Pernahkah Anda Gagal-Salah-Konyol-Bodoh...?!

Pernahkah Anda Gagal-Salah-Konyol-Bodoh...?!
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Sabtu Legi. Tgl 03 September 2016

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian...
Apakah Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian pernah gagal...?!
Apakah Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian pernah melakukan kesalahan...?!
Apakah Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian pernah bertindak bodoh...?!

Atau Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian pernah melakukan hal yang konyol...?!

Jangan takut Salah jika sedang Laku. Sebab kita bisa tahu benar, karena mengerti salah.
Jangan penah gengsi atau malu, kalau ingin paham Benar... Karena sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan diri kita. Jadi, untuk apa kita gengsi dan malu apalagi takut. Manusia Hidup sudah diciptakan dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Bahkan cacat fisik pun, tidak mengurangi kebaikan manusia hidup.

Dzat Maha Suci berFirman;
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-Tiin:4)

Jika Allah mengatakan bahwa kita sebaik-baiknya mahluk, mengapa kita memvonis diri sendiri dengan yang negatif...?!. Memvonis diri bukan hanya oleh perkataan saja, tetapi pikiran dan tindakan pun mengambarkan anggapan kita terhadap diri sendiri.

Sebenarnya semua manusia hidup memiliki potensi yang dahsyat (dengan kalimat ini, mungkin Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian berkata seperti ini, “semua orang juga sudah tahu itu”

Lalu,,, kalau memang sudah tahu, mengapa masih banyak orang yang menyia-nyiakan potensi tersebut...?!

Ini Kemungkinannya;
Karena tidak bersyukur atas nikmat potensi yang diberikan oleh Dzat Maha Suci  kepada dirinya, sebagai bukti dia menyia-nyiakannya. Dia memvonis dirinya tidak mampu. Mungkin dia tidak mengatakan bahwa dirinya tidak mampu, tetapi perilakunya menunjukan bahwa dia menganggap diri tidak mampu.

Kita dilahirkan dalam kondisi nol. Kita menjadi pribadi tertentu, karena perubahan yang dilakukan oleh manusia (termasuk oleh orang tua kita dan diri kita sendiri). Artinya; meskipun kita pernah melakukan berbagai kesalahan dan mengalami kegagalan, itu adalah hasil pikiran dan tindakan kita. Bukan takdir kita, sebab saat kita lahir, kita dalam keadaan fitrah. Masih ingatkah dengan saloka yang pernah saya postingkan di artikel lama saya...?!

Jagalah Pikiranmu, karena Pikiranmu akan menjadi Perkata’anmu. Jagalah Perkata’anmu, karena Perkata’anmu akan menjadi Perbuatanmu. Jagalah Perbuatanmu, karena Perbuatanmu akan menjadi Kebiasa’anmu. Jagalah Kebiasa’anmu, karena Kebiasa’anmu akan membentuk Karaktermu. Jagalah Karaktermu, Karena Karaktermu akan membentuk Nasibmu”.”Jagalah Hatimu, karena Hatimu akan menentukan Rasamu. Jagalah Rasamu, karena Rasamu akan menentukan Lakumu. Jagalah Lakumu, karena Lakumu akan menentukan Tuhan-mu

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian...
Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (Istilah agamanya-fitrah). Ayah dan ibunya-lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR-Bukhari).

Jika aklaq kita adalah bentukan manusia (kita dan orang tua), maka kita bisa mengubah diri kita, menjadi pribadi yang lebih baik atau sesuai dengan yang kita inginkan. Jika diri kita saat ini adalah hasil dari pikiran dan tindakan, maka kita bisa berubah dengan mengubah pikiran dan tindakan kita. Maka... Kita Bisa!!!

Meski orang tua kita berperan dalam membentuk diri kita saat ini. Jangan pernah menyalahkan orang tua. Saya yakin semua orang tua bermaksud baik bagi anak-anaknya, hanya saja banyak orang tua yang tidak mengerti cara dan ilmunya berproses. Kita tetap harus berbakti kepada kedua orang tua dan memaafkan kesalahannya serta mendoakan mereka dengan doa terbaik kita. Sekarang kita sudah dewasa bukan, maka tugas kita sendiri-lah, yang membentuk diri kita dan menentukan-nya, dengan cara mengubah pikiran menjadi positif aktif dan menjaga tindakannya. Perjuangkan dan Pertahankan itu.!!!

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian...
Jika kita sedang berjuang, bagaimana agar kita memiliki kepercaya’an diri...?!
Jawabannya;  Sadarilah dengan sesadar-sadarnya, bahwa kita ini tidak sendiri. Sungguh kita ini tidak sendiri. Ada Dzat Maha Suci Allah/Tuhan bersama kita selalu, dimanapun dan kapanpun waktunya.

Banyak orang yang berpikir bahwa kepercayaan diri, hanya dimiliki oleh orang yang beruntung, orang yang bisa melakukan apa pun.

Oh tidak...!!!.
Kepercaya’an diri sebenarnya, adalah masalah sipat dan sikap atau pola pikir yang dimiliki seseorang. Yaitu pola pikir, yang menjadikan dia memiliki pandangan positif terhadap dirinya.

Kalau begitu, kepercayaan diri itu, adalah masalah pandangan atau persepsi saja...?! Jawabanya; Ya, betul sekali. Namun bukan pandangan fatamorgana, dimana yang tidak ada menjadi ada. Pandangan fatamorgana adalah dimana kita menganggap diri kita lebih dari semestinya.

Kepercaya’an diri itu, adalah pandangan positif atau apa adanya pada diri kita sendiri. Orang yang rendah diri (kebalikan dari percaya diri) adalah orang yang menganggap dirinya lebih rendah dibandingkan kenyata’anya. Nah, untuk meraih kepercayaan diri kita hanya perlu membalikan pandangan tersebut ke tempat semula. Yaitu rendah hati, bukan rendah diri.

Orang yang rendah diri, pandangan terhadap dirinya banyak tertutup, sehingga tidak mampu melihat kemampuan dan potensi dirinya yang sesungguhnya. Apa yang menutup pandangan itu...?!

Inilah yang akan saya bahas pada artikel kali ini. Pandangan atau persepsi kita bisa tertutup oleh kepercaya’an kita. Sebab itu. Wahyu Panca Gha’ib, disebut bukan Kepercaya’an, bukan agama, bukan kejawen, bukan kebatinan, bukan aliran dll. Sebab Kepercaya’an dan semuanya itu, bisa memunculkan persepsi salah terhadap diri kita sendiri, dan ini yang menyebabkan kita menjadi rendah diri dan kesulitan mendapatkan bukti nyatanya benar. Sehingganya, selalu kekeh/kukuh/gigih berjuang rebutan Benar.

Contoh umum;
Kepercayaan Pertama yang menghancurkan kepercaya’an diri kita. Adalah saat kita  mempercayai, bahwa kepercayaan diri, akan kita miliki, jika kita hebat di segala bidang aspek kehidupan. Jika kita percaya ini, maka kita tidak akan pernah menjadi pribadi yang percaya diri, apa lagi yang namanya jatidiri. Sebab, tidak akan ada orang yang hebat di segala bidang.

Realitasnya, adalah orang yang kita lihat hebat, sebenarnya dia tidak hebat di segala bidang. Pastinya dia memiliki kelemahan di bidang lain. Tidak ada manusia sempurna. Setiap orang akan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang berbeda satu dengan yang lain. Jadi, saat kita menemukan kelemahan dalam diri, jangan jadikan alasan untuk rendah diri. Orang lain pun memiliki kelemahan dan kita pun memiliki kelebihan.

Jika kita merasa, bahwa yang kita miliki hanya kelamahan, artinya kita masih belum menggali dan mengoptimalkan potensi diri kita. Caranya; iyalah kita harus lebih banyak berlatih dan belajar. Karena bagaimana pun hebatnya seseorang, dia tetap perlu belajar dan berlatih secara terus menerus, tanpa ada istilah lulus atau tamat dalam belajar dan berlatih.

Contoh Khusus;
Kepercayaan kedua yang merusak kepercaya’an diri kita. Adalah sa’at kita mempercayai bahwa Wahyu Panca Gha’ib itu yang paling benar, dan pasti menjamin pelakunya bisa sempurna hingga tujuh keturunan. Jika kita percaya ini, maka kita tidak akan pernah menemukan jatidiri kita yang sebenarnya, tidak akan pernah mengerti apa itu Wahyu Panca Gha’ib yang sesungguhnya, tidak akan pernah paham, apa yang di sebut Romo-Gusti-Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono, apa lagi bertemu atau manunggal.

Sebab,,, dengan kepercaya’an seperti itu, kita akan menjalankan Wahyu Panca Gha’ib hanya sekedarnya saja, hanya jika ada waktu dan kesempatan, kalau lagi ada masalah saja. Tidak lebih dari itu... Prinsip yang akan muncul mengusai otak kita, seperti ini. “Ah,,, buat apa dan untuk apa bersusah payah patrap semedi siang malam sampai berjam-jam, toh pada akhirnya tetap sempurna juga, kalau Wahyu Panca Ghaib yang kita punya”. Bagaimana kita bisa manunggal. Sedangkan pengertian manunggal saja, tidak tahu. Mana mungkin bisa sempurna. Menjalankan Wahyu Panca Gha’ib saja, jika ada waktu dan kesempatan thok. Kalau lagi ada masalah saja.  

Realitasnya, adalah orang yang menjalankan Wahyu Panca Gha’ib, tidak banyak yang tahu/mengerti/paham apa itu Wahyu Panca Gha’ib, kebanyakan, katanya dan katanya. Bukti nyatanya sendiri, mereka kesulitan dalam berbijaksana tentang apapun itu, mereka berat untuk menebar cinta kasih sayang terhadap siapapun dan apapun itu, mereka menyalahkan agama dan ajaran lainnya, bahkan membenci, tidak sadar/lupa kalau dirinya juga beragama dan berajaran, parahnya lagi, yang sedang di kukuhi itu, baru sebatas katanya, belum bisa bahkan tidak bisa membuktikannya sendiri.

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian...
Pernahkah kita mendengar berita “ada bayi lahir sebagai atlit perenang yang hebat...?!”  Tidak, yang ada adalah bayi lahir itu, hanyalah bayi yang baru bisa menangis saja. Dia tidak bisa berenang, bahkan tersentuh air sa’at di mandikan saja, terkejut/kaget lalu menangis. Seseorang menjadi perenang handal dan hebat, setelah dia belajar dan berlatih dan berlatih terus. Bukankah begitu...?!

Banyak orang yang rendah diri saat dia tidak bisa melakukan sesuatu. Tidak sedikit Para Putro Romo yang tidak berani tampil, karena takut di anggap sesat. Karena takut tidak punya teman, karena takut di tinggal istri, di cerai istrinya/suaminya, karena takut kehilangan  pacar/istri/suami atau pekerja’an. Itu di sebabkan oleh ketidak tahuannya akan apa itu Wahyu Panca Gha’ib yang sebenarnya, sehingganya, di rundung kekewatiran dan ketakutan-ketakutan alias tidak percaya diri. Dan ketidaktahuan itu, di karenakan, patrap/mengamalkan Wahyu Panca Gha’ib-nya, hanya sekedar saja, jika ada waktu dan kesempatan saja, kalau lagi ada masalah saja.  

Kalau Terus Laku, belajar dan berlatih serta belajar dan berlatih terus tanpa henti. Kita akan menemukan Intisaripatinya. Sehingganya, tidak perlu minder, tidak perlu ragu, tidak perlu takut dan tak kenal menyerah dalam berlaku bijaksana terhadap apapun dan menebar Cinta Kasih Sayang kepada siapapun, tanpa membedakan suku dan agama serta latar belakang apapun itu.

Yang ada hanya salin Asah Asih Asuh dalam belajar dan berlatih terus. Sebagai manusia hidup yang berkesadaran murni, akan kebenaran Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci Allah/Tuhan terhadap semuanya tanpa terkecuali. Tidak ada kerusuhan, tidak ada pertengkaran, tidak ada perdebatan, tidak ada permusuhan, tidak ada kebencian dan semuanya ketidaknyamanan, yang membuat apapun menjadi tidak enak, tidak aman dan nyaman. Hanya Tenteram dan Tenteram serta Tenteram yang Sempurna.

Kesimpulanya;
Kita tidak perlu takut salah dalam belajar dan berlatih. Kita tidak perlu hebat disegala bidang. Kita tidak perlu aku-akuan. Sebab tidak ada orang yang hebat di segala bidang. Jika banyak hal yang tidak bisa kita kuasai, biasa sajalah, jangan lebay menyikapinya, sehingga membuat kita menjadi rendah diri dan penakut.

Kita tidak harus tonjol-tonjolan, apa lagi tonjog-tonjogkan. Kita tidak harus salah-salahan, apa lagi menyalahkan. Kalau kita tidak bisa melakukan sesuatu, tidak perlu rendah diri dan takut, sebab orang lain juga seperti itu, hanya saja, kita tidak mengetahuinya dan dia tidak mengatakannya. Karena itu dan sebab itu, jangan buang waktu kita dengan sia-sia dan Percuma, untuk suatu yang tidak penting dan tidak perlu serta merugikan diri kita.

Apapun Agama-mu... Lebih baik di gunakan, untuk Beriman hanya kepada Dzat Maha Suci Allah/Tuhan. Dengan Cara Belajar dan Berlatih Terus tanpa henti. Pasrah kepada-Nya. Menerima-Nya dan Mempersilahkan-Nya. Terus Rasakan Ending Cinta Kasih Sayang-Nya yang MAHA DAHSYAT. Lalu Syukuri klimax-Nya yang begitu MAHA SEMPURNA.

Tidak ada satupun manusia hidup, yang dilahirkan langsung bisa menulis, manusia hidup bisa menulis, setelah melakukan belajar dan berlatih. Dan jangan terbelenggu masa lalu, hasil masa lalu kita, adalah buah dari kemampuan kita sebelumnya, dan hasil dimasa depan, adalah hasil kemampuan kita sekarang, serta masih bisa ditingkatkan lagi. Karena itu...

Jagalah Pikiranmu, karena Pikiranmu akan menjadi Perkata’anmu. Jagalah Perkata’anmu, karena Perkata’anmu akan menjadi Perbuatanmu. Jagalah Perbuatanmu, karena Perbuatanmu akan menjadi Kebiasa’anmu. Jagalah Kebiasa’anmu, karena Kebiasa’anmu akan membentuk Karaktermu. Jagalah Karaktermu, Karena Karaktermu akan membentuk Nasibmu”.”Jagalah Hatimu, karena Hatimu akan menentukan Rasamu. Jagalah Rasamu, karena Rasamu akan menentukan Lakumu. Jagalah Lakumu, karena Lakumu akan menentukan Tuhan-mu

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
                                 
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com