UNGKAPAN RASA. Tentang WONG EDAN BAGU Yang Sekarang. Bukan WONG EDAN BAGU Yang Dulu Lagi:
UNGKAPAN
RASA.
Tentang
WONG EDAN BAGU Yang Sekarang.
Bukan
WONG EDAN BAGU Yang Dulu Lagi:
Oleh:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa
dwipa. Hari Kamis Kliwon. Tgl 17 Desember 2015
Para
Sedulur dan Para Kadhang kinasihku sekalian tanpa terkecuali dimanapun berada. Sejak awal mengenal yang
namanya internet, saya sudah menceritakan seluruhnya tentang siapa saya,
bagimana saya, dan seperti apa saya, melalui artikel Biografi Pribadi saya.
Secara langsung, selalu selalu menceritakan juga, kepada setiap orang yang
pernah bertemu saya dan memiliki kesempatan untuk salin bercerita.
Bahwasanya,
saya tidak berasal dari sesuatu yang baik dan benar menurut padangan umum yang
mayoritas. Kalau saya orang yang baik, tidaklah mungkin, dulu bapak saya sampai
tega mengusir saya, kalau saya orang benar, mana mungkin, dulu orang-orang
menjauhi saya, membenci saya dan memusuhi saya, bahkan menganggap saya ini
virus yang perlu di basmi. Itu semua sudah pernah saya ungkapkan melalui
artikel Biografi Pribadi saya, dengan kejujuran hati saya yang apa adanya.
Begitu juga dengan secara langsungnya. Sudah tidak terhitung jumlahnya,
orang-orang yang pernah saya beritau tentang saya dan soal saya secara langsung,
dan Biografi Pribadi sayapun, saya lihat sudah di lihat dan dibaca oleh hampir
2000 pengguna internet. Artinya. Sudah cukup banyak orang yang sudah tau
Tentang siapa saya, bagimana saya, dan seperti apa saya, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Dengan
masa lalu yang tidak baik dan tidak benar itu, saya merasa terhantar untuk
menuju kehadirat Hyang Maha Suci Hidup. Karena itu, tidak sedikit daerah dan
wilayah yang menjadi tempat tinggal orang-orang sakti, mumpuni dan berkaliber
saya datangi, hanya demi untuk meneguk seteguk air pengetahuan yang mereka
miliki. Sudah barang tentu, proses dari semuanya itu, tidaklah mudah, semudah
saya membalikan telapak tangan saya sendiri.
Rintangan.
Hambatan. Goda’an, saya temui disetiap langkah kaki saya. Pedih. Perih. Sakit.
Sedih. Menderita. Bahkan Tersiksa pun, saya dapatkan disetiap gerak tubuh saya,
di dalam mencapai dan meraih apa yang saya idamkan, yaitu, mengenal Hyang Maha
Suci Hidup pless memahaminya secara keseluruhannya.
Hingga
pada suatu sa’at, sekitar tahun 1989, setelah kenyang dan puas berpetualangan
keliling jagat pramundita, saya terdampar dan bertemu dengan seorang guru
bernama Mbah Dukut, dari osing banyuwangi jawa timur, yang juga merupakan juru
Kunci goa pawon yang terletak di Desa Kramat Kecamatan Osing Banyuwangi, beliau
mengajarkan seluruh ilmunya kepada saya, kecuali ilmu yang menurutnya tidak baik
untuk saya, dan diakhir pelajarannya.
Beliau mengatakan, jika tujuan utamamu adalah mengenal Hyang Maha Suci Hidup,
maka kau harus mengenal dirimu sendiri terlebih dulu. Untuk hal itu, simbah
tidak bisa, kau harus mencari guru yang sudah berhasil mengenali dirinya
sendiri, coba, berjalanlah ke arah barat selatan, mungkin disuatu daerah itu,
kau akan menemukan guru, yang bisa membimbingmu untuk belajar mengenal diri.
Sesuai
petunjuk guru, saya berjalan lagi, menyusuri panjangnya jalan dan luasnya jawa
dwipa, di bawah terik panahnya matahari atau dinginnya hujan yang menyiram
bumi, saya tertatih-tatih melangkahkan kaki menggerakan tubuh mencari sang
empunya ilmu mengenal diri, hingga sampai akhirnya, sekitar tahun 1995, terdamparlah
saya, di makam keramat Ki Ronggowarsito di Desa Palar Kecamatan Trucuk
Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Dibawah
asuhan mbah Sewo, yang merupakan juru kunci Makam kramat Ki Ronggowarsito
inilah, saya di wejang bab Ramalam Jaman Edan yang termuat dalam Kitab
Kalatidha, peninggalan mendiang Ki Ronggowarsito. Dan sejak itulah, nama
pengembara’an saya, yang awalnya Djaka Tolos, di ganti oleh Mbah Sewo, menjadi
Wong Edan Bagu. Wong, berarti Manungso/Manusia. Edan berarti Merdeka/Terbebas,
dan Bagu, yang artinya Bareng Gusti/Bersama Tuhan. Jika maknanya digabungkan.
Menjadi. Manungso Bebas Bareng Gusti (Manusia Merdeka Bersama Tuhan).
Dan
pada akhir pembelajarannya, Mbah Sewo tidak sanggup membimbing saya untuk
mengenal Diri, menurutnya, mengenal diri, berarti mengenal apa yang di sebut
Guru Sejati atau Hidup, sedangkan untuk mengenal Guru Sejati, harus melalui
penyatuan sedulur papat kalima pancer terlebih dulu. Untuk itu, lalu saya di
sowankan kepada Guru Mbah Sewo, yang usianya jauh lebih sepuh dibandingnya kala
itu, beliau bernama Mbah Buyut Renggo. Lalu saya di beri salinan tiga Kitab, yaitu
kitab Serat Sastrajendra Hayuningrat. Kitab Serat Manunggaling Kawula Gusti dan
Kitab Serat Sangkan Paraning Dumadi.
Salinan
dari Tiga kitab yang merupakan intisari Ilmu Tertinggi Kepercaya’an Jawa
Sanyoto ini. Diserahkan kepada saya untuk di pelajari, hingga ketemu titik
intisari patinya. Menurut Mbah Buyut Renggo, jika saya berhasil menemukan titik
temu yang menjadi intisari ketiga kitab itu, maka saya akan berhasil memahami
apa yang di maksud sedulur papat kalima pancer, jika sudah paham, maka kenalah dengan sang diri sejati, lalu,,,
tinggal menyatukan/manunggalkan saja, ketiga inti itu. Maka manunggal-lah apa
yang di sebut sedulur papat kalima pancer. Jika sedulur papat kalima pancer
sudah manunggal. Maka, apa yang di sebut Guru Sejati, akan Mijil/Keluar untuk
mengenali diri sejati kita dan membimbing kita. Menuju Hyang Maha Suci Hidup.
Agar
bisa fokus dalam mempelajari gabungan ketiga inti kitab tersebut, saya di beri
tempat untuk menepi di goa Langse, yang terletak di Desa Giricahyo Kecamatan
Purwosari Kabupaten Gunung Kidul Jawa Tengah. Dan selama mempelajari isi dari
ketiga kitab itu di goa langse, saya harus bersipat dan bersikap tak ubahnya
orang gila, lakon ini baru bisa disebut berhasil, jika semua orang yang
melihat, benar-benar mengira/menganggap kita orang gila beneran.
Setelah
tiga tahun, menjadi orang gila/edan yang menghuni goa langse, dan tak
seorangpun yang mengira kalau saya sedang lakon ngedan. Saya berhasil menemukan
intisaripati dari tiga kitab tersebut, dan berhasil pula menggabungkan ketiga
intisaripati kitab tesebut.
Kejadiannya...
Tepat
tengah malam, sa’at bulan purnama berada diatas kepada saya, ketika itu, saya
sedang duduk semedi di atas sebuah lempengan batu, yang terletak disebelah
barat mulut goa langse, setelah saya berhasil melalui goda’an yang bernama
Ilmu. Harta. Tahta. Yang datang silih berganti, salin menawarkan untuk saya
miliki, tiba-tiba,,, laut kidul mendadak tebelah menjadi dua bagian, diantara kedua
bagian itu, nampak terbentang seperti jalan tol, membentang dari tengah
samudera, menuju tempat dimana saya sedang duduk bersemedi kala itu.
Tidak
lama kemudian, nampak sesuatu yang bergerak dengan sangat cepat menuju ke arah
saya, semakin dekat, sesuatu itu semakin nampak jelas, dan ternyata, sesuatu itu,
adalah sebuah Kereta Kencana Mewah yang berhias emas intan dan berlian yang
berkilauan sangat indah, saya sampai tidak bisa menggambarkan keindahannya.
Karena saking indahnya.
Namun
menurut penglihatan mata saya, yang kala itu sama sekali tidak berkedip
memperhatikan, kereta kencana itu, tidak bergerak/berjalan mendekati saya.
Melainkan jalan yang tak ubahnya sebuah tol itulah, yang bergerak semakin
memendek, sehingganya, jarak antara tempat dimana saya duduk bersilah dan
Kereta Kencana itu, semakin dekat jaraknya.
Itu
terbukti dari kaki-kaki ke empat kuda gagah yang menarik Kereta itu, saya
lihat, tetap diam tak bergerak. Dan pemendekan jalan itu, berhenti setelah
jarak antara tempat duduk saya dan kereta itu, tersisa sekitar 11 meter kurang
lebihnya.
Kerata
kencana itu, di naiki oleh lima wanita cantik, yang berwajah hampir sama, namun
tak serupa penampilannya. Seteah berkomunikasih seperlunya, sayapun jadi tau,
siapa saja kelima Wanita Nan Cantik Jelita itu, sungguh,,, jujur saya katakan,
seumur hidup saya, selama saya berpetualang keliling dunia, belum pernah
melihat wanita secantik dan seanggun kelima wanita diatas kerata kencana indah
yang megah dan mewah itu.
Yang
duduk diatas kursi gading mewah didalam kereta kencana itu. Bergelar; KANJENG
IBU RATU KENCANA SARI SEKAR JAGAT WIJAYA KUSUMA atau (Ratu Bilqist). Yang lebih
di kenal oleh kebanyakan orang dengan sebutan Dewi Samudera.
Yang
berdiri tegak tepat di depan kursi gading sebelah kanan beliau. Bergelar; RATU ALAM AZRAK, beliau adalah tangan kanan Kanjeng Ibu Ratu Mas Sekar
Jagat Wijaya Kusuma atau (Ratu Bilqist).
Sedangkan yang berdiri tegak tepat di depan kursi
gading sebelah kiri beliau. Bergelar; RATU SEJAGAT,
yang lebih di kenal oleh kebanyakan orang pada umumnya, dengan sebutan Ratu Mas
Roro Kidul.
Beliau adalah tangan kiri Kanjeng Ibu Ratu Mas Sekar
Jagat Wijaya Kusuma atau (Ratu Bilqist) yang konon memiliki hubungan
khusus dengan Raja-Raja jawa.
Sedang yang berdiri tepat di samping kanan dan kiri kursi
gading beliau, adalah senopati apit. Yang masing-masing Bernama; RATU DEWI BATARI KARTI,
disamping kanan, dan yang disamping kiri Bernama; RATU DEWI ANDARA WATI.
Setelah
berbicara seperlunya. Yang intinya memperkenalkan masing-masing diri. Tiba-tiba...
KANJENG IBU RATU KENCANA SARI SEKAR JAGAT WIJAYA KUSUMA atau (Ratu Bilqist).
Mengucapkan kata-kata dari bibirnya yang penuh pesona, suaranya merdu bergema
mendamaikan, sekali lagi, jujur saya katakan, saya hampir tidak kuat, karena
terpesona oleh getaran aura suaranya yang bergema merdu mempesona bahkan membius.
Kata
KANJENG IBU RATU KENCANA SARI SEKAR JAGAT WIJAYA KUSUMA atau (Ratu Bilqist); “Lakonmu
dalam menyatukan sedulur papat kalima pancer telah berhasil, namun lakumu belum
selesai. Untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, apakah engkau sanggup untuk
kuat dan bersedia untuk mampu, dengan apapun yang akan terjadi?” Tanyanya
kepada saya...
Sungguh
saya telah terbius, terhipnotis, oleh getaran aura suaranya yang bergema
begitu merdu mempesona. sehingga tak
sepatah katapun yang bisa keluar dari mulut saya. Kecuali anggukan kepala
sebagai tanda setuju/sanggup.
Jikalau
engkau sanggup, lanjutnya....
“Maka
ketahuilah wahai keturunan leluhur parahiyangan.
Mengenal
diri, artinya mengenal Hidupmu, mengenal Hidupmu, artinya mengenal Guru
Sejatimu, mengenal Guru Sejatimu. Berarti mengenal Hyang Maha Suci Hidup, yang
sedang engkau cari selama ini”.
“Untuk
bisa memasuki ranah/dimensi itu, engkau harus membersihkan jiwamu terlebih
dahulu, dari semua kemelekatan dunia, dan membebaskannya dari banyak hal yang dapat
menodai lakumu, dengan cara tapa ngrame. Berbaur dengan semuanya tanpa
terkecuali, namun tetap berjalan menuju Hyang Maha Suci Hidup tanpa adanya
pengecualian”.
“Ketahuilah
wahai calon pemilik kesempurna’an Hidup dan Mati. Guru Sejati itu, adalah
Hidupmu sendiri, dan Hidup itu Suci. Suci itu tidak bisa di campuri dengan
apapun dan tidak bisa tercampuri oleh apapun. Artinya,,, jika engkau hendak
memasuki ranah/dimensi Suci itu, maka jiwamu harus Suci pula”.
“Kalau
tidak, maka tidak ada alasan untuk bisa masuk ke ranah/dimensi suci. Sebab itu, sebelumnya harus ada pembersihan
terlebih dahulu, dan pembersihan itu, harus atas Firman Hyang Maha Suci Hidup,
bukan dengan kehendak atau caramu sendiri”.
“Dan
yang namanya Pembersihan itu, sangatlah amat menyakitkan untuk ukuran kaummu
sebagai manusia penghuni dunia fana. Setelah mendengar penjelasan ini. Apakah
engkau tetap hendak melanjutkan tujuanmu ke tahap selanjutnya?”
Karena
masih dalam sikon terhipnotis, saya hanya bisa menganggu’kan kepala sebagai
tanda jawaban iya atau setuju dan sanggup.
Biaklah
kalau begitu... lanjutnya.
“Sejak
awal tapa ngrame di mulai, maka sejak itu pula, pembersihan atasmu dimulai, selama
menjalankan tapa ngrame, engkau akan mendapatkan hina’an, cacian, singgungan,
sangkalan, cela’an, sindiran, fitnah, adu domba dari sesamamu, engkau juga akan
mengalami kesedihan dan kesengsara’an yang mendalam hingga menembus sungsummu,
panas, dingin, perih, sakit, pedih bahkan tersiksa dan menderita, karena semua
yang engkau miliki dan segala yang ada padamu, harus engkau korbankan untuk itu”.
“Mungkin
engkau akan kehilangan orang-orang yang engaku cintai, kasihi dan sayangi,
termasuk temanmu, sahabatmu, keluargamu, saudaramu, anak atau istrimu, orang
tuamu, kehormatanmu, harga dirimu, wibawamu, pengaruhmu, pekerja’anmu,
jabatanmu, titel/pangkatmu dan lain sebagainya yang melekat pada jiwamu. Akan
sirna tanpa dadi, Suro Diro Joyonirat lebur
dening pangastuti”.
“Dengan
pemberitahuan ini. Apakah engkau tetap hendak melanjutkan tujuanmu ke tahap
selanjutnya?”
Karena
masih dalam sikon terhipnotis, saya hanya bisa menganggu’kan kepala sebagai
tanda jawaban iya atau setuju dan sanggup.
“Bagus,,,
jika engkau mampu dan berhasil. Maka semua dan segalanya akan
menyertaimu/bersamamu, menjadi milikmu seutuhnya, engkau akan mendapat Kesempurna’an Hidup sekarang dan jaminan
Kesempurna’an Mati nantinya. Sekarang juga, beranjaklah meninggalkan tempat
ini, dan carilah tempat dimanapun yang engkau suka, sebagai tempat untuk tapa
ngramemu. Selamat tinggal Wahai Keturunan Leluhur Parahiyangan... Selama
berpisah untuk smentara waktu Wahai Calon Pemilik Kesempurna’an Hidup dan Mati.
dan sampai jumpa nanti dialam kesempurna’an yang sebenarnya, yaitu “ABADI”.
Lalu,
sekejap mata saja, semuanya sirna/hilang, lenyap dari hadapan saya. Kembali
seperti semula, yaitu hanya bongkahan batu-batu karang yang tajam dan deburan
ombak sang pemecah kesunyian malam.
Sayapun
segera bergegas meninggalkan goa langse, tanpa buang waktu lama. Sekitar tahun
1999. Setelah sowan kepada Mbah Sewo dan Makam Mbah Buyut Renggo, karena
sepulangnya saya dari goa langse, Mbah Buyut Renggo telah meninggal dunia, saya
berganti sikon menjadi seperti pada umumnya manusia Hidup, namun tetap
menggunakan nama sebagai Wong Edan Bagu.
Dan
di akhir tahun 1999 dan awal tahun 2000, saya berhasil mendapatkan Wahyu Panca
Gha’ib, di goa singa barong nusakambangan cilacap jawa tengah, yang kemudian,
penyempurna’an saya temukan di pekalongan, dibawah bimbingan tiga Guru/kadhang
sepuh saya bernama Bambang Handoyo. Bambang Setiyoko dan Bambang Hudiyoko.
Ketiga
senior kakak beradik inilah, yang menyempurnakan Wahyu Panca Ghaib, hasil
penemuan saya di goa singa barong nusakambangan cilacap jawa tengah, yang pada
awalnya dinalar oleh seorang kadhang dari pekalongan juga, bernama Qosim.
Dan
sejak itulah, bagi saya, tiada waktu tanpa berTuhan, tiada hari tanpa Laku,
selama menjalankan praktek tapa ngrame, kenyataan demi kenyataan, kebenaran
demi kebenaran dan pembuktian demi pembuktian, terungkap langsung secara nyata
di depan mata kepala saya sendiri, bukan katanya.
Semuanya
hasil praktek langsung sendiri, dan dengan hasil praktek itu, istilah katanya,
insya Allah, semoga dan mudah-mudahan, yang tadinya membungkus iman saya,
sehingga sulit untuk berkembang, mulai terkikis sedikit demi sedikit, hingga
habis total dari jiwa dan raga saya.
Bersama’an
dengan itu...
Saya
mengalami hina’an, cacian, singgungan, sangkalan, cela’an, sindiran, fitnah,
adu domba dari orang-orang yang tadinya adalah teman dekat saya, sahabat saya,
dan ternyata,,, benar, apa yang di jelaskan oleh KANJENG IBU RATU KENCANA SARI
SEKAR JAGAT WIJAYA KUSUMA atau (Ratu Bilqist). Rasa panas, dingin, perih,
sakit, pedih bahkan tersiksa dan menderita itu, terasa menembus hingga ke
sungsum. Namun saya tidak peduli dengan semuanya itu, saya tetep idep madep
mantep pada tujuan saya, yaitu Hyang Maha Suci Hidup.
Dan
bukan hanya itu saja, dan berhenti disitu saja, lagi-lagi, benar apa yang
dikatakan oleh KANJENG IBU RATU KENCANA SARI SEKAR JAGAT WIJAYA KUSUMA atau
(Ratu Bilqist). Saya juga kehilangan orang-orang yang saya cintai, kasihi dan
sayangi, termasuk teman, sahabat, keluarga, saudara, anak dan istri, bahkan
orang tua, kehormatan, harga diri, wibawa, pengaruh, pekerja’an, jabatan dan
lain sebagainya yang melekat pada jiwa saya, semuanya tercampakan, serasa saya
sedang di telanjangi secara total.
Namun
saya tidak peduli dengan semuanya itu, saya tetep idep madep mantep pada tujuan
saya, yaitu Hyang Maha Suci Hidup.
Dan
dimulai dari sinilah...
Saya
Percaya adanya Hukum alam, sebab akibat atau tebar tuai atau memberi dan
menerima, yang lebih di kenal dengan sebutan Karma.
Sebab
saya membuktikannya sendiri, mengalaminya sendiri, bukan katanya apapun dan
siapapun.
Hukum
Karma itu,,, benar-benar nyata ada dan berlaku untuk semua makhluk Hidup tanpa
terkecuali.
Dan
dimulai dari sinilah...
Saya
yakin,,, bahwa Hyang Maha Suci Hidup itu, benar-benar ada dan nyata-nyata ada
pless kekuwasa’annya yang Maha diatas segala yang Maha. Karena saya telah
membuktikannya sendiri, bukan katanya apapun dan siapapun. Melainkan tau
sendiri.
Karena
saya tau sendiri dan sebab saya mengalaminya sendiri. Jadi,,, Kepercaya’an saya
tentang Hukum Karma itu, apapun yang terjadi dengan alasannya, tidak bisa
bergeser dari posisinya, walau hanya sejengkal saja. Keyakinan saya soal Hyang
Maha Suci Hidup itu, apapun yang terjadi dengan alasannya, tidak bisa di ganggu
gugat. Percaya dan yakin, seyakin-yakinnya. “Haqkul Yaqin” istilahnya.
Sebagai
Manusia Hidup yang bertitah dan tertitah dengan Wahyu Panca Gha’ib, menjadi
Putero Romo. Apapun yang terjadi dan apapun alasannya. Saya tidak bisa bergeser
walau sejengkal, tidak bisa mundur walau setapak. Karena saya sudah mendapatkan
bukti kebenaran nyatanya, sendiri, bukan katanya siapapun dan apapun. Karena
itu, saya tidak peduli apapun yang di lakukan dan di perbuat oleh siapapun dan
apapun tentang saya.
Saya
akan tetap terus bergerak melangkah maju, sesuai tuntunan Firman Hyang Maha
Suci Hidup, selaras dengan Sabdanya Hidup, mengikuti jejak Guru Sejati, hingga
sudah undangan untuk pulang ke kampung halaman itu, tiba.
Kejadian
demi kejadian yang saya saksinya dengan mata kepala saya sendiri, sepanjang tapa
ngrame, tentang pelajaran-pelajaran yang semu dan samar, tanpa kepastian, yang
banyak membutakan, menulikan, membisukan bahkan melenakan, Saudara dan Saudari
saya disana sini, sehingga mau tidak mau harus mengalami kebingungan jangka
panjang, yang tak berkesudahan. Ini terbukti dari sipat dan sikapnya, yang
mengaku tau, paham dan mengerti, yakin dan percaya, bahkan mengaku ahli spiritual,
namun masih menggunjing, mencela, menghina bahkan mengfitnah, menebar kebencian
antar sesama, mengadu domba. Sirik. Dengki. Ala. Pogal. Budreg. Jujur dari hati
nurani saya yang paliiiiiiiiiing dalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam. Saya trenyuh...._/\_
Saya
menjadi tergugah, untuk membagikan secara umum, semua kebenaran yang saya
dapatkan sa’at praktek di lapangan, yaitu soal Kesempurna’an Hidup dan
Kesempurna’an Mati, serta tentang kebenaran Hyang Maha Suci Hidup, kepada
siapapun yang mau dan bersedia, terutama mereka yang sangat saya kasihi dan
sayangi.
Semakin
sering dan semakin saya ingin mengabarkannya secara meluas, dimanapun dan
kapanmu saya mendapatkannya, percaya atau tidak di percaya, di anggap atau
tidak di anggap, saya sudah tidak peduli lagi, saya di sebut sombong atau ujub,
sok tau atau kemingsung, saya sudah tidak peduli lagi, mau di anggap sesat atau
murtad, saya sudah tidak peduli lagi, saya akan tetap terus melangkah maju,
sembari hanya sekedar mengabarkan bukti benarnya soal Kesempurna’an Hidup/Mati dan
bukti benarnya tentang Hyang Maha Suci Hidup, yang sudah berhasil saya dapatkan
secara nyata, bukan katanya.
Selebihnya,
terserah anda, toh, suatu ketika, jika anda terus melangkah maju, kemungkinan anda
akan pinilih dan pininto, kalau sudah pinilih dan pininto, artinya anda pasti
sampai, bila sudah sampai, berati pasti akan tau sendiri dan mengalaminya
sendiri. Dan lagi,,, pasti anda akan mengatakan,,, O.... ternyata, apa yang
dikabarkan/sampaikan WEB, itu benar adanya to...
Namun...
apapun yang anda katakan tentang saya dan soal saya, sudah tidak ngaruh dan
tidak ngefek lagi pada Wong Edan Bagu. Karena Wong Edan Bagu yang sekarang, bukan
Wong Edan Bagu yang dulu lagi... He he he . . . Edan Tenan. INILAH Wong Edan Bagu Yang Sekarang.
PENGADUAN;
Pak
WEB... ada beberapa akun facebook, yang menggunakan photo pak WEB, selain itu,
juga menggunakan nama facebook bahkan nama asli pak WEB, apa yang mereka
updatekan di status facebooknya, itu jauh menyimpang dari sipat dan sikap pak
WEB yang sebenarnya, ada yang berbahasa cinta yang tak beretika, ada yang
ngumpulin pertemanan dengan akun facebook milik wanita yang bergambar profil
cantik bahkan porno.
Bahkan
saya pernah di inbox untuk diajak kencan, awalnya, saya pikir itu pak WEB, tapi
tidak mungkin, setelah selidik punya selidik, melihat akunnya yang serba di
sembunyikan, dan nomer telephon, yang berbeda dengan nomer telephon yang pak
WEB cantumkan di facebook. Saya berani mendampratnya, saya maki-maki. Sebagai
anak didik pak WEB, saya tidak terima senang dengan hal itu, apa yang harus
saya lakukan pak? dan apa sikap pak WEB dengan adanya hal itu?
TANGGAPAN;
Wong
Edan Bagu yang sekarang, bukan Wong Edan Bagu yang dulu lagi. Sebagai Manusia
Hidup yang percaya adanya Hukum Karma. Sebagai Putero Romo yang yakin adanya
Hyang Maha Suci Hidup pless kuasanya yang Maha diatas segala yang Maha. Jawabannya...
Sudah jelas bukan... jadi, biyarkan saja mereka begitu, karena pada hakikatnya, mereka
sedang membantu saya, menebus dan membersihkan karma saya, dan keluarga saya
hingga ke para leluhur saya. Maka, akan saya ucapkan, terima kasih, karena
sudah rela menyisihkan waktunya, untuk membantu saya, menebus karma. Karena
Wong Edan Bagu yang sekarang, bukan Wong Edan Bagu yang dulu lagi... He he he.
. . Edan Tenan.
Dan
untukmu, jangan lakukan hal ini lagi, karena dengan mengadukan hal ini kepada
saya, apapun alasannya, sama halnya, kau sudah mengfitnah orang lain dan
mengadu domba orang lain itu dengan saya, dan kamupun akan mendapatkan karma,
jadi, jika tidak mau mendapatkan karmanya, biyarkan saja, jangan buang dan
sia-siakan waktumu untuk hal-hal seperti itu, tetap fokus saja pada lakon dan
laku pribadimu, dalam mengamalkan Wahyu Panca Gha’ib.
PENGADUAN
Lagi;
Maafkan
pak WEB. Ada beberapa akun facebook yang bernada sumbang tentang pak WEB,
bahkan ada yang terang-terang menghina, melecehkan, menfitnah, hingga nyumpain
yang tidak baik jika di ungkap disini bahasanya. Intinya, benci dan tidak suka
sama pak WEB, sebagai anak didik pak WEB, saya gatel, ingin melawannya,
mengajaknya berduel jika perlu, tapi, ada rasa bersalah jika tidak
mengatakannya terlebih dulu pada pak WEB, yang membimbing saya, kalau-kalau apa
yang akan saya lakukan itu, adalah salah dan tidak benar. Untuk hal ini, apa
yang harus saya perbuat pak WEB? Dan apa sikap pak WEB dengan hal tersebut?
TANGGAPAN;
Wong
Edan Bagu yang sekarang, bukan Wong Edan Bagu yang dulu lagi. Sebagai Manusia
Hidup yang percaya adanya Hukum Karma. Sebagai Putero Romo yang yakin adanya
Hyang Maha Suci Hidup pless kuasanya yang Maha diatas segala yang Maha.
Jawabannya... Sudah jelas bukan.... istilah tidak suka atau benci kepada saya,
artinya, mereka pernah akrab mengenal saya, kalau tidak akrab mengenal saya,
tidak ada alasan untuk tidak suka atau benci kepada saya, dan 85%nya, orang
yang mengenal saya secara akrab itu, adalah orang yang mengaku Ahli Spiritual. Percaya
adanya Hukum Karma dan Yakin adanya Hyang Maha Suci Hidup, dengan gaya bahasa
pribadinya masing-masing. Artinya....
Disini,
sudah cukup jelas jawabannya bukan... jika mereka melakukan itu kepada saya,
berati pengakuan mereka tentang percaya karma dan soal Tuhan, serta spiritual
yang di gembar gemborkannya itu, nol kecil, bukankah kita sama-sama percaya
karma? yakin Tuhan? jika saya iya, seperti yang didakwahkan, pastinya, karma
akan merenggut saya melalui kutukan-kutukan, yang mereka sumpakan kepada saya.
Jadi,,, buat apa kita buang-buang waktu dan menyia-nyiakan kesempatan untuk
Lakon dan Laku Wahyu Panca Gha’ib?
Bukankah,
karma itu memang benar-benar ada? Bukankah, Tuhan itu nyata-nyata ada? Maka,
biyarkan karma itu berlaku dan Tuhan menunjukan kuasanya, kita tetap terus
berjalan maju mencapai tujuan menggapai cita. Yaitu kesempurna’an Hidup dan
kesempurna’an Mati.
Tidak
usah hiraukan mereka, mereka sedang membantu saya menebus dan membersihkan
karma saya dan keluarga saya hingga ke para leluhur saya, atas itu, sayapun,
akan mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas bantuannya itu. Karena Wong
Edan Bagu yang sekarang, bukan Wong Edan Bagu yang dulu lagi... He he he . . .
Edan Tenan.
Dan
untukmu, jangan lakukan hal ini lagi, karena dengan mengadukan hal ini kepada
saya, apapun alasannya, sama halnya, kau sudah mengfitnah orang lain dan
mengadu domba orang lain itu dengan saya, dan kamupun akan mendapatkan karma,
jadi, jika tidak mau mendapatkan karmanya, biyarkan saja, jangan buang dan
sia-siakan waktumu untuk hal-hal seperti itu, tetap fokus saja pada lakon dan
laku pribadimu, dalam mengamalkan Wahyu Panca Gha’ib. . . . Monggo... Silahkan
Direnungkan. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET
BERKAH SELALU Untukmu Sekalian para
Kadhang Konto dan Kanti Anom maupun Sepuh
kinasih saya, yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu.
Pamrih saya berharap POSTINGAN SAYA
KALI INI. Dapat Bermanfaat untuk
semua Kadhang kinasihku sekalian tanpa
terkecuali yang belum mengetahui ini dan Bisa Menggugah Rasa Hidup nya siapapun
yang membacanya.
*Matur
Nuwun ROMO....._/\_.....Terima Kasih.Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon: 0858 – 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment