CARA YANG PALING TEPAT DAN TERBAIK:
CARA YANG PALING TEPAT DAN TERBAIK:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa Dwipa Hari Jumat Wage.
Tgl 12 Agustus 2016
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku Sekalian...
Menurut pengalaman spiritual pribadi saya. Tidak ada
satupun cara yang paling tepat, kecuali
caranya Dzat Maha Suci. Dan Tidak ada jalan yang lebih baik, selain
jalan menuju Dzat Maha Suci.
Jiwa sering kali gelisah,
karena suatu perkara. Hati selalu merana, karena suatu masalah.
Padahal, jalan keluarnya
teramat sangat mudah, seperti mengurai ikatan yang telah lepas ibaratnya. Letak
sulit dan beratnya dimana... La wong tinggal Pasrah dan Menerima Dzat Maha
Suci. Lalu mempersilahkan-Nya mengambil alih Perkara atau Masalah kita. Terus
kita tinggal duduk manis merasakan Prosesnya dengan Iman Cinta Kasih Sayang.
Kalau ini dianggap berat dan di kira sulit. Berati Iman atau Yakin Anda bahwa
Dzat Maha Suci itu Maha Kuasa, adalah BOHONG... hanya sebatas di bibir belaka.
Kalau tidak Bohong. Harusnya tidak sulit dan tidak rumit.
Tenteram;
Apakah Tenteram itu...?! apa sejenis tenang atau bahagia atau gembira...?! Benarkah Tenteram itu terletak pada harta...?! Ataukah Tenteram itu ada pada pangkat dan jabatan...?! Jawabannya TIDAK...!!!
Marilah kita simak sejenak perjalanan pribadi kehidupan saya dimasa lalu. Singkatnya cerita, dulu saya adalah seorang anak kecil yang bandelnya ga ketulungan, karena kebandelan itulah, banyak orang yang berprasangka buruk kepada saya, tidak sedikit orang-orang yang kehilangan piara’an, tanaman dan barang-barang miliknya, selalu menuduh sayalah yang mencurinya. Akibatnya, saya selalu dapat hukuman penyiksa’an, baik dari orang-orang yang kehilangan maupun dari orang tua kandung saya sendiri. Karena saking seringnya saya mengalami hal tersebut, orang tua saya merasa malu, karena malu mempunyai anak seperti saya, lalu saya diusir dari rumah untuk pergi entah kemana yang saya mau. Waktu itu saya masih berusia sembilan tahun kurang lebihnya.
Apakah Tenteram itu...?! apa sejenis tenang atau bahagia atau gembira...?! Benarkah Tenteram itu terletak pada harta...?! Ataukah Tenteram itu ada pada pangkat dan jabatan...?! Jawabannya TIDAK...!!!
Marilah kita simak sejenak perjalanan pribadi kehidupan saya dimasa lalu. Singkatnya cerita, dulu saya adalah seorang anak kecil yang bandelnya ga ketulungan, karena kebandelan itulah, banyak orang yang berprasangka buruk kepada saya, tidak sedikit orang-orang yang kehilangan piara’an, tanaman dan barang-barang miliknya, selalu menuduh sayalah yang mencurinya. Akibatnya, saya selalu dapat hukuman penyiksa’an, baik dari orang-orang yang kehilangan maupun dari orang tua kandung saya sendiri. Karena saking seringnya saya mengalami hal tersebut, orang tua saya merasa malu, karena malu mempunyai anak seperti saya, lalu saya diusir dari rumah untuk pergi entah kemana yang saya mau. Waktu itu saya masih berusia sembilan tahun kurang lebihnya.
Dan sejak itulah, saya berusaha untuk
mempertahankan hidup, seorang diri, di kota kabupaten kecil, di daerah
transmigarsi sulawesi tengah. Kejadiannya sekitar tahun 1968. Diusia sembilan
tahun itu, saya berjuang sendiri, berusaha sendiri, menghadapi keras dan
kejamnya kota, walau kota kecil, namun yang namanya kota, tetap saja,,, ada
banyak ketidak nyamanan yang tersembnyi disetiap sudut yang tersembunyi atau
lepas dari pantauan aparat keamanan. Dan demi untuk mendapatkan sesuap nasi dan
seteguk minum, saya harus mengemis, ada kalanya mencuri, ada kalanya mencari
sisa-sisa makanan di tempat sampah dan lain-lain.
Sehari dua hari, seminggu dua minggu,
sebulan dua bulan, mulailah saya rasakan, betapa menderita dan menyedihkannya,
jauh dari kedua orang tua dan keluarga, mau mengadu, kepada siapa harus
mengadu, mau minta tolong, kepada siapa harus minta tolong, minta makanan dan
minum saja, jika yang saya mintai itu, sudah hapal wujud saya, yang sehari-hari
keleleran mondar-mandir di situ-situ saja, mereka sudah tidak mau memberi lagi.
Tidur di emperan, di pinggir jalan, di bawah pohon, di bawah jembatan, pokoknya
dimana ada tempat dan saya mengantuk, disitulah saya memejamkan mata, yang
namanya di marahin orang, di sia-sia orang, bahkan di pukul orang, karena rupa
dan wujud saya yang tidak layak dengan umumnya anak-anak seusia saya. Sangat
sering, bahkan hampir setiap hari saya mengalaminya, saya tidak bisa berbuat
apa-apa, kecuali menangis dan menangis bingung, tidak tau harus bagaimana.
Hingga pada akhirnya, saya bertemu dengan sekumpulan anak-anak gelandangan
kota, lalu saya bergabung dengan mereka. Untuk menjalani kehidupan yang sangat
keras dan brutal, hingga beberapa tahun lamanya.
Dengan pengalaman hidup yang pahit dan
amat sangat menyiksa, yang terekam kuat dalam benak saya inilah, tumbuh
kebencian dan dendam dalam diri saya. Saya benci pada semua orang-orang yang
penah menfitnah saya waktu di kampung, yang membuat saya di usir dari rumah,
berpisah dengan keluarga dan mengalami kenista’an di kota, saya ingin sekali
membalas semua yang sudah mereka lalukan kepada saya waktu itu, dan saya
bersumpah untuk itu.
Sembari menjalani kehidupan sebagai
gelendangan bersama teman-teman, saya pasang telinga dan mata, mencari
informasi tentang keberada’an orang-orang berilmu sakti, untuk berguru, dan
brhasilah saya menemukan seorang guru, bergurulah saya, saya tidak peduli ilmu
apakah yang saya pelajari sa’at itu, yang penting saya bisa memiliki ilmu
kesaktian, untuk membalas dendam pada orang-orang yang saya benci. Setelah
berhasil berguru pada empat orang yang
sakti didaerah saya pada sa’at itu, saya bertemu jodoh, menikahlah saya dengan anak gadis guru saya sendiri. Dan
rupanya, pernikahan ini, mampu meredam kebencian saya, mampu memadamkan api
dendam saya. Karena selama saya memiliki istri, terlebih lagi memiliki anak,
benci dan dendam yang pernah berkobar membara dalam jiwa saya, terlupakan.
Namun sayang, hal tu terjadi hanya tiga tahun saja, tidak lebih tidak kurang.
Saya di fitnah selingkuh dan diam-diam
menikah lagi di kampung sebrang, akibatnya rumah tangga saya berantakan, saya
berpisah dengan anak dan istri saya karena itu. Dan sebab inilah, kebencian dan
dendam itu membara lagi. Dengan ilmu yang sudah saya miliki dari empat orang
guru, termasuk mertua saya sendiri, saya beraksi sebagai manusia kejam bin
tega.
Saya menggunakan ilmu leak yang pernah
saya pelajari dari seorang guru asal bali, untuk meneror semua orang yang saya
benci, yang pernah membuat saya kehilangan masa depan dan harus mengalami
penderita’an tiada akhir. Saya menggunakan ilmu santet yang pernah saya
pelajari dari seorang guru asal banyuwangi, untuk menyiksa mereka. Dan saya
menggunakan ilmu kesaktian yang saya pelajari dari seorang guru asli sulawesi,
untuk melawan jika ada yang mengetahui aksi saya. Juga saya menggunakan ilmu
kanuragan yang pernah saya pelajari dari seorang guru asal cimande bandung dan
perantau dari cina yang tinggal menetap di sulawesi. Untuk menghajar mereka
secara fisik, alias duel.
Semuanya... saya balas, jauh lebih parah
dari apa yang pernah mereka lakukan, kepada saya dulu. Sampai-sampai orang tua
kandung saya sendiri, ketakutan, kalau-kalau saya juga akan membalas
perbuatannya dulu kepada saya. Dan berhasilah saya melampiaskan dendam
kebencian itu, namun tidak ada sedikipun rasa puas, walau dendam sudah
terbalas, saya semakin menjadi, dimanapun saya berada, dan kemanapun saya
pergi, selalu adigang adigung adiguna-lah yang saya lakukan. Banyak orang-orang
yang mendekati saya, ada yang ingin berteman, bersahabat bahkan bersaudara,
tapi saya tau betul, itu bukan niyat murni mereka, merekan lakukan itu, karena
takut kepada saya.
Hingga pada akhirnya, kebencian dan
dendam itu, merambah kepada para wanita, karena saya benci dan dendam pada
istri saya, saya benci dan dendam kaena kakak perempuan saya, yang sering di
permainkan oleh lelaki, hingga mengalami janda berulang kali, saya ingin ada
janda-janda lain selain kakak perempuan saya, saya ingin ada wanita yang ikut
merasakan apa yang saya rasakan akibat di kehancuran rumah tangga saya, karena
fitnah. Dan beraksilah saya, hingga pada akhirnya. Pada pernikahan yang sekian
kalinya. Saya sedang bertengkar dengan istri saya, saya berkata mengancam istri
saya. "Aku akan membuatmu sengsara!"
"Kamu tidak akan bisa melakukan
itu!", jawab isteri saya dengan tenang. Sontak amarah saya memuncak,
karena merasa tertantang, "Mengapa tidak?" jawab saya. Lalau isteri
saya menjawab, "Jika ketentraman
itu terletak pada harta, mungkin engkau bisa mencegahnya dariku. Demikian pula
jika ketentraman ada pada perhiasan, barangkali engkau juga bisa menahannya,
agar tidak sampai kepadaku. Namun, ketentramanku, bukanlah tergantung pada
apapun yang engkau miliki, atau dimiliki manusia lainnya. Sebab aku menemukan
ketentraman itu, dalam keimananku, yang bersemayam kukuh di dalam hatiku, dan
tiada yang berkuasa atas hatiku selain Tuhanku".
Mendadak saya tergulai lemah ke tanah,
seakan tak memiliki tulang dan otot, saya menunduk berpikir dalam, karena kata
Iman dan Tuhan itu, baru saja saya dengar sekali itu, dan pada sa’at itu, serta
hanya dari mulut istri saya sendiri, yang tujuannya akan saya sengsarakan
hidupnya, sebagai media dendam saya. Sejak itu saya merasa tergugah, terbangun
dari sebuah tidur panjang yang lelap, saya merasa tenteram, untuk yang pertama
kalinya, tanpa menunda waktu, saya langsung tunduk bersujud di hadapan istri
saya. Dan berkata, ajari aku tentang iman dan Tuhan itu.
Dan singkatnya cerita, setelah saya
mengerti tentang apa itu Iman, setelah saya memahami apa itu Tuhan. Sungguh
saya telah merasakannya sendiri, karena telah mengalaminya sendiri. Bukan
katanya siapapun dan apapun, bahwa Ternyata... yang namanya Tenteram itu “SEMPURNA” dan Sempurna itu, melampaui segalanya
dan semuanya. Karena di dalam “TENTERAM atau SEMPURNA” itu, ada bahagia, ada
senang, ada ceria, ada damai, ada tenang, ada nyaman, ada aman, ada enak, ada
plong dan semua serta segalanya yang di butuhkan dan di perlukan manusia hidup.
Dan saya tidak berhenti hanya sampai disitu, saya selami, saya telusuri, saya
hayati, saya ingin menemukan, siapa pemiliknya, siapa si empunya “TENTERAM atau
SEMPURNA”
Karena telah mendapatkan buktikannya, saya jadi tahu, itulah yang hakiki, itulah yang terbaik, itulah yang tepat, itulan yang benar, sebenar-benarnya benar. Karena itu, semua manusia bergerat usaha dan berjuang, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala istilahnya, bahkan ada yang sampai menjual harga diri bahkan dirinya, untuk apa? Karena apa? Untuk mendapatkan Tenteram, untuk memperoleh Tenteram, mereka pikir, dengan memiliki banyak harta, bisa tenteram, nyatanya, malah bingung ngurusnya, mereka pikir banyak istri cantik, bisa tenteram, nyatanya pusing bagi waktunya, mereka pikir banyak harta bisa tenteram, nyatanya kalap untuk menjaganya, mereka pikir tinggi ilmu bisa tenteram, nyatanya semakin besar curiganya, mereka pikir banyak uang itu tenteram, nyatanya bingung menyimpan dan bla...bla...bla... lainnya.
Karena telah mendapatkan buktikannya, saya jadi tahu, itulah yang hakiki, itulah yang terbaik, itulah yang tepat, itulan yang benar, sebenar-benarnya benar. Karena itu, semua manusia bergerat usaha dan berjuang, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala istilahnya, bahkan ada yang sampai menjual harga diri bahkan dirinya, untuk apa? Karena apa? Untuk mendapatkan Tenteram, untuk memperoleh Tenteram, mereka pikir, dengan memiliki banyak harta, bisa tenteram, nyatanya, malah bingung ngurusnya, mereka pikir banyak istri cantik, bisa tenteram, nyatanya pusing bagi waktunya, mereka pikir banyak harta bisa tenteram, nyatanya kalap untuk menjaganya, mereka pikir tinggi ilmu bisa tenteram, nyatanya semakin besar curiganya, mereka pikir banyak uang itu tenteram, nyatanya bingung menyimpan dan bla...bla...bla... lainnya.
Sampai-sampai berebut benar, berdebat
keyakinan, dan beramal ibadah model apapun, sesungguhnya Tenteram itulah yang
di butuhkan dan di perlukannya. Karena Tenteram itulah keada’an awal mulanya
kita, sa’at dalam kandungan sang ibunda. Kita merindukan Tenteram itu, namun
tidak tau, apa itu Tenteram, sehingga bahagialah yang di cari, kesenanganlah
yang di buru. Bahagia atau senang itu tidak sama dengan Tenteram. Tapi Tenteram
sudah termasuk Bahagia dan Senang. Bahagia, senang, aman, nyaman, tenang dan
bla...bla...bla... itu, kulitnya Tenteram.
Tenteram bisa saya gambarkan seperti
Tidur. Coba renungkan, apakan kita bisa tidur, jika mengingat-ingat saat
bahagia waktu berjumpa pacar siang tadi di bawah kreteg ngunengan...?! apakah
kita bisa tidur jika kepikiran soal dapat uang banyak waktu gajian pagi
tadi...?! apakah kita bisa tidur kalau selalu kepikiran tentang senang punya
istri cantik dan mobil mewah...?! Tidak akan bisa Para Kadhang dan Para Sedulur
kinasihku sekalian, tidak akan bisa, bisanya tidur kalau pikiran kita sudah
lelah dan capek mengingat semuanya itu. Tenteram itulah, yang di idamkan oleh
seluruh mahkluk hidup. Karena dengan Tenteram, semuanya dan segalanya akan
nampak jelas dan nyata terlihat serta bisa di buktikan. Sehingga tidak ada yang
mustahil. Karena sebab kita punya “IMAN-TUHAN” yang Maha Sempurna.
Dan Ternyata, untuk meraihnya agar kita
bisa mendapatkannya. Itu hanya dengan Mempraktekan Wahyu Panca Laku. Jangan
panatik dan berkerut dulu hanya karena Namanya adalah Wahyu Panca Laku. Karena
saya yakin Anda belum tahu apa itu Wahyu Panca Laku. Tak kenal maka tak
sayang... maka cari tahu dulu, sebelum menyimpulkan. Wahyu Panca Laku itu,
harus di miliki oleh sekalian mahkluk, khususnya orang-orang yang mengaku
berTuhan. Karena Wahyu Panca Laku adalah Pembuktian-Bukti dari pengakuan
berTuhan.
“Inilah Wahyu Panca Laku yang Berhasil
saya Dapatkan dengan Wahyu Panca Gha’ib”
Wahyu Panca Laku;
1.Pasrah kepada Dzat Maha
Suci (Allah/Tuhan/Gusti dll). Lalu...
2.Menerima Dzat Maha Suci
(Allah/Tuhan/Gusti dll). Lalu...
3.Mempersilahkan Dzat Maha
Suci (Allah/Tuhan/Gusti dll). Lalu...
4.Merasakan Prosesnya Dzat
Maha Suci (Allah/Tuhan/Gusti dll). Dengan cara...
5.Menebar Cinta Kasih
Sayang Dzat Maha Suci (Allah/Tuhan/Gusti dll).
Jalan apapun yang kita
tempuh. Cara apapun yang kita gunakan. Termasuk Wahyu Panca Gha’Sebesar apapun
tekad kita. Termasuk Wahyu Panca Gha’ib. Bisakah sampai ke hadirat Tuhan jika
tanpa itu...?! layak dan pantaskan di sebut berTuhan kalau tanpa itu...?!
Monggo... Silahkan Di Renungkan Sendiri.
Dengan Wahyu Panca Laku.
Tidak itu Masalah dan Perkara sulit, rumit, berat, susah, mustahil, la semuanya
dan segalanya itu Tuhan yang Lakukan jeh. Yang ada hanya Tangga/Jalan. Tinggal
kitanya, mau menaiki/melaluinya apa tidak. Itu saja....!!!
Dan rupanya,,, Wahyu Panca
Laku. Hanya bisa dirasakan dan di lakukan oleh
orang-orang yang di dalam hatinya, jiwanya dan pikirannya mengalir cinta kasih sayang-nya Dzat Maha Suci saja.
Betapa pun, sumber utama adalah hanya-Dia Yang Maha Esa lagi Segalanya.
Adapun mereka yang tidak mengetahui dengan sadar tentang ini, niscaya hari-hari mereka akan dihiasi dengan kesedihan, harta mereka akan menjadi sumber petaka, dan amal-amal perbuatan mereka akan menjadi penyesalan. Tragisnya lagi, akibat yang akan mereka terima nanti adalah sebuah kehinaan dan kenistaan dari Sang Pemilik Sumber. Sungguh mengeneskan.
Adapun mereka yang tidak mengetahui dengan sadar tentang ini, niscaya hari-hari mereka akan dihiasi dengan kesedihan, harta mereka akan menjadi sumber petaka, dan amal-amal perbuatan mereka akan menjadi penyesalan. Tragisnya lagi, akibat yang akan mereka terima nanti adalah sebuah kehinaan dan kenistaan dari Sang Pemilik Sumber. Sungguh mengeneskan.
Duh... Gusti Ingkang Moho Suci.
Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu
Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang
saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya
sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak
membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan
menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan
Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu,
agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya
Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
Damai... Damai... Damai Selalu
Tenteram. Sembah
nuwun,,, Ngaturaken
Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring
Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa
terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom
Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_.....
Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon: 0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment