MARI KITA MENONTON DIRI SENDIRI:

MARI KITA MENONTON DIRI SENDIRI:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 – 6179 - 9966
Documents Hari Rabu. tgl 03. Sept, Tahun 2014

Demikian beragam tontonan menguras perhatian kita selama ini. Betapa banyak diantara kita terbius oleh tontonan televisi, aneka pernak-pernik, kemilau duniawi yang serbaneka, pertunjukan para pemimpin yang tengah bertarung merebut kursi panas, dan seterusnya. Bahkan artikel internet khususnya Status-status  facebook yang salin berebut benar katanya benar. Makin banyaknya tontonan yang tergelar sarat sensasi di hadapan kita, kadang membuat kita lupa menonton diri sendiri. Inilah saatnya kita menonton diri sendiri, memosisikan diri sebagai obyek yang ditonton. Bagaimana cara menonton? He he he . . . Edan Tenan

Menonton membutuhkan mata dan cahaya. Tanpa mata dan cahaya kita tak bisa menonton. Meski cahaya benderang menyinari kehidupan kita, namun tanpa didukung mata, niscaya obyek yang ditonton tak bisa dilihat. Sebaliknya, andai mata sehat, namun tak ada cahaya yang membersit, kita pun tak bisa menonton. Karena itu, ketika hendak menonton perlu memadukan kekuatan mata dan cahaya.

Mata perlambang dari mata hati (akal wajar/manusiawi) bukan akal bulsit. Saat kita hendak menonton diri sendiri, hidupkan mata hati, sehingga bisa melihat secara gamblang film kehidupan kita sendiri. Cahaya simbol dari cahaya Ilahi (Hyang Maha Suci Hidup). Cahaya Ilahi berupa petunjuk Hyang Maha Suci Hidup (Ilahi). Bersandarlah sepenuhnya pada Hyang Maha Suci Hidup (Ilahi), dan Hyang Maha Suci Hidup (Ilahi), akan membersit dalam hati/jiwa kita. Andai cahaya Hyang Maha Suci Hidup (Ilahi), belum menghinggapi jiwa kita, berusahalah, berdampingan dengan sosok mulia, yang telah tersaluri cahaya Hyang Maha Suci Hidup (Ilahi). Yaitu Hidup. Hidup yang menempati raga kita sejak awal hingga kini, jika belum mengetahui atau mengenal Hidup yang sejak awal hingga kini bersama kita, carilah Pembimbing/Guru wujud. Yang telah tersaluri cahaya Hyang Maha Suci Hidup (Ilahi) mintalah bimbingannya untuk hal tersebut “Rasulullah saw bersabda, “Orang beriman adalah cermin bagi orang yang beriman.”

Cermin tempat kita berkaca, tentang diri secara sederhana. Cermin akan memantulkan sosok kita yang sejati. Lewat cermin pula kita bisa mengukur, menimbang, dan menilai diri kita secara jernih. Sosok yang jernih dan terliput kebenaran, patut dijadikan cermin, karena darinya terpancar magnet kebaikan yang berdaya pesona alami, bukan rekayasa.

Sebelum menonton diri sendiri, kita perlu menghidupkan mata hati dengan cara menggerus biji egoisme, yang masih bersarang dalam kesadaran kita. Karena egoisme sering menghalangi mata hati untuk melihat diri secara gamblang. Buatlah kita berjarak dengan diri sendiri, kita menonton diri seperti menonton orang lain. Duduk bersilah dengan santai/rileks, lalu Palungguh. Patrap Kunci 7x. Paweling 3x lalu diam. Tataplah lekat-lekat diri kita dengan mata hati, maka kita akan mengetahui secara jernih, siapa diri kita yang sebenarnya. Boleh kita memutar kembali film masa lalu yang pernah ditapaki. Dari rentetan film itu, kita bakal memahami secara dekat, karakter dan kebiasa’an  kita. Setelah itu kita memperoleh pemahaman “siapa diri kita”.

Ketika kita terbiasa menonton diri dengan cara membuat jarak terhadap diri sendiri, maka kita tak akan terlalu terikat oleh keada’an yang datang silih berganti, entah musibah atau nikmat. Seperti kita menonton televisi, ada saja lintasan kesedihan dan kebahagiaan mewarnai penggalan demi penggalan adegan tersebut. Ketika kita menonton diri sendiri secara utuh, akan ditemukan keindahan-keindahan yang tak terlukiskan kata-kata. Juga dengan menonton diri sendiri, kita bakal menemukan kenyata’an menakjubkan yang tak bisa dikadar dengan akal yang berlimit. Kebiasaan kita menonton diri sendiri juga akan memandu kita untuk menggerus jalan setapak sempit “berupa keakuan” bergantikan jalan raya ditandai oleh terbangunnya jiwa universal, cinta universal, dan Hidup universal. Hidup yang  tergabung dengan jiwa kemanusia’an, bahkan jiwa semesta. Edan Tenan. Pokok’e... He he he.

Buktikan. Buktikan saja jika tidak percaya. Ini adalah ilmu saya melepaskan diri dari semua kemelekatan yang pernah membelengguh jiwa raga saya selama puluhan tahun, saya bisa, Anda pasti bisa. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU  Untukmu Sekalian para Kadhang Konto dan Kanti Anom maupun Sepuh  kinasihku, yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Pamrih saya berharap POSTINGAN SAYA  KALI  INI. Dapat Bermanfaat untuk semua Kadhang  kinasihku sekalian tanpa terkecuali yang belum mengetahui ini dan Bisa Menggugah Rasa Hidup nya siapapun yang membacanya.
*Matur Nuwun ROMO....._/\_.....Terima Kasih.Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon:  0858 – 6179 - 9966
http://putraramasejati.wordpress.com

http://webdjakatolos.blogspot.com