KISAH PERJALANAN SPIRITUAL Wong Edan Bagu. DALAM MENEMUKAN TIGA TITIK PENENTU IMAN. Yaitu CINTA KASIH SAYANG Bagian Dua:

KISAH PERJALANAN SPIRITUAL Wong Edan Bagu. DALAM MENEMUKAN TIGA TITIK PENENTU IMAN. Yaitu CINTA KASIH SAYANG Bagian Dua:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa Dwipa Hari Sabtu Kliwon. Tgl 04 Juni 2016

Yang Kedua;
Para Kadhang dan Para Sedulur Kenasihku sekalian...
Menurut pemikiran Jalaludin Rumi seorang Tokoh Spiriyual Sufi. Bahwa hanya hati dan kalbu serta pensucian jiwa adalah satu-satunya sumber dan media bagi manusia hidup untuk menggapai pengetahuan, makrifat, dan ilmu hakiki terhadap objek-objek dan realitas-realitas eksternal.

Jalaluddin Rumi meletakkan akal dan pengetahuan lahiriah tersebut sebagai pendahuluan dan “jembatan” bagi pengetahuan yang lebih tinggi dan sempurna, akan tetapi bukan sebagai puncak dan kesempurnaan pengetahuan. Rumi tidak mengecam akal dan ilmu-ilmu lahiriah, bahkan memandang wajib untuk dituntut oleh semua orang. Dan sayapun setuju akan hal itu.

Namun, menurut saya,,, menuntut ilmu-ilmu tersebut dan penguasaan argumen-argumen rasional akan menjadi sangat urgen, penting, dan bermanfaat apabila mendukung pencapaian-pencapaian kesempurnaan manusia hidup dan pensucian jiwa serta pencerahan hati, bukan untuk kebanggaan, kesombongan, kekuasaan, dan kekayaan duniawi, serta pemuasan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan syahwat belaka.

Penderitaan dan upaya keras dalam mencari ilmu dan pengetahuan hanyalah diarahkan untuk tujuan yang suci dan transenden yakni menggapai kebahagiaan insani dan kesempurnaan Ilahi. Dengan demikian, pengetahuan lahiriah dan akal menempati posisinya tersendiri dan merupakan nikmat-nikmat Hyang Maha Suci Hidup, yang mesti dimanfaatkan untuk membantu manusia hidup lainya mencapai kebutuhan-kebutuhan spiritual dan tujuan hakiki penciptaannya, minimalnya sebagai tahapan awal bagi perjalanan kesempurnaan manusia dan pengenalan konsepsional terhadap Hyang Maha Suci Hidup, sifat-sifat-Nya, dan manifestasi-manifestasi-Nya. dan ini hanya bisa di Praktikan dengan Cinta, bukan dengan emosi/amarah dendam dan kebencian.

Dan berawal dari sejarah perjalanan spiritual Jalaluddin Rumi inilah, saya berhasil menggali Cinta yang sebenarnya. Pelengkap dan penyempurna Kasih Sayang yang sudah saya ungkap di atas tadi. Jalaluddin Rumi adalah seorang sufi besar sepanjang zaman, yang telah membaktikan lebih dari separuh hidupnya, untuk mencari kebenaran-kebenaran terdalam dari ajaran agama, kekuatan dari kebenaran tersebut sebagai pendorong dan pembimbing umat manusia dalam membentuk kebudayaan dan peradaban besar yang langgeng. Pencarian yang panjang itu telah membawa sang sufi, ke dalam penjelajahan dan pengembaraan ruhani yang berliku-liku dan penuh rintangan, namun buahnya adalah pengalaman dan kebahagiaan ruhaniah yang lezat dan tidak ternilai harganya.

Semua itu memperkuat keyakinan sang sufi bahwa, seperti yang dikatakan oleh al-Qur’an (50:6), “Tuhan lebih dekat (pada manusia) dibanding urat lehermu sendiri” dan “Dia selalu bersamamu (“wa huwa ma`akum ayna-ma kuntum QS 57:4) ). Lagi, “Ke mana pun kau memandang, akan tampak wajah Allah” (QS 2:115).

Rumi juga pernah berujar dalam bukunya, semua realitas ini, merupakan bagian dari realitas yang lain, maksudnya. Apapun yang ada di dunia ini berasal dari sana (Hyang Maha Suci Hidup). Itu sebab, apapun yang ada du dunia ini, semua salin berkaitan, jadi, jika saya membenci tetangga saya, sesungguhnya saya telah membenci diri saya juga.

Kandungan ayat suci tersebut, menurut Rumi tidak dapat ditafsirkan sebagai ungkapan pantheistik, sebab yang dimaksud sebagai wajah Allah ialah ‘wajah rohani’ atau ‘rupa batin’ Tuhan yang hanya dapat disaksikan dalam perenungan yang dalam, yaitu sifat Pengasih dan Penyayang-Nya (al-rahman dan al-rahim), yang terdapat kalimah Basmallah dan ayat kedua Surat al-Fatihah. Para sufi menyebut sifat-sifat ilahiyah ini, baik sebagai mahabbah maupun `isyq. Keduanya sama-sama berarti cinta, namun `isyq adalah cinta yang berlipat ganda dan sangat kuat hingga menimbulkan dorongan kreatif untuk menjelmakan sesuatu sebagai bukti kecintaannya yang mendalam. Inilah tema penting dan pokok artikel saya kali ini.

Al-Rahman; adalah cinta Allah yang dilimpahkan bagi segenap makhluk-Nya tanpa pilih bulu, sedangkan al-rahim adalah cinta yang diperuntukkan bagi orang yang bertaqwa, beriman dan beramal saleh. Dari kata-kata al-rahim inilah kata-kata rahim dalam bahasa Melayu/Indonesia berasal. Cinta Tuhan kepada orang mukmin yang taqwa dan beramal saleh, merupakan cinta yang istimewa dan wajib diberikan sebagaimana cinta seorang ibu kepada anak kandungnya. Dan inilah Cinta yang saya maksud, yang pernah bahkan sering saya kabarkan melalui artikel saya di internet. 

Cinta sebagai sifat Tuhan dan sekaligus wujud batinnya itu, dipandang oleh para sufi sebagai asas kejadian atau penciptaan alam semesta, sebab tanpa al-rahman dan al-rahim-Nya, tidak mungkin alam dunia yang begitu menakjubkan dan penuh kenikmatan ini, dicipta oleh Yang Maha Kuasa yang sekaligus Maha Pengasih dan Penyayang. Selain itu, cinta juga merupakan asas bagi perkembangan dan pertumbuhan, serta perluasan dan pertahanan dari keberadaan makhluq-makhluq-Nya, terutama manusia.

Ahli-ahli tasawuf juga, percaya bahwa cinta merupakan asas dan dasar terpenting dari keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Tuhan. Tanpa cinta yang mendalam, ketaqwaan dan keimanan seseorang akan rapuh. Hilangnya cinta dalam segala bentuknya, dalam diri sebuah umat, akan membuat peradaban dan kebudayaan dari umat tersebut, akan rapuh dan mudah runtuh.

Di lain hal, dalam mencapai rahasia ketuhanan, jalan cinta melengkapi jalan ilmu atau pengetahuan. Peradaban dan kebudayaan umat manusia, tidak akan berkembang subur apabila hanya didasarkan pada ilmu beserta metodologi dan tehnologi yang dihasilkan dari ilmu. Cinta menyempurnakan jalan ilmu, sebab cinta merupakan dorongan terpendam dalam diri manusia untuk selalu mencari yang sempurna dalam hidupnya. Dorongan menimbulkan kehendak, hasrat dan kerinduan mendalam, dan dengan demikian cinta menggerakkan manusia berikhtiar sekuat tenaga dengan segala kemampuan yang ada pada dirinya. Jalan ilmu yang dilengkapi Cinta Kasih Sayang, juga membuat seseorang mampu mencapai makrifat (ma`rifa) atau kebenaran tertinggi yang merupakan rahasia terdalam dari ajaran agama dan ilmu apapun. Percayalah. Saya sudah membuktikannya.

Selanjutnya. Tentang jalan ilmu dan jalan Cinta Kasih Sayang sebagai berikut.
Ada tiga bentuk pengetahuan;

“Pertama Pengetahuan intelektual, yang dalam kenyataan berisi informasi dan kumpulan fakta-fakta serta teori belaka, dan apabila pengetahuan ini digunakan untuk mencapai konsep-konsep intelektual melampaui batasnya, maka ia disebut intelektualisme”

“Yang kedua menyusul pengetahuan tentang keadaan-keadaan, mencakup baik perasaan emosional dan perasaan asing, di mana orang mengira telah menyerap sesuatu yang tinggi. Namun orang yang memiliki ilmu ini, tidak dapat memanfaatkan untuk keperluan hidupnya sendiri. Inilah yang disebut emosionalisme”

“Yang ketiga ialah pengetahuannya yang disebut Pengetahuan tentang Hakikat Hidup. Pengetahuan ini membuat manusia dapat menyerap apa yang betul dan apa yang benar, mengatasi batasan-batasan pikiran biasa dan pengalaman empiris”

Para sarjana dan ilmuwan memusatkan perhatian pada bentuk pengetahuan pertama. Kaum emosionalis dan eksperimentalis menggunakan bentuk kedua. Yang lain memadukan keduanya, atau memakai salah satu dari keduanya secara berganti-ganti. Akan tetapi orang yang telah mencapai kebenaran, ialah mereka yang tahu bagaimana menghubungkan dirinya dengan hakikat hidup yang terletak di balik kedua bentuk pengetahuan ini. Itulah sufi sejati, darwish yang telah mencapai makrifat dalam arti sebenarnya.

Cinta juga memiliki kekuatan transformatif, yaitu kekuatan merubah keadaan jiwa manusia yang negatif menjadi positif. Itulah antara lain yang diajarkan Jalaluddin Rumi dan sufi-sufi lain pada abad ke-13 M, ketika umat Islam di Dunia Arab dan Persia berada dalam periode paling buruk dalam sejarah klasiknya. Di sebelah barat Perang Salib yang telah berlangsung sejak akhir abad ke-11 M belum kunjung berakhir dan terus mencabik-cabik kehidupan kaum Muslimin. Di sebelah timur bangsa Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan dan anak-cucunya menyapu bersih dan memporak-porandakan kerajaan-kerajaan Islam. Puncaknya adalah serbuan besar-besaran Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, dari Transoksiana pada tahun 1256 M. Kota Baghdad luluh lantak menjadi puing-puing dan ratusan ribu penduduknya dibantai sehingga bekas ibukota kekhalifatan Abbasiyah dan pusat utama peradaban Islam ketika itu berubah menjadi kota mati untuk belasan tahun lamanya.

Rumi sebagaimana yang telah saya kemukakan diatas, berpendapat bahwa untuk memahami kehidupan dan asal usul ketuhanan dirinya, manusia dapat melakukannya melalui Jalan Cinta, tidak semata-mata melalui Jalan Pengetahuan. Cinta adalah asas penciptaan alam semesta dan kehidupan. Cinta adalah keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu, untuk menjelmakan diri. Rumi malahan menyamakan cinta dengan pengetahuan intuitif. Secara teologis, cinta diberi makna keimanan, yang hasilnya ialah haqq al-yaqin, keyakinan yang penuh kepada Yang Haqq. Cinta adalah penggerak kehidupan dan perputaran alam semesta.

Cinta yang sejati dan mendalam, kata Rumi, dapat membawa seseorang mengenal hakikat sesuatu secara mendalam, yaitu hakikat hidup dan kehidupan yang tersembunyi di balik bentuk-bentuk formal dunia nyata mauoun dunia ghaib. Karena cinta dapat membawa kepada kebenaran tertinggi, Rumi berpendapat bahwa cinta merupakan sarana manusia terpenting dalam menstransendensikan dirinya, terbang tinggi menuju Yang Satu. Coba Para Kadhang dan Para Sedulur Renungkan. Jika Cinta ini Bergabung/Manunggal dengan yamg namnanya Kasih Sayang, yang sudah saya uraikan di artikel bagian Satu. Adakah yang lebih Tinggi dari ini...?! adakah yang lebih Pasti dari ini...?! dan yang terpenting... Apakah ini salah dan sesat...?!

Dalam bukunya yang pernah saya baca. Jalaluddin Rumi meletakkan akal dan pengetahuan lahiriah tersebut sebagai pendahuluan dan “jembatan” bagi pengetahuan yang lebih tinggi,  akan tetapi bukan sebagai puncak dan kesempurnaan pengetahuan. Rumi tidak mengecam akal dan ilmu-ilmu lahiriah, bahkan memandang wajib untuk dituntut oleh semua orang. Namun, menurutnya, menuntut ilmu-ilmu tersebut dan penguasaan argumen-argumen rasional akan menjadi sangat urgen, penting, dan bermanfaat apabila mendukung pencapaian-pencapaian kesempurnaan manusia, pensucian jiwa, dan pencerahan hati, bukan untuk kebanggaan, kesombongan, kekuasaan, dan kekayaan duniawi, serta pemuasan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan syahwat. Sayapun setuju akan hal ini.

Namun... Penderitaan dan upaya keras dalam mencari ilmu dan pengetahuan, harus hanyalah diarahkan untuk tujuan yang suci dan transenden saja, yakni menggapai kebahagiaan insani dan kesempurnaan Ilahi. Dengan demikian, pengetahuan lahiriah dan akal menempati posisinya tersendiri dan merupakan nikmat-nikmat Tuhan, yang mesti dimanfaatkan, untuk membantu manusia, mencapai kebutuhan-kebutuhan spiritual dan tujuan hakiki penciptaannya, minimalnya sebagai tahapan awal bagi perjalanan kesempurnaan manusia dan pengenalan konsepsional terhadap Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan manifestasi-manifestasi-Nya secara jujur dan terbuka tanpa tedeng aling-aling.

Wahyu Panca Ghaib dan Wahyu Panca Laku;
1. Kunci - Manembahing Kawula Gusti.
2. Paweling - Manunggaling Kawula Gusti.
3. Asmo - Leburing Kawula Gusti.
4. Mijil - Sampurnaning Kawula Gusti.
5. Singkir - Sampurnaning Pati Urip.

Dengan mempraktekan Wahyu Panca Gha’ib menggunakan sistem Wahyu Panca Laku. Yaitu; Pasrah kepada Hyang Maha Suci Hidup.
Menerima Hyang Maha Suci Hidup.
Mempersilahkan Hyang Maha Suci Hidup.
Dan...
Merasakan semua Proses dengan cara menebar Cinta Kasih Sayang kepada apapun dan siapapun. Saya jadi bisa sendiri, tau sendiri, ngerti sendiri, paham sendiri, bukti kebenarannya. Bukan katanya apapun dan siapapun. Bahwa;

Ternyata Hidup di dunia ini hanya sekedar bermain lalu mampir minum. Yang namanya mampir minum, sudah tentu hanya sebentar dan harus pergi... pergi kemana...?!

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka”
(  AL AN’AM 6 : 32 ) ( AL ANKABUT 29 : 64 ) ( MUHAMMAD 47 : 36 )
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati” ( ALI IMRAN 3 : 13 )

KESIMPULAN:
Kitab apapun yang di pelajari, itu ibarat perahu, yang membawa kita berlayar ke tengah lautan keTuhanan. Bila ingin mutiaranya, kita harus menyelam ke dasarnya. Tidak hanya duduk bersilah/berdzikir diatas perahu. Lepaskan aksara galilah Rasa… Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu… Tertawakan aku... He he he . . . Edan Tenan, manakala engkau tidak bisa melihat rahasia Al-Haq.

Dari Allah kembali kepada Allah.  Dari Sang Pencipta kembali kepada Sang Pencipta. 
Semua cipta’an-NYA disebut Mahluk.  Surga itu cipta’an Allah. Surga adalah mahluk. 
Ada apa di surga…???  Hanya ada  kesenangan fisik. Air yang mengalir, makanan dan minuman, kasur yang empuk, gadis-gadis montok dan bidadari dan bla...bla...bla... Berarti surga itu hanya untuk laki-laki. Yang wanita... Kasihan deh lu.

Padahal Setelah kita mati, jasmaninya dikubur atau dibakar…  
Ruh tanpa jasmani, apakah Ruh ada kelaminnya…?!
Tanpa jasmani, apakah Ruh bisa menikmati bidadari…?!
Apakah Ruh bisa menikmati kesenangan fisik di Surga…?!  

Apakah kita akan kembali kepada Allah…  Ataukah ke surga …???  Monggo... Untuk keridhoan  Allah gratis…!!! Asal jangan minta transfer atau kirim paket. Silahkan datang langsung. Alamatnya di Desa Karangreja. Kecamatan Tanjung. Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Nomer telephon ada tercantum di setiap Artikel saya bagian bawah. Atau di Profil facebook saya ini.

Perhatikan firman-firman ALLAH dari Al-qitab dibawah ini:
1. Katakanlah bahwa Aku dekat ( Al Baqarah 2 : 186 ). 
2. Lebih dekat Aku dari pada urat leher ( Al Qaf 50 : 16 ). 
3. Tanda-tanda Kami disegenap penjuru dan pada diri mereka  ( Fushshilat 41 : 53 )
4. Dzat Allah meliputi segala sesuatu ( Fushshilat 41 : 54 )
5. Dia bersamamu dimanapun kamu berada ( Al Hadid 57 : 4 . )
6. Kami telah mengutus seorang utusan dalam diri-mu ( At Taubah 9 : 128)
7. Di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan ( Azzariyat 51 : 21 )
8. Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan kolbunya ( Al Anfal 8:24 )
9. Tanda-tanda Kami disegenap penjuru, dan didalam diri mereka sendiri ( FUSHSHILAT 41 : 53 )
10. Di dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan ( ADZ-DZARIYAT 51 : 21 ). 
11. Setelah Aku sempurnakan kejadiannya, Aku tiupkan Ruh-Ku kepadanya (Al Hijr 15 :29) 

Berati Allah itu bukan di Mekah atau di Cina atau di jawa atau di india. Berarti Ruh/Hidup itu  berasal dari Dzat Illahiah.  Karena Ruh berasal dari Dzat Illahiah, maka Ruh-lah yang bisa berkomunikasi dengan Allah, dan bertanggung jawab akan setiap diri yang berwujud jasmani.

Bukan jasmaninya atau amal ibadahnya… karena jasmani dari tanah, bukan dari Allah, karena amal ibadah dari kita, bukan dari Allah. Maka... PIKIRKANLAH sebelum Terlambat.
SELESAI.

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.

Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com