Perjalanan Hakikat Menuju Ma’rifat memasuki Kesempurna’an:

Perjalanan Hakikat Menuju Ma’rifat memasuki Kesempurna’an:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Jumat Kliwon. Tgl 05 Pebruari 2016

MENGENAL DIRI SENDIRI. KUNCI MENGENAL ALLAH;
Perjalanan hakikat menuju marifat memasuki kesempurna’an itu, sangatlah  halus dan lembut jalanya, umpama melintasi jembatan sehelai rambut, dan jika sampai salah menapak kan langkah kaki, maka akan terjatuh kedalam lembah curam yang dalam.

Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, bahwa ajaran suatu perolehan dengan karunia, dan suatu perolehan dengan usaha, yang semuanya itu di tujukan untuk memperbaiki dan menata akhlak.

Sedang tujuan perbaikan akhlak, adalah untuk membersihkan qalbu, yang bererti, mengosongkan diri, dari sifat-sifat yang tercela/tidak baik (TAKHALLI) kemudian mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji/baik (TAJALLI) yang selanjutnya beroleh kenyataan Tuhan (TAJALLI).

Dengan demikian, maka sudah jelas. Bukan,,, bahwa jalan untuk mengenal Hyang Maha Suci Hidup “Allah” tidak dapat di tempuh dengan sekaligus, melainkan sesuai dengan peribadi masing-masing, yaitu, harus di tempuh secara bertingkat-tingkat, bak anak tangga yang harus kita naiki satu persatu, itupun masih harus di tentukan oleh yang namanya isi hati.

Pada tingkat untuk memasuki Ilmu Hakikat dan Ilmu Ma'rifat, berarti memasuki suatu jalan pengetahuan, yang bertujuan untuk megenal sesuatu,  dengan cara bersungguh-sungguh, bahwa siapakah manusia itu? siapakah yang menjadikannya? dan siapakah yang menciptakan sekelian itu?.

Ilmu Tasyawuf, meringkaskan jalan pengetahuan ini, dengan berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya;
"Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia akan mengenal Tuhannya."

Menurut pengalaman dan pengetahuan saya pribadi. Langkah pertama untuk mengenal diri sendiri, adalah dengan mengetahui, bahwa diri itu, tersusun dari bentuk-bentuk lahir (yang disebut badan atau jasad) dan bentuk-bentuk batin (yang disebut qalbu atau jiwa). Yang di maksudkan dengan qalbu itu bukanlah yang berupa segumpal daging yang berada di sebelah kiri dada di bawah susu (yang dikatakan jantung). Bukan...!!!

Tetapi dialah Roh Suci yang sangat paling, berpengaruh di dalam tubuh, dan dialah yang mengatur jasmani dan segenap anggota/organ badan.

Dialah Hakikat Insani Allah (yang dinamakan diri yang sebenarnya diri). Dialah yang bertanggung-jawab tentang lahir bathin dan jiwa raga serta dunia akherat.

Untuk meneliti dan mengenal diri sendiri itu, maka jasad dapat diumpamakan sebagai suatu kerajaan. Dan Roh Suci sebagai Rajanya, yang berkuasa dan dialah yang mengatur jasmani.

Jasmani adalah sebagai suatu Kerajaan dalam bentuk Alam muasyahadah atau Alam Nyata. Seluruh badan jasmani akan hancur binasa setelah mati, tetapi hakikat Roh Suci, tidak akan mati, ia tetap tinggal dalam Kuasa Hyang Maha Suci Hidup Allah.

Yang menjadi isi jasmani adalah hati, dan yang menjadi isi hati, adalah roh, yang menjadi isi roh, adalah Roh Suci, dan yang menjadi isi Roh Suci, adalah Hyang Maha Suci Hidup Allah. Itu sebab Rasulullah SAW bersabda yang artinya; "Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia akan mengenal Tuhannya." Karena kesemuanya itu, salin terkait dan berkait serta mengait. Dan yang mengaitkan semuanya itu, adalah Rasa. Rasa inilah yang di sebut Nur Iman, atau Cahaya Iman, atau Nurullah. Yang dapat menerangi hati. Sehingga jiwa raga dapat tau jelas akan kesemuanya itu.

Nur Iman atau Cahaya Iman atau Nurullah ini, tidak akan bisa menyalah, jika hati tidak di isi dengan Cinta Kasih Sayang. Karena kontak atau saklar yang bisa menyalakan Nur Iman atau Cahaya Iman atau Nurullah itu, hanya Cinta Kasih Sayang. Bukan ilmu, bukan amal, bukan harta benda, bukan tahta, bukan benci, bukan iri, sirik, dengki, fitnah, dendam dan bukan semuanya. Hanya Cinta Kasih Sayang.  Hanya Cinta Kasih Sayang.

Dan Laku Wahyu Panca Ghaib itu. Adalah Cinta Kasih Sayang. Itu sebab Romo dawuh, bahwa ini bukan agama, bukan ilmu, bukan golongan, bukan kebatinan, bukan kepercaya’an atau kejawen, Bukan itu dan ini, Karena Kunci itu Hidup. Hidup itu Rasa. Rasa itu Suci. Suci itu Cinta Kasih Sayang. Bukan yang lainnya, kalau yang lainnya itu, perasa’an.

Kejadiannya beraneka macam, yang dihapainya beraneka raga, namum Rasa/Iman/Qalbu/Jiwa/Diri-nya. Tetap Suci “Cinta Kasih Sayang” yang namanya Cinta, seburuk apapun, akan tetap cinta, yang namanya Kasih, sejahat apapun tetap kasih, yang namanya Sayang, sejelek apapun tetap sayang. Tidak ada pengecualian.  Dan tidak ada cela untuk yang namanya “Cinta Kasih Sayang”

Saya berani mengatakan dengan sangat Tegas. Bahwa itu SALAH, jika ada yang berpendapat,  bahwa hakikat Qalbu atau Roh Suci itu, dapat dicapai dengan cara memejamkan kedua matanya lalu diam semedi, atau memejamkan matanya terus berdzikir, atau dengan ilmu spiritual tingkat tinggi, yang intinya,   melupakan segala yang ada di sekitarnya, kacuali peribadinya sendiri.

Sementara Hatinya penuh duri kebencian dan dendam, beracun sirik, iri, dengki, fitnah, hasut dan sejenisnya. Karena itu sangat mustahil, sebab isi hatilah yang menentukan, dan Laku “Wahyu Panca Ghaib” adalah bekalnya. saya sudah membuktikannya sendiri, bukan katanya apapun dan siapapun, dan bukti yang saya dapatkan, sama persis dengan Firman Hyang Maha Suci Hidup dan Sabda Rasulullah SAW. Yang tersirat dalam al-qitab.

Disinilah letak tidak sulitnya mengenal dan memahami Hyang Maha Suci Hidup Allah. Karen tidak harus berilmu sakti dan kaya raya serta berkuasa. Asalkan hatinya bersih. Dijamin bisa. Karena hati yang bersih, adalah... Wadahnya ISI. Tempatnya ISI.

Lagi-lagi... Isi hati. Lagi-lagi isi hati. Lagi-lagi isi hati penentunya. Maka,,, jagalah hatimu, peliharalah hatimu, jangan kau nodai dia, sebab, jika sampai ternoda karena kau nodai. Maka semuanya akan sia-sia.

“Jagalah hatimu dengan segala kewaspada’an, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Dari hati terpancar kehidupan, yaitu hasil atau buah yang kita hasilkan dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, hati dan apa yang ada di dalamnya menentukan buah seperti apa yang dihasilkan.

Allah Berfirman:
“Pada hari itu tidak bermanfaat harta dan anak. kecuali yang datang pada Allah dengan hati yang selamat.” (QS as-Syuara’: 88-89) 

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (Al-Baqarah : 10)

“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS At–Taubah/9: 125)

“Kebanyakan orang-orang ahli kitab, menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka” (QS. Al-Baqarah: 109)

Dan masih banyak Firman-firman yang menjelaskan tentang hal tersebut. Jika kita mau iqro. Masih tidak mengertikah? Masih belum cukupkah? Kalau sudah mengerti. Kalau sudah cukup. Lalu.... Kenapa? dan mengapa? Serta untuk apa?   membenci, mendendam, menghasut, mengfitnah, iri, dengki, sirik, benci dan sejenisnya?! Bukankah semua dan segalanya itu berasal sama, dari satu titik dan akan kembali ke titik itu, itu juga? Terus,,, apa untung ruginya mencubit diri sendiri..!!!

Rasulullah SAW bersabda :
"Lisan itu akan disiksa dengan azab yang tidak pernah ditimpakan kepada anggota tubuh lainnya. Setelah itu, lisan berkata ; Ya Rabb, mengapa Engkau menyiksaku dengan azab, yang tidak pernah ditimpakan kepada anggota tubuh lainnya. Allah SWT menjawab: Sebab darimu telah keluar kalimat yang sanggup menembus timur bumi, hingga baratnya yang menyebabkan pertumpahan darah, harta benda terampas, dan harga diri ternodai. Oleh karena itu, demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menyiksamu dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada anggota tubuh yang lain."
(HR. Abu Nu'aim)

“Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini, seraya Nabi shallallahu alaihi wassalam menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas seseorang disebut melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. ” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Dan masih banyak Sabda-sabda yang menjelaskan tentang hal tersebut. Jika kita mau iqro. Masih tidak mengertikah? Masih belum cukupkah? Kalau sudah mengerti. Kalau sudah cukup. Lalu.... Kenapa? dan mengapa? Serta untuk apa?   membenci, mendendam, menghasut, mengfitnah, iri, dengki, sirik, benci dan sejenisnya?! Bukankah semua dan segalanya itu berasal sama, dari satu titik dan akan kembali ke titik itu, itu juga? Terus,,, apa untung ruginya mencubit diri sendiri..!!!
Silahkan dipikir saja, menurut keyakinan masing-masing. Iya apa Iya... SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU  Untukmu Sekalian para Kadhang Konto dan Kanti Anom maupun Sepuh  kinasih saya, yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup. Pamrih saya berharap ARTIKEL Saya Kali INI. Dapat Bermanfaat untuk semua Kadhang  kinasihku sekalian tanpa terkecuali yang belum mengetahui ini dan Bisa Menggugah Rasa Hidup-nya siapapun yang membacanya.
*Matur Nuwun ROMO....._/\_.....Terima Kasih.Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 – 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com