap tepat, Prabu Damar
Moyo memulai pemberontakan itu.
Sementara itu, raden joko bandung yang di
rawat oleh prabu boko, sejak kecil, dan tumbuh menjadi seorang sateriya yang
tangguh, gagah dan hebat, bahkan jauh lebih hebat di bandingkan patih gupolo
andalannya, dan berubah nama menjadi Bandung Bondowoso.
Mengetahui Pengging hendak memberontak. Prabu
Boko mengutus Bandung Bondowoso, untuk mendahului menggempur pengging. Ditengah
pertempuran, damar moyo yang melihat ada tanda yang cukup dikenalnya, yaitu toh
bromo di pundak kanan bandung bondowoso, menghentikan pertempuran itu, dan
mencoba mencari tahu, siapa senopati sakti utusan prabu boko tersebut. Singkat
punya cerita, akhirnya, bapak dan anakpun menjadi bertemu dan bersatu kembali
di tengah medan pertempuran, selanjutnya, merasa telah di peralat, karena bapak
dan anak di adudomba, bandung bondowoso sangat marah, lalu membunuh patih gupolo
sebagai pelampiasan amarahnya.
Lalaku berbalik arah menyerang Keraton Boko,
dan berhasil menaklukan bahkan membunuh Prabu Boko, yang telah memisahkannya
dengan kedua orang tuanya selama bertahun-tahun dan dianggapnya telah
mempermainkan dirinya.
Dan mengetahui kematian Prabu Boko. Putri
Loro Jonggrang, sangat murka, namun tiada daya, karena dia adalah seorang
wanita yang bukan ahli perang. Putri Loro Jonggrang hanya bisa sedih,
mengetahui ayahandanya yang sudah meninggal. Bandung Bondowoso yang sedang
mengobrak abrik keratin boko hingga akhirnya sampai ke kedaton Boko, disana ia
bertemu dengan Putri Loro Jonggrang, dan amarahnya menjadi luluh, karena
kecantikan Putri Loro Jonggrang, Bandung Bondowoso akhirnya malah tertarik
dengan sang putri dan berniat untuk melamarnya, untuk dijadikan istri. Namun
sang putri menolak, karena bandung bondowoso inilah, yang membunuh ayahandanya,
maka ia membuat sebuah siasat untuk bisa membalas dendam kepada bandung bondowoso.
Sang putripun meminta dua buah hal syarat
kepada Bandung Bondowoso. Yang pertama, adalah membuat sebuah sumur yang dalam.
Dan dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso membuat sebuah sumur yang dalam,
yang ia beri nama sumur Jala Tunda. Dan ia segera memanggil sang putri untuk
melihat sumur yang sudah ia buatnya itu, lalu Putri Loro Jonggrang menyuruh
Bandung Bondowoso untuk masuk kedalam sumur, dan setelah ia berada di dalam
bumur, sang putri beserta pengikutnya, menimbun sumur tersebut dengan batu, supaya
Bandung Bondowoso mati didalamnya. Namun ternyata kesaktian Bandung Bondowoso
memang luar biasa, ia bisa meloloskan diri dari sumur itu dengan selamat.
Setelah selamat dari maut itu, ia langsung
menuju ke Kedataon Boko, dengan amarah yang amat sangat. Bandung Bondowoso
murka, karena tahu sang putri berusaha
untuk membunuhnya. Namun, lagi-lagi karena kecantikan Putri Loro Jonggrang,
maka redalah amarahnya. Dan mulailah Putri Loro jonggrang meminta janji yang kedua
kepada Bandung Bondowoso. Yaitu meminta untuk dibuatkan 1000 buah candi dalam
semalam, yang diperkirakan akan gagal dilaksanakan olehnya. dan Bandung
Bondowoso setuju dengan permintaannya.
Dan dibantu oleh ribuan jin dari gunung raung
dan kawah ijen, pengerjaan candi tersebut dimulai, menjelang tengah malam,
pembangunan sudah hampir selesai, dan loro jonggrang yang ketakutan, akhirnya
membuat siasat dengan membakar jerami, sehingga pemandangan menjadi lebih
terang, sehingga berkokoklah ayam. Akhirnya jin yang membantu pengerjaan candi tersebut,
melarikan diri, sedangkan candi yang dibangun sudah mencapai 999 buah.
Mengetahui usahanya gagal, karena ulah Putri
Roro Jonggrang, maka murkalah Bandung Bondowoso dan mengutuklah Putri Roro
Jonggrang, dengan berkata… Haeee,,, Loro Jonggrang, karena candi kurang satu,
maka dirimulah yang akan menjadi candi yang ke seribunya, dan anehnya Putri
Loro Jongran akhirnya menjadi sebuah Arca Batu.
Sedangkan bagi para gadis yang membantu
membakar jerami untuk membantu Putri Loro Jonggrang, Raden Bandung Bondowoso
mengutuknya menjadi perawan kasep alias perawan tua. Sebab itu, menurut
kepercayaan orang dalu, melarang para gadis membakar jerami/meranga dan calon
pengantin, mengunjung candi Prambanan/sewu, karena akan terkena kutukan Bandung
Bondowoso.
HUBUNGAN WONG EDAN BAGU Dan BANDUNG BONDOWOSO;
Sesuai sejarah perjalanan proses hidup itu,
bandung bondowoso, tidak mau kembali ke Pengging, menemui kedua orang tuanya,
karena merasa malu, hargadirinya hilang dan ternoda, akibat dari cintanya yang
di tolak Loro Jonggrang, kemudia dia mengembara keseluruh penjuru dunia,
khususnya tanah jawa dwipa dan parahiyangan tanah pasundan. Usianya yang sangat
panjang, hingga mencapai ratusan tahun, cukup sangat amat menyiksanya.
Hingga suatu ketika, terdampar di tanah
pasundan, dan bertemu dengan Pangeran Cakra Buana. Sang Putra Mahkota dari
Kerajaan Pajajaran. Yang kemudian di nikahkan dengan putrid tunggal dari
Panglima Kumbang, satu-satunya Panglima Sakti dari golongan bangsa siluman
harimau, yang diberi tugas khusus oleh Prabu Siliwangi, untuk menjaga seluruh
kawasan hutan wilayah pajajaran. Dan hasil perkawinannya ini, Bandung Bondowoso
dikarunia seorang Putra yang kemudia di beri nama Macan Ringgit. Hasil
pernikahannya, macan ringgit memilik satu keturunan seorang putra yang di beri
nama Luwung Ireng.
Setelah Kekuasa’an Panggeran Cakra Buana di
gantikan oleh keponakan yang sekaligus juga menantunya, bernama Syarif
Hidayatullah alias Sunan GunungJati. Tak lama kemudia di susul dengan
mangkatnya Pangeran Cakra Buana. Bandung Bondowoso merasa kesepian, karena selain
Pangeran Cakra Buana yang menurutnya sepaham dengannya, tidak ada, lalu beliau
memutuskan untuk muksa. Meninggalkan wujud/raga tuanya, yang sudah tidak bisa
banyak leluasa lagi itu.
Sebelum Muksa, Bandung Bondowoso berpesan
kepada cucunya bernama Luwung Ireng, yang jika di artikan dalam bahasa
indonesianya seperti ini “ Cucuku… walau kakek sehat, namun kakek sudah tidak
bias banyak melalukan apa-apa lagi, sebab itu, kakek akan melakukan muksa,
dengar baik-baik pesan kakek ini, dan sampaekan pesan ini kepada seluruh
keturunan-mu yang merupakan garis keturunan kakek. Kakek tidak akan kembali
kealam kesempurnaan, karena kakek tidak tahu jalannya dan tidak bisa caranya,
setelah muksa nanti, kakek akan menunggu, salah satu keturunan kakek, entah
yang keberapa, yang berhasil memperoleh Wahyu Kesempurna’an Hidup dan Mati dari
Hyang Maha Segalanya, dan bisa menuntun kesempurnaan kakek menuju ke asal usul
sangkan paraning dumadi, kakek akan menunggu di Kawah Ijen Gunung Raung, tempat
dimana kakek mendapatkan ilmu yang membuat kakek bisa seperti ini hingga
sekarang, sampai akhir jaman-pun, kakek tetap menunggunya disana, sebab kakek
yakin, pasti ada salah satu keturunan kakek yang nantinya menerima wahyu
kesempurnaan itu, ingat pesan kakek dan sampekan kepada seluruh keturunan-mu”
setelahnya… Bandung Bondowoso Muksa. Mati sebelum ajal, meninggalkan raga
dengan menggunakan ilmu. Sukma/Ruh-nya. Kembali dan berdomisili di Kawah Ijen.
Sementara raganya di kebumikan di Dukuh Luwung Ireng Desa Gintunglor Kecamatan
Susukan Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Selanjutnya, sepeninggalan Syarif
Hidayatullah alias Sunan Gunungjati, hasil pernikahannya, yang lama tidak
memiliki keturunan, pada akhirnya di karuniai seorang putra, yang di beri nama
Sarpani, yang kemudian Sarpani menurunkan Putra bernama Mat-salim, dan
Mat-Salim yang menikahi Dewi Arimi, menurunkan seorang Putera yang di beri nama
Djaka Tolos, yang dilahirkan saat perang penjejajahan DI di lereng gunung
ciremai, dan berganti nama setelah berada di kota, menjadi Toso Widjaya.
D. yang awal kehidupannya morat marit
tidak karuan alias tidak jelas, namun kemudia insyaf bin berTaubat dengan Wahyu
Panca Ghaib, yang berhasil di Ibadahkannya dengan menggunakan Wahyu Panca Laku
Warisan Leluhur yang berpunjer di Dzat Maha Suci.
Dan karena itu serta sebab itu. Wong Edan
Bagu berada di Gunung Kawah Ijen, yaitu untuk menutup usiakan Permohonan
Terakhir leluhurnya tersebut Eyang Buyut Bandung Bondosowo/Bandawasa atau Raden
Joko Bandung. Demikianlah sekilas sejarah mengenai Bandung Bondowoso yang bisa
saya bagikan secara umum, untuk di ambil hikmahnya, dengan harapan semuga dapat
bermanfaat guna dalam Laku Spiritual Hakikat Hidup. Untuk Proses
Penyempurnaanya, lihat rekaman vidionya dan Mohon Maafkan atas ketidak
sempurnaan rekaman vidionya, karena itu
diluar kehendak saya, melainkan pembatasan dimensi atau ranah kehidupan antara yang bersipat umum dan pribadi.
Saya Wong Edan Bagu… Mengucapkan;
Salam Rahayu selalu, serta
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing
Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi
kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa
terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom
Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_.....
Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon;
0819-4610-8666.
SMS/WhatsApp/Line;
0858-6179-9966.
BBM;
D38851E6”
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment