Apa Yang Seharusnya Dilakukan Oleh Manusia Hidup Di Dunia Ini..?! DAN Bagaimana Cara Menghadapi Masalah Dengan Benar dan Tepat...?!

Apa Yang Seharusnya Dilakukan Oleh Manusia Hidup Di Dunia Ini..?!
DAN Bagaimana Cara Menghadapi Masalah Dengan Benar dan Tepat...?!
Oleh Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa Dwipa Hari Sabtu Wage. Tgl 14 Mai 2016

Djaka Tolos;
Pak WEB...
No. 01. Apa Yang Harus Dilakukan Oleh Manusia Hidup Di Dunia ini..?!

Wong Edan Bagu;
Yang Harus Dilakukan Oleh Manusia Hidup Di Dunia ini. Adalah merintis jalan pulang ke rumahnya sendiri, di kampung halaman sendiri, sembari mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke rumahnya sendiri, di kampung halamannya sendiri. Dunia ini bukan rumah kita, bukan tempat kita, bukan kampung halaman kita, kita berada di dunia ini, karena angkara murka kita sendiri, karena angkara murka diri kita sendiri inilah, kita jadi terusir dari rumah dikampung halaman kita.

Masih ingat kisah ADAM dan HAWA pada mulanya bukan...
Kenapa dan mengapa Nenek Moyang kita itu terusir dari Surga...?!

Kita berada di dunia ini, sebagai kalifah yang sedang berjihad, jihad memerangi angkara murka, angkara murka yang bersembunyi dalam diri pribadi kita sendiri, bukan diluar diri pribadi kita, dan akibat dari angkara murka inilah, kita menjadi berada di dunia ini, bukan di tempat yang seharusnya kita tempati, tempat manusia hidup yang sesungguhnya, bukanlah di dunia ini, melainkan di surga, dunia ini tempatnya para hewan dan mahluk lainnya, selain manusia hidup. Sebab itu, semua manusia hidup di dunia ini, tidak ada satupun yang tidak punya masalah, karena di dunia ini bukan tempatnya, tapi tempatnya mahluk lain selain manusia hidup.

Senyaman-nyamannya dan sebahagia-bahagianya di tempat lain, tidak akan senyaman dan sebahagia di rumah sendiri dan di tempatnya sendiri, walau tempatnya di kampung pelosok, rumahnya gubug reyod, pasti nyaman dan bahagia, apa lagi semua kebetuhan tercukupi dan segala keperluan tersedia.

Tapi coba jika bukan di tempat dan rumahnya sendiri, misalnya rumah kontrakan atau menempati rumah dinas di kota atau dimanapun yang bukan kampungnya sendiri, sekalipun tercukupi dan terpenuhi, saya berani Pastikan, tidak akan nyaman atau bahagia, karena ada batasan-batasan tertentu, aturan-aturan tertentu, ikatan-ikatan tertentu, yang membuat kita  tidak nyaman dan jauh dari bahagia, bukankah begitu...?!

Seperti itulah dunia yang sedang kita huni ini, yang sedang kita tempati ini. disini kita hanya sementara, bak musyafir yang sedang singgah minum, sekejap dan berlalu, Itu sebagai gambaran perumpama’annya saja. Selebihnya, jauh dari yang saya gambarkan diatas. Karena kenyata’an yang benar, bukanlah gambaran umpama atau kira-kira.

Djaka Tolos;
Lalu, bagaimana cara kita merintis jalan pulang ke rumah sendiri, di kampung halaman sendiri, sembari mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke rumah sendiri, di kampung halamannya sendiri itu, pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Untuk bisa merintis, membersihkan jalan, berati kita harus punya sarana alat untuk merintis dan membersihkan jalan, bukankah begitu...

Djaka Tolos;
Sarana alatnya apa pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Sarana alatnya adalah Wahyu Panca Gha’ib. Yaitu; Kunci. Paweling. Asmo. Mijil dan  Singkir.

Djaka Tolos;
Bagaimana teori untuk merintis jalan pulang ke rumah sendiri, di kampung halaman sendiri, sembari mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke rumah sendiri, di kampung halamannya sendiri, dengan menggunakan sarana alat Wahyu Panca Gha’ib itu pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Teorinya, jalankan Wahyu Panca Gha’ib dengan sistem Wahyu Panca Laku. Yaitu; Manembahing kawula gusti. Manunggaling kawula gusti. Leburing kawula gusti. Sampurnaning kawula gusti dan Sampurnaning urip-pati/pati-urip.

Djaka Tolos;
Maaf, apakah ada perbeda’an antara Wahyu Panca Gha’ib dan Wahyu Panca Laku itu pak WEB...?! Sepintas terkesan sama.

Wong Edan Bagu;
Wahyu Panca Gha’ib itu, sarana atau alat, sedangkan Wahyu Panca Laku itu, adalah cara atau sistem untuk menjalankan Wahyu Panca Gha’ib. 

Djaka Tolos;
Bagaimana Praktek menjalankan Wahyu Panca Gha’ib yang tepat dan benar, dengan menggunakan sistem Wahyu Panca Laku itu, pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Luangkan waktu, minimal satu jam dalam sehari semalam, untuk berSemedi “lebih lama lebih bagus”. Lalu Patrapkan Wahyu Panca Gha’ib dengan Sistem Wahyu Panca Laku.

Lakunya Kunci itu; Manembahing kawula gusti. Patrapkan itu...
Lakunya Paweling itu; Manunggaling kawula gusti. Patrapkan itu...
Lakunya Asmo itu; Leburing kawula gusti. Patrapkan itu...
Lakunya Mijil itu; Sampurnaning kawula gusti. Patrapkan itu...
Lakunya Singkir itu; Samprnaning urip-pati. Patrapkan itu...

Djaka Tolos;
Masih belum bisa di mengerti pak, bisa di jelaskan lebih rinci lagi, dengan bahasa yang lebih bisa dipahami lagi pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Bisa... Patrap itu, cara bergerak atau gerakan yang dilakukan sa’at membaca kalimah-kalimah Wahyu Panca Gha’ib. Sedangkan Laku “Wahyu Panca Laku” itu, Sistemnya atau sikon sa’at bergerak membaca kalimah-kalimah Wahyu Panca Gha’ib yang terpakai sa’at berSemedi.
Djaka Tolos;
Contoh misalnya pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Misal contohnya. Patrap Kunci, lakunya patrap Kunci itu, adalah manembahing kawula gusti. Manembahing itu. Nyembah atau sungkem. Kawula itu, sedulur papat kita, yaitu. Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah atau Angan-angan. Budi. Pakarti dan Panca indera (jiwa kita). Gusti itu, wujud (raga kita). Karena Patrap Kunci itu Lakunya adalah Manembahing kawula gusti, yang artinya nyembahnya jiwa dan raganya kita. Ya harus tawaduk, harus sopan, harus santun, harus lembut, harus tunduk, harus andap asor, harus indah, harus bertata krama. Sebagaimana dikala kita Manembah/Sungkem kepada kedua orang tua kita sa’at Hari Raya Iddul Fitri.

Misal contohnya lagi. Patrap Paweling, lakunya patrap Paweling itu, adalah manunggaling kawula gusti. Manunggal itu. Menyatu atau bersatu. Kawula itu, sedulur papat kita, yaitu. Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah atau Angan-angan. Budi. Pakarti dan Panca indera (jiwa kita). Gusti itu, wujud (raga kita). Karena Patrap Paweling itu Lakunya adalah Manunggaling kawula gusti, yang artinya. Menyatunya atau bersatunya jiwa dan raganya kita. Ya harus dengan penghayatan rasa, harus dengan ketelitian rasa, harus dengan kesadaran rasa. Sebagaimana dikala kita mencium kedua telapak tangan atau kaki kedua orang tua kita sa’at memohon doa restunya.

Misal contoh lagi. Patrap Asmo, lakunya patrap Asmo itu, adalah leburing kawula gusti. Lebur itu, lebur atau luluh. Kawula itu, sedulur papat kita, yaitu. Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah atau Angan-angan. Budi. Pakarti dan Panca indera (jiwa kita). Gusti itu, wujud (raga kita). Karena Patrap Asmo itu Lakunya Leburing kawula gusti, yang artinya. Leburnya atau luluhnya jiwa dan raganya kita. Ya harus sepi, senyap, kosong, hening, suwung, tidak ada apa-apa. Sebagaimana dikala kita tenrenyuh meneteskan air mata, sa’at mendapat maaf dan doa restu dari kedua orang tua kita.

Begitu juga dengan Patarp Mijil, yang lakunya Patrap Mijil adalah Sampurnaning kawula gusti. Sampurna itu layak atau pantas. Kawula itu, sedulur papat kita, yaitu. Mutmainah. Aluamah. Amarah dan Supiyah atau Angan-angan. Budi. Pakarti dan Panca indera (jiwa kita). Gusti itu, wujud (raga kita). Karena Patrap Mijil itu Lakunya adalah Sampurnaning kawula gusti. Yang Artinya Layak atau Pantasnya jiwa dan raga kita, sebagai manusia hidup (Putro Romo). Maka harus hakul yakin, harus benar-benar beriman, percaya, sudah tidak ada lagi keraguan, ketakutan, menduga-duga, menebak-nebak, mengira itu dan ini. semuanya telah sempurna, yang ada hanya Cinta Kasih Sayang, tidak ada lagi perbeda’an, tidak ada lagi perselisihan, tidak ada lagi yang perlu di pertanyakan, semuanya sama, satu asal usul dan akan kembali kepada satu, asal usul yang sama, yaitu Hyang Maha Suci Hidup.

Dengan yang sudah saya uraikan diatas, semuanya bisa. Tidak peduli apapun agama dan latar belakangnya, statusnya, adatnya, sukunya, tempatnya, jenis kelaminnya. Karena ini berlaku untuk semua Manusia Hidup tanpa terkecuali. Maka... Pikirkanlah dengan nalar dan logika-mu yang wajar dan umum. Terima Kasih _/||\_

Djaka Tolos;
Apakah sudah cukup hanya dengan itu semua pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Lebih dari cukup, karena dengan menjalankan Wahyu Panca Gha’ib dengan Sistem Wahyu Panca Laku. Akan di tuntun dan tertuntun oleh Guru Sejati/Hidupnya sendiri. Dan tuntunan terbaik dan terbenar untuk setiap diri manusia hidup, adalah Hidupnya sendiri.

Djaka Tolos;
No. 02. Bagaimana Cara Menghadapi Masalah Dengan Benar dan Tepat...?!
Karena kehidupan di dunia ini, tidaklah mungkin tanpa masalah, misalnya pekerja’an atau hutang piutang dan lain sebagaimanya, pak WEB juga pernah mengatakan, tidak ada satupun manusia hidup di dunia ini yang tanpa masalah, karena dunia ini sesungguhnya adalah masalah.

Wong Edan Bagu;
Langkah awal, jalankan apa yang sudah saya uraikan diatas, jangan berpikir apa lagi merancang sesuatu yang belum, apapun itu, karena milik kita adalah sekarang dan sa’at ini, kemaren dan esok, itu bukan milik kita. Jika sa’at sekarang ini mendapatkan masalah. Lakukan lima hal sebagai berikut.

1. Pasrah-lah kepada Hyang Maha Suci Hidup.
2. Menerima-lah dengan apapun Keputusan Hyang Maha Suci Hidup.
3. Persilahkan Hyang Maha Suci Hidup.   
4. Rasakan Proses kejadiannya
5. Tebarlah Cinta Kasih Sayang kepada apapun dan siapapun.

Djaka Tolos;
Bisakah di uraikan satu persatu penjelasannya, dari kelima lelaku tersebut, dengan menggunakan contoh misal, agar lebih mudah untuk di pahami maksudnya, pak WEB...?!

Wong Edan Bagu;
Bisa...
Contoh misal. Saya punya masalah hutang. Pertama; Pasrahkan-serahkan hutang itu kepada Hyang Maha Suci Hidup, dengan cara Laku Patrap Kunci. Kedua: Terimalah Hyang Maha Suci Hidup sebagai Imam-mu, dengan cara Laku Patrap Paweling. Ketiga; Persilahkan Hyang Maha Suci Hidup, mengambil alih semua dan segala urusan kepentinganmu, dengan cara Laku Patrap Asmo. Ke’empat; Rasakan prosesnya dengan cara Laku Patrap Mijil. Nanti kau akan tau ending-nya, kalau sudah tau ending-nya, pasti ngerti klimax-nya. Kalau ngerti klimax-nya. Pasti Bisa...!!!

Jika kesulitan dalam merasakan prosesnya, karena alasan belum terbiasa atau karena masih awam.

Carilah rasa enak/nyaman dibalik proses Laku Patrap Mijilmu itu, jika berhasil mendapatkan rasa enak/nyaman, berati selesai sudah apa yang telah menjadi masalahmu itu. Akhiri dengan Patrap Palungguh. Kelima; Lalu tebarlah Cinta Kasih Sayang terhadap apapun dan kepada siapapun, dengan cara beraktifitas seperti biasanya, contoh misalnya; kerjalah jika ada pekerja’an, namun jangan mengharapkan hasilnya, apa lagi berpikir hasilnya untuk membayar hutang, kerja saja-lah, dengan iman. Ingat... hutangmu sudah di serahkan kepada Hyang Maha Suci Hidup, dan kau sudah yakin serta percaya Bahwa Hyang Maha Suci Hidup itu. Maha Segalanya, baginya tidak ada yang mustahil, maka jangan buang-buang waktumu untuk ikut campur urusannya.

Gambaran-Umpama;
Saya mau berangkat ke Jakarta. Menuju ke alamat rumah teman yang baru saja saya kenal, di jalan gajah mada nomer 2017. Rt/rw. 004/009. Kota Jakarta, dan ini untuk yang pertama kalinya saya akan berkunjung, misalnya; dengan mobil pribadi. Lalu saya Pasrah dan Menerima serta Mempersilahkan Hyang Maha Suci Hidup sebagai Supir mobil pribadi kita.

Karena Yang Menjadi Supir Mobil saya itu, adalah Hyang Maha Suci Hidup. Sesembahan Yang Maha Segala-Nya. Maka, saya tidak perlu pusing mikir makan di warung dan buang-buang waktu, mikirin isi bensin, mikir ban nggembes, ngasih tau Hyang Maha Suci Hidup, didepan ada belokan, ada lampu merah, untuk menuju ke alamat teman saya itu, nanti dari perempatan belok kiri, trus nanti ada gang, trus gang ke lima belok kanan, yang di bawah  pohonnya, ada ayunan anak-anak, trus lurus bla...bla...bla... Wow... Ingat...!!! yang sedang menjadi supir itu Hyang Maha Suci Hidup. Bukan Wong Edan Bagu yang bisanya hanya kowar-kowar ngabarin tentang Cinta Kasih Sayang Hyang Maha Suci Hidup doang. Bukan...!!! He he he . . . Edan Tenan.

Duh... Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.

Damai... Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki Yuwono Teguh Rahayu Slamet..  BERKAH SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com