Wahyu Panca Gha’ib Surat Pertama “KUNCI”:

Wahyu Panca Gha’ib Surat Pertama “KUNCI”:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Selasa Legi. Tgl 18 Oktober 2016

Para Kadhang dan Para Sedulur kinasihku sekalian dimanapun berada, khususnya Kadhang Anom didikan saya, ditempatnya masing-masing. Artikel ini, merupakan artikel kedua saya, yang mengungkap secara khusus bab “KUNCI” karena saya pernah mengupasnya di artikel lainnya beberapa bulan yang lalu, namun masih menggunakan moral, maksudnya, masih ada yang saya tutupi dan tidak detail, buktinya, masih ada banyak yang tidak bisa mengerti dan paham. Pada kesempatan kali ini. Saya ungkap dan saya uraikan ulang, dengan lebih singkat, detail dan jelas. Sehingga bisa lebih mudah untuk di mengerti dan dipahami, dan dibawah ini uraiannya. Selamat menghayati dengan Rasa.

KUNCI:
1. Ayat Pertama; “Gusti Ingkang Moho Suci” Maksudnya...
Sebelum Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, menciptakan Alam-alam atau Dimensi-dimensi, termasuk Alam Semesta, Dimensi Arasy, Bumi dan Langit beserta isinya, yang ada hanyalah Dzat di Kesunyian Sejati Hyang Maha Suci. Alam Tunggal Sejati atau Alam Kumpul Nunggal Suci “KUNCI”. Dalam istilah lainnya “Ghaibul Ghaib”.

KUNCI:
2. Ayat Kedua; “Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti Ingkang Moho Suci” Maksudnya...
Kulo itu sipatnya manusia. Nyuwun pangapuro itu sikapnya manusia. Dumateng itu jarak jauh dekatnya manusia dan Tuhan-nya. Gusti Ingkang Maha Suci itu. Dzat Tuhan/Allah. Pada hakikatnya, manusia itu, tidak bisa apa-apa, kecuali Nyuwun Pangapuro “Mohon Ampunan” kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah-nya.

KUNCI:
3. Ayat Ketiga; “Sirolah Datolah Sipatolah” Maksudnya...
SIR adalah Sabda-Nya, yaitu Kunci. Paweling. Asmo. Mijil. Singkir “Wahyu Panca Gha’ib”. Dat itu Dzat “ Maha Suci”. SIFAT adalah bukti adanya kehidupan Hidup, pohon nyawa/sukma, wadah amal/ibadah, kubur/maqom sejati. Hidup-nya segala rupa dan wujud. Seluruh isi tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, asalnya dari satu cahaya saja, yaitu Cahaya Allah, yang lebih di kenal dengan sebutan Nurrullah, kemudian Nurrullah berkehendak, dan kehendak inilah, yang di sebut-sebut Nurr Muhammad. Jadi,,, artinya Nur Muhammad itu, adalah kehendak-Nya Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, dalam kata lainnya Rasullullah, yang artinya “Utusan Maha Agung”. Maksud dari Utusan, adalah Cinta. Maksud dari Maha, adalah  Kasih. Maksud dari Agung, adalah Sayang.

Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, yang sedang bergerak sebagai/menjadi Nurrullah ini, kemudian  berkehendak/Nur Muhammad. Kehendak yang di sebut Nur Muhammad inilah, yang menjadikan Alam Dunia dan isinya.

Dzat Maha Suci dan Nurrullah dan Nur Muhammad. Atau Cinta Kasih Sayang atau Sir Dat Sipat ini. Tidak bisa Pisah dan Tidak bisa Jauh. Karena ketiganya salin terkait dan berkait, dan hakikatnya adalah Satu. Itu Sebab di sebut “KUNCI” yang maksudnya Kumpul Nunggal Suci “Satu Kesatuan Suci”

Seperti Bentuk/Wujud Gula dan Rasanya;
SIR adalah Sebutannya Gula. DZAT adalah Manisnya Gula, SIFAT adalah bentuk/wujud Gulanya. SIR adalah Namanya Bunga. DZAT adalah Wanginya Bunga, SIFAT adalah Bentuk/Wujudnya Bunga.  SIR dan DZAT serta SIFAT, adalah PASTI. TIDAK AKAN ADA SIR, jika tidak ada DZAT, tidak ada DZAT kalau tidak ada Sipat. Begitupun sebaliknya.

KUNCI:
4. Ayat Ke’empat; “Kulo Sejatine Sateriyo” Maksudnya...
Sir Dat Sipat atau Cinta Kasih Sayang ini. Jika bersatu/manunggal, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, seperti pada hakikat awalnya. Yaitu “Dzat Maha Suci”.”Nurrullah”.”Nur Muhammad”. Maka akan mengeluarkan cahaya empat rupa. Yaitu; Merah, Kuning, Putih, Hitam, empat cahaya ini, lebih di kenal dengan sebutan sedulur papat, tersebut kakang kawah, adi ari-ari, sedulur puser lan getih, atau Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah, atau malaikat empat, tersebut jibril, mikail, ijroil dan isrofil, dan empat cahaya inilah, yang disebut Nur Ilmu Muhammad.  yaitu Hakikatnya Adam. Asal Dumadi Ananing Manungsa. Bibit untuk Alam Dhohir/Lahir.

“Kulo Sejatine Sateriyo” adalah bekerja samanya atau manunggalnya atau menyatunya atau bersatunya Dzat Maha Suci. Nurrullah. Nur Muhammad atau Sir Dat Sipat atau Cinta Kasih Sayang yang di olah, maksudnya di pelajari. Jadi... “Kulo Sejatine Sateriyo” itu, adalah Nur Ilmu Muhammad-nya Nur Muhammad “Ilmu-nya Hidup”.

Untuk lebih singkat dan jelasnya. Yang di sebut Nur Ilmu Muhammad itu, adalah sedulur papat. Yang di sebut Nur Muhammad itu, adalah Hidup atau pancer. Yang di sebut Nurrullah itu, adalah yang menghidupkan atau yang memerintah atau yang menguasai. Dalam kata lain; Sedulur papat itu ilmunya Hidup, dan Hidup itu Utusan Dzat Maha Suci.

Kalau di kembalikan pada kalimat awal. Cinta itu Dzat Maha Suci. Kasih itu Hidup. Sayang itu Sedulur Papat. Atau... Cinta atau Dzat Maha Suci itu yang mengutus. Kasih atau Hidup itu yang di utus. Sayang atau sedulur papat itu bekal ilmunya. 

KUNCI:
5. Ayat Kelima; “Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso” Maksudnya...
Bukan memohon agar terlaksana maksud tujuan/hajatnya dan meminta kekuasa’an. Bukan... Maksud dari Ayat “Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso” Adalah; Nyuwun itu Laku. Wicaksono itu Nur Ilmu Muhammad atau sedulur papat “Sayang”. Panguwoso itu Nur Muhammad atau Hidup/Pancer “Kasih”. Tepatnya. Obah Polah atau Bergeraknya seluruh anggota badan/tubuh kita, yang di kendalikan oleh Nur Muhammad/Hidup, dengan menggunakan Sedulur Papat/Nur Ilmu Muhammad, sebagai alat/senjatanya. Amarah dari Daging, kuasanya keluar melalui Telingan. Aluamah dari Sungsum, kuasanya keluar menuju Mata. Supiyah dari Kulit, kuasanya keluar menuju Mulut. Mutmainah dari Tulang, kuasanya keluar menuju Hidung.

KUNCI:
6. Ayat Ke’enam; “Kangge Tumindake Sateriyo Sejati” Maksudnya...
Tumindak itu, perbuatan sipat dan sikap. Sateriyo itu, manusia. Sejati itu, Hidup. Jadi, maksud daripada “Kangge Tumindake Sateriyo Sejati” adalah, perbuatan sipat dan sikapnya manusia Hidup, yaitu diri kita ini. Kalau di gabung atau di sambungkan dengan ayat kelima; “Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso”. “Kangge Tumindake Sateriyo Sejati”.

Maksudnya adalah;
Obah Polah atau Bergeraknya seluruh anggota badan/tubuh kita, yang di kendalikan oleh Nur Muhammad/Hidup, dengan menggunakan Sedulur Papat/Nur Ilmu Muhammad. Untuk  Perbuatan sipat dan sikap-nya manusia Hidup, bukan manusia mati. Manusia Hidup. Pasti selamat. Sebab hakikat Manusia Hidup, adalah tidak bisa pisah dan tidak bisa jauh dengan Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Seperti yang sudah diungkap pada bagian atas tadi. Jadi,,, tidak mungkin celaka. Kecuali jika berpisah jauh dengan Dzat Maha Suci. Karena hakikat dari berpisah dan jauh dengan Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Itulah manusia-manusia mati. Jadi,,, sudah pasti hanya celakalah yang merekan temui dan dapatkan.

Sir Dzat Sipat inilah, yang memangku/menopang Alam Semesta Dunia Seisinya, semuanya terliputi oleh tiga cahaya yang menyatu menjadi satu kesatuan. Yaitu; Sir. Dzat. Sipat. atau Cinta Kasih Sayang. atau Nurrullah. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad. Atau Dzat Maha Suci. Hidup. Sedulur Papat.

KUNCI:
7. Ayat Ketujuh; “Kulo Nyuwun Kangge Hanyirna’ake Tumindak Ingkang Luput” Maksudnya...
Luput itu tidak tepat/melesed. Jika kita Manusia Hidup, kita bersama Dzat Maha Suci Tuhan/Allah kita, yang Maha diatas segala yang Maha. Mustahil melesed. Semua bala bencana yang melukai, segalah hiruk pikuk yang mencelakai. Akan sirna lebur tanpo dadi. Yang ada hanya kesempurna’an Iman Cinta Kasih Sayang yang mengglobal, bukan terpuruk dalam kotak dibawah bendera.

“Wa kawa ‘Idul Imani, wajibul wajib”
Semua umat Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, wajib marifat, harus tahu tentang iman sejati, maksudnya iman yang sebenarnya ini, iman yang hanya menuju satu titik, yaitu Dzat Maha Suci Hidup, bukan yang lainnya. Agar tidak luput/melesed. Itulah maksud dari ayat ke tujuh yang berbunyi “Kulo Nyuwun Kangge Hanyirna’ake Tumindak Ingkang Luput”

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian... Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, hanya bisa dikenal, jika Dia sendiri berkehendak untuk dikenali. Jika Iman-mu kemomoran/terbagi, tidak murni, kita akan selalu melesed, tidak tepat, sehingganya, selalu capek, jenuh, ragu bahkan takut. Jika sudah melesed, kita tidak akan bisa pulang, pulang kembali kepada Dzat, hakikatnya manusia berasal dari Dzat, akan tetapi manusia tidak perlu tahu kepada Dzat, tetapi carilah utusan Dzat, yang disebut Nur Muhammad atau Roh Suci atau Roh Kudus atau sedulur Pancer atau Guru Sejati alias Hidup kita sendiri. Inilah jalan pulang yang paling sempurna.

“Illa anna awalla’nafsah fardhu ‘ain”
Pertama hal ibadah adalah tahu kepada Sejatinya Hidup, sifat dan sikap hidup yang sebenarnya harus di dapat. Sejatinya Hidup adalah bibit segala rupa. Samudra Ilmu dan Kehidupan. “Ru’yatullahi Ta’ala fi dunya bi’ainil qolbi” INGAT ITU.

Sebab itu, mendiang Romo Semono Sastrohadijoyo dawuh. “Kunci Keno Kanggo Opo Wae” artinya, kunci bisa untuk apa saja, bagaimana tidak, di dalam Kunci ada tiga INTISARIPATI segala dan semuanya. Yaitu Dzat Maha Suci. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad atau Sir. Dzat. Sipat atau Cinta Kasih Sayang. Tapi ingat,,, “Waton Ora Tumindak Luput” maksudnya, tidak melesed dari sasaran, yaitu; “Inna lillaahi wa inna illaaihi rojiun” atau “Sangkan paraning dumadi” kita berasal dari Dzat Maha Suci dan Milik Dzat Maha Suci serta akan kembali hanya kepada Dzat Maha Suci. Titik. Tidak bisa di tawar. Menawar. Sakit. Bahkan celaka.  
 
Memandang Hakikat Dzat Maha Suci Tuhan/Allah di Dunia dengan mata Bathin/Rasa. Bila Qolbu manusia hidup, sudah menggunakan Nur Ilmu Muhammad, Qolbunya bisa dipakai untuk tempat bersua, melihat/menemui/memeluk Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, dimanapun dan kapanpun, sehingga bisa merasakan secara nyata, ni’matnya tenteram dari Dunia sampai di Akhirat, tidak merasakan berpisah dengan Dzat Maha Suci. Nur Muhammad. Nur Ilmu Muhammad, lantaran tiga wujud itu, telah menyatu/manunggal, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, seperti pada awal mulanya terjadi. Siang dan malam Qolbu ditempati oleh Sifat dan sikap Nur Ilmu Muhammad, untuk senantiasa bisa bersua, melihat/menemui/memeluk Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, bercumbu mesrah.

Sebenarnya...
Melalui jalan Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma’rifat serta Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih dan Ilmu Tasawuf bahkan kepercaya’an kejawen. Juga bisa, namun tidak istimewa, selain terikat sebab akibat, juga harus melalui antek-anteknya Dzat Maha Suci terlebih dahulu, ibaratnya, kita hendak menemui seorang raja atau persiden, maka harus melalui bawahan-bawahannya terlebih dahulu “Bertawasyul”, tapi “Wahyu Panca Gha’ib” sangat itimewa dan sempurna. Karena bisa langsung tanpa perantara apapun dan siapapun.

Jasmani. Jas, artinya adalah baju/badan/raga, mani artinya Rohani/Roh Suci/Hidup, baju adalah bungkus, bungkusnya Rohani, manusia tidak akan mendapatkan hasil, jika hanya mengetahui badan nyatanya saja, harus di buka dulu bajunya, supaya bisa ketemu dengan isinya, badan jasmani adalah hijabnya kepada Dzat Yang Maha Suci, jika tidak hilang wujudnya dulu, maka isinya tidak akan ketemu, diibaratkan kucing, maksud kucing hendak ngintip tikus keluar dari liangnya, tapi kucingnya diam di depan liang tikus, akhirnya tikus malah mati karena tidak bisa keluar, tentu saja tidak akan hasil, kucing diibaratkan jasad, tikus diibaratkan Hidup, tidak akan ketemu jika perasaan jasad tidak hilang.

Jika kucing menginginkan agar tikusnya keluar dari liang, tentu saja kucing harus pergi menjauhi liang tikus, barulah tikusnya keluar, sama seperti di diri manusia, jika ingin ma’rifatullah, harus memiliki Roso. Kroso. Rumongso. Ngrasak’ake Urip. “Rasa. Terasa. Merasa. Merasakan Hidup” bagaimana kita bisa merasakan hidup, tahu dan kenal hidup saja tidak, artinya, mau tidak mau, suka tidak suka, cocok tidak cocok, harus mengenal Hidup, mengenal Nur Muhammad, agar bisa menggunakan Nur Ilmu Muhammad. La... Terus. Adakah Pelajaran yang Mengajarkan Tentang Hidup dan Soal Hidup secara Khusus/Murni dan Otak-atik politik dan campursari lainnya. Selain Wahyu Panca Gha’ib...?!!. He he he . . . Edan Tenan.

“Waman aroffa nafsahu, faqod aroffa robbahu…man aroffa robbaha, faqod jahilan nafsah”
“Lahaula wala quwata, illa billahil aliyil ‘adim”

Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya, barang siapa mengenal Tuhannya pastilah bodoh dirinya. Karena hanya memiliki Iman Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci.  

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi ini, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
           
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi Pinayungan Maring Ingkang Maha Agung. Dzat Maha Suci Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Telephon/WhatsApp/Line; 0858 - 6179 – 9966. BBM; D38851E6
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com