RIWAYAT DAN DEBAT SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER:
RIWAYAT
DAN DEBAT SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER:
Oleh
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa
Dwipa Hari Kamis Pahing. Tgl 12 Mai 2016
RIWAYAT
SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER;
Salam
Rahayu Para Kadhang dan sedulur-sedulur semuanya tanpa terkecuali dimanapun
berada. Ketahuilah... Bahwa, istilah sebutan sedulur papat kalima pancer itu,
sebenarnya berlaku untuk semua mahluk apapun dan dimanapun, terutama manusia
hidup, tak peduli latar belakang, suku, adat dan agamanya, hanya saja, beda
istilah, dalam menyebutkannya. Dan saya pribadi, menyebutnya sebagai Kawula dan
Gusti (kawula gusti). Istilah populer Sedulur 4 atau juga disebut Malaikta 4, kalau
dalam istilah golongannya.
Di
dalam sejarah keNabian disebut juga sebagai Jibril. Mika’il. Ijro’il dan
Isrofil, sebagai kawulanya, dan Muhammad sebagai gusti nya. Di dalam sejarah
kelahiran bayi dari rahim Ibu nya, di sebutnya dengan istilah Kakang Kawah. Adi
Ari-ari. Sedulur Puser dan Sedulur Getih, sebagai kawulanya, dan wujud raga
jabang bayi sebagai gusti nya. Dalam sejarah keilmuan juga disebutkan dengan
istilah Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah, sebagai kawulanya, dan raga
yang sedang belajar ilmu sebagai gusti nya. Dan masih banyak istilah-istilah
lainnya, yang pasti cukup memusingkan isi kepala siapapun jika mengetahui jumlah keseluruhan
dari yang namanya sedulur papat kelima pancer tersebut.
Dan
saya pribadi menyebutnya simpel, yaitu “Kawula Gusti” jika di bahasakan umum,
termasuk bahasa sekolahan, dalam pelajaran tentang anatomi tubuh manusia hidup.
Adalah; Angan-angan. Akal. Budi Pakarti dan panca indera, sebagai sedulur papatnya
dan tubuh manusia hidup, sebagai gustinya. Singkatnya; “Kawula Gusti”
Para
Kadhang dan Sedulur sekalian, pada awal mula kejadiannya, yaitu sa’at pertama
kali manusia di ciptakan oleh Hyang Maha Suci Hidup. Sedulur papat ini, sengaja
diberikan atau di bekalkan kepada manusia sebagai piranti atau alat bantu atau sarana,
agar yang di sebut manusia hidup, memiliki kemampuan lebih atau ada perbeda’an,
di bandingkan mahluk-mahluk lainnya. Para Kadhang dan Sedulur yang kebetulan
membaca artikel saya ini, mungkin pernah mendengar riwayat pencipta’an Nabi
Adam. Yang pada mulanya, wujud atau raga Adam yang terbuat dari tanah itu,
setelah terbentuk menjadi wujud atau raga Manusia Adam, dalam kada’an
tergeletak tak berdaya tanpa nyawa, lalu Hyang Maha Suci Hidup, menyambil empat
inti alam. Yaitu; Air. Angin. Api dan Sari Bumi, yang lebih di kenal dalam
bahasa ilmunya, sebagai empat anasir. Yang kemudian masing-masing di cipta
menjadi roh, lalu dimasukan ke dalam wujud atau raga Adam, sebagai pelengkap
sekaligus alat bantu atau sarana, yang merupakan bekal dari Hyang Maha Suci
Hidup, bagi setiap manusia hidup yang di ciptakannya.
Walaupun
Wujud atau Raga Adam telah di beri bekal empat piranti, tersebut sedulur papat
yang berbahan dari empat anasir, dan masing-masing memiliki kesaktian luar
biasa, namun kala itu, Wujud atau Raga Adam, masih tetap tergeletak, terbujur
kaku tanpa daya dan upaya apapun. Dan pada sa’at itu, Wujud atau Raga Adam
disebut manusia, yang artinya, wujud yang tanpa daya dan upaya apapun, Setelah
Hyang Maha Suci Hidup, meniupkan napasnya dengan Sabda Kun Faya Kun. Lalu Wujud
atau Raga Adam, bisa bergerak dan bersuara. Berangan-angan, berakal, berdudi
pakarti dan berpanca indera. Dan mulai sa’at itulah, wujud atau raga Adam. Di
perkenalkan pada seluruh alam dan isinya, dengan Sebutan Manusia Hidup Bernama
ADAM. Yang artinya; “Asal Dumadi Ananing Manungsa” jika ditulis dengan aksara
arab, menjadi “ADAMU” yang artinya; “Asal Dumadi Ananing Manungsa Urip”
Dalam
riwayat ini, monggo,,, silahkan Para Kadhang dan Sedulur, berpikr sendiri, mana
yang seharusnya berperan kendali penting. Sedulur Papat? Apa Pancer? Atau Napas
Hyang Maha Suci Hidup yang ditiupkan pada Raga Adam?
Begitulah
Riwayat asa usul kejadiannya Sedulur Papat Kalima Pancer. Yang berbahan dari
sari-sarinya Air. Angin. Api dan Bumi, sebagai Sedulur Papat-nya dan Wujud atau
Raga sebagai Pancer-nya. Yang saya ketuhui sendiri pembuktiannya, menggunakan
Wahyu Panca Gha’ib dengan Wahyu Panca Laku. Bukan katanya apapun dan siapapun.
DEBAT
SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER;
Para
Kadhang dan Sedulur sekalian, pada awal mulanya, sedulur papat kalima pancer
ini, adalah seperangkat Wahyu dalam satu kemasan khusus dari Hyang Maha Suci
Hidup, bukan dari yang lain selaian-Nya. Merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan, mereka salin memberi dan menerima, sain bahu membahu, salin asah
asih dan asuh. Karena selain telah di sumpah oleh Hyang Maha Suci Hidup sa’at
pertama kali di ciptakan, untuk menjaga dan membantu wujud/raga yang hidup.
Juga mereka berempat ini, di tundukan untuk patuh dan setia tuhu kepada
wujud/raga yang hidup. Sehingganya, selama di dalam alam kandungan/rahim sang
ibu, hanya ketenteraman yang dialaminya, selain tenteram, tidak ambil pusing, itu
sebab, ketika bayi dilahirkan, langsung njerit menangis, karena merasa terusik
oleh bisingnya dunia fana dan takut kehilangan tenteram yang selama 9 bulan 10
hari kurang lebihnya, dinikmatinya tanpa masalah.
Dan
apa yang terjadi, semakin hari, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun,
dan tahun demi tahun, bertambah pengalaman, bertambah pengetahui pula, jadi
bisa menyebut, mereka-reka, merancang, mengarang, menduga dll. Jadi tahu ilmu,
tahu adat, tahu tata krama, tahu harga diri, tahu kehormatan, tahu agama, tahu
rukun iman, tahu Tuhan dll. Semakin tahu, semakin pusing, semakin bingung,
semakin buta dan tuli. Bahkan semakin hawatir dan takut. Dan yang lebih konyol
lagi, semakin pintar dan pandai serta hebat. Semakin tersesat jauh keluar dari
“ADAM” hingga lupa diri. Jangankan Tuhan. Dirinya sendiri saja. Lupa...
buktinya, tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya.
Debat
Sedulur Papat Kalima Pancer;
Kala
itu... Aku Sedang Sukses...
Kala
itu... Aku Sedang Bangkrut...
Kala
itu... Aku Sedang Senang...
Kala
itu... Aku Sedang Sedih...
Kala
itu... Aku Sedang Pintar...
Kala
itu... Aku Sedang Bodoh....
Kala
itu... Aku Sedang berTuhan...
Kala
itu... Aku Sedang Tidak berTuhan alias Kafir...
Kala
itu... Aku Sedang bla... bla... bla... inilah yang menjadi kriwi’an dadi
grojogan, berdebatnya sedulur papat.
1.
