PERJALANAN IMAN Wong Edan Bagu Dalam Proses Pencarian Jatidiri:
PERJALANAN
IMAN Wong Edan Bagu Dalam Proses Pencarian Jatidiri:
Terlalu
banyak orang pintar dan mumpuni di dunia ini. Teramat sangat banyak orang pandai
dan hebat di dunia ini. Namun percayalah, yang banyak itu, belum tentu tepat
dan pas sasarannya, berulang kali saya bertemu orang yang mengaku pintar dan
mumpuni, namun, pada akhirnya, mengeluhkan, bahwa doa dan ibadahnya ngambang
tak bertepi, berulang kali pula saya bertemu dengan orang yang mengaku pandai
dan hebat, namun ujungnya, mengeluh, bahwa imannya masih bergantung sebatas
kepentingan dan keperluan.
Akibatnya,
mudah berubah, jika melihat yang lebih indah, gampang goyah bila mengetahui
yang lebih baik. Padahal, yang indah di lihat mata dan yang baik menurut
perkira’an itu, belum tentu indah dan baik menurut Hyang Maha Suci Hidup. Padahal
terlalu banyak semboyan dan slogan umum yang cukup bagus untuk di renungkan,
sebagai pengajian diri. Contoh misal. Setajam tajamnya pisau milik tetangga,
itu lebih baik pisaunya sendiri, walaupun pisau itu tumpul sekalipun, karena,
jika milik sendiri, mau diapakan saja, tidak akan ada yang itu dan ini. Coba kalau
milik orang lain, kita buat sembrono, sudah pasti akan mengecewakan pemiliknya,
suatu sa’at, mau minjam pisau lagi, tidak akan di kasih, karena watir akan du
gunakan yang tidak baik. Sebagus bagusnya motor orang lain, itu sebih baik
motornya sendiri, karena jika milik sendiri, mau di bawa kemanapun dan
kapanpun, bebas merdekan, coba kalau milik orang lainnya, di bawa ke tetangga
kecamatan saja, jika tanpa kabar, pasti tau sendiri kan, apa yang akan terjadi.
Banyak
orang yang Percaya dan yakin adanya Allah, bahkan berani Sumpah atas nama
Allah. Namun apa yang terjadi, jika doanya tidak terkabul, atau tidak sesuai
dengan yang di harapkan kejadiannya, di sadari atau tidak di sadari, dapat di
pastikan, berontak, bertanya-tanya dalam hati, ragu mulai muncul, malas mulai
timbul, bahkan tidak sedikit yang putus asa. Dan anehnya, kegagalan-kegagalan
itu, di sembunyikannya, hanya demi sebuah ego semata. Malu... Gengsi. Karena
doanya, ibadahnya, di ketahui banyak orang, jadi malu jika harus mengakuinya,
kalau doanya tidak di kabulkan, atau doanya tidak sesuai dengan harapan yang
terjadi. Dengan hati yang getem-getem, hati yang geregetan lagi misuh-misuh, di
ceritakannya pada semua orang di sekitarnya, dengan senyum palsu, jika semalam
doanya di kabulkan oleh Allah, dan terkabulnya itu, karena berkah dari Kepercaya’an
dan Keyakinannya kepada Allah, sangatlah kuat.
Tidak
sedikit orang yang percaya ilmu, suka ilmu dan belajar tentang ilmu,
sampai-sampai semuanya di korbankan hanya demi soal ilmu, namun apa yang
terjadi, jika tidak ada hasilnya, tidak ada buktinya, di sadari atau tidak di sadari, dapat di
pastikan, berontak, bertanya-tanya dalam hati, ragu mulai muncul, malas mulai
timbul, bahkan tidak sedikit yang putus asa.
Dan
anehnya, kegagalan-kegagalan itu, di sembunyikannya, hanya demi sebuah ego
semata. Malu... Gengsi. Karena banyak yang tau kalau dirinya pernah
mondok/mesantren di sebuah pesantren ternama dan terkenal, karena pernah
berguru di sebuah padepokan yang ternama dan terkenal. jadi malu jika harus
mengakuinya, kalau ilmunya mentah, ilmunya dangkal. Buktinya Soal Allah saja
tidak ngeh-ngeh, buktinya masih mempan di bacok. Dengan hati yang getem-getem,
hati yang geregetan lagi misuh-misuh, di ceritakannya dengan senyum palsu, pada
semua orang di sekitarnya, jika dia telah mengetahui kalau Allah itu ada di
langit yang tinggiiiiiiiiiiiiiiiii sekali nan jauh disana, warnanya biru dan bla...
bla... bla... lainnya. Kalau tadi habis di begal perampok, dan berhasil lolos,
serta membuat si perampok itu babak belur. Dan semua itu, berkat dari mesantren
atau bergurunya itu tidak sia-sia.
Disisi
lain, dia sering bersaran ke orang lain, untuk jujur terbuka apa adanya. Tapi dirinya
sendiri seperti itu dan macam itu. Aneh bukan...?! inilah kebanyak manusia
diantara kita. Coba renungkan ungkapan saya diatas, ada apa dan kenapa bisa
begitu...?!
Bukan
Cuma kebanyakan manusia diantara kita saja, bahkan saya sendiri, dulu,,, sebelum
Menjalani Lakon dan Laku Wahyu Panca Gha’ib,
pernah mengalami yang demikian itu. Namun saya tidak berhenti sampai disitu
saja, saya terus berjalan dan berusaha, menemukan jawaban dan kesimpulannya. Saya
ingat akan Rukun Iman, salah satunya adalah Iman Kepada Kitabullah;
Allah
SWT menurunkan wahyu, berupa kitab dan apa yang difirmankan-Nya kepada beberapa
Rasul berupa shuhuf (lembaran). Kitab-kitab besar berasal dari firman Allah
SWT, seluruhnya berjumlah empat kitab suci, yakni Az-Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Daud AS; At-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS; dan Injil
diturunkan kepada hamba Allah dan Rasul-Nya, Isa AS. Dan yang terakhir
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir yaitu Muhammad SAW. Lalu
saya telusuri satu persatu hingga Sampai pada akhirnya, saya menemukan jawabannya.
Dan
jawaban itu ada di dalam Al-Qur’an.
Surat Al-Ankabut 29 Ayat. 2-3. Yang artinya;
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
Dan
Al-Qur’an S. Al-Baqarah; 216 Yang artinya;
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui”.
Dan
saya tidak berhenti sampai disitu saja, saya terus berjalan dan berusaha,
menemukan kesimpulannya. Sampai pada akhirnya, saya menemukan kesimpulanya. Dan
lagi, kesimpulan itupun saya temukan di dalam Al-Qur’an lagi. Surat Al Anbiya': Ayat. 68-70. Yang diberitakan Ibrahim
hendak di bakar oleh orang-orang kafr. Yang artinya;
"Mereka
berkata, bakarlah dia (Ibrahim) dan mintalah bantuan tuhan-tuhan kamu, jika
kamu benar-benar hendak bertindak. Lalu Allah berfirman, hai api menjadi
dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar
terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling
merugi."
Dan
sayapun menemukan kesimpulam di Al-Qitab Injil Surat Lukas 17 ayat 5.
"Kalau
sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata
kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia
akan taat kepadamu".
Dan
dalam Surat Matius 17 ayat 20: " Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai
iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari
tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil
bagimu".
Dan
saya tidak berhenti sampai disitu saja, saya terus berjalan dan berusaha, titik
temu finis intisari. Sampai pada
akhirnya, saya menemukan Titik temu Finis Intisarinya. Yaitu Wahyu Panca Gha’ib.
Dan sejak itulah, saya menyempurnakan kalimat Insya Allah Menjadi Kepastian. Dan
menyempurnakan Gha’ibnya Hyang Maha Suci Hidup. Menjadi kenyata’an yang memang
benar-benar nyata.
Sabda
Rasulullah Menguatkan Surat dan Ayat Al-qur’an Kitab diatas:
"Sesungguhnya
seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman
(Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia
kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad) Selanjutnya.... SILAHKAN DI RENUNGKAN
SENDIRI. Dan Anda akan menemukan jawabannya.
WEB...
Memang
biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah
tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi
pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya. Iman
memang terlihat kecil dan tidak berarti, hanya sebuah keyakinan atau kepercaya’an
atas sesuatu yang tidak kita lihat, tetapi saat iman itu bertumbuh (melalui
perbuatan iman) maka kita akan melihat bahwa iman itu lebih besar dari segala
sesuatu bahkan menjadi sandaran Hidup dan menjamin keHidupan.
Karena
dengan iman, tidak ada satupun janji Hyang Maha Suci Hidup yang tidak tepat,
apa lagi Dusta. Dengan iman tidak ada satupun yang mustahil. Dengan iman kita tidak
berjarak dan berbatas dengan Hyang Maha Suci Hidup, kapanpun dan dimanapun. Dengan
iman. Kita bisa menggapai Mahligai Bahagia. Menggenggam Tentram dan Mencapai Sempurna.
He he he . . . Edan Tenan. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU
HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH
SELALU
Untukmu Sekalian para Kadhang kinasihku yang senantiasa di Ridhoi ALLAH
Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Pamrih saya Berharap. POSTINGAN SAYA KALI
INI. Bermanfaat untuk Para Kadhang Konto dan Kantiku Sekalian tanpa
Terkecuali dan Bisa menggugah Rasa Hidupnya siapapun yang membacanya . Terima
Kasih.
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa
dwipa. Hari Senin Pahing. Tgl 09 November 2015
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment