EGO Yang BERSIPAT Religius Dan BERSIKAP Spiritual:
EGO Yang BERSIPAT Religius Dan BERSIKAP Spiritual:
Oleh:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa
dwipa. Hari Kamis Legi. Tgl 08 September 2016
Para Kadhang dan Para Sdulur
Kinasihku Sekalin dimanapun berada, masih ingatkah, dengan artikel saya yang
berjudul Sejatining NENG. NING. NUNG. NANG. Yang saya
postingkan pada Hari Senin Pon. Tgl 14 Maret 2016. Di dalam
artikel tersebut, saya menjabarkan tentang apa itu sejatining Neng. Ning. Nung. Nang.
Neng. Ning. Nung. Nang ini, bukan hanya sekedar saloka
jawa belaka, selain lelaku yang pernah
di gunakan oleh Syekh Siti Jenar, dalam mencapai tingkat spiritual
kemanunggalan-nya dengan Dzat Maha Suci Tuhan/Allah secara sempurna. Neng.
Ning. Nung. Nang ini, juga merupakan ciri khas sistem pengajaran dari Sunan
Bonang, terhadap para santri/murid, khususnya Sunan Kali Jaga, ketika menjalani
tapa brata di tepi sungai hingga tapa pendem, untuk membersihkan hati dan
menjernihkan bathin, dari segala noda dosa, sehingga dapat tercerahkan atau
terahmati oleh Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Karena untuk bisa makrifatullah,
iman kita harus murni, dan dasar paling utama kemurnian iman itu, adalah bersih
hati dan bathin yang jernih.
Kalimat lain dari Neng. Ning. Nung. Nang, adalah.
Syare’at. Tarekat. Hakikat. Makrifat. Jelas singkatnya seperti berikut ini.
Tapi maaf,,, saya tidak akan mengungkap detil lengkapnya, karena sudah pernah
saya ungkap di artikel yang saya posting pada Hari
Senin Pon. Tgl 14 Maret 2016 yang lalu, berjudul Sejatining
NENG. NING. NUNG. NANG, jadi, saya ambil yang terkaitnya saja, biyar tidak
membingungkan.
1. Neng, adalah Syare’at; artinya
jumeneng, berdiri, sadar atau bangun untuk melakukan tirakat, dzikir atau semedi,
maladihening, atau mesu budi. Maksudnya, konsentrasi untuk membangkitkan
kesadaran batin, serta mematikan kesadaran jasad, sebagai upaya menangkap dan
menyelaraskan diri dalam frekuensi gelombang Dzat Maha Suci Tuhan/Allah. Jika
Dzat Maha Suci Tuhan/Allah Firman Dzat Maha Suci Tuhan/Allah itu di ibaratnya
sebuah siaran radio atau televisi.
2. Ning, adalah Tarekat; artinya dalam
jumeneng kita mengheningkan daya cipta (akal-budi) agar menyambung dengan daya
rasa- sejati, yang menjadi sumber cahaya nan suci. Tersambungnya antara cipta
dengan rahsa, akan membangun keadaan yang wening. Dalam keadaan “mati raga” kita
menciptakan keadaan batin (hawa/jiwa/nafs) yang hening, khusuk, bagai di alam
“awang-uwung” namun jiwa tetap terjaga dalam kesadaran batiniah. Sehingga
kita dapat menangkap sinyal gaib dari sukma sejati atau Roh Suci/Hidup
kita.
3. Nung, adalah Hakikat; artinya kesinungan.
Bagi siapapun yang melakukan Neng, lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan
kesinungan (terpilih dan pinilih) untuk mendapatkan anugrah agung dari Dzat
Maha Suci Tuhan/Allah. Dalam Nung yang
sejati, akan datang cahaya Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, yang lebih di kenal
secara umumnya. Nurlullah atau Nur Ilahi, melalui rahsa, lalu ditangkap Roh Suci/Kudus
atau sukma sejati atau Hidup, diteruskan kepada jiwa, untuk diolah oleh jasad
yang telah bersih/jernih, menjadi manifestasi perilaku utama (lakutama).
Perilakunya selalu konstruktif dan hidupnya selalu bermanfaat untuk
sesama hidup dalam kehidupan dunia.
4. Nang, adalah Makrifat; artinya menang; orang
yang terpilih dan pinilih (kesinungan), akan selalu terjaga amal perbuatannya.
sehingga amal perbuatan yang tak terhitung lagi, akan menjadi benteng
untuk diri sendiri. Ini merupakan buah kemenangan dalam lelaku prihatin. Kemenangan
yang berupa anugrah, kenikmatan, dalam segala bentuknya, serta meraih kehidupan
sejati dunia akherat, kehidupan yang dapat memberi manfaat (rahmat) untuk
seluruh makhluk serta alam semesta. Seseorang akan meraih kehidupan sejati,
selalu kecukupan, tenteram lahir batin, tak bisa dicelakai orang lain, serta
selalu menemukan keberuntungan yang berkah dalam hidup (meraih ngelmu beja).
Neng adalah syariatnya, Ning adalah tarekatnya, Nung
adalah hakekatnya, Nang adalah makrifatnya. Ujung dari empat tahap lelaku atau
proses menuju kesempurna’an tersebut, adalah kodrat (sastrajendra hayuning Rat
pangruwating diyu).
Lalu, sesuai judul artikel
ini, lantas Bagaimana Seluk Beluk Ego Yang Bersipat Religius dan Bersikap
Spiritual itu...?!
Menurut pengalaman spiritual pribadi
saya,,, ego akan berhasil di kuasai, ketika kita berhasil melampaui dimensi
lelaku/proses Neng. Lalu akan balik mengusai kita lagi, ketika kita naik ke
dimensi lelaku/proses Ning, dengan cara lebih halus lagi, sehingganya, sulit
dan sukar untuk di ketahui secara sadar. Karena gaya ego yang mirip dengan
benar. (Hanya orang-orang yang beriman yang bisa mampu membedakan antara Rasa
dan Perasa’an), itulah ego yang datang lagi untuk yang kedua kalinya.
Sehingganya, kita tidak lagi ingat apa itu, dan menjadi buta, kita tidak
dapat melihat saudara, keluarga, anak, istri/suami, teman bahkan guru/murid
kita bahkan lebih dari sekedar itu.
Para Kadhang dan Para Sdulur
Kinasihku Sekalin...
Kebanyakan dari kita, adalah orang-orang yang ahli spiritual
kan,,, namun yang banyak itu, tidak mengerti dan tidak paham, kalau dirinya telah
mencapai titik balik. Sehingga tidak sadar, dia menikmatinya dengan sangat
bangganya. Tidak tahu kalau yang di nikmati itu adalah kelas Taman kanak-kanak,
jika di umpamakan sebuah pendidikan sekolahan. Dia lupa, bahwa pelajaran yang
sedang di pelajari di Kampus itu, adalah pelajaran-pelajaran yang pernah kita
dapatkan sewaktu di taman kanak-kanak atau sekolah dasar dulu.
Sehingganya, banyak lelaku/proses kehidupan yang lalu,
terbengkalai, bahkan terbuang sia-sia. Padahal,,, untuk menyelesaikan skripsi
atau apa kalau istilah kuliyahannya itu, kita tidak perlu kembali ke masa lalu
atau menjadi anak-anak lagi, istilahnya. Artinta, tidak harus turun ke titik
rendah. Tapi karena telah di kuasai oleh ego yang harus dan lembut, sehingga
terlena, tidak bisa lagi ingat, bagaimana rasanya menjadi manusia yang terjebak
dalam ilusi ego. Sehingganya kita selalu
mencari penyelesaian atau keamanan atau hak milik di dunia material yang fana
ini, yang palsu ini.
Salah satu buktinya, yaitu sulitnya kita, untuk
memahami dan menunjukkan Cinta Kasih Sayang Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, kepada
orang di sekitar kita, yang kita lihat hanya kondisi outpicturing, kalau
istilah bahasanya Kadhang kinasih saya Pak Eskamto dari brebes, yang artinya,
kita dapat dengan jelas melihat, namun kita akan membatasi diri dan tidak
pernah dapat menjadi penyebab segala jenis pemenuhan.
Dalam hal ini, tentu saja kita benar, tetapi kita
tidak tepat, ketika kita melewati garis halus berpikir, karena kita bisa
melihatnya, orang lain juga harus dapat melihatnya bukan...?! kalau hanya kita
thok yang melihatnya, sedangkan orang lain tidak bisa melihatnya, apakah itu
bisa di katakan benar/nyata...?! itu fikti, tahayul, hayalan kan...?!
Kita harus menyadari, bahwa alasan mengapa kita dapat
melihat sesuatu, adalah karena kita telah sampai ke realisasi batin. Namun orang-orang
lainnya, belum sampai ke realisasi batin itu, kita harus bisa membantu
orang-orang yang belum sampai itu, jika mereka meminta untuk di beri tahu, supaya
bisa sampai dan mengetahuinya sendiri, bukan katanya dan bukan malah di
manfaatkan untuk kepentingan pribadi kita, jangan takut tersaingi, jangan takut
nanti kehabisan murid, karena ilmu itu, semakin di amalkan, sama halnya telah
mengasah, kalau di ibaratkan pisau, semakin di asah, ya semakin tajam, banyak
pisau, tapi soal tajamnya pisau, kan bergantung pengasahannya.
Jadi, jangan takut di saingi murid atau di kalahkan
oleh murid nantinya, dalam mengenal Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, tidak ada
istilah guru dan murid, tidak ada kiyai dan santri, yang ada hanya Salin asah
asih asuh, lagi pula, belajar mmengenal Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, tidak akan
mungkin, yang kita bimbing akan berkhianat atau murtad atau melawan kita, kalau
sudah lulus, jika sampai terjadi kemurtadab, berati dia gagal kan, artikel,
tetap lebih mumpuni Pembimbingnya, jadi,,, untuk apa takut tersaing atau
dilawan oleh yang di bimbing... Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, kan memerintahkan
kita untuk salin berbagi, satu sama lainnya...
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian,
ketahuilah, realisasi batin itu, tidak berpengaruh oleh apapun. Kesadaran murni
itu, tidak tercampuri oleh apapun dan tidak bisa di campuri dengan apapun. Bukan
kesadaran murni namanya, jika masih tercampuri dan bisa dicampuri. Banyak umat yang mumpuni berjihad/berjuang
mati-matian, untuk menyadarkan sesama umat, namun sayang,,, merekah tersesat
dalam ilusi ego, dan kesesatan ini, di luar kesadarannya. Dikiranya riligius.
Dianggapnya sedang berspiritual, tidak tahunya,,, riligius spiritualnya, adalah
riligisu spiritual dalam ilusi ego.
Mereka tergoda oleh ilusi dualitas, iman-nya
terbagi-bagi, padahal mereka yakin, bahkan Haqkul Yakin, kalau Dzat Maha Suci
Tuhan/Allah itu. Esa. Tunggal. Tidak beranak dan di peranakan. Mereka beranggap
bahwa Buruk itu berasal dari Setan. Mereka mengira kalau Baik itu berasal dari Dzat Maha Suci
Tuhan/Allah. Padahal mereka Yakin, bahkan Haqkul Yakin, kalau Dzat Maha Suci
Tuhan/Allah itu Satu.
Di luar kesadarannya, mereka telah menduakan
Tuhan/Allah. Tanpa sadar mereka telah mengatakan, bahwa ada dua Tuhan/Allah,
yaitu Tuhan/Allah yang menciptakan buruk, tersebut setan, dan Tuhan/Allah yang
menciptakan baik, tersebut Tuhan/Allah, ilusi dualitas ego ini, akan menyeret
kita untuk mempercayai, bahwa itu akan lebih baik, memaksa orang lain untuk
diselamatkan, itu benar.
Dan dengan demikian, kita mulai percaya, bahwa orang
lain harus mulai menjalani kehidupan mereka, sesuai dengan realisasi batin kita.
Jika tidak, kita merasa tidak cocok, risih, muak, karena tidak selaras, karena
beda agama, karena beda keyakinan, karena bla,,,bla,,,bla,,, lainnya. Yang
membuat kita jadi benci dan sirik pada mereka.
Dan kalau sudah demikian... Artinya kita menjadi terjebak
dalam permainan ilusi dualitas ego, yang kita dapatkan dalam ajaran apapun,
yang dianggapnya paling utama, mulai dari berusaha ingin mengubah perilaku atau
keyakinan masyarakat, agar sesuai dengan kehendak kita dan sejalan dengan kita,
bukannya mengikuti sinyal gaib dari sukma sejati atau Roh Suci atau Guru Sejati/Hidup
kita, yang merupakan satu-satunya pengasah, untuk ketajaman, kemajuan atau
pertumbuhan spiritulanya. Malah di bela-belai berdebat rebutan benar. Bahkan
meledakan Bom Bunuh diri di gereja, masjid, hotel dan tempat-tepat dimana
mereka yang tidak sejalan dan seagama sedang berkumpul. Sungguh amat kasihan,,,
mengharukan.
Apakah kita benar-benar melihat secara nyata,,, seperti
halnya Nabi Ibrahim As, yang di perintahkan untuk menyembelih putra
kesayangannya Ismail...?! yang marasa bahwa apa yang kita lakukan itu, memaksa
orang lain supaya seagama dan sekeyakinan dengan kita, adalah benar...?! Di
perintah Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, sehingga kita harus perlu dan penting
untuk mendebat merebut benar bahkan membunuh...?!
Sehingga tak usah ada belas kasihan untuk menjatuhkan
sesama makhluk, dan rupanya banyak dari mereka, benar-benar percaya mereka
melakukan ini untuk tujuan yang lebih baik dan besar. Mereka melakukan hal itu
karena hal itu benar, itu adalah demi kepentingan terbaik dari semua orang. Hal
ini bahkan di percayai sebagai kepentingan terbaik dari penyingkapan rencana Dzat
Maha Suci Tuhan/Allah.
Dianggapnya... Dikiranya. Dzat Maha Suci Tuhan/Allah
itu, tidak bisa memahami rencana-Nya sendiri dan ciptaan-Nya sendiri. Padahal,
sesungguhnya,,, makhluk itu, telah jatuh
dan patah dalam pemahamannya, yang tidak lebih baik dari Sang Pencipta itu
sendiri.
Waspadalah terhadap kehalusan ego, kebutaan utama dari
ego. Karena itu saya menulis artikel ini, semuanya sama-sama tahu, mengerti dan
paham, saya pernah mengalaminnya, sebab itu saya bisa menceritakannya, jangan
sampai selain saya mengalaminya, karena sungguh amat sulit untuk bisa
keluarnya, ini adalah kesadaran murni, untuk menyadari, bahwa tujuan itu, dapat menghalalkan segala
cara, dan yang namanya tujuan itulah, yang di seara halusnya “ego” sangat
persuasif. Dan itu sangat meresap dalam gerakan-gerakan ajaran apapun dan
spiritual, bahkan dalam organisasi sekalipun.
Jika kita bisa teliti akan kesadaran murni, kita akan
tahu, mengerti dan paham, bahwa dalam pelajari apapun, pasti ada kecenderungan
yang sangat jelas, untuk percaya dan mempercayai, bahwa apa yang di pelajari
itu, adalah pelajaran yang bermutu, yang
paling benar, paling tepat, paling hebat dll, itulah ego, inilah seluk beluk
ego. Inilah jawaban dari pertanya’an. Bagaimana
Seluk Beluk Ego Yang Bersipat Religius dan Bersikap Spiritual itu...?!
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian....
Hasil dari Praktek saya di TKP. Bahwa berpikir itu
bisa membuktikan, bahwa ini adalah yang benar, mutlak, sempurna untuk sistem
keyakinan di Bumi/dunia, itu adalah sebuah kesalahan.
Sebab,,, agi yang sadar diri, tidak akan mendapatkan kepuasan
sepenuhnya. Sehingganya, dia akan terus belajar dan beratih menggali dan dan
mengkaji hingga sampai ke hakikat terhalus, yaitu Hakikat Hidup. Namun bagi
yang yidak sadar diri, dapat terbujuk untuk mengejar penyebabnya, untuk waktu
yang sangat lama, sebelum dia mulai menyadari, bahwa itu adalah tidak benar dan
tidak tepat serta tidak sesuai dengan apa yang sedang di carinya.
Untuk itu,,, mulai sekarang, lestarikan Cinta Kasih Sayang
Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, dan Budidayakan kebersihan hati serta kejernihan
bathin, agar kesadaran murni kita, bekal mutlak dari Dzat Maha Suci Tuhan/Allah
kepada kita. Bangkit dari kuburnya... sehingga kita bisa selalu sadar untuk
menyadari, bahwa harus ada nilai lebih kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah, dari
apa yang dapat ditangkap dalam sistem kepercayaan di Bumi.
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian....
Dan dengan pengalaman ini, pengalaman terbaru saya, yang saya peroleh diawal bulan september 2016 ini, hasil dari perkembangan/kemajuan Laku Spiritual Hakikat Hidup pribadi saya, saya mengetahui, bahwa Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian, merupakan bagian dari inisiatif baru, untuk menjadi lebih dewasa, khususnya dalam olah spiritual. Saya tidak mengatakan ini dalam rangka mendorong perasa’an superioritas, tapi saya mengatakan itu sebagai anak tangga atau jalan. Soal Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian akan menggunakannya, untuk membangun Rasa superioritas atau Perasa’an superioritas, itu hak masing-masing diri pribadi Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian....
Dan dengan pengalaman ini, pengalaman terbaru saya, yang saya peroleh diawal bulan september 2016 ini, hasil dari perkembangan/kemajuan Laku Spiritual Hakikat Hidup pribadi saya, saya mengetahui, bahwa Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian, merupakan bagian dari inisiatif baru, untuk menjadi lebih dewasa, khususnya dalam olah spiritual. Saya tidak mengatakan ini dalam rangka mendorong perasa’an superioritas, tapi saya mengatakan itu sebagai anak tangga atau jalan. Soal Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian akan menggunakannya, untuk membangun Rasa superioritas atau Perasa’an superioritas, itu hak masing-masing diri pribadi Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian....
Tapi jika boleh saya memberi saran, bagi siapapun yang
sedang belajar, jangan terjebak dan jangan menjadi mangsa jebakan, berpikir
bahwa kita harus mengubah ajaran lain ke dalam sistem kita, dan sistem yang
sekarang kita pelajari, adalah satu-satunya yang paling benar. Karena kalau itu
kita perayai, kita akan seperti katak dalam tempurung. “Untuk apa benar, kalau
itu bukan jalan pulang untuk kembali kepada Dzat Maha Suci Tuhan/Allah” Nah,,,
itu adalah kesadaran murni, kesadaran Hidup, kesadaran spiritual, kesadaran
Ilahi, kesadaran Roh Suci/Kudus, Guru Sejati kita sendiri, yang akan menuntun
jiwa raga kita dan menjamin dunia akherat kita.
Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
Damai... Damai... Damai Selalu
Tenteram. Sembah
nuwun,,, Ngaturaken
Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring
Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa
terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom
Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_.....
Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon: 0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment