Aji Mundi Jati Sasongko Jati dan Wahyu Panca Gha’ib:
Aji Mundi Jati Sasongko Jati dan Wahyu Panca
Gha’ib.
(Adalah Puncak Ilmu dari segala Ilmu):
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Jumat Pon. Tgl 4 Maret 2016
Sepertingnya... Tuhan tengah bermain catur dengan kehidupan kita. Dia
menggerakkan bidak-bidaknya bernama tantangan, coba’an dan goda’an, yang kemudian
duduk kembali melihat reaksi kita. Hanya orang-orang beriman yang duduk diatas
Cinta Kasih Sayang, yang bisa menyedari akan hal ini. Hanya orang-orang yang
memiliki laku yang mampu membuat langkah terbaik sebelum Tuhan memberi kita
Skak Mat.
Disetiap artikel saya, yang mengungkap bab Wahyu Panca Gha’ib, saya selalu
wanti-wanti. Jangan sekali-kali merubah atau menambah atau mengurangi Wahyu
Panca Gha’ib, terutama Kunci.
Disetiap artikel saya, yang mengungkap bab Wahyu Panca Gha’ib, saya selalu
berpesan. Bacalah Kunci dengan penghayatan rasa, Pelan lirih dan rasakan setiap
endingnya.
Kenapa? dan mengapa?
Sebab di dalam Wahyu Panca Gha’ib. Ada ghaib yang tersembunyi diantara
celah-celah unen/bunyinya baca’an Kunci. Ghaib apa? Ghaib yang dapat menuntun
setiap pelaku Wahyu Panca Ghaib.
Apakah itu?
Tak lain dan tak bukan, adalah Aji
Mundi Jati Sasongko Jati.
Apa itu Aji Mundi Jati Sasongko Jati?
Aji Mundi Jati Sasongko Jati adalah puncaknya
ilmu dari segala ilmu.
Aji Mundi Jati Sasongko Jati ini, ternyata ada
tersembunyi dalam Wahyu Panca Gha’ib. Tersebut Wahyu Panca Laku.
Dengan Wahyu Panca Laku inilah, siapapun
dia yang laku Wahyu Panca Gha’ib, dijamin sadar dengan kesempurna’an Firman-Nya,
sehingganya, akan selalu tertuntun ke ranah kebaikan yang sesuai dengan firman
Hyang Maha Suci Hidup.
Wahyu Panca Laku atau Aji Mundi Jati
Sasongko Jati. yang tersembunyi didalam Wahyu Panca Gha’ib, hanya bisa di ketahui oleh
pelaku Wahyu Panca Gha’ib, yang benar-benar laku, bukan hanya sekedar
melakukan/menjalankan. Artinya; secara sadar dan rela, mau bersipat sebagai
Sejatine Sateriyo dan bersikap Sateriyo Sejati. Jika tidak, seumur hiduppun,
menjalankan Wahyu Panca Gha’ib, tidak akan pernah bisa menemukan Wahyu Panca
Laku yang menjadi alat Praktek untuk nggelar nggulungnya Wahyu Panca Gha’ib,
dan tanpa Wahyu Panca Laku. Dapat di pastikan, sulit, berat, susah, rumit,
untuk bisa nggelar gulung Wahyu Panca Gha’ib diamanapun.
Karena Wahyu Panca Gha’ib, adalah urusan Hidup dan Maha Suci Hidup. Bukan
yang lain, dan keduanya, adalah GHA’IB tingkat tinggi, yang tidak bisa di
jangkau dengan ilmu kesaktian model apapun, dan amal jariyah jenis apapun.
Dan dibawah inilah. Wahyu Panca Laku, yang berhasil saya temukan di dalam
Wahyu Panca Gha’ib.
PROSES;
Sedulur dan Para
Kadhang Kinasihku sekalian... Ketahuilah.
Raga itu diciptakan
oleh Hyang Maha Suci Hidup, berbahan dari cinta kasih sayang Bapa dan Ibu.
Sedang Sukma di ciptakan oleh Hyang Maha Suci Hidup, berbahan dari roh empat intisari/anasir.
Raga yang diutus oleh Hyang Maha Suci Hidup, turun ke dunia, menjadi kalifahnya. Disebut Manusia Hidup (Wong Urip).
Raga yang diutus oleh Hyang Maha Suci Hidup, turun ke dunia, menjadi kalifahnya. Disebut Manusia Hidup (Wong Urip).
roh yang diutus oleh
Hyang Maha Suci Hidup, sebagai utusan Manusia dengan Tuhan-nya disebut Malaikat.
roh yang diutus oleh Hyang Maha Suci Hidup, untuk menggoda Manusia. Disebut Jin atau Iblis.
roh yang diutus oleh Hyang Maha Suci Hidup, tinggal didalam tubuh Manusia Hidup. Disebut Sukma.
roh yang diutus oleh Hyang Maha Suci Hidup, untuk keluar dari tubuh Manusia Hidup. Disebut Arwah.
Doa;
Adalah sebuah
permohonan kepada Hyang Maha Suci Hidup, tanpa melakukan gerakan, biasanya
dilakukan secara spontan.
Sembahyang;
Adalah suatu
permohonan kepada Hyang Maha Suci Hidup,
yang dilakukan dengan sebuah gerakan.
Mantera;
Adalah suatu
permohonan kepada Hyang Maha Suci Hidup, yang biasanya berguna untuk membuka
akan Ilmu Hyang Maha Suci Hidup.
Dzikir;
Adalah suatu
permohonan kepada Hyang Maha Suci Hidup, dengan menyebut asma Hyang Maha Suci
Hidup, dengan cara mengulang-ulang.
PATRAP dan SEMEDHI;
Patrap atau pepatrap hampir sama dengan Semedhi, namun terdapat sedikit perbedaan pada sisi pernafasan, jika patrap kurang memfokuskan pada sisi aturan pernafasan, tetapi Semedhi, lebih memfokuskan pada aturan/pernafasan, patrap lebih fokus pada Doa Semedi tidak.
PATRAP dan SEMEDHI;
Patrap atau pepatrap hampir sama dengan Semedhi, namun terdapat sedikit perbedaan pada sisi pernafasan, jika patrap kurang memfokuskan pada sisi aturan pernafasan, tetapi Semedhi, lebih memfokuskan pada aturan/pernafasan, patrap lebih fokus pada Doa Semedi tidak.
ENDING;
Wahyu Panca Ghaib itu,
memiliki lima Tingkatan Laku Hakikat Hidup. Mengapa disebut tingkatan? Karena
disetiap tingkatan dimensinya itu, berbeda pengertian dan Lelakunya, di bawah
ini Wahyu
Panca Laku yang tersembunyi di dalam Wahyu Panca Gha’ib, yang berhasil saya
temukan, dan seharusnya, di temukan dan dimilik pula, oleh semua pelaku Wahyu Panca Ghaib, siapapun dia dan
dimanapun dia.
Wahyu Panca Ghaib;
1. Kunci.
2. Paweling.
3. Asmo.
4. Mijil.
5. Singkir.
Wahyu Panca Laku;
1. Manembahing Kawula
Gusti.
2. Manunggaling Kawula Gusti.
3. Leburing Kawula Gusti.
2. Manunggaling Kawula Gusti.
3. Leburing Kawula Gusti.
4. Sampurnaning
Kawula Gusti.
5. Sampurnaning Pati
Urip.
Panca Ghaib dan Panca
Laku;
1. Kunci -
Manembahing Kawula Gusti.
2. Paweling -
Manunggaling Kawula Gusti.
3. Asmo - Leburing
Kawula Gusti.
4. Mijil -
Sampurnaning Kawula Gusti.
5. Singkir -
Sampurnaning Pati Urip.
1. Manembahing Kawula
Gusti... “Obahe
Pikir, kasebut Kareb”.
2. Manunggaling
Kawula Gusti...
“Obahe Kareb, kasebut Rasa”.
3. Leburing Kawula
Gusti... “Obahe
Rasa, kasebut Bathin”.
4. Sampurnaning Kawula
Gusti... “Obahe
Bathin, kasebut Osik”.
5. Sampurnaning Pati
Urip... “Obahe
Osik, kasebut Nurullah”.
1. Obahe Pikir,
kasebut Kareb - Niyat kang saka pikir iku kasebut Karsa”.
2. Obahe Kareb, kasebut Rasa - Niyat kang saka Kareb kasebut Karya”.
3. Obahe Rasa, kasebut Bathin - Niyat kang saka Rasa kasebut Manteb”.
2. Obahe Kareb, kasebut Rasa - Niyat kang saka Kareb kasebut Karya”.
3. Obahe Rasa, kasebut Bathin - Niyat kang saka Rasa kasebut Manteb”.
4. Obahe Bathin,
kasebut Osik - Niyat kang saka Bathin kasebut Meneb”.
5. Obahe Osik,
kasebut Nurullah - Niyat kang saka Osik kasebut Sujud/Pasrah.
Artinya;
1.Bergeraknya Pikir itu disebut Keinginan.
1.Bergeraknya Pikir itu disebut Keinginan.
2. Bergeraknya
Keinginan disebut Rasa.
3. Bergeraknya Rasa
disebut Bathin.
4. Bergeraknya Bathin
disebut Osik.
5. Bergeraknya Osik
disebut Nurullah.
1. Niyat yang dari
Pikir disebut Kemaunan.
2. Niyat yang dari
Keinginan disebut Karya.
3. Niyat yang dari
Rasa disebut Mantap.
4. Niyat yang dari
Bathin disebut Menep.
5. Niyat yang dari
Osik disebut Sujud tunduk Pasrah. Sujud/Tunduk/Pasrah inilah Nurullah, yang disebut
Menyatunya Diri/Hidup dengan Hyang Maha Suci Hidup.
Maksudnya;
Maksudnya;
Segala sesuatu yang
berasal karena pemikiran, tanpa didasari dengan rasa yang terdalam, maka semua
hanya mencari keuntungan semata, mencari Nama, mendapatkan ketenaran belaka,
yang semua itu adalah duniawi, namun jika kita melakukan sesuatu, dengan niat
kedalam (sampai tingkat bathin saja) maka semakin kedalam semakin tunduk orang
tersebut, apa lagi lebih dalam dari sekedar bathin.
Pikir dan Keinginan, dimiliki oleh orang pada tingkat Manembah/Syareat/Kamadhatu, karena pada tataran ini masih duniawi, Rasa dan Bathin, dimiliki oleh orang pada tataran Manunggal/Hakikat/Rupadhatu, yang sudah mengurangi Duniawi, Osik dan Nurullah dimiliki oleh orang pada tataran Lebur/Makrifat/Arupadhatu.
Pertanya’annya: Jika kita berniat untuk menyembah Hyang Maha Suci Hidup, dari manakah timbulnya niat-ku ini...?!
KLIMAX;
Jawa pada digawa, Arab pada digarab, Budha
pada ditata, Hindu pada digugu, Nasrani pada dikanthi.
Artinya:
Arab sama digarap, Jawa sama dibawa, Budha sama ditata, Hindu sama dipercaya, Nasrani sama digandeng.
Maksudnya : Dalam pengertian Hakikat Hidup, tidak membedakan Agama, tetapi lebih condong pada tingkah laku, yaitu tidak mengkotak-kotak, dan tidak dikotak-kotak.
Yang dimaksudkan
Hidup itu Mati, adalah Hidup harus dapat mematikan akan Keinginan, sebab Manusia
itu, yang paling ditakuti, adalah Kareb atau Keinginannya, sebab ada petuah
mengatakan sbb:
Usrege ndonya iku sabenere mung sakecape lambe, yaiku Kareb, nanging tentreme ndonya uga sakecape lambe yaiku Eling, lelakua ngango kekarepanmu, nanging tetekena nganggo Elingmu.
Keruwetan dunia itu sebetulnya Cuma seucap bibir, yaitu Ingin, tetapi tentramnya dunia ini juga hanya seucap bibir yaitu Ingat, Berjalanlah dengan Keinginanmu, tetapi bertekanlah pada ke Ingatanmu.
Artinya; Bahwa dunia ini begitu semrawut, ruwet, onar, dll, semua itu semua itu sebenarnya digerakan oleh rasa kemauan, keinginan manusia itu sendiri guna mecukupi akan keinginan yang tiada habisnya, namun tentramnya dunia ini juga tergantung oleh rasa ingat kita pada Allah maka kita bisa menghentikan sejenak semua kegiatan yang ada, maka berjalanlah dengan Keinginanmu, tetapi selalulah ingatmu, yang dikedepankan, jangan keingananmu.
Untuk itulah, maka pada setiap manusia haruslah berusaha menyatakan atau berjanji pada dirinya, bahwa Aku adalah Rasaning Hyang Maha Suci Hidup, Utusan Hyang Maha Suci Hidup, sebagai penganut, juga menjalankan, serta menyebarkan, merawat akan firman Hyang Maha Suci Hidup, dimana janji dirinya selaku utusan tersebut, tidak boleh diucapkan pada siapapun, salah satu sikap Rasaning Hyang Maha Suci Hidup, adalah; Cinta Kasih Sayang pada semua ciptaan Hyang Maha Suci Hidup ( Hamamangayu/memberi keindahan, mempercantik) terutama Manusia, alam, tumbuh-tumbuhan, Binatang, dll.
Usrege ndonya iku sabenere mung sakecape lambe, yaiku Kareb, nanging tentreme ndonya uga sakecape lambe yaiku Eling, lelakua ngango kekarepanmu, nanging tetekena nganggo Elingmu.
Keruwetan dunia itu sebetulnya Cuma seucap bibir, yaitu Ingin, tetapi tentramnya dunia ini juga hanya seucap bibir yaitu Ingat, Berjalanlah dengan Keinginanmu, tetapi bertekanlah pada ke Ingatanmu.
Artinya; Bahwa dunia ini begitu semrawut, ruwet, onar, dll, semua itu semua itu sebenarnya digerakan oleh rasa kemauan, keinginan manusia itu sendiri guna mecukupi akan keinginan yang tiada habisnya, namun tentramnya dunia ini juga tergantung oleh rasa ingat kita pada Allah maka kita bisa menghentikan sejenak semua kegiatan yang ada, maka berjalanlah dengan Keinginanmu, tetapi selalulah ingatmu, yang dikedepankan, jangan keingananmu.
Untuk itulah, maka pada setiap manusia haruslah berusaha menyatakan atau berjanji pada dirinya, bahwa Aku adalah Rasaning Hyang Maha Suci Hidup, Utusan Hyang Maha Suci Hidup, sebagai penganut, juga menjalankan, serta menyebarkan, merawat akan firman Hyang Maha Suci Hidup, dimana janji dirinya selaku utusan tersebut, tidak boleh diucapkan pada siapapun, salah satu sikap Rasaning Hyang Maha Suci Hidup, adalah; Cinta Kasih Sayang pada semua ciptaan Hyang Maha Suci Hidup ( Hamamangayu/memberi keindahan, mempercantik) terutama Manusia, alam, tumbuh-tumbuhan, Binatang, dll.
Kematian adalah awal dari kehidupan.
Artinya; bahwa hidup
didunia itu, sebenarnya jasad/tubuh/raga itu, adalah Robot, sedangkan Rasa yang
memiliki adalah ruh/roh, hal ini dapat dibuktikan pada kita yang hidup, disaat
kita naik mobil mewah, dan disaat kita naik mobil Butut, kita bisa merasakan,
walau mata ini tertutup, namun disaat kita tak bernyawa, dibawa oleh Ambulance
yang mewah atau yang buruk kita tidak akan merasakan.
Padahal disaat Raga kita mati, ruh/roh masih tetap hidup, dan kembali pada Sang Pencipta.
Pertanya’an kesatu;
Benarkah langsung
kembali ?
Jawabannya;
Jika kita tinggal di
Kota A dan Orang Tua kita tinggal dikota B, dimana jarak kota A dan kota B
antara 500 km, jika Orang Tua kita memanggil dan kita menyanggupinya, disaat
itu pula, kita menghadap orang Tua kita.
Pertanya’an kedua;
Benarkah disaat itu
kita sudah di kota B ? dan apakah kita masih ada dikota A ?
Jawabannya;
Kita sudah
meninggalkan Rumah kita, tetapi kita masih dikota A, namun lambat laun akan
meninggalkan kota A, tetapi belum sampai pada kota B, artinya masih dalam
perjalanan.
Jika saja kita kembali menelisik pada awal pencipta’an manusia, yaitu Adam dan Hawa, berapakah usia beliau ? sebutlah 1000 th, sedangkan manusia sekarang berapakah usianya ? sebutlah 100 th, kemanakah yang 900 th ?
Inilah,,, makanya
dalam pengertian Jawa dikatakan :
“Urip ning ndonya iku mung sadrema mampir ngombe”
Hidup di dunia itu hanya sekedar mampir minum.
Artinya; kata Mampir menunjukkan bukan tempat yang sebenarnya, berarti dunia ini, bukan tempat kita yang sebenarnya, kita hanya mampir disini, kata mampir juga mengartikan waktu yang sebentar, artinya hidup didunia ini hanya sebentar.
“Urip ning ndonya iku mung sadrema mampir ngombe”
Hidup di dunia itu hanya sekedar mampir minum.
Artinya; kata Mampir menunjukkan bukan tempat yang sebenarnya, berarti dunia ini, bukan tempat kita yang sebenarnya, kita hanya mampir disini, kata mampir juga mengartikan waktu yang sebentar, artinya hidup didunia ini hanya sebentar.
Itulah makna Kematian adalah awal sebuah Kehidupan, dan kembalinya ruh/roh kita, akan memakan beratus-ratus tahun lamanya, didalamnya ruh/roh kita, akan mempertanggung jawabkan, semua perbuatan kita disaat Hidup di dunia.
INTROPEKSI:
Marilah kita menengok dan bertanya pada diri
kita, berapakah Usia kita ?
Dalam sehari, berapa kalikah kita mandi ?
Disaat kita mandi, apakah yang kita bersihkan
?
Pernahkah kita memandikan akan ruh/roh kita ?
Bukankah ruh/roh kita yang dibuat oleh Hyang
Maha Suci dan kita menyembahnya ?
Mengapa pemberian Hyang Maha Suci Hidup, kita
kesampingkan dan tidak kita bersihkan ?
Bagaimanakah cara membersihkan ruh/roh...?!
Memiliki dan Menjalankan Patrap Wahyu Panca
Ghaib, sampai berhasil menemukan lima Laku, yang tersembunyi di dalamnya, yang
akan di lalui dan di gunakan nantinya. “Bagaimana kita bisa kembali pulang ke
rumah, jika tidak tau dan tidak paham jalan yang akan kita lewati, untuk menuju
ke rumah, tempat tinggal kita”, seperti itulah peribahasanya.
Duh... Gusti Ingkang Moho Suci.
Pencipta dan Penguwasa alam semesta seisinya. Bapak Ibu dari segala Ilmu
Pengetahuan, maafkan lah saya, jika apa yang saya tulis dan saya sebarkan
melalui media internet ini, adalah kesalahan yang tidak saya sengaja. saya
hanya ingin menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang saya dapatkan dari-Mu, agar
tidak ada lagi kegelapan dan kesesatan di dunia ini. Damai dihati, damai didunia, damai Di Akherat.
Damai... Damai... Damai Selalu
Tenteram. Sembah nuwun,,, Ngaturaken Sugeng Rahayu, lir Ing Sambikolo. Amanggih
Yuwono.. Mugi pinayungan Mring Ingkang Maha Agung. Mugi kerso Paring Basuki
Yuwono Teguh Rahayu Slamet.. BERKAH
SELALU. Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para
Kadhang Konto dan Kanti Anom Didikan saya. yang senantiasa di Restui Hyang Maha
Suci Hidup....._/\_..... Aaamiin dan, Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih
*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:
0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment