TENTANG Syare’at, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah:
TENTANG Syare’at, Tarekat,
Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah:
Apa itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah?
Apa itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah?
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Rabu Legi. Tgl 23
Desember 2015
Salam Rahayu kanti
Teguh Slamet Berkah Sukses selalu dari saya WEB, untukmu sekalian Para sedulur
dan Kadhang kinasih saya, dimanapun berada tanpa terkecuali, pada kesempatan
kali ini, bertepatan dengan Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, yang jatuh
pada hari kamis pahing, tanggal 24 Desember
2015 atau 12/1437H. dan pada Hari yang tak kalah Besarnya pula, yaitu Hari
Raya Natal yang Jatuh pada hari jumat pon, tanggal 25/2015, dan kemudian
berlanjut ke detik-detik Penyambutan Tahun Baru 2016.
Dan saya akan
membagikan ilmu pengalaman pribadi saya, yang pernah saya pelajari dari Para
Pembimbing saya, dan pernah saya prakteknya sendiri di TKP. Sebagai Ucapan
Syukur di Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW bagi yang memperingatinya. Dan
Ucapan Selamat Hari Natal 2015 bagi yang sedang merayakannya serta Ucapan
sambut Tahun Baru 2016.
Sedulur dan Para
Kadhang Kinasih saya yang selalu diridhai ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Sajian kita kali ini, diTahun 2015 ini, adalah
tiga masa dalam kurun waktu, yang selama hayat masih dikandung badan, pasti
akan berkesempatan menemui dan mengalaminya lagi di tahun-tahun berikutnya.
Namun,,, sepanjang sejarah tersebut, sudahkah kita mendapatkan berkahnya?
Sudahkah kita memperoleh maknanya?
Secara
singkat, Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasawuf, Ibadah dan Istiqomah. Adalah sebagai berikut:
Para sedulur dan
kadhang kinasih saya yang senantiasa diridhai Allah Azza wa
Jalla. Ketahuilah, apapun alasan kepentingan tujuan dan maksudnya, tidak ada
satupun waktu yang bisa terlepas dan lepas dari yang namanya; Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah. Karena, ke tujuh tahapan dimensi waktu inilah,
yang menjadi ketetapan Hyang Maha Suci Hidup, yang harus di lalui oleh siapapun,
jika hendak berbuat, bergerak, bertidak, bepergian, bermaksud dan terutama
berniyat menuju kehadirat Hyang Maha Suci Hidup.
Kesama’annya: bila
ingin mendapat titel. Sarjana, ir,dr dll, yang syah/resmi dan asli. Maka apapun
alasannya, harus melalui sekaloh terlebih dahulu, berawal dari tk nol kecil,
lalu naik ke tk nol besar, setelah berhasil melalui dua kelas di tk itu, baru
naik lagi ke tingkatan sekolah dasar, dimulai dari kelas 1 hingga kelas 9/smp.
Lalu setelah berhasil melalui itu, baru bisa berlanjut ke perguruan tinggi yang
sesuai dengan bakat atau keahlian masing-masing diri.
Ketetapan dunia ini,
tidak bisa di ganggu gugat, apapun alasannya, memang bisa, siapapun dia, asal
punya uang, mendapatkan titel sarjana, ir, dr dll, memang bisa, tapi, coba
pikirkan, apa manfaatnya, apa gunanya, apa untungnya, malah justru mencelakai
diri bukan? Bagaimana tidak, la minimal masuk bui...
Begitulah gambaran
tentang ketetapan Hyang Maha Suci Hidup, tersebut; Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah. Yang mau tidak mau, rela tidak rela, suka tidak
suka, harus di lalui oleh siapapun yang menuju-Nya. Satu persatu, jika ingin
jelas,,, mulus,,, ringan,,, mudah,,, dan enak. Melewatkan satu ketetapan saja,
maka, harus siap samar, tersendat, berat, rumit dan tidak enak.
Tidak sedikit bukan,
diantara kita, yang mengalami kesamaran, sendatan, berat, rumit, dan tidak enak
di dalam belajar mengenal dan memahami Hyang Maha Suci Hidup. Sehingganya,
keraguan muncul, kebingungan hadir, kebimbangan datang berkecamuk, berat sekali
rasanya, sangat tidak enak, serba salah, tidak bisa-bisa, tidak sampai-sampai,
tidak berhasil-berhasil, malah tambah bingung, pusing,,, pening,,, iman berubah
jadi imron, spiritual morat marit, kepercaya’an/keyakinan jadi terapung, ada
kabar yang terkesan gampang dan mudah, langsung tertarik, begitu dijalankan,
sami mawon sama saja sulitnya, berbagai sangka’an dan duga’an bermunculan, sepertinya,,,
jangan-jangan, jangan-jangan, jangan-jangan dan jangan-jangan lodeh, asem,
opor, terus apa lagi ya... He he he . . . Edan Tenan. Iya apa iya? Hayo...!!!
Itu bukan di karena
otak kita tidak mampu, tidak bakat, atau tidak kuat, bukan, itu di sebabkan,
kita tidak melalui tahap aturan yang ada dan tersedia serta telah di tetapkan. Jika
semuanya melalui tahapan yang ada dan tersedia, diatas tadi sudah saya beri
gambaran persama’annya yang paling mudah untuk dipahami, targetnya jelas dan
pasti, asalkan giat dan rajin belajar, sekian tahun, jadi sarjana, sekian tahun
jadi insinyur, sekian tahun jadi dokter, setelahnya, silahkan tentukan, mau
berexpresi dimana dan kemana... Anda akan di kaui oleh Bangsa dan Negara,
sebagai Pewaris dan Penerus Keraja’an dunia yang Anda Pijak sa’at ini. Misalkan
di Jakarta susah kerja’an, tinggal hijrah ke desa terpencil, nunjukin titel
ir/dr. Bra ka dabra,,, dalam sekejap mata. Anda bisa jadi terhormat dan
terpandang ditempat itu, bahkan bisa-bisa, di lantik jadi lurah, la wong ada
kalanya, lurah di desa terpencil itu, buta huruf kok. He he he . . . Edan
Tenan.
Lalu... Biyar mulus,
jelas terang, mudah, tidak rumit dan sulit, supaya tidak ragu dan bimbing lagi
dan cepat sampai alias berhasil dalam belajar. Bagaimana pak WEB...?!
Ya hanya dengan kembali
awal, melalui tahapan yang ada dan tersedia, setahap demi setahap. Jika sudah
merasa terlanjur ngiyak-nginyak tahapan itu, merasa waktu dan kesempatan serta
usia yang tidak mendukung untuk memulianya dari awal, sehingganya, terpaksa
pakai istilah singkat, ujug-ujug langsung ke kelas lima SD misalnya, atau ke
SMP atau SMA. Ya jangan gengsi, jangan malu, jangan munafiq, akui dan terimalah
serta tanggunglah risiko dari hal itu, jangan mau berbuat tapi tidak mau
bertanggung jawab, kan sudah jelas, kalau itu risikonya, bahwa yang namanya
menyebrang jalan raya, jika tidak menggunakan rambu-rambut jalan, risikonya
akan tertabrak kendara’an...!!!
Selama masih gengsi
mengakuinya, malu menerimanya bin munafiq, karena suatu alasan, risiko itu,
tidak akan pernah berhasil di lewati, semakin membingungkan dan memusingkan,
semakin rumit dan sulit serta berat yang tiada habisnya, tambah bodrex tambah
budrex, semakin banyak menambah bodrex, ya semakin tambah ringsex.
Para Sedulur dan Para
Kadhang Kinasih saya yang senantiasa diridhai Allah Azza wa Jalla. Selain yang
sudah saya jelaskan diatas, banyak diantara kita yang Paseh berbicara Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah, dengan masing-masing gaya
bahasanya. Namun percayalah,,, yang banyak itu, belum tentu tau betul, mengerti
betul dan paham betul tentang apa itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat,
Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah. Dibawah ini, saya
akan menguraikannya dengan singkat, padat, namun tetap bisa mudah untuk di
pahami, asal,,, yang toto titi surti ngati-ngati bacanya njih...
Satu. Syariat;
Syare’at... Adalah hukum
dan aturan, yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia hidup, baik yang
beragama maupun yang tidak beragama sekalipun. Selain berisi hukum dan aturan,
syariat juga berisi penyelesaian masalah dari seluruh segi kehidupan. Maka oleh
sebab itu, syare’at dianggap ilmu terpenting, khususnya bagi sebagian penganut
Islam, karena syariat, merupakan panduan menyeluruh dan sempurnanya seluruh
permasalahan kehidupan di dunia ini.
Sebab itu, syare’at,,,
bukan saja berlaku untuk penganut islam saja, melainkan seluruh umat, diharuskan
bisa tau seluk beluk detilnya, selagi belum mencapai ke tingkat Tarekat.
Dua. Tarikat;
Tarekat berasal
dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang saya maksud di sini,
adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, apa itu taqwa? Taqwa itu, orang yang
diridhai oleh Hyang Maha Suci Hidup. Secara praktisnya, tarekat adalah Lakon,
lakon yang intinya berusaha untuk bersipat dan berikap, lahir dan batinnya, menjadi
orang bertaqwa/diridhai.
Tiga. Hakikat;
Hakikat artinya,
i`tikad atau kepercayaan atau keyakinan (mengenai Hyang Maha Suci
Hidup), dengan itu, maka hakikat ini, disebut perkerja’an Hati, urusan Rasa,
soal dan tentang Hidup. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar dicium,
dipikir selain Hyang Maha Suci Hidup, atau dalam arti lain, gerak dan diam, itu
adalah kekuasaan Hyang Maha Suci Hidup.
Arti lebih dalamnya. Hakikat;
adalah kebenaran, kenyataan. Karena Hakikat adalah menyaring
dan memusatkan aspek-aspek yang lebih rumit,
menjadi keterangan yang gamblang dan ringkas,
hakikat mengandung pengertian-pengertian kedalam
aspek yang penting dan instrinsik dari benda yang
dianalisa/prediksi.
Hakikat berasal dari
kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan, yang berarti kebenaran, sedangkan
dalam kamus ilmiah, disebutkan, bahwa hakikat adalah: Yang sebenarnya;
sesungguhnya; aslinya; keadaan yang sebenarnya.
(Partanto, pius A, M.
Dahlan al barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya). Istilah bahasa
hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan
Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran.
Empat. Makrifat;
Makrifat, Dari segi
bahasa, Makrifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang
artinya pengetahuan dan pengalaman. yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat,
yang nantinya menuju kepada “Pengenalan terhadap Sang Khaliq. Pencipta semesta
Alam Raya pless isinya, yaitu Allah alias Hyang Maha Suci Hidup.
Dan Maskrifat, adalah
merupakan kode kelimuan alam semesta yang termuat dalam Al-Quran. Setelah
berhasil melalui Syariat, Tarekat dan Hakikat,
Dalam makna lain....
Makrifat adalah tau/mengerti/paham melaksanakan pelaksa’annya (dengan
sempurna). Sesuai Firma Hyang Maha Suci Hidup dan Sabdanya Hidup.
Sayangnya dalam fase
ini (makrifat), nyaris tidak ada yang mampu mendekati makrifat, apalagi duduk
dalam tahap/dimensi tersebut. Alasannya mudah saja, karena syarat mutlak
makrifat adalah “mengusai ” Syariat, Tarekat, Hakikat.
Mengapa harus menguasai
Syariat, Tarekat, Hakikat?
La mau lewat
mana...!!! wong jalannya itu, itu... kalau sudah melalui Syariat, Tarekat,
Hakikat dan berhasil mengusainya. Harus mendapatkan Wahyu.
Mengapa harus mendapatkan
wahyu?
Jawabannya mudah
saja, Makrifat, artinya pengetahuan dan pengalaman, yaitu perpaduan
dari syariat-tarikat-hakikat, yang nantinya menuju kepada “pengenalan Hyang
Maha Suci Hidup/Allah. Sebab Wahyu adalah; (kunci-kode) keilmuan alam semesta
yang termuat dalam Al-Quran.
Maka,,, bagaimana
akan makrifat bila tanpa wahyu?
Bagaimana menjadi
makrifat? jawabannya adalah: “tidak mungkin.” Kecuali, Nabi. Karena. Nabi,
pasti memperoleh Wahyu.
Bila sudah
mendapatkan Wahyu. Pinilih apa tidak?
Apa itu pinilih?
Pinilih itu, maksudnya, amanah apa tidak, jika tidak pinilih/amanah. Wahyu
tidak akan di gunakan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, pasti Wahyu-nya di
salah gunakan, buat korupsi, buat perdukunan, buat ngejar-ngejar setan penghuni
terowongan kasablanca, lingkaran cadas pangeran dll, ngaku Malaikat. Ngaku
Nabi. Bahkan ngaku Tuhan. He he he . . . Edan Tenan.
Jika sudah
mendapatkan Wahyu dan Pinilih/Amanah. Terus, pininto apa tidak?
Apa itu pininto?
Pininto maksudnya, di perintah apa tidak, kalau pininto/diperintah, diutus.
Maka akan kuasa untuk bisa membimbing dan
mendidik serta mengabarkan kebenaran tanpa rekayasa bendera dan politik
kotak apapun kepada siapapun tanpa batasan dan keterkecualian.
Jika sudah
mendapatkan Wahyu dan Pinilih/Amanah, namun tidak pininto/terutus/terperintah.
Maka akan memasukin tahap penyempurna’an lakon selanjutnya, yaitu Tasyawuf. Apa
itu tasyawuf?
Lima. Tasyawuf;
Tasyawuf adalah... Ilmu Teknologi Al-Qur’an, Tasyawuf merupakan
ilmu halus yang sangat tinggi dan tidak bisa dengan mudah dipelajari. Kecuali
telah berhasil menguasai Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makifat.
Tasyawuf bukan ilmu
hapalan yang dipelajari dengan otak, akan tetapi merupakan ilmu praktek
teknologi Al-Qur’an yang Maha Dahsyat. Hasil pengamalan tasyawuf akan
melahirkan sipat dan sikap manusia-manusia berkualitas tinggi, karena di setiap
gerak gerik tubuhnya, tidak pernah lepas sedetikpun hubungan dengan Hyang Maha
Suci Hidup, sebagai sumber kebenaran dan kebaikan.
Salah satu tujuan
Hyang Maha Suci Hidup, mengutus para nabi adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia hidup. Para nabi bukan sekedar menyampaikan firman Allah, akan tetapi
juga berfungsi sebagai pembawa wasilah (wasilah carrier) sebagai media
penyambung antara manusia dengan Tuhan. Nabi adalah teknolog Al Qur’an yang
berwujud manusia hidup, yang di beri Wahyu mengetahui dan mengerti serta
memahami, bagaimana menyalurkan power maha dahsyat, menjadi sesuatu yang bisa
bermanfaat untuk manusia.
Kita masih ingat
sejarah nyata, tentang kemampuan nabi Musa membelah laut? Kehebatan Nabi Isa menghidupkan orang mati
dan menyembuhkan segala jenis penyakit? dan Kehebatan Nabi Muhammad SAW
membelah bulan?
Itu semua bukan
terjadi dengan serta merta. Mereka diajarkan oleh Hyang Maha Suci Hidup
teknologi Maha Dahsyat, teknologi metafisika dan siapapun menggunakan teknologi
yang sama, maka hasilnya pasti akan sama. Kalau kita perhatikan bagaimana
hebatnya teknologi fisika. Air yang tenang bisa diubah menjadi listrik lewat
teknologi turbin. Air dipanaskan menjadi uap mampu menggerakkan gerbong kereta
api yang beratnya ratusan ton. Air juga bisa mendongkrak mobil yang dengan
memakai ujung jari, tentu saja lewat teknologi hidrolika. Air juga apabila di
pisahkan inti atomnya akan terjadi ledakan sangat hebat, menjadi sebuah
bom yang daya rusaknya luar biasa.
Air sifat dasarnya
memadamkan api bisa berubah menjadi bahan bakar yang hebat. Masih banyak
teknologi lain yang hebat hasil penemuan manusia, jika berbicara tentang teknologi al-Qur’an, alam
metafisika tentu hasilnya berpuluh, beratus bahkan berjuta kali lebih hebat
dari teknologi fisika. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membelah
laut seperti yang dilakukan oleh nabi Musa atau menghidupkan orang mati yang
pernah dilakukan nabi isa.
Pada intinya. Tasawuf
adalah; Adalah Jalan Menuju Hyang Maha Suci Hidup. Jika sedang melalui jalan
yang menuju Hyang Maha Suci Hidup. Maka,,, bersiaplah, tentukan dengan Pasti
Titik Finis Awal dan Akhir-nya.
Karena...
“Jika yang di cintai
adalah Ilmu, maka Ia akan menjadi Ilmu. Jika yang di cintai adalah Harta, maka
Ia akan menjadi Harta. Jika yang di cintai adalah Tahta, maka Ia akan menjadi
Tahta. Jika yang di cintai adalah wanita, maka Ia akan menjadi Wanita. Kalau
mencintai Batu maka Ia adalah Batu, dan kalau mencintai Hyang Maha Suci Hidup. Maka
aku tidak bisa menjawab. Karena Aku khawatir, jika aku menjawabnya, kalian akan
melempariku dengan batu“... He he he . . . Edan Tenan.
Demikian gambaran
bagaimana Rahasia dan Tingginya Tasyawuf, yang diawali dengan keberhasilan
menguasai empat tahap ketentuan Hyang Maha Suci Hidup, yaitu; Syariat, Tarekat,
Hakikat dan Makrifat.
Enam. Ibadah;
Namun,,, masih belum
berhenti di situ saja, tidak cukup dengan itu dan begitu saja. Karena...
Sebab... Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf. Itu di tentukan Oleh
yang Namanya Ibadah. Lalu... Pertanya’an selanjutnya. Apa itu Ibadah? He he he
. . . Edan Tenan.
Ingat... jangan salah
maksud disini, Sholat/sembahyang, haji, sedekah dll itu, bukan Ibadah. Karena
Ibadah itu “Ta’at” jadi, jangan bilang saya habis melaksakan Ibadah sholat
jum’at, karena itu artinya “saya habis melaksanakan ta’at sholat jum’at” dll.
Sholat dll, bisa di sebut ibadah/ta’at jika atas Sabdanya Hidup, jika bukan
atas Sabdanya Hidup, tidak bisa di sebut ibadah/ta’at. La yang sholat itu mayat
hidup, bukan manusia hidup, iya to... apa ada sejarahnya mayat ibadah/ta’at.
Mayat itu, yang harusnya tidak bisa apa-apa, kalau ada mayat bisa sholat, pasti
ngedeni bocah, pak jentit lo loba, wong mati ora iso obah, yen obah ngedeni
bocah... He he he . . . Edan Tenan.
Para Sedulur dan para
Kadhang kinasih saya yang senantiasa diridhai Allah Azza wa Jalla, Ibadah
adalah ta’at/patuh. Ta’at/Patuh apa? Ta’at/Patuh akan Sabdanya Hidup. Karena
hanya dengan Ta’at/Patuh pada Sabdanya Hidup, kita bisa sesuai dengan
Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup. Dan hanya dengan sesuai dengan Firman-Nya
Hyang Maha Suci Hidup. Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf bisa di
Lakoni dan Lakukan.
Kalau tidak dengan
Sabda-Nya Hidup, bagaimana kita bisa mengerti Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup.
La Cuma Hidup yang Tau, mengerti dan paham Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup.
Selain Hidup, Cuma bisa meraba dan menebak-nebak bin meramal dan menduga saja.
Kalau tidak sesuai dengan Firman-Nya/Pentunjuk Hyang Maha Suci Hidup. Bagaimana
mungkin bisa melalui Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, la yang memiliki
ketentuan Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf itu, hanya Hyang Maha
Suci Hidup. Bukan yang lain selain-Nya. Hayo.... silahkan di pikir, iya apa
iya...?! He he he . . . Edan Tenan.
Tujuh. Istiqomah;
Ibadah/Ta’at yang di
terima oleh Hidup, itu, adalah Ta’at/Ibadah yang Istiqomah. La.... apa itu
Istiqomah? He he he . . . Edan tenan.
Istiqamah adalah
anonim dari thughyan (melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu
tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qaama” yang
berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian
dan konsekuen, komitment. Tetep idep madep mantep. Apapun yang terjadi.
Arti sederhananya; Ibadah/Ta’at
yang kontinyu atau apa itu, kalau bahasa inggrisnya, yang terus menerus dengan
tetep idep madep mantep, tiada henti dan tak kenal putus, tidak tolah kanan
tidak toleh kiri, bukan yang malam ini ngedo’a besoknya cuty, bukan yang hari
senin Ibadah/Ta’at, hari selasanya istirahat, nanti hari rabu Ta’at/Ibadah,
kamis jumatnya tidak, sabtu Ta’at/Ibadah, minggunya mbalelo, pagi tahu siang
tempe sorenya oncom. Yo tangeh lamun rek. He he he . . . Edan Tenan.
WEB.:-)
Dengan semua penjabaran
diatas, bisa terpikir kan, bahwasannya, tidak mudah untuk mencapai sebuah
Kesempurna’an Hidup dan Kesempurna’an Mati itu... jika tanpa Hidup. Begitu
sulit dan rumitnya, jika tidak dengan Hidup, bahkan bisa mustahil bisa
melakonkan dan melakukan jika tanpa Hidup. Maka...
Renungkanlah dengan
baik dan benar. Adakah pelajaran yang mengajarkan
Tentang Hidup?
Soal Hidup?
Bab Hidup?
Mengenai Hidup?
Selain Wahyu Panca
Gha’ib..?!
Jika menolak Wahyu
Panca Gha’ib, tidak mau dengan Wahyu Panca Gha’ib. Lalu mau dengan apa? Kalau
jalannya, sudah jelas, yaitu... Syariat, Tarekat,
Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, sebagai Dunia Nyata dan Gha’ib serta semua isi
tetek bengeknya. Ibadah itu tiyangnya/peyangganya. Sedangkan Istiqomah itu,
tenaganya/energinya/powernya... tapi Sarananya. Hanya Wahyu Panca Gha’ib.
Karena hanya Wahyu Panca Gha’ib-lah yang mengajarkan; Tentang Hidup. Soal Hidup. Bab Hidup. Mengenai Hidup. Jadi... Monggo,
silahkan di renung. Karena keputusan dan kesimpulannya, ada pada masing-masing
diri Anda...
He he he . . . Edan
Tenan. SALAM
RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU Untukmu Sekalian para Kadhang Konto dan Kanti
Anom maupun Sepuh kinasih saya, yang
senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Pamrih saya berharap
POSTINGAN SAYA KALI INI. Dapat Bermanfaat untuk semua
Kadhang kinasihku sekalian tanpa terkecuali
yang belum mengetahui ini dan Bisa Menggugah Rasa Hidup nya siapapun yang
membacanya.
*Matur Nuwun ROMO....._/\_.....Terima
Kasih.Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:
0858 – 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment