Penderitaan Sesungguhnya Adalah Jalan Menuju Kesadaran:

Penderitaan Sesungguhnya Adalah Jalan Menuju Kesadaran:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan.
Brebes Jawa Tengah. Hari Sabtu. Tgl 04 Februari 2017

Menurut Pengalaman Hasil Renungan Spiritual Pribadi saya dalam Patrap Semedi.
Derita merupakan fenomena alam yang bersipat universal, sehingganya, tidak mengenal ruang dan waktu, tidak peduli siapapun dan dimanapun. Penderitaan merupakan pelajaran hidup yang paling utama, yang diberikan oleh Sang Maha Segalanya, kepada manusia-manusia agung, yang menjadi tokoh dalam sejarah keagamaan dan kefilsafatan sepanjang sejarah dunia. Pernah dengar atau membaca sejarah Para Nabi atau Leluhur kita dan masih ingatkah...?! Bahwa mereka tidak satupun yang tidak menderita...!!!

Derita tak dapat dilepaskan dari adanya hasrat, yang merupakan bagian dari karakter nafsaniah, mengingat derita pada dasarnya, sering sebagai benih penguasaan dan jarang ditafsirkan sebagai benih pembebasan.

Menurut Pengertian Pribadi saya, derita, artinya “menahan” jadi, maksudnya adalah menahan persangkaan terhadap kenyataan, yang pada hakikatnya kosong, tanpa makna, atau sabar dalam menahan keinginan, meskipun terasa menyakitkan. Akan tetapi pada umumnya, penderitaan sering dikonotasikan negatif, sehingga penderitaan sering menjadi momok yang menakutkan. Seperti fakir, hina, kesengsaraan, lapar, sakit, prahara, bencana dan lain sebagainya. Berbagai kasus penderitaan terdapat di dalam hampir semua aspek kehidupan ini, sehingga penderitaan banyak mendasari tema besar agama dan kefilsafatan sepanjang sejarah manusia hidup. Edan pora...?!

Hampir didalam literatur setiap agama mengajarkan tentang betapa pentingnya arti penderitaan, untuk mencapai kebebasan dari jeratan nafsu, baik yang bersifat nafsaniah maupun hawaniah. Dalam ajaran Buddha, terdapat doktrin “Kebenaran Mulia Rangkap empat”, yang mana semua ajarannya, berkisar pada masalah penderitaan, yang dilihat dari empat segi, yang berbeda, yaitu; akar masalah, sebab-sebab masalah, penyelesaian masalah, dan jalan pembebasan dari masalah.

Penderitaan merupakan persoalan pelik, didalam setiap aspek kehidupan manusia, yang mana sebab-sebabnya berawal, dari hasrat atau keinginan dan terproyeksi dalam empat jenis, penderitaan fisik, yang berupa lahir, tua, sakit, dan mati, serta dalam tiga jenis penderitaan psikis, yang berupa berkumpul dengan sesuatu yang dibenci, berpisah dengan sesuatu yang dicintai, dan tidak mendapatkan apa-apa yang menjadi harapannya.

Penderitaan merupakan lima agregat, yang berupa bentuk fisik, emosi, persepsi, faktor kehendak kesadaran, yang tunduk pada keterikatan batin, yang mana setiap unsur agregat, merupakan suatu koleksi dari berbagai unsure. Itu diilustrasikan sebagai subyek bagi kemelekatan dalam jati diri yang berupa “aku”.

Semua pengalaman manusia hidup, dapat dianalisa dalam ke lima agregat tersebut, yang berupa “bukan milikku, bukan aku, dan bukan suatu diri”, itu semua hanyalah fenomena yang tak abadi, tak tetap, dan timbul tenggelam ,untuk berlalu dalam pergantian waktu yang relatif singkat.

Dalam ajaran Islam, penderitaan juga banyak ditekankan dalam upaya pembebasan dari nafsu lawwamah dan amarah, seperti yang tersurat dalam beberapa ayat Al-Qur’an.

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah (penderitaan)” (QS.90:4).

“Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad (melawan nafsunya) diantara kamu dan belum nyata orang-orang yang menderita” (QS.3:142), “…orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, ditengah peperangan, maka itulah orang-orang yang benar” (QS.2:177).

Serta dalam beberapa Hadits seperti, “Sesungguhnya seorang mukmin dalam dunia ini tidak akan mendapatkan apa-apa selain ibadah dan penderitaan” (HQ. Ali bin Abi Tholib), “Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah padanya suatu kebaikan, maka dibebaninya dengan penderitaan” (HR.Abu Hurairah), 

“Wajiblah bagimu untuk menderita, karena penderitaan itu kuncinya hati…” (HR. Al-Hakim). Dan juga terdapat pada Atsar-atsar para Tabi’in seperti, “Barang siapa yang tidak menderita berarti tidak memiliki agama…”(Hasan al-Bisri), 

“Sesungguhnya derita menjadi hiasan bagi malapetaka” (Abu Bakar as-Shidiq), dan “Ada 3 keistimewaan Allah yang tersimpan dalam dunia yaitu fakir, sakit, dan derita”(Ali al-Jurjaniy).

Didalam Laku Kembali Suci-pun, sudah disuratkan. “Lakune Putero Kuwi – Kesampar. Kesandung. Di ino lan fitnah. . Ning ojo uwas sumelang. Orausah Cawe-cawe. Sambato Rama-mu. Rama bakal ngrampungi. (Romo-Semono Sastrohadijoyo)

Setelah membaca Artikel ini.
Dimanakah Tingkat Kesadaran Murni-mu...?!
Pada Jati Diri-mu...?!
Pada Rama/Romo yang di kubur di gunung damar sejiwan purworejo...?!
atau ke Rasa Manunggal-mu...?!

Silahkan Direnungkan Sendiri-sendiri. Saya tidak berani Cawe-cawe. He he he . . . Edan Tenan.

Salam Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon; 0819-4610-8666. SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM; D38851E6”
http://putraramasejati.wordpress.com

http://webdjakatolos.blogspot.com