Lakon Gelar Dalam Menemukan Jatidiri Pribadi:
Lakon
Gelar Dalam Menemukan Jatidiri Pribadi:
Oleh:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa
dwipa. Hari Selasa Pon. Tgl 10 November 2015
Jiwa/Batin
yang gelisah selalu "mencari" kesana kemari untuk dapat berbahagia.
Mencari titik titik identitasnya yang terserak di semesta. Ia pergi ke tempat
keramat, puncak gunung untuk menemukan identitas atau jatidiri, pemandangan
yang indah, padahal pemandangan hanyalah pemandangan. Apakah identitasnya atau
jatidirnya sama dengan pemandangan?
Ia
pergi ke wahana wisata untuk menghadirkan berbagai kebahagiaan. Tapi batinnya
tetap letih dan gelisah, sebab berbeda antara keinginan pikiran dan kebutuhan
sang batin.
Ia
pun pergi ke luar negeri untuk menemukan identitas dirinya yang mungkin saja
terserak di negeri cina, itali, mesir, spanyol atau amerika. Ia juga
berkeliling mengelilingi seluruh pualau se negara, ketempat makam Para
waliyullah, para Sykeh dan Para Leluhur. Dan... Ia pun semakin jauh dari
batinnya.
Ia
puaskan dirinya untuk berbisnis mencari uang dan uang, dan semakin banyak uang
terkumpul, semakin sulit pula identitas jatidiri batin bersua dengannya.
Oh
batin, dimanakah identitasmu? diamanakah jatidirmu?
Lelah
batinnya, karena fisik terus mencari ke luar, sehingga semakin terseraklah sang
batin.
Nonton
acara lawak, vcd, bioskop, lagu dan musik, berita televisi, baca buku-buku,
koran, tabloid, majalah, kelas motivasi, wayang, travelling, gonta-ganti
pasangan, ikutan komunitas, bisnis, pengajian ke mana-mana, games, BB-an,
FB-an, Androidan, tiduran, semedi, dan lain sebagainya... Dan identitas
jatidirinya pun semakin tak jelas walaupun pikirannya sudah mereka-reka...
Siapa
saya?
Untuk
apa saya hidup?
Siapa
Tuhan saya?
Mau
kemana saya?
Mbel
gedebel bla... bla... bla... Edan Tenan.
Siapa
Aku?
Untuk
apa Aku hidup?
Siapa
Tuhan Aku?
Mau
kemana Aku?
Mbel
gedebel bla... bla... bla... Edan Tenan.
Kalaulah
itu semua sudah terjawab lalu "kenapa saya mudah gelisah, mudah khawatir,
dan mudah tersinggung, bahkan mudag tertarik oleh sesuatu hal yang belum tentu?"
Para
Kadhang Konto Dan Kanti Kinasihku... Para Saudara-saudari Tersayangku... Para Sahabat
Tercintaku, Kenapa aku ini ada?
Inilah
pertanyaan dasar yang harus Kalian temukan jawabannya. Kalau kalian tak mampu
menjawab pertanyaan ini, maka kegundahan selalu bersamamu sekalian, walaupun
Wahyu Panca Gha’ib yang kalian gunakan... Hayo... Iya apa iya? He he he . . .
Edan Tenan.
Oke...
Saya aan bagikan pengalaman masa lalu saya secara umum dan blak kotak, tanpa
rahasia apapun, cara ini, dulu pernah saya gunakan untuk menemuan identitas
jatidiri saya. Dan,,, sedikitpun, tidak mlesed. Pas, tepat sasaran. Nancep di
tengah titik finis.
Pertama;
Coba
renungkan kata-kata saya ini... tapi tolong, jangan di bayangkan ya, nanti
musmet.
Tak
mungkin aku ini ada karena kebetulan atau ketidak sengaja’an. Sebab kalau aku
ini ada karena kebetulan, maka dunia ini adalah hasil kumpulan dari kebetulan-kebetulan.
Dan itu mustahil, bukan...
Bila
dunia adalah kumpulan kebetulan, niscaya terjadi ketidak seimbangan yang besar.
Niscaya sejak dahulu dunia sudah hancur. Artinya, aku ada karena sudah
direncanakan, by design, not by accident. Ada yang merencanakan agar aku ada di
dunia ini. Ada yang mengadakanku, ada yang menciptakanku. Aku pun mulai sadar,
bahwa gundah hadir karena aku menjauh dari rencana yang mengadakanku, Sang
Penciptaku. Karena aku adalah CIPTAAN, dan bukan PENCIPTA. Ingat itu... itu
adalah dasar Pertamanya. Yang Kedua...
Kedua;
Coba
renungkan kata-kata saya ini... tapi tolong, jangan di bayangkan ya, nanti
musmet.
Aku
mulai tenang, tugas ku jalani saja hidup sesuai kehendak Pencipta dan
Pengaturku. Kalau aku keluar dari kehendak-Nya, pasti galaulah aku, binasalah
aku.
Tapi...
Mau KEMANA aku? Ah, mana ku tahu, yang ku tahu "sekarang" aku masih
di "sini".
Apa
maksud di "sini"? Apakah ada yang bernama di "sana"?
Bukankah setelah aku bergerak ke sana, ternyata di "sana" pun menjadi
di "sini". Berarti hakikatnya di sana ya di sini. Padahal
"sini" menjadi eksis karena hadirnya "sana".
Lha,
kalau "sana" ternyata "sini" berarti "sana" itu
gak ada. Kalau "sana" gak ada, berarti untuk apa ada
"sini"? Jangan-jangan "sini" pun gak ada. Oh dimana
identitas Jatidiriku?
Lalu,
apa itu "sekarang"? Yang jelas yang bukan "sekarang" adalah
"dahulu" dan "nanti". Tapi, "Dahulu" hanyalah
"sekarang di waktu lalu". Dan "Nanti" adalah "sekarang
di waktu yang akan datang".
Lalu
kapan sesungguhnya WAKTU terjadinya "sekarang"? Berapa lama
"sekarang" itu? 1 detik, sepersepuluh detik, seperseratus detik, atau
sepertakhingga detik? Hai "sekarang", dimana kamu berada?
Dimanaaaaa...?
Cling,,,
kebentur ujung daun jendela... He he he . . . Edan Tenan.
Kalau
sekarang subuh, maka nanti adalah zuhur. Tapi di saat nanti, maka zuhur menjadi
sekarang dan subuh menjadi dahulu. Hei, sebentar, bukankah "nanti"nya
zuhur adalah ashar, "nanti"nya ashar adalah maghrib,
"nanti"nya maghrib adalah isya, dan "nanti"nya isya adalah
subuh?
Jleb,,,
terperosok lubang sepiteng... He he he .
. . Edan Tenan.
KEMBALI
ke subuh ya. Lalu kemana "sekarang"? "Sekarang" terlalu
cepat bergerak, sangat cepat, saking cepatnya maka "sekarang" menjadi
"tak terlihat", "tak terdeteksi", "lenyap".
Jangan-jangan "sekarang" memang tak pernah ada, atau
"Sekarang" dan "di sini" hanyalah eksis "sangat
sementara"... Oh,,, ini semua benar-benar PERMAINAN yang MENIPU.. tapi aku
gak boleh tertipu.
Dan
Kesadaranku pun berbisik "Hai Wong,,, bukan SEKARANG identitasmu,
melainkan KEMBALI..."
Yupz,
KEMBALI, itulah salah satu identitasku. Pantas saja kemarin iddul fitri banyak
yang MUDIK atau PULANG KAMPUNG, karena mereka hendak kembali ke tanah kelahiran
mereka. Dan pulang kampung yang sesungguhnya, adalah pulang ke kampung akhirat,
yang menjadi asal usul sangkan paraning dumadi nya kita.
Apa?
Akhirat?
AKHIR?
"Kembali
ke AKHIR?"
Apa
maksudnya?
Bukankah
kalau kembali itu biasanya ke AWAL?
Atau
ke laptop nya Mas Tukul Arwana di acara bukan empat mata itu?
Jangan-jangan
AWAL itu AKHIR...
Kalau
demikian, berarti pertanyaan "KEMANA aku" memiliki jawaban yang sama dengan
"DARIMANA aku"? Oh, I see, "darimana aku" dan "kemana
aku" dikarenakan "kembali" pastinya ya ke situ-situ juga... Awal
adalah Akhir, Akhir adalah Awal, My Start is My Finish... He he he . . . Edan
Tenan.
Pantas
Tuhanku senang sekali kepada hamba-hamba-Nya yang berTAUBAT, bukankah TAUBAT
itu artinya KEMBALI?
Sebuah
perjalanan dari titik awal KEMBALI lagi ke titik awal. Sebab akhir adalah awal.
Titik pertemuan ini disebut TITIK NOL. Why... Edan Tenan? Sebab ia adalah
sebuah titik yang bergerak pada orbitnya, membentuk putaran seperti angka NOL.
Yupz,,,
Bulan berputar mengelilingi bumi, putarannya membentuk angka NOL. Muslimin yang
Thawaf pun berputar membentuk angka NOL. Putero Romo Romo Putero itu, berputar
membentuk angka NOL. Karena,,, jika sudah sampai disini. Yang terucap... O.....
Apakah Identitasku KEMBALI menjadi NOL? Yang ketiga....
Ketiga;
Coba
renungkan kata-kata saya ini... sekali lagi, tolong, jangan di bayangkan ya,
nanti musmet. Oh,,, aku ini NOL. Hanya hamba-NYA (ABDULLAH) - (PUTERO) yang
bertugas memarketingkan-NYA ke semesta (KHALIFAH) - (ROMO).
Itulah
tugas angka NOL, Anyakra Manggilingan/menggelinding ke sana kemari bersama
intruksi-NYA, menyembah-NYA, menebarkan Asma-NYA ke semesta.
Kalau
aku berusaha menjadi angka 1,2, atau sejuta, maka akulah pengejar pahala yang
lupa menyembah-NYA, lalu ku bangga dengan pahala-pahalaku.
Kalau
aku menjadi -1, -2, atau minus sejuta, maka akulah pelaku dosa, dan enggan
bertaubat atas dosaku.
Ya...
Allah Gusti Ingkang Maha Suci,,,, aku sadar bahwa NOL adalah identitasku.
Maafkan aku yang masih lupa MENGEMBALIkan berbagai pujian kepada-MU, lupa
MENGEMBALIkan berbagai musibah untuk mengingat-MU, dan lupa MENGEMBALIkan
berbagai dosa-dosaku pada-MU melalui istighfar dan taubatku (Kadhang dan Patrap
Kunci ku). Jiwaku tenang bila aku tak melekat dengan pahala-pahalaku, tak
melekat dengan dosa-dosaku, tak melekat dengan musibah-musibahku, tak melekat
dengan kelebihan atau kekuranganku, tak melekat dengan kotak-kotaku, teka
melekat dengan bendera-benderaku, tak melekat dengan anak isteriku, tak melekat
dengan keluargaku, tak melekat dengan pekerja;anku, tak melekat dengan
hutang-hutangku, tak melekat dengan kebutuhanku, masalahku, kepentinganku,
keperluanku, kecuali hanya melekat pada-MU Saja.
Ya
Allah Gusti Hyang Maha Suci Hidup, mudahkan aku dan siapapun yang membaca
tulisan saya ini, kembali menjadi NOL. Tak melekat dengan apapun tanpa
terkecuali, selain dengan-Mu. Sehingga tenang jiwa kami, dan rindulah kami atas
panggilan-Mu dan siap sedia menghadap-MU kapanmu Engku Mengirimkan undangan
kepada kami.
"Hai
Jiwa yang TENANG, datanglah kepada RABB-mu dalam keada’an ridho lagi
diridhoi....
“Hai
Jiwa yang TENTERAM, sowanlah kepada RAMA-mu dalam keada’an pangestu lagi
diayomi.... Bukan Karena Penting dan
Perlu. He he he . . . Edan Tenan. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON
KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU Untukmu
Sekalian para Kadhang kinasihku yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla
Jalla Jalaluhu. Pamrih saya berharap POSTINGAN SAYA KALI
INI. Bermanfaat untuk Kadhang Konto dan Kantiku terkasih tanpa terkecuali yang
belum mengetahui ini dan Bisa menggugah Rasa Hidup nya siapapun yang membacanya
.
Terima
Kasih.
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Jayadewata Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment