WUJUD DAN BENTUK IMAN yang SEBENARNYA:

WUJUD DAN BENTUK IMAN yang SEBENARNYA:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Kamis Legi. Tgl 08 September 2016

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian,,,, sepertinya, diantara kita semuanya tanpa terkeuali, pasti tahulah, apa itu iman atau kata/istilah iman atau kalimat iman. Karena,,, Tulisan iman atau kata iman ini, populer  di ucapkan oleh banyak orang, dan tertuliskan di kitab, buku, bahkan tersebar di seluruh jaringan internet.

Tapi,,, sejauh itu, mengertikah apa itu iman...?!
Pahamkah, apa itu Iman...?!
Iman itu, yang seperti apa dan bagaimanakah...?!

Apakah iman itu cukup hanya dengan yakin atau percaya atau Haq-kul yakin?
Atau menjalankan perintah Dzat Maha Suci Tuhan/Allah dan meninggalkan larangannya, atau beribadah kepada-Nya sudah bisa di sebut beriman?

He he he . . . Edan Tenan. Sebelumnya, mari kita jalan-jalan sebentar ya...
Ada sebuah pepatah bijak yang mengatakan seperti ini, (hidup dimulai pada usia 40 tahun). Salah satu artinya adalah: sebelum umur 40 tahun, seseorang masih boleh bereksperimen sesuka kehendaknya, contoh misal, berganti-ganti karier dan profesi. Namun setelah umur 40 tahun, dia harus sudah mantap di satu tempat, menekuni kariernya. Sebab, jika di usia itu dia masih berpindah tempat tinggal dan berganti profesi, ia akan cenderung tak meraih apa-apa. Iya tidak? Ini logika lo...

Emh...Emh...Emh....
Siapakah yang Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian andalkan dalam Hidup yang berkehidupan ini...?! Katakanlah,,, tidak usah malu tidak perlu takut. Bukankah yang di andalkan itu, mestinya bukan yang memalukan dan mengecewakan, jadi,,, untuk apa malu dan takut. Katakan dengan tegas.  Saya ingin melihat seperti apa Dia. He he he . . . Edan Tenan.

Kita pasti rindu bisa ”melihat-Nya” Dzat Maha Suci Tuhan/Allah yang kita puja puji setiap sa’at, ada dan hadir di hidup kita bukan. Tapi kita bingung,,, seperti siapa mencari siapa, sehingganya kita takut untuk sedemikian dekat kepada-Nya. Kita mengikuti ibadah diam-diam, duduk sendiri,,, berharap tidak dikenali, enggan bahkan terlibat dalam kuasanya. Salah satu contohnya, merasa berdosa. Faktanya,,, kita merasa tidak layak atau bahwa orang-orang tidak senang dengan perubahan yang kita alami. Iya apa iya? Hayo...

Sehingganya, kita eperti se’ekor kucing, yang sedang keasyikan mengejar ekornya sendiri. Berputar-putar, dan berputar-putar lagi, berharap segera mendapati ekornya tertangkap. dia pikir, ketika ia sudah mendapatkan ekornya, dia akan bahagia, akan tenang, akan nyaman, akan aman. Dia kira, setelah mendapatkan ekornya, dia tidak akan khawatir kehilangan ekor, karena dia telah memegang ekornya.

Sadar atau tidak sadar, kerap kali orang memakai waktu hidupnya, hanya untuk banyak mengejar kesuksesan, kekayaan, pengakuan, kebenaran dan sebagainya, agar hidupnya bahagia, damai, nyaman, aman dll. Bahkan konyolnya. Tuhan-pun di burunya. Segala upaya, waktu, dan energi, dicurahkannya untuk mengejar hal-hal tersebut. Seperti kucing mengejar ekornya tadi... He he he . . . Edan Tenan.

Padahal, itu adalah target yang sama sekali tidak tepat...!!!
Segala target yang tidak bernilai kekal, tidak layak kita kejar sedemikian rupa. Kita malah kehilangan target yang utama, yang Dzat Maha Suci Tuhan ingin, agar kita raih dan miliki, supaya hidup kita berarti sempurna.

Padahal itu tidak sama sekali...!!!
Berputar sampai pingsan pun,  dia takkan dapat menangkap ekornya. Ia hanya akan kelelahan. Dan sesungguhnya, bukankah tanpa dikejar pun, ekor itu selalu setia mengikutinya? Iya Apa iya? Hayo...

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian,,,,
Romo Tidak Akan Tinggal Diam. Ketika Meminta Putronya untuk Tidak Cawe-cawe.
Mungkin Para Kadhang Dan Para Sedulur Kinasih saya. Pernah terbesik bertanya’an dalam pemikiran seperti ini. Mengapa Dzat Maha Suci Tuhan, menaruh kita di posisi yang tidak berdaya, mengapa Dzat Maha Suci Tuhan, seolah-olah melukai ego kita, dan tidak membiarkan kita bangkit.

Karena menurut bukti dari pengalaman Laku Spiritual Hakikat Hidup pribadi saya, ada saatnya ketidak berdaya’an itu, membantu proses kita diselamatkan dari bahaya yang sangat besar. Kita memang di posisikan Dzat Maha Suci Tuhan, untuk tidak berdaya, tetapi bukan berarti Dzat Maha Suci Tuhan juga sedang tanpa daya.

Dapat saya gambarkan seperti ini. Untuk bisa menyelamatkan seseorang yang sedang tenggelam di laut, kita harus memukul tengkuknya hingga pingsan, karena jika tidak, kita akan kesulitan untuk menolongnya, sebab dia akan meronta-ronta, dan bisa jadi, kitapun ikut tenggelam bersamanya. Ketika ia dibuat tak berdaya, kita bisa merangkul leher seseorang itu dan berenang membawanya ke pantai. Itulah,,, kenapa kita di posisikan oleh Dzat Maha Suci Tuhan, di sudut yang tidak berdaya.  Sebab di sudut yang tak berdaya inilah. Iman di Perlukan dan di Butuhkan.

Lalu... Iman itu apa dan bagaimana?
Apakah iman itu cukup hanya dengan yakin atau percaya atau Haq-kul yakin?
Atau menjalankan perintah Dzat Maha Suci Tuhan/Allah dan meninggalkan larangannya, atau beribadah kepada-Nya sudah bisa di sebut beriman?

Kesimpulannya;
Menurut hasil Laku Spiritual Hakikat Hidup pribadi saya, yang saya Praktekan sendiri di TKP. “IMAN” bukanlah hanya sebatas meyakini atau mempercayai atau haq-kul yakin saja, yang tidak perlu dibuktikan. “IMAN” Adalah; menanggalkan Keyakinan diri sendiri. Lalu mempercayakannya hanya kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah yang Maha Segalanya. Jika kita meyakini segala sesuatu tetap dalam kendali Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, Jika kita mempercayai semuanya adalah kuasa Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Kalau kita memang benar haq-kul yakin kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Maka,,, Mari kita sama-sama belajar menyerah hanya kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, tanpa takut dan ragu. Pasrahlah segalanya dan semuanya hanya kepada-Nya... Terimalah Kehadiran-Nya yang Penuh Cinta Kasih Sayang Nan Tulus... Lalu Persilahkanlah Dia mengambil alih kemudi kendara’an, apapun jenis dan sebutannya, yang kita yakini hebat. Kalau memang ingin selamat secara sempurna. Karena, sehebat apapun, tidak akan melebihi Kehebatan Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Setelah itu, kita cukup beribadah hanya kepada-Nya saja, dengan cara menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, tanpa perlu ikut campur segala urusan pribadi-Nya yang Maha Kuasa atas segalanya dan semuanya. Itulah Wujud dan Bentuk Iman yang sebenarnya.

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
           
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com