INTI AJARAN AGAMA dan AJARAN KEJAWEN Serta WAHYU PANCA GHA’IB:

INTI AJARAN AGAMA dan AJARAN KEJAWEN Serta WAHYU PANCA GHA’IB:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa Dwipa Hari Senin Pon. Tgl 23 Mai 2016

Para Kadhang dan Para Sedulur kinasihku sekalian, di dalam beberapa artikel, saya pernah mengatakan, bahwa demi untuk mengenal lebih dalam, tentang siapa dan bagaamana Hyang Maha Suci Hidup, yang saya puja dan puji disetiap tarikan napas saya, saya pernah keluar masuk agama dan kepercaya’an adat. Tujuannya tak lain dan tak bukan, adalah untuk belajar.  

Karena pindah-pindah agama, setiap agama yang saya tinggalkan setelah mengetahui apa yang menjadi inti ajaran dari agama tersebut, mengutuk saya, dengan perkata’an dosa, musrik, sirik, laknat bahkan kafir. Namun saya tak peduli, setelah saya menerima Wahyu Panca Gha’ib, yang menjadikan saya benar-benar mengerti dan memahami Hyang Maha Suci Hidup sesembahan saya, saya tersenyum dan bersyukur, karena kutukan-kutukan itu, telah mengantarkan saya, berhasil mencapai Tujuan saya, yaitu mengenal Hyang Maha Suci Hidup sesembahan saya, secara mendalam dan keseluruhan.

Dan pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya. Tentang Inti Ajaran Agama dan Ajaran Kejawen yang pernah saya Pelajari dulu... Semoga apa yang saya bagikan ini, bisa menjadi Tambahan Pengalaman/Pengetahuan bagi Para Kadhang dan Para Sedulur kinasihku sekalian dimanapun berada. Karena saya berawal dari islam, maka ureannya akan saya awali dari ISLAM. Selamat membaca;

Nomer Satu Adalah Islam;
Islam (Arab: al-islam) yang artinya adalah "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: Allah). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim, yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan" atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.

Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi/rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Kepercayaan Islam adalah;

Ajaran Islam adalah;

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah syahadatain ("dua kalimat persaksian"), yaitu "asyhadu an-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah". Yang arti; "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah". Esensinya adalah prinsip keesaan Tuhan dan pengakuan terhadap kenabian Muhammad. Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, ia dapat dianggap telah menjadi seorang muslim dalam status sebagai mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).

Kaum Muslim percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir setelah diutusnya Nabi Isa 6 abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber hukum dan peraturan hidup yang fundamental. Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya oleh Tuhan yang sama. Islam menegaskan, bahwa agama Yahudi dan Kristen belakangan, setelah kepergian para nabinya telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini, dengan mengubah teks dalam kitab suci, memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.

Inti Ajaran Islam yaitu;
1. Tauhid atau berserah diri kepada Allah SWT.
2. Taat Kepada Allah SWT.
3. Baro’ah atau berlepas diri dari Perbuatan Syirik dan
dari pelakunya.

A. Tauhid atau berserah diri kepada Allah SWT;
Yaitu kerendahan diri dan tunduk kepada Allah dengan tauhid, yakni mengesakan Allah dalam setiap peribadahan. Tidak boleh menunjukkan satu saja dari jenis ibadah kepada selain-Nya.

B. Taat Kepada Allah SWT;
Yaitu ketundukan dan kepatuhan yang mutlak kepada Allah. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti kebenaran pengakuan imannya. Penyerahan dan perendahan semata tidak cukup apabila tidak disertai ketundukan terhadap perintah-perintah Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarang, semata-mata hanya karena taat kepada Allah dan hanya mengharap wajah-Nya semata, berharap dengan balasan yang ada di sisi-Nya serta takut akan adzab-Nya.

C. Baro’ah atau berlepas diri dari Perbuatan Syirik dan dari pelakunya;
Yaitu berlepas diri dan membenci perbuatan syirik dan pelakunya. Karena ia belum dikatakan beriman dengan sebenar-benarnya, sebelum ia mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah.

Sedangkan Intisarinya Ada Pada Tauhid;
Tauhid bukan hanya ajaran Nabi Muhammad saw, tetapi juga merupakan ajaran setiap nabi/rasul yang diutus Allah SWt. ( al-Anbiya' 25 ).
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."

Nabi Nuh mengajarkan tauhid ( al-A'raf 59 ).
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).

Nabi Hud mengajarkan tauhid ( Hud 50 ).
Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.

Nabi Shalih mengajarkan tauhid ( Hud 61 ).
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

Nabi Syu'aib mengajarkan tauhid ( Hud 84 ).
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)".

Nabi Musa mengajarkan tauhid ( Thoha 13-14 ).
“Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)”.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”

Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ismail juga mengajarkan tauhid ( al-Baqarah 133 ). 
“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". 

KESIMPULAN;
Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah SWT.
Pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta memperhatikan isi Al-Qur’an secara keseluruhan, maka dapat dikembangkan bahwa pada dasarnya pokok ajarannya, hanyalah kembali pada tiga hal yaitu tauhid, taat dan baro’ah/berlepas diri. Itulah intisari ajaran para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah kepada umat manusia. Maka barangsiapa yang mengaku islam, namun tidak melaksanakan ketiga hal ini, pada hakikatnya dia bukanlah pengikut dakwah para Nabi.

Nomer Dua.
Inti Ajaran Agama Hindu;
Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Hindu mengajarkan banyak hal, baik ilmu yang berhubungan dengan dunia rohani maupun dunia material. Ajaran Hindu sangat luas , mulai dari hal yang sederhana hingga yang rumit, yang sulit dijangkau oleh pikiran biasa.

Bagi umat Hindu, agama Hindu dikenal dengan nama Sanatana Dharma, Artinya kebenaran yang abadi, namun orang umum menyebutnya sebagai Hindu, karena agama ini berasal dari lembah sungai Shindu. “Kata Hindu pertama kali digunakan oleh orang Persia dan kemudian dipopulerkan pada masa penjajahan Inggris” Namun yang jelas didalam Weda agama Hindu disebut dengan nama Sanatana Dharma.

Selain Hindu mengajarkan banyak hal ia pula memiliki banyak kitab suci, baik Sruti maupun Smriti (smerti) dan juga terdiri dari beberapa aliran seperti Shaivisme,Vaishnavisme dan Śrauta . Meskipun Hindu mengajarkan berbagai hal, sudah pasti dari keseluruhan ajaran yang terkandung memiliki inti atau pokok ajaran.

Dan Inti ajaran Hindu dikonsepkan kedalam “Tiga Kerangka Dasar” dan “Panca Sradha”. Tiga kerangka dasar tersebut terdiri dari Tattwa (Filsafat) Susila (Etika) Upacara (Yadnya).
Tattwa ­ – Ajaran Hindu kaya akan Tattwa atau dalam ilmu modern disebut filsafat , secara khusus filsafat disebut Darsana. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan veda terdapat Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana.

Pada masa Upanishad, akhirnya filsafat dalam kebudayaan veda dapat dibagi menjadi dua  kelompok, yaitu astika (kelompok yang mengakui veda sebagai ajaran tertinggi) dan nastika (kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi).

Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut Sad Darsana, (SaṁkhyaYogaMimamsa, NyayaVaisisekadan Vedanta) dan tiga cabang filsafat yang menentang veda yaitu Jaina, Carvaka dan Budha (agama Budha).

Susila – Secara harfiah susila diartikan sebagai etika . hal-hal yang tekandung yang dikelompokan kedalam susila memuat tata aturan kehidupan bermasyarakat yang pada intinya membahas perihal hukum agama. Mulai dari hukum dalam kehidupan sehari-sehari hingga hukum pidana (Kantaka Sodhana) dan hukum perdata (Dharmasthiya).

Upacara – Yang dimaksud upacara dalam agama Hindu adalah ritual keagamaan , sarana ritual keagamaan disebut Upakara , upakara di Bali disebut Banten. Upacara ini dapat dikelompok kedalam beberapa bentuk korban suci (Yajna) yang disebut Panca Yadnya (Panca Maha Yadnya). Ada banyak jenis panca Yadnya tergantung dari kitab mana uraian dari panca yadnya tersebut, artinya meskipun Panca Yadnya sama-sama terdiri dari lima jenis yadnya, namun bagian-bagian yang disebutkan berbeda-beda masing–masing uraian kitab suci Smrti.

Selain tiga kerangka dasar agama Hindu, ajaran hindu berlandaskan pada lima keyakinan yang disebut Panca Sradha (lima dasar keyakinan umat Hindu) yang melitputi : Widhi Tattwa, keyakinan terhadap Tuhan (Brahman). Atma Tattwa, keyakinan terhadap Atman (Roh). Karmaphala Tattwa, keyakinan pada Karmaphala (hukum sebab-akibat). Punarbawa Tattwa, keyakinan pada kelahiran kembali (reinkarnasi) dan Moksa Tattwa, keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman

Nomer Tiga.
Inti Ajaran Agama Buddha;
1. Budha.
Budha Berasal dari bahasa sansekerta, Budha berarti menjadi sadar, kesadaran sepenuhnya, bijaksana. Perkataan Budha terbentuk dari kata kerja “Budh” yang artinya bangun; bangun dari dalam kesesatan dan keluar ditengah-tengan cahaya pemandangan yang benar. Budha adalah orang yang mendapat pengetahuan dengan tidak mendapat wahyu dari Tuhan dan bukan dari seorang guru, sebagaimana disebutkan dalam Mahavagga 1,67 : “Aku sendiri yang mencapai pengetahuan, akan kukatakan pengikut siapakah aku ini? Aku tak mempunyai guru, aku guru yang tak ada bandingannya”.

Budha bukan nama orang melainkan gelar. Nama pendiri agama Budha ini ialah Sidharta Gautma atau biasa juga disebut Cakyamuni, artinya orang tapa dari suku turunan Cakyas. Sidharta Gautama dilahirkan di Kapilawastu, sebelah utara Benares di daerah Nepal sekarang, di lereng pegunungan Himalaya pada tahun 566 SM. Sidharta Gautama anak raja Sudhodana.

2. Dharma.
Dharma adalah doktrin atau pokok ajaran, intisari ajaran agama Budha, dirumuskan dalam empat kebenaran mulia (Catur Arya Saccani), yaitu : Dukkha ialah penderitaan Samudya,  ialah sebab penderitaan. Nirodha ialah peniadaan penderitaan. Marga ialah delapan jalan kebenaran.

Dharma mengandung empat makna utama;
1. Doktrin.
2. Hak, Keadilan, kebenaran.
3. Kondisi.
4. Barang yang kelihatan atau Fenomena.

Budha Dharma adalah suatu ajaran yang mengguraikan hakekat kehidupan, berdasarkan pandangan terang, yang dapat membebaskan manusia, dari kesesatan atau kegelapan bathin dan penderitaan yang disebabkan ketidakpuasan. Budha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika.dll.

Tripitaka Mahayana termasuk dalam Budha Dharma.
Tripitaka.
Tripitaka adalah kitab suci agama Budha. “Tri” artinya “tiga” dan “Pitaka”artinya “keranjang”atau kumpulan, jadi Tripitaka  adalah  tiga keranjang. Tripitaka terdiri dari :

Vinaya Pitaka.
Vinaya Pitaka merupakan suatu kumpulan tata tertib dan peraturan cara hidup yang ditetapkan untuk mengatur murid-murid sang  Budha yang telah diangkat menjadi Bhikku atau Bhikkuni ke dalam Sangha.

Sutta Pitaka.
Sutta Pitaka adalah kumpulan ceramah, dialog, atau berisi wejangan-wejangan sang Budha.

Adidharma Pitaka.
Adidharma Pitaka adalah kumpulan doktrin yang  lebih, hasil susunan sistematis dan analisis skolastik dari bahan-bahan yang ditemukan dalam Sutta Pitaka. Adidharma Pitaka yang berisi penjelasan dogmatic yang didasarkan atas ajaran itu.

Triratna.
Triratna yang bermakna tiga permata adalah tiga buah pengakuan dari setiap penganut agama Budha. seperti halnya dengan Credo dalam Kristen, Syahadat dalam Islam. Tiga pengakuan di dalam agama Budha itu berbunyi :
“Buddham Saranam Gocchami”
“Dhamman Saranam Goccani”
“Sangham saranam dacchami”

Bermakna :
“Saya berlindung diri di bawah Budha
“Saya berlindung diri di Bawah Dharma”
“Saya berlindung diri di bawah Sangha”
Triratna harus diucapkan tiga kali. Pada kali yang kedua diawali dengan Dutiyam, yang bermakna : buat kedua kalinya. Pada kali yang ketiga diawali dengan Tatiyam, yang bermakna : buat ketiga kalinya.

Nomer Empat.
Inti Ajaran Agama Kristen;
Intisari iman Kristen adalah sebuah relasi yang didasarkan cinta kasih. Ketika kita mendengar hal ini, kesannya begitu sederhana, namun sebenarnya begitu kompleks. Di dalam dunia, ada empat unsur yang menyusun sebuah agama, yaitu: esksistensi Sang Ilahi, adanya wahyu yang diturunkan oleh Sang Ilahi, adanya penerima wahyu tersebut, dan adanya penganut ajaran yang diteruskan oleh penerima wahyu tersebut.

Dalam agama, manusia sebenarnya datang kepada pengajaran, bukan kepada pendiri agama. Pola pikir manusia seringkali didasarkan pada apakah manusia paham dan mengamalkan ajaran agama sehingga menyenangkan Tuhan. Pendiri agama hanya bertindak sebagai seorang guide (pemandu). Apabila si pendiri agama mati ataupun bangkit dari kematian pun, tidak seorangpun yang peduli. Contoh nyata hal ini adalah ajaran agama Hindu. Tidak seorangpun yang tahu siapa yang mendirikan agama Hindu, tapi Hindu tetap mempunyai banyak penganut, terutama di India dan Bali (Indonesia).

Lalu, apa bedanya ke-Kristen-an dengan agama-agama lain?
Yesus berkata; bahwa Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Keempat unsur ajaran di atas tidak bisa diterapkan pada diri Yesus. Yesus adalah Allah yang mewahyukan diri. Dengan demikian, keempat unsur di atas tidak dapat diterapkan pada kekristenan.

Kekristenan merupakan sebuah relasi: relasi antara Dia (Tuhan) dan aku. Seseorang disebut sebagai seorang Kristen apabila orang tersebut menerima Kristus. Menjadi Kristen bukan karena rajin pergi ke gereja, rajin baca Alkitab, rajin berdoa, dll, tapi adanya keintiman relasi bersama Yesus, relasi yang didasarkan pada cinta kasih. Banyak cerita di dunia yang mengisahkan tentang cinta kasih. Kita mungkin akrab dengan cerita-cerita cinta kasih dalam Walt Disney: Pocahontas, Beauty and the Beast, Snow White, dll.

Semua cerita cinta kasih di dunia hanyalah bayang-bayang dari cerita cinta kasih terbesar yang ada di dunia, yaitu cinta kasih Yesus yang meninggalkan takhta sorgawi dan mati di kayu salib. Dalam sebuah relasi cinta kasih, ada sebuah tuntutan yang begitu tinggi, yaitu: “tidak membagi cinta kasih” alias “tidak mendua”. Cinta Kasih menuntut untuk “tidak boleh dibagi”. Dalam perjalanan iman Kristen, kita tidak bisa menyangkal bahwa kita telah menduakan cinta kasih Tuhan. Kita telah memberhalakan sesuatu dan membagi cinta kasih Tuhan kepada yang lain.

Cinta Kasih pasti menuntut, cinta kasih pasti meminta ini dan itu, cinta kasih pasti mengatur. Misalnya orang tua yang mencintai anak, pasti menuntut banyak hal bagi si anak. Tidak mungkin orang tua yang mencintai anak, malah berkata kepada si anak: “Loe mau apa, silahkan kerjakan, emang gue pikirin”.

Banyak orang Kristen berkata mencintai Tuhan, tapi sebenarnya cinta itu bersifat narsis, untuk menguntungkan diri sendiri. Apabila hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan cinta kasih, maka ada tuntutan.

Ayah Pendeta Yohan, awalnya adalah seorang atheis yang bertobat menjadi seorang Kristen. Bagi Penddeta Yohan, pergi ke gereja, membaca Alkitab, dan berdoa menjadi sebuah tuntutan. Kekristenan dalam hidup Pendeta Yohan, dimulai dengan sebuah tuntutan, bukan relasi. Tapi bagi ayah Pendeta Yohan, tuntutan-tuntutan itu merupakan ekspresi cintanya kepada Tuhan. Dalam sebuah rumah tangga Kristen, sulit bagi anak-anak generasi kedua menjadi Kristen sebagai hasil relasi dengan Tuhan, tapi lebih kepada tuntutan.

Dalam sebuah relasi, kita memahami bahwa relasi harus ada tujuan mau kemana. Dalam sebuah rumah tangga, sebuah hal yang membuat rumah tangga rusak, adalah karena tidak ada tujuan yang jelas sampai keduanya dipanggil Tuhan. Sebuah relasi itu bagaikan minyak dan air dalam satu gelas. Apabila minyak dan air berhenti diaduk, maka keduanya terpisah. Apabila hubungan dengan Yesus adalah hubungan cinta kasih, maka kita bertanya: “Mau kemana hubungan ini?” Kita harus mengupayakan hubungan cinta kasih tersebut berjalan baik dalam tuntunan dan kasih karunia Tuhan sendiri, sehingga segala yang kita kerjakan adalah sebagai bentuk ekspresi cinta kasih kita kepada Tuhan. Sebagai umat kristen, entah itu Katolik maupun Protestan. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing: “Dalam relasi dengan Yesus, apakah saya melihat keindahan-keindahan Kristus?”

Nomer Lima.
Inti Ajaran Kejawen; 
Sebenarnya, kedjawen adalah ajaran Budi Pakerti Luhur Tanah Jawa. Budaya dan kebudayaan adalah jati diri suatu bangsa. Ajaran budi pakerti luhur dari sebuah pemikiran rasa cipta dan karsa dari manusia. Sebagai orang jawa, sudah sepatutnya budaya sebagai jati diri ini,  digali dilestarikan dan diajarkan, bukan malah ditolak mentah-mentah, di sia-sia dianggap tak berharga. Perlu diketahui, yang membuat bangsa lain kagum kepada kita, bukanlah sekedar teknologi dan kemajuan, tapi adalah orisinilitas dalam pola tingkah laku, yaitu budaya kebudayaan ajaran budi pakerti luhur, sebagai identitas jati diri pribadi sebuah bangsa.

Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa, oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya, yang menetap di Jawa. Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat dimana keberadaanya ada sejak orang Jawa (Bahasa Jawa: Wong Jawa , Krama: Tiyang Jawi) itu ada. Hal tersebut dapat dilihat dari ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama yang dianut pada zamannya. Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama, meskipun memiliki laku. Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut, karena filsafat Kejawen dilandaskankan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf Jawa.


Sejak dulu, orang Jawa mengakui keesaan Tuhan, sehingga menjadi inti ajaran Kejawen, yaitu mengarahkan insan. Sangkan Paraning Dumadhi; (Dari mana datang dan kembalinya hamba Tuhan) dan membentuk insan se-iya se-kata dengan Tuhan-nya. Manunggaling Kawula lan Gusthi; (Bersatunya Hamba dan Tuhan). Dari kemanunggalan itu, ajaran Kejawen memiliki misi sebagai berikut:

Mamayu Hayuning Pribadhi (sebagai rahmat bagi diri pribadi)
Mamayu Hayuning Kaluwarga (sebagai rahmat bagi keluarga)
Mamayu Hayuning Sasama (sebagai rahmat bagi sesama manusia)
Mamayu Hayuning Bhuwana (sebagai rahmat bagi alam semesta)

Berbeda dengan kaum abangan kaum kejawen relatif taat dengan agamanya, dengan menjauhi larangan agamanya dan melaksanakan perintah agamanya namun tetap menjaga jatidirinya sebagai orang pribumi, karena ajaran filsafat kejawen memang mendorong untuk taat terhadap Tuhan-nya. jadi tidak mengherankan jika ada banyak aliran filsafat kejawen menurut agamanya yang dianut seperti: Islam Kejawen, Hindu Kejawen, Kristen Kejawen, Budha Kejawen, Kejawen Kapitayan (Kepercayaan) dengan tetap melaksanakan adat dan budayanya yang tidak bertentangan dengan agamanya.

Nomer Enam.
Inti Ajaran Wahyu Panca Gha’ib;
Adalah percaya atau yakin. Bahwa hanya hidup, yang bisa menjadi jalan pulangnya jiwa dan  raga kita, setelah meninggalkan kehidupan di dunia ini. karena hanya Hidup, yang berasal dari Hyang Maha Suci Hidup. Selain Hidup, diciptakan dengan bahan. Sedangkan Hidup, langsung berasal dari Hyang Maha Suci Hidup, dengan cara di tiupkan bersama Sabda Kun Faya Kun, pada awal pencipta’an.

Salokanya; “Kenalilah dirimu sendiri. Sebelum engkau mengenal AKU”

Bagi Pelaku Wahyu Panca Gha’ib. Hidup adalah Guru Sejati-nya. Penuntun-nya. Rasul-nya. Utusan yang mengemban amanah dan firman dari Hyang Maha Suci Hidup, secara langsung untuknya, tanpa perantara apapun dan siapapun. Jadi, tidak ada satupun yang bisa mengembalikan atau memulangkan atau bertanggung jawab, tentang jiwa raga lahir bathin kita, kecuali Hidup kita sendiri.

Salokanya; “Galilah Rasa yang meliputi seluruh tubuhmu. Karena di dalam tubuhmu. Ada Firman Tuhan yang bisa menjamin, hidup mati dan dunia akheratmu”

Semboyan-nya. Kita bisa melakukan apa saja. Karena Hidup. Bisa menyebut Tuhan/Allah. Nabi. Rasul. Bisa ngaji/baca alqur’an, bisa beramal dan beribadah, bisa makan minum dll, itu karena kita Hidup, coba kalau tidak Hidup, bisakah melakukan atau berbuat sesuatu... tidak bukan, paling tidak ya di kubur, karena kalau tidak Hidup, itu bukan manusia, melainkan mayat atau bangkai, yang layaknya hanya di kubur.

Salokanya; “Jangan sekali-kali mengaku manusia hidup. Jika tidak bisa merasakan hidupnya. Sebab kalau tidak bisa merasakan hidupnya, itu bukan manusia hidup. Melainkan mayat hidup”

Prinsipnya; “Jadi, sudah merupakan keharusan untuk mengenal Hidup dan Mengikuti Pentunjuknya, karena hanya petunjuk dari hiduplah, yang tidak meleset dari Firman Hyang Maha Suci Hidup”

Sebenarnya Wahyu Panca Gha’ib itu, lebih tepat disebut Laku, bukan ajaran. Laku itu, niyat pribadi yang sudah ada sejak sekian lama, lalu diarahkan hanya pada satu tujuan saja, yaitu Maha Suci Hidup. Bukan yang lain selainnya. Wahyu Panca Gha’ib juga tidak bisa disebut, agama atau kepercaya’an, juga bukan kejawen atau kebatinan, bukan golongan, bukan perguruan atau ilmu kesaktian jaya kawijayan, atau partai politik dan lain-lain sebagainya. Wahyu Panca Gha’ib, adalah Sarana untuk Laku Manunggal.

Apa itu Manunggal?
Manunggal itu menyatu atau bersatu.
Menyatu dan bersatu dengan apa dan siapa?
Menyatu atau bersatu dengan Hidup.
Apa yang disatukan dengan Hidup?
Kawula dan Gustinya atau Sedulur papat kalima Pancernya.
Apa itu kawula gusti atau sedulur papat kalima pancer?

Kawula atau Sedulur Papat itu, angan-angan, budi, pakarti dan panca indera, atau mutmainah, aluamah, supiyah, dan amarah. Gusti atau Pancer adalah Wujud/Raga. Itulah yang disatukan dengan Hidup, agar jiwa dan raganya dapat menyatu dengan Hidup, se iya sekata, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam sikon apapun, seperti dikala Hyang Maha Suci Hidup menciptakan.

Wahyu Panca Gha’ib itu, bukan agama atau kepercaya’an, bukan kejawen atau golongan, bukan perguruan atau kebathinan, bukan ilmu atau partai dan politik serta lain-lainnya. Wahyu Panca Gha’ib, adalah Sarana untuk kembali pulang ke asul usul sangkan paraning dumadi.

Apa itu asal usul sangkan paraning dumadi?
Proses asal usulnya manusia hidup.
Memang asal usulnya manusia hidup itu dari mana?
Dari Maha Suci.
Apa itu Maha Suci?
Penguwasa segalanya. Yang Maha diatas segala yang termaha, yang Langgeng dan Mutlak,  tak bisa dicampuri dan tercampuri oleh apapun, kecuali yang berasal dari Maha Suci.
Apa yang berasal dari Maha Suci?
Hidup.

Apa itu Hidup?
Hidup itu... Yang bisa menjadikan Manusia Hidup, bisa bicara, makan, minum, lapa, kenyang dll, bisa bergerak, berpikir dll serta menjadikan manusia hidup memiliki Rasa. Krasa. Rumangsa. Ngrasakake Urip. Bisa menyebut Tuhan. Nabi. Agama. Bisa mengaku hebat, pintar pandai dll.

Nah,,, untuk mengarah ke Hidup-nya sendiri inilah “Wahyu Panca Gha’ib” karena hanya dengan Hidup  yang berasal dari Maha Suci ini, kita bisa kembali ke asal usul kita. Sebab, hanya Hidup-lah yang bisa mengantar kita kembali ke Rahmatullah, yaitu Maha Suci Hidup. Bukan ilmu atau amal yang menumpuk atau ibadah yang hebat dll, karena semuanya itu, berbahan, yang tidak berbahan, yang murni dari Maha Suci itu, hanya Hidup.

Maka, hanya melalui Hidup yang bersemayan didalam wujud kita sendiri inilah. Kita bisa kembali pulang ke Rahmatullah.  Kalau dalam istilah islamnya “Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Roji’un” kita milik Hyang Maha Suci Hidup, dan berasal dari Hyang Maha Suci Hidup. Tentu harus kembali hanya kepada Hyang Maha Suci Hidup, karena kita berasal dari-Nya. Bukan ke Sisi-Nya atau ke Surga-Nya dan yang lainnya selain Hyang Maha Suci Hidup, apa lagi ke gunung goa dan pepohonan. Kalau dalam istilah kejawennya “Curigo manjing warongko-Warongko manjing curigo” Sirna Sempurna tanpa Bekas apapun.

Inti Laku Ajaran Wahyu Panca Gha’ib, adalah tentang kesempurna segala hal yang hidup dan yang tidak hidup. Maksudnya... Sempurna selama masih Hidup di dalam kehidupan dunia ini, dan Sempurna di kehidupan setelah mati meninggalkan dunia ini. Inti Laku Ajaran Wahyu Panca Gha’ib ini, bisa di ketahui dari sistemnya manekung/maneges atau manembah/sembahyangnya. Yaitu  “Wahyu Panca Laku” sebagai berikut;

Wahyu Panca Laku;
1. Manembahing Kawula Gusti.
2. Manunggaling Kawula Gusti.
3. Leburing Kawula Gusti.
4. Sampurnaning Kawula Gusti
5. Sampurnaning Pati Urip.

Wahyu Panca Ghaib dan Wahyu Panca Laku;
1. Kunci - Manembahing Kawula Gusti.
2. Paweling - Manunggaling Kawula Gusti.
3. Asmo - Leburing Kawula Gusti.
4. Mijil - Sampurnaning Kawula Gusti.
5. Singkir - Sampurnaning Pati Urip.

Wahyu Panca Gha’ib tidak mengharuskan Pelakunya untuk begitu dan begini, meninggalkan agama atau kepercaya’annya dan menjauhi adat istiadat atau status serta identitas dan latar belakang-nya. Semuanya boleh dan di perkenankan, selagi benar dan tidak menyakiti serta merugikan apapun dan siapapun. Wahyu Panca Gha’ib hanya mengajak pelakunya untuk menggali Rasa yang meliputi seluru tubuhnya, karena dengan menggali Rasa yang meliputi seluruh tubuh inilah, kita bisa keluar dari kotak apapun sebutannya, dan membebaskan diri dari semua jenis dan bentuk ego kemelekatan. Sebab ego kemelekatan inilah, yang mempesulit kita, untuk bisa mengerti dan paham arti dan makna dari segalah hal yang sebenarnya. Dan kerena kesulitan yang kita buat sendiri inilah, kita jadi terlepas, bahkan terpisah jauh dari Hakikat Hidup-nya sendiri. Sehingga lupa pada asal usul sangkan paraning dumadi-nya sendiri, yang merupakan awal dan akhir kehidupan-nya.

Itu sebab Wahyu Panca Gha’ib tidak bisa disebut atau dibilang sebagai; agama atau kepercaya’an, kejawen atau golongan, perguruan atau kebathinan, ilmu atau partai dan politik serta lain-lainnya. Karena  Wahyu Panca Gha’ib adalah. Hakikat-nya Maha Suci Hidup (Tuhan/Allah). Lakunya Tentang Hidup dan Prosesnya soal Rasa. Hidup dan Rasa ini, dimiliki oleh semua mahkluk hidup. Tidak peduli agama, adat, suku dan partai golongannya.

Sebab Inti Lelaku Ajaran Wahyu Panca Gha’ib, adalah tentang kesempurna segala hal yang hidup dan yang tidak hidup. Maksudnya... Sempurna selama masih Hidup di dalam kehidupan dunia ini, dan Sempurna di kehidupan setelah mati meninggalkan dunia ini. hingga tujuh turunan kekanan, kekiri, kedepan, kebelakang, keatas dan kebawah keluarga kita. Inti Lelaku Ajaran Wahyu Panca Gha’ib ini, bisa di ketahui dari caranya praktek di dalam kehidupan sehari-harinya sa’at berbaur/bermasyarakat. Yaitu sebagai berikut;

Praktek Wahyu Panca Gha’ib dengan menggunakan sistem Wahyu Panca Laku;
1. Pasrah kepada Maha Suci Hidup.
2. Menerima Maha Suci Hidup.
3. Mempersilahkan Maha Suci Hidup.
4. Merasakan Prosesnya.
5. Dengan Cara Menebar Cinta Kasih Sayang kepada apapun dan siapapun dimanapun.

KESIMPULANNYAL;
Karena Intisari ini. Hanya Ada Di Dalam Wahyu Panca Gha’ib. Dan Wahyu Panca Gha’ib bisa dimiliki dan di jalankan oleh semuanya, siapapun dan bagaimanapun dia, tanpa terkecuali. Tanpa harus meninggalkan agama atau ganti agama atau keluar dari agama dan bla... bla... bla... lainnya. Berati Wahyu Panca Gha’ib. Adalah Penyempurna Intisarinya,  Ajaran-ajaran yang sudah saya uraikan diatas. Buktinya saya sendiri. Bukan orang lain. Dan... Silahkan direnungkan. Lalu Tentukan. Terus Lakukan jika menginginkan Bukti Nyatanya.

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.

Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com