MANUSIA HIDUP Dan SAUDARA EMPATNYA:

MANUSIA HIDUP Dan SAUDARA EMPATNYA:
(Manungso Urip lan Sedulur Papate)
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Selasa Pahing. Tgl 30 Agustus 2016

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian....
Ketahuilah dengan kesadaran murnimu, bahwa sesungguhnya, kita semua, maksudnya kita sebagai manusia hidup ini. Adalah unik. Semuanya unik, masing-masing memiliki  keunikan sendiri-sendiri. Bagaimana tidak...?!

Mari kita sama-samma mengengok tentang masing-masing ke unikan kita itu. Sedulur papat kita, atau yang lebih di kenal dengan empat malaikat pendamping kita. Masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri. Mereka tidak memiliki karakter yang sama, meskipun mereka menempati satu kubu, yaitu wujud raga kita.

Kakang Kawah saudara kita yang pertama, yang lebih di kenal dengan sebutan Mutmainah. Berciri khass dengan warna putih, dan condong ke arah timur, serta memiliki sipat dan sikap lemah lembut, halus dan penuh perasa’an.

Sedangkan Adi Ari-ari saudara kita yang kedua, yang lebih di kenal dengan sebutan Aluamah. Berciri khass dengan warna kuning, dan condong ke arah selatan, serta memiliki sipat dan sikap yang konsekwen dan tegas.

Sementara saudara kita yang ketiga, yaitu darah, yang lebih di kenal dengan sebutan Nafsu Amarah. Berciri khass warna merah, dan condong ke arah barat, memiliki sipat dan sikap keras dan emosional.

Saudara Tunggal Ketok Puser kita yang ke’empat, yang lebih di kenal dengan sebutan Nafsu Supiyah. Berciri khass dengan warna hitam, dan condong ke arah utara, serta memiliki sipat dan sikap pendiam dan pemalu.   

Ke’empatnya, memiliki ilmu kesaktian yang berbeda-beda pula. Mutmainah berinti kesaktian air. Aluamah berinti kesaktian angin. Amarah berinti kesaktian api dan Supiyah berinti kesaktian bumi/tanah.

Ke’empatnya juga memiliki kebutuhan yang berbeda, namun sesuai dengan tugas yang di amanahkan oleh Dzat Maha Suci Tuhan kepada mereka masing-masing. Seperti Mutmainah, contoh misalnya, yang berinti kesaktian air, dia butuh di jaga dan di rawat serta di lestarikan atau di manfaatkan sesuai Firman Dzat Maha Suci Tuhan, yang di amanahkan kepadanya. Jika tidak di jaga dan di rawat serta di lestarikan atau dimanfaatkan sesuai Firman Dzat Maha Suci Tuhan. Sunami-lah yang akan terjadi. Begitu juga dengan ketiga saudara kita yang lainnya. Butuh di jaga dan di rawat serta di lestarikan atau di manfaatkan sesuai Firman Dzat Maha Suci Tuhan, yang di amanahkan kepadanya. Kalau tidak, jatuh bangunlah kita di dalam bergerak iktiyar/ibadah, panas dinginlah situasi dan kondisi kita dibuatnya. 

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian...
Karakter sipat dan sikap serta kesaktian dari ke’empat saudara kita ini. Jika berhasil di manunggalkan, di satukan. Bukan saja hanya indah, bak tumbuhan di taman bunga. Tapi juga luar biasa hebat kekuatannya. Karena semua yang mereka miliki itu, baik sipat sikap dan ilmunya, asli dan langsung berasal dari Dzat Maha Suci, tanpa perantara apapun dan siapapun. Yang jelas dan pasti, kita punya hak untuk memiliki mereka, karena mereka adalah milik kita, dan berada di dalam diri kita, serta mereka berada dalam diri kita, karena mengemban tugas/amah dari Dzat Maha Suci Tuhan, untuk kita.

Coba renungkan, andai kita mengenal mereka berempat, dan memanunggalkan/menyatuka mereka berempat, kita tidak perlu puasa atau bertapa untuk mendapatkan ilmu brajamusti atau rawarontek atau braja teluh, karena kesaktian ke’empat saudara kita, tidak ada yang bisa menandingin, karena ilmu milik mereka berempat, adalah ilmu yang di berikan langsung oleh Dzat Maha Suci Tuhan kita.

Tapi jangan berpikir, bahwa siapapun orangnya, kalau sudah mengenal dan mengusai sedulur papatnya, pasti akan sombong, adigang adigung adiguna. Dimanapun berada akan mencari masalah dan gara-gara... Oh... TIDAK. Karena siapapun dia, jika berhasil mengenal dan memanunggalkan sedulur papatnya. Pasti akan seperti PADI. Artinya, semakin kita mengenal sedulur papat, sudah pasti akan semakin menunduk, itulah Padi, jika tidak menunduk, berati gabug, padi itu tak berisi. Karena keberhasilnya dalam menyatukan/memanunggalka sedulur papat, pasti akan bersua dengan Guru Sejatinya, yaitu Hidupnya sendiri. Jadi, sudah pasti tentu kan... apa yang akan dialaminya.  

KESIMPULANNYA;
Kita tidak perlu menjatuhkan diri, dengan kekaguman yang berlebihan, kepada orang lain, sehingga menimbulkan perasa’an iri, dengkin, benci dll. Karena kita semua sama uniknya, sama-sama memiliki keunggulan masing-masing. Jika kita menginginkan sebuah keunggulan,  maka tugas kita adalah menggali rasa yang meliputi seluruh tubuh kita, karena di dalam tubuh kita, ada Firman Dzat Maha Suci Tuhan kita, yang bisa menjamin Hidup Mati dan Dunia Akherat kita. Kita harus membangun potensi diri kita, agar menjadi unggul juga. Dengan Cara apapun, silahkan,,, asal Kita bisa berhasil. Mau dengan cara mengamalkan Wahyu Panca Gha’ib menggunakan Wahyu Panca Laku, atau hanya mengamalkan Wahyu Panca Gha’in thok, atau dengan cara agama, atau dengan cara kejawen, atau dengan cara kebatinan, atau dengan cara bertapa atau bla,,,bla,,,bla,,, lainnya. Silahkan... asalkan kita  mampu menjalankannya, dengan iman yang sungguh-sungguh, dan baik serta benar-benar yakin kita bisa berhasil. SILAHKAN....

Jadi,,, usah kita buang dan jangan menghabiskan waktu dan kesempatan kita, untuk mengusik dan mengolok-olok agama atau kepercaya’an atau keyakinan atau ilmunya orang lain tanpa usaha dari diri sendiri untuk mengembangkan diri pribadinya sendiri. SETUJU....?!

Popularitas Laku Spiritual apapun itu Model dan Bentuknya, tidak untuk menunjukan keunggulan sebenarnya. Tidak perlu rendah diri. Tidak perlu tinggi diri. Apa lagi sampai lupa diri, semua orang memiliki potensi dan kesempatan serta hak yang sama besarnya, dengan keunikan masing-masing. Keunikan ini muncul dari ketertarikan kita untuk beriman satu saja. Yaitu Dzat Maha Suci Tuhan/Allah/Gusti dan bla,,,bla,,,bla,,, sebutan lainnya, dari Proses Perjalanan Spiritual Hidup Kita Sendiri, dan dari Sistem Cara Pandang Kita Sendiri. Inggat itu...!!!

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
                                 
Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com