Mutmainah, yang kejadiannya dari Kawah/Ketuban/air, putih warnanya. Berkata;
Diantara
sedulur papat. Aku-lah yang utama. Aku menjamin, sang jabang bayi bebas
bergerak bagaimanapun dan kemanapun. Hingga seluruh organ tubuhnya terangsang, untuk
terus tumbuh dengan sempurna. Aku membantu daya pencerna’annya, kuatkan otot,
tulang dan rangka, serta menjaga organ pernapasannya, agar dapat berkembang
dengan leluasa pula. Aku... Mutmainah-lah, yang menjadi ruang istimewa,
menghangati sang jabang bayi, sembari mencegah segala macam serang negatif yang
membahayakan si jabang bayi, yang hendak melemahkan atau menghancurkan si
jabang bayi. Akupun kompak, membuka rahim sang ibu, pada sa’at persalinan/kelahiran
tiba, sebagai jalan si jabang bayi bisa menengok dunia walau hanya sekejap
saja, lantas kita salin ucapakan janji setia, mengabdikan diri, membersihkan
jalan itu, seperti sediakala.
2.
Aluamah, yang kejadiannya dari Ari-ari/Sari bumi, hitam warnanya. Berkata;
Ketika
si jabang bayi lahir, si jabang keluar bersamaku. Aku-lah yang mengantar, hingga
jabang bayi sampai tujuannya, tanpa pengorbananku, si jabang bayi, tidak akan
pernah sampai ke dunia. Aku-lah nahkoda pelayarannya, membawa kompas, hingga
berhasil kepelabuhan kehidupan dunia. Aku... Aluamah, anasir-anasir kehidupan, hilir
mudik dari tubuh bunda kekuasa’an jabang. Aku pula, yang menciptakan
anasir-anasir itu, jadi. Aku-lah yang paling berjasa. Ha...ha...ha... Mengukir
jiwa raganya.
3. Amarah, yang kejadiannya dari Darah/Api,
merah warnanya. Berkata;
Haeeeeee....
Siapa bilang kalian...!!!. Aku-lah yang mempunyai fungsi terpenting...!!!.
sebab Aku yang mengambil peran utama, dalam menyalurkan darah, nutrisi dan
semua kebutuhan hidup sang jabang bayi...!!!. hanya melalui tangan dan tubuh
Aku...!!!.
4.
Supiyah, yang kejadiannya dari Pusar/Puser/Angin, kuning warnanya. Berkata;
Hi...hi...hi....
Tapi,,,, siapakah yang menghubungkan jaringan pengikat antara Ari-ari dan si
jabang bayi...?. siapa pula, yang menjaga kehidupannya, ketika masih berada
didalam kandungan ibunya...?. mendukung pertumbuhannya, ketika masih berwujud
janin/embiyo...?. bukah itu semua Aku...?!. bahkan pembuangan senyawa sisa,
pengangkutan mimpi hawa udara, saripati makanan dan minuman, semuanya melalui
diriku...!!!.
“Amarah”:
Bukan. Aku yang menyuapinya, itu bukti. Aku yang paling utama.
“Mutmainah”:
Tidak. Tanpa Aku, dia bisa tersesat, jadi Aku yang utama.
“Aluamah”:
Siapa yang melindungi dan menjaga kehangatannya. Aku paling utama.
“Supiyah”:
Tidak. Aku yang utama.
“Mutmainah”:
Siapa bilang kalian. Aku-lah...!!!.
“Amarah”:
Bukan kamu. Aku...!!!.
“Aluamah”:
Kamu...? lalu Aku...!!!
“Amarah”:
Masa bodoh,,, bangsat...!!!. eh salah, embat...!!!. waduh salah lagi,
sikat...!!!.
“Aluamah”:
Loh, kamu berani...!!!
“Mutmainah”:
Ah.... bedebah kamu...!!!.
“Supiyah”:
Asem kecut gulo legi, tak ganyang, tak untal sak endog petarangane kamu...!!!.
Prang
Pring Prung Brugg.... Perang saudara tak dapat dihindarkan. Terjadilah, maka
terjadilah. Efeknya pada si Pancer. Pusing. Stres. Bingung. Hawatir. Takut. Dari
berdebat jadi salin bakuhantam. Efeknya pada si Pancer jadi Sakit, lalu masuk
rumah sakit raga dan rumah sakit jiwa bahkan bunuh diri, lalu “MATI” setelah di diadili dan di hakimi di
akherat, sesuai amal perbuatannya di dunia, jadi arwah penasaran, gentayangan
kemana-mana, tanpa arah dan tujuan yang pasti. Naudzu bilahimindalik.
Sang
Pancer akhirnya angkat bicara dengan keluhannya, setelah semuanya hancur lebur
berkeping-keping. Aduh....!!! Sakit sekali, tak ada umpama yang dapat untuk
menggambarkan sakit ini. Sampai kapan ini akan terjadi dan teralami... Wahai
Sang Pemimpin, yang menjadikan tubuh ini bisa bergerak dan bersuara, pemegang
kendali dan tanggung jawab atas kami berlima, kami bermohon atas kuasamu kepada
kami. Setiap kali rahim bunda berguncang, tolong ikat kami erat-erat dengan
kuasamu atas diri kami, dan lindungi kami dengan belaian Cinta Kasih Sayangmu,
agar tubuh lunaku tak terkoyakan sedikitpun, lalu jagalah kami, agar jiwa
rapuhku tak terganggu sedikitpun.
Wahai
sedulur papatku yang dulu selalu setia merawat dan memanjakanku, hanya
kalianlah kiblatku, yang menghantarkanku pada kehidupan baru di dunia ini, tapi
kenapa dan mengapa kini kalian salin berdebat, salin caci maki, salin benci,
salin fitnah, iri dan dengki, salin terkam dan bakuhantam, bahkan salin
menjatuhkan/membunuh, dimana sedulur-sedulurku yang dulu rukun sehati, seiya
sekata, kemana sedulur-sedulurku yang dulu senantiasa berdekapan dengan penuh
Cinta Kasih Sayang, apakah kalian tidak tahu, bahwa itu merugikan raga, apakah
kalian tidak mengerti, bahwa itu melukai jiwa, apakah kalian tidak paham, bahwa
itu mempersulit dirimu sendiri dalam mencapai kesempurna’an Hidup dan Kehidupan
dunia akherat. Oh.... Sakit... Pedih... Perih... Saaaaakiiiitttttttt....!!!
Para
Kadhang dan Para Sedulur kinasihku sekalian dimanapun berada, begitu situasi
sedulur papat dan kondisi pancer jika tidak mengenal Hidup yang menempati jiwa
raga kita ini, karena yang kuasa bertanggung jawab atas jiwa raga kita ini,
adalah Hidup, dan hanya Hiduplah yang memiliki kemampuan bisa. Bukan ilmu,
bukan harta atau tahta, apa lagi wanita. Ingat... Hanya Hidup. Bukan yang lain.
Kesetia’an
mereka berlima. Saya menyebutnya dengan
istilah Manembahing Kawula Gusti, dalam “Wahyu Panca Laku”. Kerukunan mereka
berlima. Saya menyebutnya dengan istilah Manunggaling Kawula Gusti, dalam “Wahyu
Panca Laku”. Kesatuan dan kepaduan mereka berlima. Saya menyebutnya dengan
istilah Leburing Kawula Gusti, dalam “Wahyu Panca Laku”. Dan masih ada dua
tingkatan dimensi lagi setelah ini. Yaitu; Sampurnaning Kawula Gusti untuk
ukuran Dunia dan Sampurnaning Pati Urip untuk ukuran Akheratnya.
“Jangan
sekali-kali mengaku Manusia Hidup, kalau tidak bisa merasakan Hidup-nya. Sebab,
kalau tidak bisa merasakan Hidup-nya, itu bukan manusia Hidup, tapi,,, mayat
Hidup”
“Galilah
rasa yang meliputi seluruh tubuhmu, di dalam tubuhmu, ada Firman Hyang Maha
Suci Hidup, yang bisa menjamin, hidup mati dan dunia akheratmu”
“Kenalilah
dirimu terlebih dulu, sebelum engkau mengenaliku” . “Sesungguhnya Aku berada
dekat, bahkan lebih dekat dari urat lehermu”
Dan
Slogan terkenal yang berbunyi “Sudahkah Anda Sholat sebelum di sholatkan” saya
ganti menjadi “Sudahkan Anda mengenal Hidup Anda sebelum sholat” Sebab jika
Anda sholat sebelum Anda mengenal Hidup Anda, bagaimana mungkin Bisa...?! Yang
sholat itu siapa...?! He he he . . . Edan Tenan.
Duh... Gusti
Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari
segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada
orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa
yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan
Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera
Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai.
Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan
Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang
saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia,
damai Di Akherat.
Damai...
Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah
nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo.
Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring
Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..
BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur,
khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di
Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih.
Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:
0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment