KISAH DI BALIK "TAUBATAN NASUHA” Wong Edan Bagu:
KISAH DI BALIK "TAUBATAN NASUHA” Wong
Edan Bagu:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa Dwipa Hari Sabtu Legi.
Tgl 25 Juni 2016
Salam Rahayu Hayu Ayu Memayu Hayuning
Karahayon Para Sedulur dan Para Kadhang Kinasihku sekalian. Pada ksempatan kali
ini. Saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya, sa’at bertaubat dari
segala hal yang pernah saya perbuat kala belum mengetahui kebenaran Dzat Maha
Suci yang sesungguhnya, dan dengan itu, saya rasa, kebanyakan dari kita, hanya
mengetahui kata istilah taubat-nya saja atau taubatan nasuha-nya saja, sedang tentang
kenyata’annya, belum mengerti, seperti saya dulu, saya tau apa itu taubat,
namun saya tidak mau bertaubat juga, karena saya tidak mengerti, apa itu
taubat, apa lagi memahami hakikatnya. Karena itu, pada kesempatan kali ini,
saya akan membagikan pengalaman saya, yang pernah saya dapatkan kala bertaubat.
Semoga bermanfaat buat kita semua ya.:-)
Di beberapa artikel saya yang sudah terposting di internet, khususnya biograi sejarah hidup saya, saya sudah menceritakan sebagian besar keburukan dan kejahatan saya secara terus terang. Dan jika di singkat. Tersebut jahat banget, kalau di ibaratkan warna, hitam banget, sudah hitam, pakai legam lagi. Walau semua bentuk kejahatan saya semuanya beralasan karena dendam, namun yang namanya jahat, tetap jahat, tidak ada kompromi. Dan ada satu kejahatan yang belum saya ceritakan, dan kejahatan yang satu inilah, yang membuat saya berniyat dan bertekad sungguh-sungguh untuk bertaubat. Apakah itu? Mari kita ikuti kisahnya.
Di beberapa artikel saya yang sudah terposting di internet, khususnya biograi sejarah hidup saya, saya sudah menceritakan sebagian besar keburukan dan kejahatan saya secara terus terang. Dan jika di singkat. Tersebut jahat banget, kalau di ibaratkan warna, hitam banget, sudah hitam, pakai legam lagi. Walau semua bentuk kejahatan saya semuanya beralasan karena dendam, namun yang namanya jahat, tetap jahat, tidak ada kompromi. Dan ada satu kejahatan yang belum saya ceritakan, dan kejahatan yang satu inilah, yang membuat saya berniyat dan bertekad sungguh-sungguh untuk bertaubat. Apakah itu? Mari kita ikuti kisahnya.
Pada suatu saat, saya menggali kuburan
seorang wanita, yang baru saja meninggal dunia dan hendak saya perkosa mayatnya.
Kenapa saya begitu bernafsu untuk memperkosa mayat wanita itu?
Dulu,,, suami dari seorang wanita ini, adalah
seorang lelaki pemilik ilmu pengasihan semar kuning, dan dengan karomah ilmu pngasihan semar
kuning tersebut, dia suka merusak pagar ayu (mengganggu umah tangga orang lain,
dan menggauli para wanita yang sudah bersuami) dan wanita-wanita yang di
sukainya. Hingga pada suatu ketika, dia menjamah para tetangga tempat tinggal
saya, sehingganya, banyak para suami-suami yang mengeluhkan ketidak setia’an
istri-istrinya kepada saya, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena
takut, sebab, selain memiliki pengasihan semar kuning, lelaki itu juga, kebal
bacok, sehingganya, banyak rumah tangga tetangga saya yang berantakan bahkan
bercerai karena hal itu.
Dan singkatannya cerita, karena sebab itulah,
saya bermaksud membalas apa yang sering di lakukan oleh lelaki itu, agar dia
dapat merasakan, seperti apa rasanya, memiliki istri di ganggu orang, jalan
satu-satunya adalah mengganggu istrinya. Lalu saya temui lelaki itu, dan saya
katakan dengan terang-terangnya, bahwa nanti malam, saya akan datang mencumbui dan
menggauli istrinya, dan saya katakan pula, agar dia berusaha untuk mencegah
saya, kalau merasa mampu mencegah, dan saya bersumpah, kalau gagal, saya akan
berguru lagi.
Namun sayang,,, sebelum saya melakukannya
malam itu, sorenya istri orang tersebut, meninggal dunia dan di kubur esok pagi
harinya. Namun saya tidak peduli akan hal itu, setelah paginya di kubur, malamnya saya membongkar kuburan wanita
tersebut.
Dan rupayanya, pada hari itu, ada dua orang
wanita yang meninggal secara bersama’an, dan di kuburkan berdampingan pada hari
it juga. Yang satu adalah wanita istri lelaki yang sangat saya benci itu, dan
satunya adalah seorang gadis dari tetangga dusun sebelah, yang meninggal karena
di gigit ular beracun.
Saya kebingungan, makam yang mana yang harus
saya bongkar, karena tidak ada tanda yang membedakan, sayapun nekad membongkar
salah satu kuburan itu. Lalu saya keluarkan dari kuburnya, dan saya telanjangi
dari kain kapan yang membungkusnya, Dan
ternyata, kuburan yang saya bongkar, bukan kuburan wanita yang saya maksud,
melainkan kuburan seorang gadis yang meninggal karena di gigit ular beracun.
Melihatnya saya tertarik, kaena selain masih gadis, juga cantik alami, dan tidak
nampak seperti mayat, dan seketika mayat wanita itu terbangun dan berkata pada
saya.
"Jangan kotori tubuhku ini, aku sudah
meninggal, aku tidak mau tubuhku ini kotori oleh perbuatan orang jahat macam
kau"
Seketika saya sangat terkejut dan saya
berusaha menjauhi mayat wanita tersebut, dari situ saya benar-benar terkejut,
mengapa mayat bisa berbicara, dan saya sadar, mayat wanita tersebut berbicara
karena saking tidak inginnya kehormatannya dikotori oleh saya.
Berawal dari situ saya menangis dan saya menyadari
semua kesalahan saya selama ini, bukan hanya itu saja, semua
perbuatan-perbuatan bejad dan nista yang pernah saya lakukan dulu-dulu,
bermunculan, teringat semuanya, seakan gambarannya ada di wajah mayat seorang
gadis yang ada di hadapan saya itu, sambil menangis pebuh sesal, saya kuburkan
kembali mayat gadis tersebut dengan rapi seperti semula.
Dan malam itu juga, saya mendatangi guru
saya. Kyai Murnawi namanya, dan berkata pada Kyai Murnawi guru saya tersebut,
bahwa saya sangat ingin bertaubat atas semua kesalahan saya, dan guru saya
memberi syarat atas taubat saya, saya disuruh jalan kaki dari kuburan yang baru
saja saya jahati itu, menuju masjid agung cipta rasa kasepuhan cirebon, dengan
niyat untuk mensucikan diri, dan di sepanjang perjalanan itu, harus tidak ada
niyat lain, kecuali bertaubat, jarak dari kuburan tempat saya berbuat jahat dan
masjid agung cipta rasa kesepuhan cirebon, berjarak sekitar sembilan kilo meter
kurang lebihnya.
Benar-benar sangat jauh dan menguras tenaga
untuk ukuran orang yang sedang menyesali diri, apa lagi dengan sikon badan yang
kotor setelah bongkar pasang kuburan, yang sudah pasti jadi perhatian setiap
mata yang melihatnya, tetapi karena tekad saya yang benar-benar ingin
bertaubat, saya turuti perkataan kyai tersebut, dan akhirnya sayapun kembali ke
kuburan lagi, lalu berjalan menuju masjid agung, terus dan terus berjalan tanpa
memikirkan dan berpikir apapun kecuali niyat bertaubat, mungkin di tengah
perjalanan, karena fokus saya hanya ke taubat, sehingga apapun yang saya lalui
di sepanjang perjalanan, tidak ada satupun yang saya sadari/ketahui, dan saya
terkena musibah, ketenggor/kesrempet mobil, disini saya baru sadar, kalau saya
baru saja kesrempet mobil, saya meraba mulut dan hidung saya yang mengeluarkan
daras segar, dan banyak orang yang berdatangan mengerumuni saya, lalu beberapa
sa’at kemudia, saya tidak tau lagi apa yang terjadi di tempat itu. Karena
mendadak semuanya lenyap menghilang, dan beberapa sa’at kemudian, saya melihat
tubuh saya sendiri, yang sedang di kerumuni banyak orang, dan semua orang itu,
tidak ada satupun yang melihat dan menghiraukan saya, yang sedang berdiri
diantara mereka.
Dan tiba-tiba,,, dihadapan saya, nampak taman
yang sangat indah, keindahannya tak bisa saya gambarkan dengan apapun, lalu dibelakang
saya, nampak pula api yang menjilat-jilat ke angkasa, yang ngeri panasnya juga
tak bisa saya gambarkan dengan apapun, tak
lama kemudian, munculah sesosok orang dari taman yang nan indah itu, tak
berselang lama, muncul juga sesosok orang dari api yang mengerikan itu.
Lalu, keduanya memperebutkan saya, yang satu ingin
membawa saya masuk ke taman indah itu, sedangkan yang satunya, bersih keras
hendak membawa saya masuk ke dalam jilatan api yang mengerikan itu. Mereka
berdebat, dan saya mendengarkan perdebatan mereka berdua dengan sangat jelas.
Inti perdebatannya;
“Yang muncul dari api, dengan penuh emosi
berkatakan dengan sangat keras, karena semua kejahatan yang pernah saya
lakukan, itu sudah lebih dari cukup bagi saya untuk di bakar dengan api raksasa
ini, tidak pantas berada di dalam taman itu”.
“Namun yang satunya. Yang muncul dari taman,
beranggap lain, karena kesungguhan saya untuk bertaubat, sampai akhir hayat
saya meninggal dalam keadaan bertaubat, walaupun saya sangat jahat, tetapi saya
layak di tolong olehnya, untuk di masukan ke dalam taman indah itu,
kesungguhan taubat saya, dianggap sudah cukup layak untuk menempati taman itu”
Dengan perdebatan mereka berdua inilah, saya
jadi tau dengan sadar, bahwa saya telah mati, karena di tenggor/srempet mobil
tadi, dan saya jadi mengerti, bahwa dua sosok orang itu, adalah dua malaikat
yang pernah saya baca kisahnya di dalam al-qitab. Satunya adalah Malaikat
Ridwan As penjaga Surga dan satunya adalah Malaikat Malik As penjaga Neraka.
Dan perdebatanpun di menangkan oleh Malaikat
Ridwan, dan saya di bawa masuk ke dalam taman yang keindahannya tidak bisa saya
gambarkan dengan apapun yang pernah saya temui di dunia ini.
Sesampainya di dalam taman itu, saya di
sajikan banyak kenikmatan, mulai dari makanan, minuman hingga beraneka senek
dan buah-buahan. Namun saya tidak tertarik sedikitpun, karena tidak memiliki
selera makan dan minum, perut saya tidak merasa lapar maupun haus, walapun
telah berhari-hari berada di taman tersebut. Jadi, bagaimana mungkin saya akan
makan dan minum, kalau tidak lapar dan haus. Saya juga di layani banyak wanita
dan lelaki sehat dan cantik rupawan, namun saya tidak tertarik sedikitpun,
karena saya tidak merasa memiliki syahwat, jadi,,, bagaimana mungkin saya bisa
tertarik dan menerima pelayanan tersebut, sehingganya, apapun yang ada di dalam
taman tersebut, saya bisa saya nikmati dengan mata saja, dan hanya sebatas
pandangan memandang, tidak lebih dari sekedar itu.
Tak kala saya sedang mengumbar mata,
menikmati pemandangan indah yang belum pernah saya saksikan sebelumnya.
Tiba-tiba muncuh suara yang bergema, saya tidak asing dengan suara itu, saya
sangat kenal dengan suara itu, dan saya yakin, itu suara saya sendiri, namun
saya tidak merasa berbicara atau bersuara. Dengan jelas dan tegas, suara itu
berkata tujuh hal, dan sampai kini saya tetap ingat. Tidak bisa LUPA:
“1.Taubatmu AKU terima”.
”2. Ini bukan tempatmu”.
”3. Kembalilah ke tempatmu”.
”4. Ini bukan asalmu”.
”5. Pulanglah ke asalmu”.
”6. Selesaikan tugasmu”.
”7. Kelak AKU akan menjemput”.
Sesaat kemudian, setelah suara itu hening,
dan saya mencari-cari suara saya sendiri yang hilang entah kemana itu,
tiba-tiba mata saya terasa panas, lalu saya berusaha mengusap mata sambil
mengedip-ngedipkan kelopak mata. Dan saat saya membuka mata, ketika rasa pedih
di mata itu hilang, ternyata saya berada di RSUD Gunung Jati Cirebon. Dan
sedang di bungkus kain kafan oleh lima orang suster. Mengetahui saya hal itu,
lima suster terlihat sibuk mempersiapkan impus ditangan saya, dan memberikan
alat bantu pernapasan di hidung saya. Setelahnya, suasan berubah menjadi
hening, dan sayapun mulai merenung atas semua yang telah saya alami, semuanya
saya ingat. Bak nonton sinetron televisi favorit saya tempo dulu, “Dokter Dewi Sartika” judulnya, yang di perankan oleh
dua bintang kakak beradik, yaitu Dewi Yul dan Dwi Yul. Dari awal hingga akhir,
saya bisa menghapal kisahnya dengan sangat sadar. Karena saya menyukai sinetron
itu.
Selesai rawat inap di rumah sakit beberapa
hari, lalu saya pulang dan menemui Kyai Murnawi guru saya, dan ternyata, guru
saya itu, telah meninggal dunia, pada hari yang sama, bersama’an dengan hari
diwaktu saya mengalami musibah kecelaka’an waktu itu. Lalu saya pergi menyepi
di kaki gunung gundul, yang terletak di sebelah selatan kecamatan ciwaringin
cirebon barat. Saya mengabil yempay di goa dalem dan bersemedi selama 2 hari 3
malam. Disinilah saya mendapatkan wejangan Wahyu Panca Laku, dari diri saya
sendiri. Wahyu Panca Laku adalah satu-satunya cara untuk menerapkan atau
mempraktekan gelar gulungnya Wahyu Panca Gha’ib, yang sudah saya jalani
sebelumnya.
Dan dengan Mempraktekan Wahyu Panca Gha’ib
menggunakan Wahyu Panca Laku ini. Saya sudah tidak berguru lagi, kepada wujud
sesama manusia hidup, karena apapun yang akan kedepan dan kebelakang. Selalu di
bimbing oleh Hidup saya, dan sejak itulah, saya menjadikan Hidup saya sendiri
sebagai Guru Sejati saya. Al-hasil,,, atas bimbingan Guru Sejati saya, yang tak
lain adalah Hidup saya sendiri ini. Saya jadi Tau sendiri. Mengerti sendiri.
Paham sendiri. Bukan katanya apapun dan siapapun selain Hidup saya sendiri.
Dalam artikel lain, saya pernah mengatakan,
bahwa Wahyu Panca Gha’ib itu, bukan agama, bukan kepercaya’an, bukan kebatikan,
bukan kejawen, bukan kapribaden, bukan golongan, bukan partai, bukan perguruan
dan bukan apapun itu sebutannya. Melainkan “Wahyu Panca Gha’ib”. “Wahyu” itu
pemberian langsung dari Dzat Maha Suci tanpa perantara apapun. “Panca” itu
Lima. “Gha’ib” itu. Dzat Maha Suci itu sendiri.
Pada Hakikat Hidupnya. Setiap manusia itu,
memiliki Wahyu Panca Gha’ib. Tapi karena yang di imani/percayai/yakini terlalu
banyak. Bukan Cuma Dzat Maha Suci saja. Sehingganya terlepas jauh dari kesadarannya
sebagai manusia seutuhnya. Tapi karena terlalu banyak tujuannya, bukan Cuma
Dzat Maha Suci saja. Jadinya meleset terlalu jauh dari apa yang telah di
Firmankan Dzat Maha Suci, yang telah di sabdakan kepada Hidup, yang bertempat
tinggal pada diri pribadinya sendiri.
Apa Buktinya,,, kalau setiap manusia itu
sebenarnya memiliki Wahyu Panca Gha’ib...?!
Buktinya Apa,,, kalau setiap manusia itu
sebenarnya memiliki Wahyu Panca Gha’ib...?!
Sebenarnya saya pernah mengungkap hal ini,
hanya saja, saya sisipkan diantara wejangan lainnya, bagi yang teliti
membacanya. Pasti ketemu... dan bagimu yang tidak teliti membacanya, akan saya
ulangi lagi penjelasannya sebagai berikut.
Wujud/Raga Manusia adalah wadah, sedangkan
isinya ada lima, yaitu Wahyu Panca Gha’ib.
Jelasnya seperti ini;
Dalam artikel lainnya, saya pernah
menjelaskan tentang awal pencipta’an Manusia Hidup, tersebut ADAM, yang artinya
“Asal Dumadi Ananing Manungsa” (asal terjadi adanya manusia). Menurut
pengetahuan pribadi saya, di perkuat oleh al-kitab yang menyejarahkan tentang
pencipta’an ADAM. Bahwa singkatnya; wujud/raga manusia, di cipta dari tanah.
Setelah di bentuk menjadi wujud/raga manusia. Kala itu, tak bisa berbuat
apapun, kecuali hanya diam, bak patung batu, juga belum di beri nama ADAM. Lalu
Dzat Maha Suci mengambil empat anasir, tersebut sari-sarinya air, sari-sarinya
angin, sari-sarinya api dan sari-sarinya bumi. Yang kemudian di cipta menjadi
makhluk yang masing-masing memiliki keistimewa’an, lalu di sabdakan masuk ke
dalam wujud/raga manusia itu. Kala itu, masih tetap belum bisa berbuat apapun,
kecuali hanya diam, bak patung batu, juga masih belum di beri nama ADAM.
Kemudian Dzat Maha Suci berFirman. “AKU
TIUPKAN ‘RUH’ SUCI” kedalam
wujud/ragamu, lalu BerSabda “Kun Faya Kun”.”HIDUP” maka Hiduplah si wujud/raga
manusia itu. Dan sejak itu wujud/raga manusia itu menjadi Hidup. Bisa bergerak,
berdiri, duduk, melihat, mendengar, mencium, merasa dll. Dan memiliki sebutan
nama “ADAM” yang artinya “Asal Dumadi Ananing Manungsa” (asal terjadi adanya
manusia).
Cobalah baca berulang kali di bagian pencipta’an
ADAM ini. Lalu renungkan dengan kesadaran rasamu.
Adakah sesuatu apapun yang asalnya bukan dari
Dzat Maha Suci...?!
Apakah Dzat Maha Suci menggunakan
perantara...?! seperti malaikat atau apa gitu...
Jawabannya TIDAK!!! Bukan?
Inilah yang saya maksud. Bahwa kita dan semua
serta segalanya itu, berasal dari-Nya dan akan kembali hanya kepada-Nya. Inilah
yang saya maksud. Bahwa Wahyu Panca Gha’ib itu. Bukan; bukan agama, bukan kepercaya’an,
bukan kebatikan, bukan kejawen, bukan kapribaden, bukan golongan, bukan partai,
bukan perguruan dan bukan apapun itu sebutannya Dan semua manusia hidup itu,
pada hakikatnya memiliki Wahyu Panca Gha’ib. Bagaimana tidak. Empat anasir itu,
adalah Paweling. Asmo. Mijil dan
Singkir. Sedang Ruh Suci itu. Adalah Hidup.
Tapi karena yang di imani/percayai/yakini
terlalu banyak. Bukan Cuma Dzat Maha Suci saja. Sehingganya terlepas jauh dari
kesadarannya sebagai manusia seutuhnya. Tapi karena terlalu banyak tujuannya,
bukan Cuma Dzat Maha Suci saja. Jadinya meleset terlalu jauh dari apa yang
telah di Firmankan Dzat Maha Suci, yang telah di sabdakan kepada Hidup, yang
bertempat tinggal pada diri pribadinya sendiri.
Kalau seperti ini;
Tidak akan pernah bisa sadar dan menyadari
bahwa Dzat Maha Suci itu, adalah yang terpenting dan utama dari semua dan
segalanya.
Jika seperti ini;
Tidak akan pernah bisa sadar dan menyadari.
Apa itu Wahyu Panca Gha’ib. Apa itu Wahyu Panca Laku. Apa itu Agama. Apa itu Kejawen.
Apa itu Kepercaya’an. Apa itu Ilmu. Apa itu Tuhan. Apa itu Romo. Apa itu Allah.
Apa itu Dzat Maha Suci. Apa itu Asma’ul Husna. Apa itu Kanjeng Romo Sejati
Gusti Prabu Heru Cokro Semono. Apa itu Gusti. Apa itu Kawulo. Apa itu Putro.
Apa itu Al-qitab dll. Semuanya serba katanya, sedangkan buktinya adalah semu
tanpa kenyata’an.
Kalau tidak bisa sadar dan menyadari. Apa itu
Wahyu Panca Gha’ib. Apa itu Wahyu Panca Laku. Apa itu Agama. Apa itu Kejawen.
Apa itu Kepercaya’an. Apa itu Ilmu. Apa itu Tuhan. Apa itu Romo. Apa itu Allah.
Apa itu Dzat Maha Suci. Apa itu Asma’ul Husna. Apa itu Kanjeng Romo Sejati
Gusti Prabu Heru Cokro Semono. Apa itu Gusti. Apa itu Kawulo. Apa itu Putro.
Apa itu Al-qitab dll.
Ya... Tidak akan pernah mampu Pasrah kepada
Dzat Maha Suci.
Ya... Tidak akan pernah mampu menerima Dzat
Maha Suci.
Ya... Tidak akan pernah mampu mempersilahkan
Dzat Maha Suci.
Ya... Tidak akan pernah mampu merasakan semua
dan segala proses hidup yang di tugaskan oleh Dzat Maha Suci.
Ya... Tidak akan pernah mampu menebar Cinta
Kasih Sayang Dzat Maha Suci kepada siapapun dan apapun. Apa lagi bisa... wah, jauh
bangetttttttttttttt... He he he Edan Tenan.
Mampunya hanya mengeluh, protes bahkan
menentang, konyolnya, menduakan bahkan senyeribukan Dzat Maha Suci. Katanya
iman/yakin/percaya kalau Tuhan itu Esa dan maha segalanya, di salahkan tidak
mau, di ingatkan tersinggung, di singgung salah paham, tidak terima senang dan
bla...bla...bla...prakgh, waduh,,, gelasnya jatuh rek, jadi tumpah deh
wedangnya. He he he . . . Edan Tenan.
PERTANYA’AN;
Firman mana?
Surat apa dan ayat berapa yang menjelaskan
ini?
Hadist dan dalil siapa yang memperkuat hal
ini?
Jika Pertanya’an itu yang ada di dalam
pikiran kepala. Jangan pernah Rindu Tenteram. Jangan pernah ingin Sempurna. Apa
lagi mendapatkan bukti nyata benarnya, apa itu Wahyu Panca Gha’ib. Apa itu
Wahyu Panca Laku. Apa itu Agama. Apa itu Kejawen. Apa itu Kepercaya’an. Apa itu
Ilmu. Apa itu Tuhan. Apa itu Romo. Apa itu Allah. Apa itu Dzat Maha Suci. Apa
itu Asma’ul Husna. Apa itu Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono.
Apa itu Gusti. Apa itu Kawulo. Apa itu Putro. Apa itu Al-qitab dll. Karena
selamanya, tidak akan pernah mendapatkan Bukti Nyata dari sebuah kebenaran yang
sebenarnya. Yang ada hanya raba’an dan sangka’an serta duga’an belaka, yang
berkepanjangan akan membelenggumu.
Para Kadhang dan Para Sedulur kinasihku
sekalian. Apapun yang sedang di pelajari selama ini. Mulai dari Syare’at. Thariqat. Tasyawuf. Haqikat. Ma’rifat hingga ke Taukhid. Baik
dengan menggunakan agama atau kepercaya’an. “Kuwi Lungguhe Pengerten”.
Maksudnya, Itu hanya sebatas ilmu pengertian. Cara untuk mengetahui, cara untuk
mengerti, cara untuk memahami. Bukan cara untuk menemui dan memiliki.
Cara untuk mengetahui apa?
Cara untuk mengerti apa?
Cara untuk memahami apa?
Ini contohnya;
Misal saya ingin mengetahui rokok, mengerti rokok,
memahami rokok.
Yang di sebut rokok itu seperti apa ya?
Yang di bilang rokok itu apa ya?
Rokok itu yang bagaimana dan yang seperti apa ya?
Yang di pelajari. Mulai dari Syare’at. Thariqat. Tasyawuf. Haqikat. Ma’rifat hingga ke Taukhid. Baik
dengan menggunakan agama atau kepercaya’an, itulah cara untuk mengetahui rokok,
mengerti rokok, memahami rokok itu apa dan seperti apa serta bagaimana. Dengan
ilmu-ilmu pengertian itu, sehingganya jadi tau, jadi ngerti, jadi paham. O....
itu to rokok. O... ini to rokok. O... begitu to rokok. O... disana atau disini
to rokok itu.
Lalu,,, kalau sudah tau mengerti dan paham kalau itu
rokok, apa sudah cukup hanya dengan mengetahui rokok itu, mengerti rokok itu,
memahami rokok itu...?!
Tidak inginkah memiliki rokok itu, agar bisa
menikmatinya secara nyata, bukan Cuma katanya atau sebatas hayalan di dalam
bayangan merokok...?!
Monggo di Pikir...
Bati ngileerrr thok rek.... He he he . . . Edan tenan.
Kalau bisa memiliki rokok itu, sudah pasti tau, pasti
mengerti, pasti paham. Bahkan bisa membuat rokok sendiri. Mungkin bisa punya
pabrik rokoknya juga. Logikanya kan begitu. Iya apa iya? Hayo...
Tidak capek-kah...?! mencari dan tersu mencari tau
terus, mencari ngerti terus, mencari pemahaman terus. Setelah tau, setelah
mengerti, setelah paham, di biyarkan berlalu begitu saja, tidak di genggam,
tidak di peluk, tidak dinikmati, tidak di miliki. Sudah Cukup-kah hanya
mengetahui, mengerti’i, memahami saja...?!
Prakteknya Mana...!!! Mana Prakteknya Bro...?!
Cara untuk bisa menemuinya, ya hanya Wahyu Panca Gha’ib.
Karena hanya Wahyu Panca Gha’ib yang tidak bisa di politik dan di rekayasa
sesuai kepentingan dan kebutuhan apapun. Sebab Wahyu Panca Gha’ib, adalah
satu-satunya Wahyu yang Murni/Tulen dan tidak menggunakan perantara apapun
serta siapapun sa’at penyampaiannya.
Cara untuk bisa memilikinya, ya dengan Mempraktekan
Wahyu Panca Gha’ib menggunakan Wahyu Panca Laku. Kerena hanya Wahyu Panca Laku
lah, satu-satunya Laku yang hanya memuja dan memuji Dzat Maha Suci dan menuju
hanya kepada Dzat Maha Suci. Bukan lainnya.
Ini bukan Promosi Wahyu Panca Gha’ib dan Wahyu Panca
Laku, bukan... Ini bukan soal Pamer atau Sombong, juga bukan tentang Over PD.
Bukan... tapi ini wujud bentuk Cinta Kasih Sayang saya yang tulus, terhadap
sesama Hidup yang berasal sama dan akan kembali ke yang sama juga. Ini soal
kasunyatan/kenyata’an. Ini tentang kebenaran yang sesungguhnya benar. Silahkan
di Renungkan dengan Rasa, minimal dengan hati nurani sebagai manusia hidup.
Jika sulit dan susah untuk menerimanya. Lupakan saja, jangan dipikir, tidak
usah di gubris. Apa yang saya kabarkan ini, anggap saja sebagai angin lalu,
yang tidak perlu di debat dan tidak harus di kritik. Selesai kan...
Untuk bisa memiliki apapun itu. Kita perlu Praktek,
perlu Exsen, bukankah begitu? Bukan hanya melihat saja. Tapi kita harus
melakukannya, tidak cukup hanya dengan mengetahui, mengerti’i, memahami saja.
(Istilahnya). Jika menginginkan mutiara, ya harus menyelam ke dasar laut. Bukan
Cuma nongkrong diatas perahu. Sudah diatas perahu, pakai katanya lagi, waduh
bro... Capek deh. He he he . . . Edan Tenan.
Sebenarnya mau Pacaran apa mau Nikah sih...??!
(ibaratanya) Pacaran saja-lah. Pacaran itu kan asyik. Kalau niyat tujuannya mau
Pacaran.... Maaf. Ya silahkan, berputar-putar di bawah pohon pisang samping
jembatan, itu hak Anda. Tapi ingat, jika terlalu lama pacarannya, Anda akan
mendapat cela’an dari banyak orang, terutama orang tuanya, karena pacaran itu
memiliki etikan dan aturan serta batasan-batasan tertentu. Jika sampai di
langgar. Maka Anda Harus siap di Grebeg pak hansip bahkan di kroyok warga. Dan
masih banyak risiko-risiko buruk tapi asyik lainnya. Tapi kalau niyat tujuannya
menikah. Ya Anda akan terbebas dari etikan dan aturan serta batasan-batasan tertentu,
karena semua tentangnya, adalah hak milikmu secara resmi dan syah.
Heeemmmmm.... Para Kadhang dan Sedulur kinasih saya
sekalian.
Sekali lagi saya ulangi. Manusia di Cipta dengan
Fitrah (Suci), sedangkan Hidup, berasal
dari Dzat Maha Suci. Dan kembali hanya kepada-Nya dalam keadaan Fitrah (Suci)
seperti awalnya. Manusia Hidup di lahirkan ke dunia ini, sebagai utusan, dengan
mengemban dua tugas wajib, yang tidak bisa di campuri oleh apapun dan dengan
apapun.
Yang pertama adalah beribadah hanya kepada Dzat Maha
Suci. Maksud dari kata ibadah disini adalah; “menjalankan semua perintah-Nya,
yang sudah di sabdakan kepada Hidup yang menempati diri kita. Sedangkan
yang kedua yaitu, menjaga dan melestarikan dunia seisinya”.
Dengan dua Tugas tersebut, manusia hidup di beri
bekal, karena memiliki bekal yang di berikan langsung oleh Dzat Maha Suci,
tanpa perantara, tersebutlah, manusia hidup adalah makhluk yang sempurna
dibandingkan dengan makhluk-mahkluk lainnya, karena manusia hidup, rasa dan
perasa’an untuk laku, mempunyai akal untuk berfikir, mempunyai hati untuk
menilai dan mempunyai nafsu untuk kebahagiaan. Tatkala manusia melihat
kemungkaran dan mengikutinya, hati nurani manusia tau, bahwa itu keburukan
untuk tidak dilakukan, namun nafsu menginginkannya, karena dibalik nafsu adalah
mahkluk lain yang tidak sesempurna manusia hidup, yang sirik, iri, dengki
bahkan benci akan kesempurna’an yang kita miliki, sedangkan akal menilai dengan
rasional, sehingga beradalah ia dalam kubangan salah/dosa/luput. Karena hatinya
terkalahkan dengan nafsunya.
Namun ada juga yang tau bahwa hal tersebut adalah
salah/dosa/luput, namun masih tetap
melakukannya. Ini di sebabkan adanya makhluk lain yang tidak rela satu
pun keturunan adam bisa menjalankan dua tugas tersebut, karena dengan gagalnya
menjalankan dua tugas tersebut, maka,,, gagal pula untuk kembali kepada Asal
Usulnya terjadinya kita.
Sebab itu, makhluk yang tidak memiliki kesempurna’an
seperti manusia hidup, berupaya untuk menjebak, dengan cara merubah perbuatan salah/dosa/luput,
menjadi lebih menarik untuk dijalani, karena mayoritas manusia hidup yang belum
mengenali hidupnya, melakukan sesuatu hal, karena ketertarikannya, senang dengan
hal-hal yang menantang, perbuatan salah/dosa/luput salah satunya. Sehingganya manusia
hidup yang belum mengenal hidupnya, menyukai hal-hal yang disegerakan (instan).
Sehingganya, makhluk yang tidak memiliki
kesempurna’an seperti manusia hidup ini,
dapat dengan mudahnya, menawarkan kesenangan dunia yang semu, terkesan instan,
padahal dusta. Senangnya tuh disini-tetapi sakitnya tuh di akhirat. Padahal,
pada hakikatnya, manusia hidup itu, disini senang disana senang. Tapi karena
terjebak belenggu egonya sendiri, akhirnya disini senang disana sakit, dan yang
lebih parah lagi, disini susah disana sakit.
Kesimpulannya;
Tidak ada cara lain, tidak ada jalan lain dan tidak
ada solusi lain, kecuali dengan “BerTAUBAT” taubat dalam bahasa arab, artinya adalah
kembali kepada Asal Usul Sangkan Paraning Dumadi, yaitu Dzat Maha Suci. Bukan
yang lainnya. Setelah kita melakukan lupa atau khilap selama ini. Dan tidak
mengulangi lupa atau khilap tersebut. Sehingga taubat adalah satu2xnya Pintu
awal Fitrah (Suci) yang merupakan bahan dasar dan asal usul kita pada awal
mulanya. Jika tidak fitrah/suci, apapun caranya, tidak akan bisa, fitrah/suci
dalam arti untuk ukuran manusia hidup. Adalah; murni/tulen-hanya Dzat Maha Suci
yang di Puja Puji dan diTuju. Bukan lainnya. Jadi,,, jika masih membagi
iman/yakin/percaya dan tujuan dengan lainnya selain Dzat Maha Suci, tidak akan
pernah bisa. Karena tidak fitrah/suci, buktinya masih tercampuri/ternodai bahkan terkotori. Sebab menduakan bahkan
mempuluh-puluhkan “Dzat Maha Suci” yang
Esa/Tunggal.
Contoh Misal;
Iman/yakin/percaya kepada Tuhan. Iman/yakin/percaya
kepada malaikat Tuhan. Iman/yakin/percaya pada surga neraka. Iman/yakin/percaya
kepada nabi/rasul. Iman/yakin/percaya kepada hari kiamat. Iman/yakin/percaya
kepada kitab. Iman/yakin/percaya kepada bla...bla...bla... lainnya. Sudah
terbagi berapa tuh Dzat Maha Suci-nya. Iman/yakin/percaya kok di bagi-bagi
kayak matematika sampai ngebekin dompet.
Padahal... Kalau benar-benar iman/yakin/percaya kepada
Dzat Maha Suci. Sudah pasti dan tentu sudah iman/yakin/percaya semuanya dan
segala tektek bengeknya. Jadi, tidak perlu kita membagi-bagi iman/yakin/percaya
kita. Karena justru itu sudah menduakan bahkan senyepuluhkan Dzat Maha Suci
yang kita akui tunggal adanya.
Padahal... Kalau tujuannya hanya Dzat Maha Suci. Akan
mendapatkan semuanya dan segalanya. Jadi,,, tidak perlu kita menyusun tujuan
sebanyak mungkin. Bertujuan ingin kaya raya, hebat, sakti, berpahala, beramal,
berkaliber, surga, bidadari dan bla...bla...bla... lainnya. Dzat Maha Suci kan
Maha semuanya dan segalanya. Ngapain ribet ngrancang dan merencanakan tujuan.
Dzat Maha Suci itu, kan Maha semuanya dan segalanya. Iya apa iya? Hayo... He he
he . . . Edan Tenan.
Diluar
kesadaran ego. Kita telah menyekutukan Tuhan. Silahkan di Pikir sendiri lalu katakan
sendiri. Menyekutukan Tuhan itu, disebut apa....?! padahal Firman, ayat, surat,
hadist sampai ke dalilnya, kita sudah tau, mengerti dan paham. Tapi kita tetap
melakukan penyekutuan selain Dzat Maha Suci.
Sungguh amat sangat keterlaluan bukan...
Duh... Gusti Ingkang Moho Suci.
Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu
Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang
saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya
sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak
membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan
menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan
Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu,
agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya
Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
Damai... Damai... Damai Selalu
Tenteram. Sembah
nuwun,,, Ngaturaken
Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring
Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa
terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom
Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_.....
Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon: 0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment