Ilmu Spiritual. Syare’at. Tarekat. Hakikat. Ma’rifat. Tasyawuf. Agama. Kepercaya’an. Manunggal. Kejawen. Kebatinan. “Yang Sebenarnya”


Ilmu Spiritual. Syare’at. Tarekat. Hakikat. Ma’rifat. Tasyawuf. Agama. Kepercaya’an. Manunggal. Kejawen. Kebatinan. “Yang Sebenarnya”
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Minggu Pahing. Tgl 07 Pebruari 2016

Ilmu Syare’at. Tarekat. Hakikat. Ma’rifat. Tasyawuf. Agama. Kepercaya’an. Kejawen. Kebatinan. Kemanunggalan. Dll “Yang Sebenarnya” Penentunya adalah Cinta Kasih Sayang Penentunya. Untuk memahaminya, mari,,, akan saya jelaskan sesuai bukti-bukti yang saya dapatkan sendiri sa’at sedang bermadu Cinta Kasih Sayang bersama Hyang Maha Suci Hidup. Tuhan sekalian Alam. Tapi harus mau membacanya dengan telaten dan teliti dari awal hingga selesai. Karena tulisannya sengaja saya buat panjang lebar, maksudnya biyar jelas dan lebih mudah untuk bisa dipahami oleh siapapun yang membacanya.

Jika tidak teliti dan telaten membacanya... Anda tidak akan Pernah Bisa Mengerti dan Paham, apa lagi Tau Soal Terpenting yang yang menjadi Penentu Ilmu Syare’at. Tarekat. Hakikat. Ma’rifat. Tasyawuf. Agama. Kepercaya’an. Kejawen. Kebatinan. Kemanunggalan. Dll nya ini.

Iklan dulu sebentar ya... He he he . . . Edan Tenan.
Dimana ada cinta. Disana ada Tuhan. Dimana ada kebencian. Disana ada kehancuran. Dimana ada kasih. Disana ada Hidup. Dimana ada dendam. Disana ada kematian. Dimana ada sayang. Disana ada Rasa. Dimana ada dengki. Disana ada permusuhan.

Manusia hidup di ciptakan dengan Cinta. Manusia hidup di besarkan dengan Kasih. Manusia hidup di rawat dengan Sayang.
Haruskan kita kehilangan bahan dasar tersebut..???
Kalau tanpa bahan dasar tersebut... Bagaimana mungkin bisa JADI...!!!

Kita Datang Dengan Cinta, Kasih, Sayang. Pergipun Hanya Dengan Cinta, Kasih, Sayang.  Kita Pergi Dengan Cinta, Kasih, Sayang. Kembalipun Hanya Dengan Cinta, Kasih, Sayang. “ Cinta, Kasih, Sayang” . “Rasa, Terasa, Merasakan” . “Cinta, Kasih, Sayang” . “Wujud, Roh Suci, Maha Suci” . “Cinta, Kasih, Sayang” . “Mahkluk, Utusan, Allah” . “Cinta, Kasih, Sayang” . “Muhammad, Rasul, Allah” . “Cinta, Kasih, Sayang” . “Asal, Usul, Kita”. 

Wahai Sedulur dan anak cucuku terkasih. Wahai para kadhang dan anak didikku tersayang. Mengerti dan Pahamilah...
Setiap manusia hidup, dikaruniai empat anasir, sebagai bekal dan perlengkapannya, sebagai manusia hidup, yang tersebut lebih sempurna dibanding mahkluk lainnya, dan banyak istilah untuk membelajaran dan memahami, guna mengenal emapat anasir tersebut, ada yang menyebutnya, sari-sarinya angin, sari-sarinya api, sari-sarinya air, sari-sarinya bumi, ada juga yang menyebutnya, malaikat empat, yaitu jibril, mika’il, ijro’il, isrofil, ada juga yang menyebutnya, angan-angan, budi, pakarti, panca indera, ada juga yang menyebutnya, sedulur papat, yaitu kakang kawah, adi ari-ari, getih lan puser, ada yang menyebutnya, mutmainah, aluamah, supiyah dan amarah dll.

Yang inti dari ke empat anugerah itu, ada pada Hati Nurani atau Qalbu. Ada suatu kejadian, seorang anak berumur dua tahun, berusaha berjalan mendekati dua orang, yang belum ditemui sebelumnya, ternyata kedua orang tersebut, adalah kakek dan neneknya, yang belum pernah diperkenalkan oleh siapapun. Walau seorang anak, yang dapat dikata, akalnya belum sempurna, tapi hati nuraninya, berusaha untuk mengenal diri sendirinya, orang tuanya, orang sekitarnya dan Tuhannya, dan berusaha mencintainya. Hati nurani manusia tidak dapat menghindar dari cintanya kepada ‘Tuhan Semua Manusia’ yang telah memberikan kehidupan kepadanya. 

Fitrah manusia, adalah, mencintai dan dicintai, maka manusia akan merasakan nikmat mencintai orang tuanya, orang sekitarnya dan sesamanya, bahkan betapa nikmatnya mencintai ‘Tuhan Yang Maha Hidup’ yang telah menghidupkannya.
Tetapi bagi orang yang akalnya dikendalikan oleh hawa nafsunya, dia menjadi tidak mengerti,  terhadap orang yang mencintai Tuhannya.

Empat anasir yang sudah saya jelaskan sepintas diatas, adalah merupakan serangkaian komponen yang salin berkait dan mengait, jika salah satunya sampai terlepas dari rangkaianya, maka akan mengakibatkan kecidera’an jiwa raga dan menimbulkan masalah yang mempermasalahkan jiwa dan raga.  

Karena empat anasir, memiliki sipat sendiri-sendiri, yang berbeda-beda dari satu dengan yang lainnya, empat anasir jika dalam rangkaian, disebut roh, namun jika di lepas atau terlepas dari rangkaiannya, tersebut angan-angan, budi, pakarti, panca indera, dll seperti yang sudah saya jelaskan diatas. Contoh sebuah mobil; di sebut mobil, karena semua rangkaian komponen di persatukan, tapi kalau di lepas satu persatu, di pisahkan dari rangkaiannya, maka tidak bisa disebut mobil, melainkan onderdil mobil, begitu juga dengan mepat anasir. Jika menyatu, tersebut roh, namun jika terpisah, maka tersebut angan-angan, budi, pakarti dan panca indera.

Dan jika empat anasir ini terpisah, tidak menyatu menjadi satu kesatuan dalam rangkaian komponen, yaitu yang tersebut roh, maka akan mengakibatkan kecidera’an jiwa raga dan menimbulkan masalah, yang mempermasalahkan jiwa dan raga. Contoh misal; Raga saya gambarkan sebagai sebuah kereta, jiwa saya gambarkan sebagai kusirnya, dan empat anasir itu sebagai empat kuda yang menarik keretanya. Coba pikirkan, kalau kuda itu, mengikuti kehendaknya masing-masing. Bukan bersatu dalam kendali sang kusir, apa yang akan terjadi pada kereta tersebut...  

Dengan sekelumit uraian diatas, berati sudah jelas bukan, dalam hal ini, di butuhkan teori dan perlukan praktek, untuk memanunggalkan/menyatukan ke empat anasir tersebut.

Dan yang perlu di ketahui, untuk memanunggalkan/menyatukan empat anasir tersebut, tidak bisa dengan pemaksa’an atau kekerasan apapun, sebab,,, sebelum kita berhasil mengusai empat anasir tersebut, kita dalam cengkeraman kekuasa’an empat anasir tersebut, artinya, kita adalah budaknya empat anasir, seorang budak, menundukan tuan. Tidaklah mudah dan gampang.

Empat anasir adalah anugerah/karunia Tuhan buat kita, namun karena suatu proses perjalanan hidup yang tidak tepat, anugerah/kerunia itu, memiliki kita, bukan kita yang memiliki anugerah/karunia tersebut. Dan akhirnya, empat anasir itulah yang menguasai kita. Kita di ombang-ambingkan kian kemari, sesuka sipatnya, yang penuh kemunafikan tak manfaat dan menghancurkan. Sehingganya, untuk bisa makan minum saja, kita harus banting tulang, peras  keringat, menyiksa diri. Itupun belum tentu berhasil, karena isinya adalah kemunafikan diri yang semu. Tuhan yang menurut firman, lebih dekat dari urat leherpun, sangat sukar mengetahuinya.

Empat anasir tidak bisa di tundukan dengan ilmu kesaktian apapun, dan tidak bisa disatukan dengan lelaku apapun, sekalipun bisa, itu hanya berlaku untuk sementara saja, sekali waktu, akan kembali berkuasa, mengusai diri kita lagi, itu sebab, ada istilah khilap atau lupa, karena empat anasirnya, kumat/kambuh lagi, bak penyakit tahunan.

Empat anasir hanya bisa di tundukan dengan Cinta. Empat anasir hanya bisa di manunggalkan atau di satukan dengan Kasih Sayang. Karena ketiga sipat dan sikap inilah, yang tidak di miliki oleh empat anasir tersebut. Selain Cinta Kasih Sayang. Empat anasir sudah memiliki semuanya. Jadi,,, tidak akan berguna baginya.  Dengan ini, jelas sudah, bahwa untuk mengenal diri pribadi, mengetahui jati diri. Hanya dengan Cinta Kasih sayang. Untuk,,, kalau memang mau...

Memulailah membiasakan diri, menanam Cinta Kasih Sayang dalam hati, satu persatu, empat anasir akan tertarik masuk kedalam jiwa/qalbu, yang kemudia manunggal/menyatu dengan tenang, aman, nyama, damai, bahagia hingga tenteram, tidak akan keluar atau kambuh lagi, karena telah menemukan ketenangan, keamanan, kenyamanan, kedamaian, kebahagia’an yang menenteramkan di dimensinya.

Jika empat anasirnya sudah manunggal/menyatu, Roh Suci atau Hidup, akan bangkit, mengambil alih kekuasa’an. Dan empat anasir, akan menjadi abdinya. Setelah Hidup atau Roh Suci kembali berkuasa, menduduki tempat yang semestinya ditempati sejak awal mula itu. Yang namanya Firman Allah dan Sabda Rasul. Mulai berlaku baginya. Karena jiwanya telah Hidup. Firman dan Sabda pun, turut Hidup. Karena firman dan sabda itu, sesungguhnya, hanya untuk Hidup dan berlaku hanya untuk Hidup. Bukan empat anasir tersebut.

Karena itu, banyak orang yang mengalami kesulitan dan kerumitan dalam  mengamalkan Firman Allah dan Sabda Rasul, sebab,,, mereka mengamalkannya dengan empat anasir. Bukan dengan Hidup. Sedangkan Firman dan Sabda itu, untuk Hidup, bukan untuk empat anasir.

Di sadari atau tidak, di mulai dari sinilah, tuntunan Hidup akan dimulai. Secara alami sesuai Firman Allah dan Sabda Rasul akan menuntun, setahap demi setahap, setapak demi setapak, selangkah demi selangkah kodrat irodatnya. Dan di mulai dari sinilah, kemudahan dan keringanan dalam segala hal, akan ditemuinya, berikut dengan bukti-bukti nyata dan riyilnya. Segala yang tersembunyi dalam ghaib, akan terbuka bagi kita. Sehingga, kita bisa tau sendiri, mengerti sendiri, paham sendiri, bukan katanya apapun atau siapapun.

Yang namanya empat anasir atau sedulur/saudara empat, akan di mengerti dan di pahaminya. Yang di sebut Diri Pribadi atau Jati Diri, akan di mengerti dan di pahaminya. Apa itu Guru Sejati. Apa itu Hidup. Apa itu Rasa. Apa itu gGha’ib. Apa itu Rasul. Apa itu Tuhan/Allah. Akan di mengerti dan di pahami dengan sangat rinci, riyil, jelas dan nyata-nyata benar. Bukan katanya apapun dan siapapun.   

Karena manusia hidup, yang empat anasirnya sudah manunggal/menyatu, akan mengerti dan paham. Bahwa Hidup di dunia ini, hanyalah sementara saja, bak sedang singgah untuk sekedar minum saja, artinya, pasti dia tau harus bagaimananya. Karena manusia hidup yang memiliki karunia, yang  manunggal/menyatu. Adalah seseorang yang berakal dan mencintai ‘Tuhan segala Alam’. Maka dia selalu ingat kepada-Nya, kapanpun dan dimanapun, baik ketika sedang berdiri, sedang duduk, sedang berbaring atau ketika sedang melakukan apapun, bahkan jika ada kesepatan, dengan sadar, tanpa adanya pengaruh orang lain, dia berfikir secara mendalam, benar-benar bertafakkur, tentang pencipta’an langit dan bumi, apakah semua penciptaan langit dan bumi ini sia-sia belaka? “tidak menunggu di suruh atau di perintah, tidak menunggu kepepet atau terdesak kebutuhan”.

Seseorang yang mencintai Tuhannya, maka hatinya hanya diisi oleh semua Nama-nama Tuhan yang indah’, sehingga tidak ada tempat di hatinya, untuk yang selainnya, karena tiada yang lebih utama baginya, selain selalu mengingatnya, mengagungkannya, dan mencari keridloannya. Tidak mau hatinya diisi, oleh cinta selain-Nya, sebab jika hatinya diisi cinta oleh selain-Nya, dengan berdasar hawa nafsu, akan rusak perangai dan akhlaknya dan pribadinya menjadi kurang menarik. (seperti cinta harta membuat seseorang  jadi serakah dan pelit dll)

Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib. Yang saya maksudkan di setiap artikel saya, adalah cinta kasih sayang tanpa suatu pengharapan (ekspektasi). lengkapnya cinta dan sempurnanya Cinta. Adalah;  Cinta Kasih Sayang. Jika masih Cinta saja, tanpa Kasih Sayang, berati belum lengkap belum sempurna.

Biasanya, ketika seseorang mencintai orang lain, terdapat beberapa bentuk pengharapan yang melekat dan  berkondisi. Namun... Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib, bersifat tanpa kondisi/syarat, tidak peduli apapun situasinya. Bentuk dari cinta kasih saya ini, bersifat Ilahi dan hanya dapat berkembang, setelah melakukan sejumlah praktik spiritual yang cukup intensif, di mana seseorang dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam semua orang. Dan juga, kita menjadi individu yang lebih bahagia, jika cinta kasih sayang kita, tidak pura-pura atau tercemar oleh pengharapan-pengharapan.

Uraian di atas, menunjukkan bagaimana cinta duniawi, yaitu cinta kasih sayang dengan suatu pengharapan, adalah cinta yang berdasarkan pada kemiripan-kemiripan, dengan sifat alamiah orang lain. Tetapi tidak ada jaminan, bahwa semua aspek dari sifat kita, akan mirip atau melengkapi sifat orang lain. Ketika kita mulai menemukan perbedaan, saat itulah perselisihan dan masalah dimulai.

Di sisi lain. Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib atau cinta kasih sayang tanpa suatu pengharapan ini, didasarkan pada Jiwa (Roh/Atma) yang tidak berubah. Hal ini serupa dengan bagaimana seuntai tali yang  menghubungkan manik-manik pada kalung, apapun bentuk, warna atau ukurannya, di mana sifat luar/eksternalnya tidak penting. Lubang dalam setiap manik-manik mewakili Jiwa (Roh/Atma) kita, yang mana sama bagi semua orang, yaitu Tuhan di dalam dirinya, tidaklah berbeda dengan Tuhan yang ada di dalam diri orang lainnya.

Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib, adalah Kasih, dan Kasih adalah Sayang, dan sayang itu, adalah Memberi. Berbicara soal Cinta Kasih Sayang,  berati kita harus mempertanyakan, apa yang telah kita beri,  bukannya apa yang telah kita dapatkan. Memberi tidaklah selalu terhadap pasangan kita saja, tetapi teradap semua orang, dan mahluk-mahluk yang ada di alam semesta ini.

Ingat,,, dulu, di artikel lain, saya pernah mengatakan, bahwa Tuhan itu sangat dekat dengan kita, Tuhan berada di dalam hati kita, hatiku dan hati mahluk-mahluk lainnya, ini berarti bahwa Tuhan itu selalu berada di dalam diri/hati setiap mahluk-mahluknya, maka dari itu kita semua (manusia, hewan, tumbuhan dan mahluk lainnya) adalah satu, kita adalah saudara, karena berasal dari Sang Sumber satu, yaitu Tuhan “Hyang Maha Suci Hidup” dan akan kembali hanya kepada-Nya lagi.

Tuhan tidaklah berada di suatu tempat  yang jauh di luar diri kita, Tuhan tidak berada di tempat ibadah atau tempat lainnya, Tetapi Tuhan akan selalu ada di dalam diri/hati kita.

Lalu apa hubungannya dengan Cinta Kasih Sayang?
Mari saya bantu jelaskan lebih detil dan rinci lagi, di banding artikel-artikel yang sudah pernah saya postingkan.

Kebanyakan dari kita, tersesat dan terjerumus ke dalam sisi kegelapan, diakibatkan karena kita tidak bisa, menemukan Tuhan yang di firmankan lebih dekta dari urat lehernya itu. Padahal,,, kalau bisa, minimal dengan hnaya mendekatkan diri kepada Tuhan saja, maka kita akan tercerahkan dan menjadi mahluk yang Spiritual.  Apa lagi kalau sampai selalu bersaman-Nya.

Bagaimana cara kita mendekatkan diri kepada-Nya?
Agar bisa selalu bersamanya?

Tuhan kan berada dekat, lebih dekat dari urat leher, berati Tuhan ada di dalam diri setiap mahluk-mahluknya, Bila kita ingin mendekatkan diri kepada-Nya, agar bisa selalu bersama-Nya. Maka kita harus mencarinya, dimana?

Ya di dalam diri/hatimu... Masak di puncak gunung dan keramat serta lain-lainnya.  Kan ayat jelas, didalam hati setiap mahluk-mahluknya. Ini berarti kita juga harus mendekatkan diri kepada mahluk-mahluknya, agar bisa lebih dekat dan memahami apa itu yang dinamakan keTuhanan, janganlah salah dulu mempersepsikan apa yang saya jelaskan, ya...

Kita harus mendekatkan diri kepada mahluk-mahluknya, maksudnya adalah,,,  kita harus bisa menyatu dengan hati setiap mahluk-mahluknya. Ini adalah pengertian spiritual yang - spiritual yang sebenarnya, menyatu dengan Tuhan dengan kata lain menyatu dengan setiap mahluk-mahluknya bukan? Karena Tuhan milik sekalian Mahluk.

Caranya ialah dengan Cinta Kasih Sayang. Bukan dendam, bukan benci, bukan fitnah sirik dan dengki, bukan,,,, tapi dengan Cinta Kasih Sayang, karena Cinta Kasih Sayang adalah, Pintu Gerbang jalan menuju ketentraman dan kebahagiaan serta Kesempurna’an segalanya, menuju Hyang Maha Suci Hidup.

Ini dikarenakan Cinta Kasih Sayang, adalah merupakan saluran kita, untuk mendekatkan diri, kepada Sang Sumber, melalui mahluk-mahluk-Nya.

Cinta Kasih Sayang bukanlah hanya sebuah konsep, dalam prinsip hidup, yang bisa mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman, tapi dengan Cinta Kasih Sayang, kita juga dapat mendekatkan diri terhadap mahluk-mahluk lain, alam-alam lain, memahami apa yang mereka rasakan, merasakan apa yang mereka alami, yang nantinya hal ini, akan menimbulkan rasa kesatuan yang sesungguhnya, dan membuat kita lebih dekat terhadap Sang Sumber.

Adalah salah satu hukum mutlak, yang berada di dalam alam semesta ini, namun sayangnya, banyak orang-orang tidak tahu dan memahami ini. mereka lebih berfokus pada ilmu kesaktian, sibuk menghitung berapa banyak amal dan seberapa baik ibadahnya, sudah berapa lama puasanya, wiridnya, dzikirnya. Itupun sambil menggunjing tetatangga yang baru saja pergi haji, yang baru saja beli motor dll.

Tanpa sadar, dia tidak tau, bahwa semua nya itu, di tentukan oleh isi Hatinya.
Siapapun dirimu, dimanapun tempatmu, apapun latar belakang kehidupanmu, dengan Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib. Kita akan bisa sangat mudah menciptakan keajaiban apapun dalam hidup. 

Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib, adalah kunciuntuk memperoleh Kebahagiaan dan Ketentraman serta Kesempurna’an. Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib, adalah kunci; untuk memahami Rasa satu Gha’ib,  terhadap seluruh mahluk-mahluk lain dan Berserta masing-masing dimensinya. Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual Wahyu Panca Gha’ib, adalah kunci; Gerbang Penentu untuk mendekat, kembali dan menyatu dengan Sang Sumber Asal Dumadi Ananing Manungsa Urip “ADAMU”.

Aku berkuasa dibawah kehendak TUHAN, maka terjadiah apa yang seharusnya terjadi. Aku relakan untuk melepas jiwaku untuk kembali, menuju Ketenteraman ABADI. Ragaku, duniaku, dan egoku menjadi lenyap,  berbaur dengan hangatnya CINTA KASIH SAYANG Sang Penguasa Semesta yang Agung. Aku kembalikan semua yang Engkau punya, dan yang Engkau telah titipkan kepadaku.

Diantara LANGIT dan BUMI ini. Aku menangis dan tetawa, tapi tak kulihat keabadian itu. Kian munafik jika aku terus bertahan. Datanglah!! Owhh... Ku  ijinkan semua ini Musnah Bersama Sang Waktu. Selamat tidur, ragaku, hari kebangkitan itu, ku tunggu, indahnya Sang Mentari, ku yakini membawa CINTA KASIH SAYANG kembali. Untuk KEBAHAGIAAN semua mahluk... Tenteram... Damai dan damailah... Dengan Cinta Kasih Sayang. Tanpa Benci dan Dendam apapun alasannya.

Wahai Sedulur dan anak cucuku terkasih. Wahai para kadhang dan anak didikku tersayang. Mengerti dan Pahamilah...
Layaknya Seperti kupu-kupu yang bebas bermain ditaman, itulah kita didunia ini. Ku harap kupu-kupu itu, tak melupakan ia adalah seekor ulat. Walau tubuhmu elok, pasti jadi debu juga. Bukan karena lebih indah, lalu engkau melenyapkan saudaramu. Semoga kupu-kupu itu sadar, akan prosesnya menjadi dirinya saat iniulat, kepompong, lalu, kupu-kupu”.

Wahai Sedulur dan anak cucuku terkasih. Wahai para kadhang dan anak didikku tersayang. Mengerti dan Pahamilah...
Walau aku dan kamu berbeda wujud di dunia ini, tapi bagiku kamu dan aku adalah satu, dari satu dan untuk kembali menyatu. Ku mulai dari Cinta Kasih Sayang aku kikis Egoku. Ku bergerak dengan Cinta Kasih Sayang, dan Ku relakan untuk kembali pada Kuasa Hyang Maha Suci Hidup atas Cinta Kasih Sayangku. Walau wujudku tak sama, namun aku nikmati Hidup dalam Kehidupan ini dengan Cinta Kasih Sayang Laku Spiritual “Wahyu Panca Gha’ib”. 

PESAN WEB:
Kekuatan sejati, ada dalam diri, kebenaran sejati, berasal dari Hati. Kekuatan Sejati yang Benar, terletak pada Nurani/Qalbu atau Hidup/Roh Suci. Hati itu tempatnya/wadahnya. Nurani/Qalbu atau Hidup/Roh suci itu isinya. Dan Cinta Kasih Sayang itu, ya Nurani itu, ya Qalbu itu, ya Hidup itu, ya Roh Suci itu. Maka jaga dan peliharalah Hatimu, dari penyakit hati. Yang tersebut;  Benci. Dendam. Sirik. Iri. Dengki. Hasut. Fitnah. Adu domba dan sejenis lainya. Jika tidak bisa. Maka. Amal ibadahmu. Ilmumu. Sholatmu. Wirid/dzikirmu. Hajimu. Kiyai/ustadzmu. Puasamu. Tirakatmu. Tanpa guna, semuanya akan sia-sia saja. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU  Untukmu Sekalian para Kadhang Konto dan Kanti Anom maupun Sepuh  kinasih saya, yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup. Pamrih saya berharap ARTIKEL Saya Kali INI. Dapat Bermanfaat untuk semua Kadhang  kinasihku sekalian tanpa terkecuali yang belum mengetahui ini dan Bisa Menggugah Rasa Hidup-nya siapapun yang membacanya.
*Matur Nuwun ROMO....._/\_.....Terima Kasih.Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 - 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com