APA ITU ROMO...?! Dan SIAPA ITU ROMO...?!
APA
ITU ROMO...?! Dan SIAPA ITU ROMO...?!
Oleh:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Jawa Dwipa Hari Kamis Legi. Tgl 26 Mai 2016
Para Sedulur dan Para Kadhang kinasihku
sekalian...
Yang terpenting itu, bukan tentang orang yang
membenci kita atau orang yang mencintai kita. Yang utama itu, bukan soal apa agama
kita dan setinggi apa ilmu yang kita miliki. Tapi yang terpenting dan utama
itu. Hyang Maha Suci Hidup Cinta Kasih Sayang apa tidak kepada kita.
Apa itu Romo...?! Siapa itu Romo...?!
Banyak orang yang menggunakan sebutan Romo
kepada orang yang di anggapnya mumpuni, dan terhormat, orang jawa khususnya.
Ada anak yang memanggil Bapaknya dengan sebutan Romo. Ada santri atau murid
yang memanggil gurunya dengan sebutan Romo. Ada juga, jema’at umat kristen yang
mamanggil pendetanya dengan sebutan Romo. Terutama di dalam ajaran Laku Wahyu
Panca Gha’ib, yang tersebut Putro Romo. Sudah pasti, mau tidak mau akan di dogma
bahkan di paksa untuk nyambat/nyebut Romo didalam keluh kesahnya. Namun...
Tapi... apa yang saya maksudkan diatas, sudah mengerti-kah dan sudah paham-kah,
apa itu Romo...?!
Jika tidak mengerti akan hal ini, sudah bisa di
pastikan, akan salah paham, yang bisa menimbulkan kontrofersi diri, yang berkecamuk
diantara hati dan pikiran, akibatnya, salah langkah, salah arah dan tujuan,
bahkan salah berTuhan. Singkatnya, membingungkan.
Sebab... Karena... Walau sama Romo sebutannya,
namun ada dua maksudnya, walaupun sama sebutannya Romo, tapi ada dua maksud tujuannya.
Contoh; Bagi si anak, menganggap bahwa Romo
itu, sebutan hormat untuk seorang bapak. Bagi si murid atau santri, menganggap
bahwa romo itu, sebutan hormat untuk seorang guru atau kiyai. Bagi seorang
jema’at, menganggap bahwa Romo itu, sebutan hormat untuk seorang pendeta.
Lain lagi bagi seorang pelaku Wahyu Panca
Gha’ib, menganggap bahwa Romo itu. Nabi-nya pelaku Wahyu Panca Gha’ib, yang
makamnya di gunung damar purworejo jateng, yang wajib di kenang dan di
kunjungi, minimal satahun sekali, setiap tanggal 14 november, ada juga yang
menganggap bahwa Romo itu, bapaknya para putro romo, yang harus di sambat sebut
jika mengalami apa saja. Bahkan ada yang menganggap kalau Romo itu, Tuhan-nya penghayat
kapribaden atau Putro Romo, tempat bersandar dan berharap serta bermohonya ples
kiblatnya para Putro Romo alias tujuan dari Laku Wahyu Panca Gha’ib. Dan masih
banyak lagi anggapan-anggapan lain tentang Romo.
Mari kita simak bersama liputannya....
Tapi saya tidak akan mengungkap istilah-istilah
sebutan Romo bagi selain Putro Romo, atau sebutan-sebutan Romo yang biasa di
gunakan oleh kebanyakan orang pada umumnya, yang bukan Putro Romo, karena itu
tidak penting. Saya hanya akan mengungkap yang berkaitan dengan Putro Romo.
Karena ini yang menjadi tema inti wedaran saya dalam Artikel ini.
Para Kadhang kinasihku sekalian, ketahuilah... Cukup
lama saya mempelajari tentang hal ini dan soal ini, dan hasil Praktek saya di
TKP. COBA Para Kadhang Renungkan soal pertama dibawah ini.
Kalau Romo itu Tuhan, kenapa di dalam kalimah
Kunci, unen/bunyinya baca’an Kunci, di bait kedua. Menggunakan...
“Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti Ingkang
Moho Suci” Kalau Romo itu Tuhan,
harusnya kalimah Kunci, unen/bunyinya baca’an Kunci itu seperti ini “Kulo
Nyuwun Pangapuro Dumateng Romo” bukan “Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti
Ingkang Moho Suci”
COBA Para Sedulur dan Para Kadhang Renungkan soal
kedua dibawah ini. Kalau Romo itu bukan Tuhan, kenapa di dalam kalimah Mijil
Sowan, unen/bunyinya baca’an Mijil Sowan di bait ketiga. Menggunakan...
“Arso Sowan Ingarsaning Kanjeng Romo” Kalau
Romo itu bukan Tuhan, harusnya kalimah Mijil Sowan, unen/bunyinya baca’an Mijil
Sowan itu seperti ini “Arso Sowan Ingarsaning Gusti Ingkang Moho suci” bukan
“Arso Sowan Ingarsaning Kanjeng Romo”
Dari sini, seharusnya Para Putro Romo merenung,
mencari ada tujuan dan maksud di baliknya. Apa itu Romo...?! Siapa itu
Romo...?!. Iya apa iya...!!!
Coba saja di pikir dan di renungkan kata-kata
saya diatas itu. Jika tidak, sama saja dengan seorang muslim yang sudah
mengikrarkan dua kalimah syahadzat, namun tidak mengerti makna dan maksud
tujuan dari dua kalimah syahadzat yang di ikrarkannya. Sehingganya, apapun yang
dijalankan atas agamanya, hanya sebatas katanya. Kulak jare adoh ndean.
Hasilnya, capek, pusing, bingung bahkan tambah waktu tambah ragu dan dimbang,
karena apa yang telah di jalankannya, hanya sebatas membuang waktu dengan
sia-sia. Lalu... Apa itu Romo...?! Siapa itu Romo...?!
Yang Pertama tentang Apa itu Romo...?!
Lama amat muter-muternya pak WEB... Bukan muter-muter,
saya sedang berusaha menjelaskan, dengan dasar logika bukti dan kenyeta’an.
Biyar mudah di mengerti dan bisa diterima akal pikiran secara wajar/umum, riyil
dan masuk akal. Kalau ujug-ujug saya katakan apa dan siapa itu Romo. Pasti
bingung dan menebak-nebak jangka panjang. Baiklah... INI DIA Jawaban tentang
apa dan siapa itu ROMO.
Tulisannya Rama, dibaca dengan suaru bahasa
jawa timur, menjadi Romo. Jika dibaca dengan suara bahasa jawa tengah, menjadi
dua suara, ada yang Romo ada juga yang Rama. Kalau dibaca dengan suara bahasa
jawat barat, menjadi tetap seperti tulisannya, yaitu Rama.
Ada bahan dasar dari Bapak M. Semono
Sastrohadidjoyo. Bahwa Rama atau Romo, itu bermakna Rasa Manunggal. Makna Rasa
Manunggal dari sebutan Rama/Romo ini. baku, tidak bisa di otak atik, apapun
alasannya. Yang bisa di otak atik sesuai praktek di lapangan, adalah sistem
atau cara untuk membuktikannya. Dan bukti yang berhasil saya peroleh dari TKP.
Bahwa Rama/Romo itu, bukan Tuhan, bukan nabi juga bukan dewa atau bapak Bapak
M. Semono Sastrohadidjoyo yang makamnya di purworejo jateng. Rama/Romo...
adalah Rasa Manunggal. Pen... Titik... tidak bisa di ganggu gugat dengan cara
apapun.
Karena maksud dari kata Rama/Romo itu adalah
paten, yaitu Rasa Manunggal yang tidak bisa di ganggu gugat atau di otak atik
dengan teori apapun. Seperti halnya dengan Unen Kunci, yang tidak bisa
ditambahi atau di kurangi atau di otak atik alias di ubah. Jadi,,, yang menjadi
soal dan duduk perkaranya, adalah... Putro Romo nya itu, yang hampir tiap waktu
nyambat/nyebut Rama/Romo itu, ngerti apa tidak, apa itu Rasa...?! paham apa
tidak, apa itu Manunggal...?!
Sebab, di dalam ilmu pengertian atau lelaku.
Rasa itu memiliki seribu bahasa penyampean. Dan inilah yang membuat kebanyakan
orang merasa sulit untuk mengetahui, Rasa yang manakah yang di maksud itu. Begitu
juga dengan Manunggal, sama saja, memiliki seribu bahasa penyampean, sesuai
dengan masing-masing kadar pengelaman si penyampenya. Tapi Rasa Manunggal yang
merupakan maksud dari kata Rama/Romo. Tidaklah sama dengan seribu bahasa
penyempean trsebut.
Sebab, Rasa yang dimaksud, adalah Hasil dari
semua Rasa yang memilik seribu bahasa penyampean itu. Sebab, Manunggal yang
dimaksud, adalah Hasil dari semua Manunggal yang memiliki seribu bahasa
penyampean itu. Cukup rumit dan sulit untuk menjelaskan Soal Rama/Romo kalau
hanya sebatas dengan tulisan atau bahasa, jika tidak salin berhadapan secara
langsung, karena mengungkap Rama/Romo, berati mengungkap bukti nyata dengan
seriyil-riyilnya “lebih dari sekedar Rasa”. Seperti saya mengungkap nikmatnya
wedang jahe buatan saya, saya tidak akan bisa memberikan bukti nikmatnya, kalau
tidak ikut minum wedang jahenya. Untuk bisa ikut minum wedang jahenya, berati
harus sama-sama menghadap wedang jahe tersebut kan...
Namun sesulit dan serumit apapun, saya akan
coba untuk menjelaskannya semudah mungkin, agar bisa di pahami, jika tidak
paham juga apa yang saya maksud, berati hanya ada satu cara, kita salin
berhadapan secara langsung dan berbicara secara langsung pula. Agar gerakan
pembuktianyya bisa di saksikan secara kasat mata, bukan kira-kira atau umpama.
Lanjut Punya Wedaran....
Olah Rasa atau Menggali Rasa di setiap Gerak
dan Gerik Tubuh, adalah merupakan keseharusan bagi siapapun yang menjalankan
Wahyu Panca Gha’ib. Kenapa...?! maksudnya agar tau dan bisa mengeri serta paham
semua jenis Rasa yang ada di seluruh tubuhnya sendiri... Huff,,, jangan salah
sangka dulu.
Hakikat Rasa itu satu, yaitu tidak ada apa-apa
“ora ono opo-opo” (Tenteram), suwung/kosong. Jika masih ada apa-apa, berati itu
bukan Rasa. Sebab Rasa itu; tidak ada apa-apa “ora ono opo-opo” (Tenteram),
suwung/kosong. Tapi seperti yang sudah saya jelaskan diatas, bahwa Rasa itu,
memiliki seribu bahasa penyampaian. Misal contoh; Rasa asin. Rasa pedas. Rasa
manis. Rasa pahit dll... oke.
Manunggal di setiap Laku Patrap, adalah merupakan
keharusan bagi siapapun yang menjalankan Wahyu Panca Gha’ib. Kenapa...?!
maksudnya agar tau dan bisa mengeri serta paham semua jenis Manunggal yang ada
di seluruh ajaran lelaku... Huff,,, jangan salah sangka dulu.
Hakikat Manunggal itu satu, itu tidak ada
apa-apa “ora ono opo-opo” (Tenteram), suwung/kosong. Jika masih ada apa-apa,
berati itu bukan Manunggal. Sebab manunggal itu; itu tidak ada apa-apa “ora ono
opo-opo” (Tenteram), suwung/kosong. Tapi seperti yang sudah saya jelaskan
diatas, bahwa Manunggal itu, memiliki seribu bahasa penyampaian. Misal contoh;
Manunggaling panca indera. Manunggaling budi pakarti. Manunggaling angan-angan.
Manunggaling laku lelaku. Manunggaling kawula gusti dll... oke.
Dan Rasa yang di maksud dengan Rama/Romo,
adalah, hasil dari semua olah Rasa tersebut. Dan Manunggal yang di maksud
dengan Rama/Romo, adalah hasil dari semua Laku Patrap tersebut.
Dan ini hanya bisa di buktikan dengan Praktek,
bukan dengan bahasa atau tulisan. Pada inti jelasnya. Rama/Romo. Itu bukan
Tuhan atau Nabi atau Bapak atau apa saja. “Rama/Romo itu adalah Rasa Manunggal”
Seperti halnya bahwa Wahyu Panca Gha’ib itu, bukan agama, kepercaya’an,
kejawen, kebatinan, ilmu, perguruan dll. “Wahyu Panca Gha’ib itu adalah Pedoman
Hidup” dan pedoman hidup itu, Sarana untuk kembali kepada asal usul sangkan Paraning
dumadi.
Jadi... Rama/Romo itu bukan sebutan. Rama/Romo
itu, tidak sama dengan Allah. Awlloh. Tuhan Bapa Tuhan Anak. Gusti. Dewa dll,
apa lagi yang di makamkan di gunung damar sejiwan purworejo. Sebab; Allah.
Awlloh. Tuhan Bapa Tuhan Anak. Gusti. Dewa dll. Itu sebutan. Sedangkan
Rama/Romo, itu bukan sebutan. Melainkan yang di sebut Allah. Awlloh. Tuhan Bapa
Tuhan Anak. Gusti. Dewa dll itu.
Misal Contoh; setiap manusia hidup, kan
memiliki nama sebutan bukan...?! Contoh saya sendiri. Manusia Hidup, itulah sebutan
saya sebagai orang, untuk membedakan antara hewan dan tumbuhan serta mahkluk
lainnya. Saya memiliki Nama Toso Wijaya, nama lahir saya Djaka Tolos. Toso
Wijaya atau Djaka Tolos itulah sebutan saya sebagai Manusia Hidup, agar orang bisa mudah memanggil saya. “yang
disebut Manusia Hidup itu Raga/Wujud saya. Yang dinamai Toso Wijaya atau Djaka
Tolos itu, juga Raga/Wujud saya. Yang dibilang manusia juga tetap Raga/Wujud
saya” coba kalau saya berbulu halus, berkaki empat, berekor dan bersuara
meong,,,, sudah tentu Raga/Wujud saya tidak akan di sebut manusia hidup, tidak
dinamai Toso Wijaya atau Djaka Tolos dan tidak mungkin di bilang orang. Pasti
Hewan/Binatang Kucing tuh... iya apa iya...?! He he he . . . Edan Tenan.
Itulah penjabaran tentang Perbeda’an antara
Rama/Romo dengan Tuhan Allah. Awlloh. Tuhan Bapa Tuhan Anak. Gusti. Dewa
dllnya. Kalau Allah. Awlloh. Tuhan Bapa Tuhan Anak. Gusti. Dewa dllnya itu.
Nama sebutan. Sedang Rama/Romo itu, yang dinamai atau yang disebut. Itulah
sekelumit Wedaran Pengalaman dari saya, tentang Apa Itu Rama/Romo.
Yang kedua. soal Siapa itu Romo...?!
Rama/Romo itu bukan apa-apa dan bukan
siapa-siapa. Melainkan Hidup kita sendiri yang sedang bersama Maha Suci. Itu
sebab tersebut Rasa Manunggal “Rama/Romo” karena Hidup dan Maha Suci sedang
bersatu padu, antara Sang Maha Kuasa dan yang dikuasai sedang menyatu. Maha
Suci sebagai Penguasanya dan Hidup sebagai yang dikuasai. Tersebut Hyang Maha
Suci Hidup. Hyang itu bertemunya-menyatunya. Maha Suci itu penguasanya dan Hidup
itu yang dikuwasainya. Atau, Hyang itu lampu neonnya. Maha Suci itu kabel
positipnya. Hidup itu kabel negatinya. Dan Laku Patrap Wahyu Panca Gha’b itu, mesin
disel yang menyalurkan setrumnya. Sedangkan kita ini, adalah cahaya lampu neon
tersebut. Kalau digambarkan dengan listrik. Semuanya salin berperan, salin
memberi dan salin terkait, salim sambung menyambung hingga menjadi satu kesatuan
yang tak terpisahkan.
Itulah yang di maksud Rama/Romo. Itulah Makna
dan tujuan dari Kata atau kalimat Rama/Romo. Satu saja ada yang terputus, maka
takan dapat berfungsi. Artinya, tidak akan ada reaksi apa-apa walau semiliyar
kali menyebut Rama/Romo. Jadi benar kalimat dasarnya. Yaitu Rasa Manunggal,
karena jika ada satu yang tidak manunggal, tidak bisa Rama/Romo, bukan
Rama/Romo. Ampang total bak menyaksikan hambusan angin kentut, kita bisa mencium
baunya seperti apa, dan mengetahui siapa yang kentut. Namun tak dapat melihatnya,
jika dipaksa untuk bisa melihat, bukannya terlihat, malah perdebatan dan
pertengkarang yang didapat.
KESIMPULANNYA;
Rama/Romo itu. Adalah Rasa Manunggal. Rasa
Manunggal itu. Bersatunya atau menyatunya Hidup dengan Maha Suci. Maksudnya...
Hidup dan Maha Suci, jika bersatu atau manyatu menjadi satu, itu di sebut
Rama/Romo. Kalau tidak bersatu dan menyatu. Berati bukan Rama/Romo. Belum
Rama/Romo. Itu sebab, nyebut Rama/Romo semeliyar kalipun, pasti ampang/hambar,
juga tidak bisa sabdo dadi, apa yang diucap tidak bisa dinyatakan atau
dibuktikan. Karena ampang/hambar dan tidak sabdo dadi, akhirnya, keraguan
bahkan ketakutan muncul menghantui dihampir setiap sa’at. Dan berbagai tebakan
dan sangkan berkecamuk. Ungkapannya juga, kulak jare adol ndean.
Dan selama Putro Romo Itu menganggap dan
mengira Bahwa Rama/Romo itu, adalah Tuhan Allah. Awlloh. Tuhan Bapa Tuhan Anak.
Gusti. Dewa dllnya, apa lagi yang di makamkan di purworejo, maka selama itu
pula, tidak akan pernah mengerti dan paham tentang arti selamat dan makna
sempurna, serta tidak akan pernah tau, siapa yang di sembahnya selama ini. “bak
katak dalam tempurung yang merindukan bulan” Mau bukti...!!! Datang temui saya,
akan saya kenalkan dengan Rama/Romo-mu.
Hemmmm.... ini masa lalu saya, dan saya tau,
sebelum sampai di dimensi ini, setiap Putro Romo mengalami seperti yang pernah saya
alami dulu, hanya saja. Munafiq, malu untuk mengakuinya dan enggan untuk
mencari tau. Akibatnya, walau memiliki Wahyu Panca Gha’ib, lakunya seperti
katak dalam tempurung yang merindukan bulan. Wahyu Panca Laku yang merupakan
Sistem untuk mempraktekan Wahyu Panca Gha’ib saja, tidak tau tidak mengert dan tidak
paham. Parhanya lagi, sudah tau kalau tidak tau tidak mengerti dan tidak paham.
Tidak mau bertanya/kadhangan, tidak mau lelaku mencari. Katanya malu, gengsi.
Asalkan Wahyu Panca Ghaib dijalani, pasti selamat dan sempurna. He he he . . .
Edan Tenan. Tidak semudah bibir tanpa tulang mengatakan itu Brow... lihat saja
sendiri buktinya di sekitarmu, ada berapa banyak Putro Romo yang hancur karena
kebodohannya sendiri. Apa itu yang disebut selamat dan sempurna...!!!
Di dalam Kalimah Mijil Sowan. Tersebut Kanjeng Romo
Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono. Ini bukan nama atau sebutan atau titel
jabatan. Ini adalah Wejangan yang Menjelaskan Rasa Manunggal Rama/Romo, bertemu
atau bersatunya antara Hidup dan Maha Suci. Ini harus di Cari oleh setiap Putro
Romo, dengan Cara Mempraktekan Wahyu Panca Gha’ib dengan sistem Wahyu Panca
Laku, minimal Menebar Cinta Kasih Sayang kepada siapapun dan apapun. Dan
jawabannya tidak boleh katanya, harus dapat sendiri dan harus mengalaminya
sendiri serta tau sendiri, karena tidak ada katanya didalam Wahyu Panca Gha’ib,
tidak ada kira-kira didalam Wahyu Panca Laku.
Jika tidak...!!! Maka kalimat Kanjeng Romo
Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono ini, akan menjadi PR momok seumur
hidupnya, yang membuat keraguan dan ketakutan bisa muncul sewaktu-waktu, tak kala
mendapat masalah dan menghadapi problema kehidupan. Sebab Rama/Romo itu. Tidak
sama dengan Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono.
Kenapa Putro Romo kalau sowan. kepada Kanjeng
Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono...?! kok bukan kepada Gusti Ingkang
Moho Suci atau Romo...?! kalau tentang Gusti dan Romo, walau hanya sekelumit
sudah saya wedarkan diatas. Tapi kalau soal Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu
Heru Cokro Semono. Sampai jumpa di Artikel berikutnya. He he he . . . Edan
Tenan. Bersambung ke Artikel selalunjut. Dengan judul. Apa dan Siapa itu
Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono...?!
Duh...
Gusti Ingkang Moho Suci. Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak
Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, sungguh saya telah menyampaikan Firman-Mu,
kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. maafkan lah saya, jika
apa yang telah saya sampaikan, kepada orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan
Sayangi, tidak membuat orang-orang yang saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. segera
Sadar dan menyadari akan kebenaran-Mu. Ampunilah orang-orang yang saya Cintai.
Kasihi dan Sayangi., dan bukakanlah pintu hati mereka, dan terangilah dengan
Rahmat-Mu, agar tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di hati orang-orang yang
saya Cintai. Kasihi dan Sayangi. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
Damai...
Damai... Damai Selalu Tenteram. Sembah
nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo.
Amanggih Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki
Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH
SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para
Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha
Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin... Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih *
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:
0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment