WEJANGAN dari WONG EDAN BAGU YANG KETIGA. TENTANG WAHYU PANCA GHA’IB. DIDALAM LAKU SPIRITUAL HAKIKAT HIDUP:

WEJANGAN dari WONG EDAN BAGU YANG KETIGA.
TENTANG WAHYU PANCA GHA’IB.
DIDALAM LAKU SPIRITUAL HAKIKAT HIDUP:
Jawa Dwipa Hari Kamis kliwon. Tgl 08 Oktober 2015

Salam Rahayu… hayu memayu hayuning karahayon kanti teguh slamet berkah sukses selalu dari saya, Wong Edan Bagu, untukmu sekalian Para Kadhang Kinasih saya khusunya, dan saudara serta saudari saya sekalian pada umumnya, yang senantiasa di Ridhai Allah Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu …. Wejangan ini, merupakan Wejangan lanjutan tentang WEJANGAN dari WONG EDAN BAGU YANG KEDUA. TENTANG WAHYU PANCA GHA’IB DAN KHUTBAH TERAKHIR RASULULLAH SALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM;
Di Jawa Dwipa Hari Selasa pon. Tgl 06 Oktober yang Lalu.

WAHYU PANCA GHA’IB:
Wahyu Panca Gha’ib, itu bukan agama, bukan kepercaya’an, juga bukan kejawen, bukan organisasi, bukan golongan, bukan partai, juga bukan perguruan atau kebatinan dll. Wahyu Panca Gha’ib, adalah Jalan untuk menuju pulang kerumah, bagi setiap mahkluk Hidup yang memiliki wujud tanpa terkecuali. Wahyu Panca Gha’ib adalah Sarana untuk kembali pada Asal Usul Sangkan Paraning Dumadi (asal terjadinya mahkluk) tanpa terkecuali. Karena itu tersebut Wahyu Panca Ga’ib.

Wahyu itu berati Pemberian Hyang Maha Suci Hidup. Panca itu Berati Lima, Ga’ib itu berati Hidup/Suci. Yang maksudnya… LIMA  PEMBERIAN  HYANG  MAHA SUCI  HIDUP. Satu yang bersabda, yaitu Hidup, dan empat yang merupakan Sabdanya Hidup. Terurai. Kunci. Paweling. Asmo. Mijil dan Singkir. Yang mejadi Pokok Penting di dalam Wahyu Panca Ga’ib, adalah Kunci, karena yang empatnya adalah sebatas Sabda-Nya. Sedang Kunci adalah yang Bersabda. Walaupun yang empatnya hanya sebatas Sabda-Nya, bukan berati tidak penting, semuanya salin berkaitan, namun penentunya adalah Kunci. Itu saja…  

Seperti didalam pembelajaran Lakon Ilmu, yang lebih kita kenal dengan istilah Sedulur Papat Kalima Pancer, yang terpenting adalah Pancernya, bukan sedulur papatnya, tanpa sedulur papat, pancer tetap pancer, tapi tanpa pancer, sedulur papat tak bisa berbuat apa-apa. Dengan pancer saja, sedulur papat bisanya hanya ngercoki, apa lagi tanpa pancer, seperti perumpama’an sebuah kereta kencana, yang di tarik oleh empat ekor kuda, jika tanpa kusir, coba pikirkan, apa yang akan terjadi dengan kereta tersebut, begitulah jika sedulur papat tanpa pancer, begitupun juga dengan Wahyu Panca Ga’ib, jika tanpa Kunci, Paweling. Asmo. Mijil dan Singkir, bukanlah apa-apa. Paweling. Asmo. Mijil dan Singkir bergantung pada Kunci nya, jika Kuncinya benar dan tepat, maka Paweling. Asmo. Mijil dan Singkir sudah pasti joss gandos. Artinya, Kunci adalah penentu pokoknya. Oleh sebab itu, dalam wejangan ini, Kunci yang akan saya wedarkan sesuai pengalaman yang saya dapatkan di TKP. Berikut ini, liputanya… He he he . . . Edan Tenan.

KUNCI:
Apa itu Kunci?
KUNCI itu Lakon Gelar dan Laku Gulung.  KU itu Kumpul. N itu Nunggal. CI itu Suci. Jika di gabung, menjadi. Kumpul Nunggal Suci. Kumpul Nunggal Suci itulah Kunci.
Apanya yang Kumpul?
Angan-angan nya, budi pakarti nya, panca indera nya.
Apanya yang Nunggal?
Sedulur papat nya, lakon laku, gelar gulung nya.
Apanya yang Suci?
Ya pasti Hidup to… He he he . . . Edan tenan. Suci itu Hidup. Hidup Itu Suci. Suci itu bukan bentuk dan warna. Suci itu Hidup/Gha’ib. sebab itu, Kunci Tidak Boleh di robah ubah, tidak bisa di kurangi atau di tambahi, karena merobah Kunci, sama halnya merobah Hidup, emang kita apa dan siapa, kok merubah Hidup itu… yang punya wewenang dan kuasa atas Hidup itu, ya Hyang Maha Suci Hidup. Bukan yang lainnya. 

Kenapa Kunci Harus di baca ping pitu?
Kunci di baca ping pitu. Maksudnya… PIT itu Kejepit/Terhimpit. TU itu Metu/Keluar.
Apanya yang kejepit/Terhimpit?
Lahir bathinya (gelar/gulungnya) yang Kejepit/Terhimpit.
Apanya yang Metu/Keluar?
Rasanya yang Metu/Keluar
Rasa Apa?
Rasa Tenteram… Nya. Karena jika Kunci nya sudah di baca ping pitu dengan benar dan tepat, pasti tau dan mengerti serta paham, bahwa tidak selembar daunpun yang jatuh ke bumi tanpa kehendak Hyang Maha Suci Hidup. Inna Lillaahi Wa Inna Illayhi Raoji’un. Semua dan segalanya milik Hyang Maha Suci Hidup, maka, rela tidak rela, mau tidak mau, harus kembali hanya kepadaNya. Bukan ke yang lain selainNya. Sehingganya. Dengan mengetahuinya. Dengan mengerti dan memahaminya. Yang ada hanya TENTERAM. Tidak ada apa-apa. Apa-apa tidak ada… He he he . . . Edan Tenan.

Kumpul Nunggal Suci. Artinya Menyatukan angan-angan, budi pakarti dan panca indera alias sedulur papat, Menyatukan atau memanunggalkan angan-angan, budi pakarti dan panca indera alias sedulur papat. Itu bukan hal yang sepele, sejak lahir hingga gede tua ini, kita sudah terbiasa menggunakan angan-angan, budi pakarti dan panca indera, hingga menjadi dogma yang melekat jiwa raga, dan sangat kita sukai walau diluar kesadaran kita. Berhenti untuk itu. He he he . . . Edan tenan, tidak gampang brow… tak semudah membalikan telapak tangan. Mak grembyang.

Artinya, sudah pasti kita akan menghadapi seratus rintangan, sudah jelas kita akan mengalami seribu halangan, melewati sejuta goda’an serta perlu dan butuh miliyaran yang harus di korbankan. Maka,,, sedih, sakit, perih,  karena rintangan dan halangan serta goda’an pless pengorbanan itu, sudah menjadi hukum alam yang tidak bisa di hindari. 

Dan… Sedih… Sakit… Perih serta semua penderita’an itulah jepitan/himpitan kita, jalan kita, jembatan kita, tangga kita, batu loncatan kita, maka,,, bacalah, hayatilah, pelajarilah… Rasakan tekannya. Rasakan himpitannya. Rasakan… Rasakan dan terus Rasakan endingnya hingga mentog, ngenox ke sungsum, jika sudah mentog, pasti metu/keluar, Mijil/klimax Rasanya/Tenteramnya, Plongggg…. Legaaaaaa… Bombongggg… Mak nyuss TENTERAM.
Seperti dikala kita mengeluarkan mani sa’at bercinta dengan pasangan terkasih. Namun sayang, kita hanya bisa mengeluarkan Rasa itu di sa’at IMRONnya saja yang terjepit, tapi dikala IMANnya yang terjepit,  lahir batinnya yang terhimpit, malah lari ke dukun dan kiyai, parah lo brow…

Gusti Ingkang Moho Suci.
Apa itu Gusti Ingkang Moho Suci?
Gusti, itu berati, Rasa Sejati.
Sedangkan Maha Suci, itu berati, Sejatinya Rasa.
Dengan maksud tersebut, berati, Gusti Ingkang Moho Suci.
Itu, adalah, Rasa Sejati, Sejatinya Rasa.

Rasa Sejati Sejatinya Rasa itu apa?
Rasa Sejati itu Hidup, sedangkan Sejatinya Rasa, itu Maha Suci Hidup.
Berati, makna lebih dalamnya lagi, Gusti Ingkang Moho Suci, itu.
Maksudnya adalah, Hidup yang berhubungan langsung dengan Hyang Maha Suci Hidup.
Salin terhubung dan terkait serta tidak bisa di pisahkan. Seperti siang dan malam, seperti langit dan bumi, seperti matahari dan bulan dan seterusnya.

Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti Ingkang Moho Suci.
Apa itu Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti Ingkang Moho Suci?
Kulo, itu berati, aku, aku itu roh.
roh itu, angan-angan, budi, pakarti dan panca indera.
Atau tersebut sedulur papat, kalau didalam istilah lakon ilmu, itulah aku.
Nyuwun Pangapuro Dumateng.
Artinya, aku meminta pengampunan kepada.
Gusti Ingkang Moho suci.
Berati, rasa sejati sejatinya rasa.
Maksudnya, aku memohon pengampunan kepada Rasa Sejati Sejatinya Rasa.

Kenapa aku harus memohon pengampunan kepada Rasa Sejati Sejatinya Rasa?
Aku atau roh atau angan-angan, budi, pakarti dan panca indera atau sedulur papat, itu tidak memiliki wewenang apapun atas semuanya tentang raga/wujud ini, tidak punya kuasa apapun soal raga/wujud ini, yang memiliki wewenang dan kuasa atas raga/wujud ini, adalah Rasa Sejati/Hidup atas Firman Hyang Maha Suci Hidup.

Namun, yang namanya aku atau roh atau angan-angan, budi, pakarti dan panca indera atau sedulur papat, telah mengambil alih wewenang dan kekuasa’an Rasa Sejati/Hidup, dengan segala dalil dan dalih, sejak awal membuka mata. Telingan, hidung dan mulut ketika masih dipangkuan kedua orang tua, sejak itulah, yang namanya aku atau roh atau angan-angan, budi, pakarti dan panca indera atau sedulur papat, telah mengambil alih wewenang dan kekuasa’an Rasa Sejati/Hidup, seakan-akan iya-iya’a. padahal dusta dan palsu belaka, buktinya, tidak satupun raga/wujud bisa menggapai kemerdeka’an dan menggenggam tenteram yang sempurna’an, apapun caranya, berhayal itu dan ini, tapi nyatanya pusing, membayangkan itu dan ini tapi akhirnya kecewa dan sedih. Seakan-akan, seandainya, andai kata, seumpamanya dll, bahkan sampai ke soal Tuhan, di bayangkan dan kira-kira menurut rancangan dan selera kebiasa’annya.

Karena itulah, apapun alasannya, aku harus segera memohon ampunan kepada Hidup, sebelum terlambat, karena jika sampai terlambat, keburu Hidup menunjukan wewenang dan kuasanya, maka, sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi, untuk itu, selagi Hidup masih menempati raga/wujud, yang berati belum berontak/menuntut balas, sesegera mungkin, aku memohon pengampunan kepada Hidup. Kulo Nyuwun Pangapuro Dumateng Gusti Ingkang Moho Suci.
Jika aku sudah memohon pengampunan kepada Hidup, maka, Hidup akan memohonkan ampunan pula kepada Hyang Maha Suci Hidup, karena hanya Hidup yang bisa menghadap kepada Hyang Maha Suci Hidup, bukan ilmu atau amal ibadah apalagi harta benda dan pahala serta tetek bengeknya.

Sirolah Datolah Sipatolah.
Apa itu Sirolah Datolah Sipatolah?
Sir itu Angan-angan. Dat itu budi dan pakarti. Sipat itu panca indera. Lah itu iqro/bacalah.
Arti lebih dalamnya, Sir Dat Sipat itu, adalah angan-angan, budi, pakarti dan panca indera, atau sedulur papat (roh). Maksudnya… Bacalah angan-angan budi pakarti dan panca indera mu, pelajari, lah, di olah maksudnya, jangan asal sejare dewek se’enaknya udelmu, baca, pelajari gelar gulungnya, di olah, agar kamu tau, mengerti, paham, kalau kita tau dan mengerti serta paham, angan-angan, budi pakarti dan panca indera mu, tidak akan mempermainkanmu, tidak akan menipumu, tidak akan menyiksamu, kita akan bisa mengendalikannya, menguasainya, bahkan memerintahnya sebagai alat/sarana di dalam berlakon dan berlaku, karena memang itulah tugas mereka, angan-angan, budi pakarti dan panca indera alias sedulur papat itu, memang sengaja di berikan oleh Hyang Maha Suci Hidup kepada kita, sebagai Sahabat, sebagai sarana, sebagai alat, bukan sebagai penguasa yang memperbudak kita. Ngono lo maksude… He he he . . . Edan Tenan.

Kulo Sejatine Sateriyo.
Apa itu Kulo Sejatine Sateriyo?
Seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Kulo itu, adalah aku.
La kalau Sejatine Sateriyo?
Sejatine itu, Benar, kalau Sateriyo, Sat, itu asat/kering, riyo itu, nderiyo, maksudnya, Panca Indera. Jadi, Kulo Sejatine Sateriyo itu, arti dan maksudnya adalah, aku yang benar telah asat/kering panca inderanya, maksudnya, sudah tidak dikuasai lagi oleh angan-angan, budi pakarti dan panca indera. Maksud dan arti yang lebih dalamnya lagi, siapapun itu, jika sudah tidak di kuasai lagi oleh angan-angan, budi pakarti dan panca indera nya lagi, alias bisa menguasai sedulur papatnya sendiri, berati dia itu adalah Sejatine Sateriyo. Bila belum, ya belum Sejatine Sateriyo, masih oblog owog… He he he . . . Edan Tenan. Manusia wantah maksudnya.

Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso.
Apa itu Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso?
Wicaksono itu Berkah/Tidak sia-sia, sedang Panguwoso itu Ridha/Ijin. Nyuwun Wicaksono Nyuwun Panguwoso, berati Mohon Berkah dan mohon Ridha.

Jika seseorang telah menguasai sedulur papatnya, alias sudah tidak lagi di perbudak oleh angan-angan, budi pakarti dan panca inderanya, Hidup akan menempati wujud/raganya sesuai FirmaNYA, dan Hidup yang menempati raga/wujudnya itu, akan menjadi penguasa tunggal atas dirinya, akan menjadi guru dan penanggung jawab atas diri pribadinya mulai di dunia hingga akherat, dan Hidup hanya memiliki dua pemohonan kepada Hyang Maha Suci Hidup, yaitu Wicaksono dan Panguwoso, Berkah dan Ridha, Berkah untuk wujud/raga yang di tempatinya, Ridha untuk Sedulur Papat yang telah menjadi abdinya.

Kangge Tumindake Sateriyo Sejati.
Apa itu Kangge Tumindake Sateriyo Sejati?
Kangge itu, Untuk/Buat. Tumindak itu, gerak geriknya wujud/raga (obah polahe rogo) Sateriyo Sejati adalah, aku yang sebenarnya/sesungguhnya. Artinya, Kangge Tumindake Sateriyo Sejati itu, maksudnya, untuk gerak gerik nya aku yang sebenarnya. Bukan aku-akuan, tapi aku yang sebenarnya, yaitu sedulur papat yang telah mengabdi kepada Hidup, sesuai kodrat irodzat yang telah di FirmankanNYA.  Jadi,,, Berkah dan Ridha, yang di mohonkan oleh Hidup tadi, Berkah nya teruntuk wujud/raga terkasih, Ridha nya teruntuk Sedulur Papat tersayangnya sendiri.

Supaya tidak mbalelo lagi, tidak murtad lagi, tidak sragal srugul lagi, yang berakibat menyiksa wujud/raga, supaya tidak selalu bangga menyiptakan ketidak nyamanan, ketidak tenangan, ketidak enakan dll, agar selalu setia tuhu pada Sang Pemimpin sebenarnya, yaitu Hidupnya. Karena itu, uni/bunyi terakhir Kunci. Kulo Nyuwun Kangge Hanyirna’ake Tumindak Ingkang  Luput. Luput itu, semua tingkah lakon dan laku yang menciderai wujud/raga, gerak dan gerik (perbuatan) yang menyiptakan tidak enak untuk sang wujud/raga. 

Sekali lagi saya ulangi. Ingat…!!! Wahyu Panca Gha’ib, itu bukan agama, bukan kepercaya’an, juga bukan kejawen, bukan organisasi, bukan golongan, bukan partai, juga bukan perguruan atau kebatinan dll. Wahyu Panca Gha’ib, adalah Jalan untuk menuju pulang kerumah bagi setiap mahkluk Hidup yang memiliki wujud tanpa terkecuali. Wahyu Panca Gha’ib adalah Sarana untuk kembali pada Asal Usul Sangkan Paraning Dumadi (asal terjadinya semua mahkluk) tanpa terkecuali.

Mengapa Hyang Maha Suci Hidup mewahyukan Wahyu Panca Ga’ib?
Karena sudah terlalu banyak yang tersesat, neraka sudah penuh, sorga sudah mbludag… Wahahahahhaha… Edan Tenan.

Inna lillaahi wa inna illayhi roji’un, semuanya, segalanya, mau yang nyata maupun yang tidak nyata, adalah milik Hyang Maha Suci Hidup, dan akan kembali hanya kepdaNya saja, bukan ke yang lain selainNya.

Sudah terlalu banyak jalan dan cara yang di Wahyukan Hyang Maha Suci Hidup, kepada semua mahkluknya, sejak jaman Para Nabi hingga jaman Para Wali, mulai dari agama sampai ilmu kepercaya’an, namun apa yang terjadi, nyaris tidak ada yang mau dan ingin kembali ke Asal Usul Terjadinya/Terciptanya. Dengan agama mereka berlomba, menumpuk pahala, bersaing, bahkan bertanding antar sesame agama, untuk berhasil sukses mendapatkan surga, dengan ilmu kepercaya’an, mereka mempertaruhkan jiwa raga hingga keluarganya, hanya demi untuk bisa moksa atau reinkarnasi, naudzu billaahi mindaliq, pada mengaku pintar dan pandai serta mumpuni, tapi Inna lillaahi wa inna illayhi roji’un saja, tidak tau apa maksudnya.

Padahal Hyang Maha Suci Hidup Sudah memperingatkan dengan sangat keras, tegas dan jelas. Bahwa kelak di akhir jaman, semua akan dihancurkan. Dan mereka lebih memilih hancur dengan semuanya itu, dari pada kembali ke rahmatullah. Karena itu Wahyu Panca Ga’ib di Wahyukan, untuk itu Wahyu Panca Ga’ib di Turunkan sebagai sarana untuk kembali kepadaNya, bagi siapapun yang mau, tidak peduli apapun suku dan rasnya, tidak peduli agama atau adatnya, tidak peduli latar belakang atau statusnya, jika ingin kembali  ke Asal Usul Sangkan Paran Dumadining Mahkluk/Manusia. Ya Hanya Wahyu Panca Ga’ib lah jalannya, hanya Wahyu Panca Ga’ib lah Caranya. TITIK.

Caranya bagaimana?
Caranya Laku Patrap/Semedi Kunci. Paweling. Asmo. Mijil dan Singkir.
Jalanya?
Jalanya Lakon Kekadhangan dengan Iman yang benar dan tepat.
Iman yang benar dan tepat itu, iman yang bagainama?
Iman yang benar dan tepat itu, iman yang tidak berada di dalam kotak-kotak agama/kepercaya’an dan tidak berada di bawah naungan kibar bendera partai/politik apapun.

Saya ulangi lagi. Ingat…!!! Caranya Laku Patrap/Semedi Kunci. Paweling. Asmo. Mijil dan Singkir. Jalannya Lakon Kekadhangan dengan Iman yang benar dan tepat. Jika keduanya ini sudah di lakukan. DIJAMIN. Sempurna mulai dari dirinya sendiri, hingga sampai tujuh keturunannya kenan-kekiri, kedepan-kebelakang, keatas dan kebawah bapak dan ibunya. He he he . . . Edan Pora. Kurang opo jal? Sebegitu kasihnya Hyang Maha Suci Hidup terhadap mahkluknya, kenapa tidak mau,,, kenapa malah nyari yang mustahil/katanya, mengapa malah mempersulit sendiri, goblog,,, glubrag, klotak, hehe, pret, kepentut aku rek.

Itulah sekelumit pemehaman dasar dari saya tentang Wahyu Panca Ga’ib, ingat, itu baru dasarnya, belum dalamnya, baru sekelumitnya, belum keseluruhannya, itu baru kulitnya, belum ke otot, daging, tulang, sumsum dan seterusnya. He he he . . . Edan Tenan.

Selanjutnya tentang dan soal semua mahkluk sebelum kedunia, sesudah di dunia dan setelah di dunia ini. Ada tiga Proses Hidup didalam kehidupan ini, yang harus di jalani dan jalankan serta di mainkan, bak peran diatas panggung sandiwara, oleh setiap mahkluk tanpa terkecuali, di sadari atau tidak di sadari, mau atau tidak mau, tiga Proses Hidup yang sudah menjadi Firman/Perintah Hyang Maha Suci Hidup ini, harus terjadi sesuai FirmanNya.

Apakah tiga Proses Hidup didalam kehidupan itu?
Pertama, adalah Proses sebelum kedunia, ketika masih berada didalam goa garba/kandungan  sang ibunda. Namanya; Lakon Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Kedua, adalah Proses sesudah di dunia, ketika sudah lahir dari Rahim sang ibunda. Namanya; Lakon Manunggaling Kawula Gusti.
Ketiga, adalah setelah di dunia ini, ketika Hidup lepas meninggalkan wujud/raga alias mati bin isdet. Namanya; Lakon Sangkan Paraning Dumadi.

Panggung Sandiwara Dengan Judul/Lakon.
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Semua mahkluk, khususnya manusia, sebelum di lahirkan di dunia ini, semuanya dan segalanya sudah di tentukan dan di pastikan, oleh Hyang Maha Suci Hidup, dengan sebuah perjanjian kontrak, bahwa sanggup iya, akan menjalani dan menjalankan peran sebagaimana yang telah di tentukan dan di pastikan atasnya tersebut. Agar tidak lupa, buku catatan peran itupun, disertakannya, nanti, ketika kamu naik panggung, catatan yang memuat adegan yang harus kamu perankan itu, mulai berlaku, jika adegannya mencuri, harus di extingkan dengan baik, jika adegannya ngesek, ya harus di extingkan dengan baik, kalau adegannya nipu dll, pokoknya harus di extingkan sebaik mungkin, agar penonton ngefen sama kamu, karena semakin banyak yang ngefen, semakin terkenalah kamu, makin laris job orderanya, ingat,,, diatas panggung, umurmu sekian tahun, kamu harus begini dan harus begitu dan bla… bla… bla… setelah peranmu selesai, tahun segitu, bulan segitu, hari itu, tanggal itu, jam segitu, di tempat itu, sambil begitu-gitu, bla… bla… bla… kamu akan menerima honor, dan honor itu harus kamu gunakan untuk ongkos pulang. Paham? Kata si suteradara.  Paham boss suteradara,,, jawab di bintang fillm nya. he he he , , , Edan tenan.

Terlalu banyak tulisan/artikel ilmu pengertian yang mengungkap tentang Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Dengan masing-masing kepentingannya, namun intinya sama, yaitu tentang sebelum hidup dan sesudah hidup yang di perjanjikan antara Hidup dan Hyang Maha Suci Hidup. Ketika dalam perjalanan dari ga’ib menuju kasunyatan. Bukan soal dan tentang ilmu kesaktian dan jaya kawijayan. Tapi soal lakon nggelar dan laku nggulung, tentang lakon laku dari dalam keluar dalam.

Dengan Pemahaman diatas, artinya, apapun yang dialami, bagaimanapun yang kita lakukan, itu semuanya adalah merupakan penggenapan dari kitab tanpa tulis yang isinya adalah suratan peran/adegan kita yang harus kita mainkan, sesuai firmanNya . Bukan kehendak kita, ini disadari atau tidak di sadari lo, mau tidak mau, disinilah letak berlakunya “ Tidak selembar daunpun yang jatuh tanpa kehendakNya” artinya, semua adalah kehendak Hyang Maha Suci Hidup, sudah menjadi sekenarioNya. Rencana… Nya. Kita hanya sekedar menjalankan/memainkannya saja. Yang namanya bintang sinetron/film, jika cara memainkan adegan/peran, bagus,,, selain honor/gaji, ya pasti akan dapat bonus, dan jika ada sothing lagi, ya kepakai lagi, hingga menjadi Bintang terkenal dan ternama. Bukan begitu mas/mbak brow… He he he . . . Edan Tenan.

Panggung Sandiwara Dengan Judul/Lakon.
Manunggaling Kawula Gusti.
Setelah Peran dan Adegannya hapal dan siap exsen, maka, lahirlah kita ke dunia ini, untuk bermain sandiwara sebagai bintang film/sinetron, dengan semua peran dan adegan yang sudah dihapal dalam buku exting tadi. Lalu mulailah bersandiwara dengan Lakon Manunggaling Kawula Gusti. Inilah peran yang harus kita mainkan sebagai bintang, diatas panggung, terserah mau menggunakan cara/sistem exting bagaimana, yang penting edegannya adalah Manunggaling Kawula Gusti. 

Terlalu banyak tulisan/artikel ilmu pengertian yang mengungkap tentang Manunggaling Kawula Gusti. Dengan masing-masing kepentingannya, namun intinya sama, yaitu tentang Pengenalan Diri Pribadi, Tentang bersatunya anga-angan, budi pakarti dan panca indera. Soal penyatuan/manunggalnya sedulur papat kalima pancer, dalam mencapai kesejatian dan meraih kebenaran yang sebenarnya. Bab Kehidupan dan Hidup yang tidak bisa lepas dari Hyang Maha Suci Hidup, sesudah menjadi penghuni dunia ini. Jadi, intinya, Manunggaling Kawula Gusti itu, bukan tentang bertemunya manusia dengan sang Pencipta semesta, bukan soal manunggal/menyatu dan bersatunya Mahkluk Dengan Tuhan. Tapi tentang bersatunya angan-angan, budi pakarti dan panca indera, soal menyatunya sedulur papat kalima pancer, angan-angan, budi pakarti dan panca indera (sedulur papat) itu kawulanya. Hidup/Roh Suci itu sebagai Gusti/Tuannya. 

Panggung Sandiwara Dengan Judul/Lakon.
Sangkan Paraning Dumadi.
Terlalu banyak tulisan/artikel ilmu pengertian yang mengungkap tentang Sangkan Paraning Dumadi. Dengan masing-masing kepentingannya, namun intinya sama, yaitu tentang kembalinya, jiwa raga, lahir batin, gelar gulung, dunia akherat kepada yang empunya, dengan sempurna, maksudnya sesuai dengan Firman Hyang Maha Suci Hidup yang telah tertuliskan sejak awal kejadiannya. Jadi… Sangkan Paraning Dumadi itu, bukan ilmu laduni atau ngaweruhi isi sajeroning winarah, tapi lakon tentang kembalinya yang terbuat kepada yang membuat.

Setelah sandiwara tamat, adegan dan exting dalam perannya selesai, sedulur papat kalima pancernya sudah manunggal menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan lagi, maka,,, dengan bekal tersebut, kita akan pulang kampung, kembali ke rumah. Dimana kita di lahirkan dan di besarkan. Dibentuk dan diciptakan. Karena jika angan-angan, budi pakarti dan panca indera alias sedulur papat sudah menyatu dengan pancernya, kawula dan gusti sudah bertemu dan bersatu, akan terbentang sebuah jalan, akan Nampak terlihat jelas, alamat tujuan dan tempat yang akan kita datangi. Dan Sangkan Paraning Dumadi, dimulai. Yang berasal dari Suci, akan kembali kepada Suci, menjadi Suci kembali. Yang asalnya dari air akan kembali ke air dan menjadi air kembali. Yang asalnya dari angin, akan kembali ke angin, menjadi angin kembali. Yang asalnya dari api, akan kembali ke api, menjadi api kembali. Yang asalnya dari sari-sarinya bumi, akan kembali ke sari-sarinya bumi, menjadi sari-sarinya bumi kembali. Yang berasal dari Hidup, akan kembali kepada Hidup, menjadi Hidup kembali. dan selesailah sudah semua dan segala Proses Lakon dan Laku, jiwa raga, lahir batin, gelar gulung, dunia akherat, bersih tanpa bekas dan berkas apapun. “SEMPURNA” Tamat. 

Ketiga Proses Hidup didalam kehidupan yang harus kita mainkan itu tadi dan tidak bisa di tolak serta di hindari oleh siapapun itu, hanya bisa di peragakan dengan Wahyu Panca Ga’ib, hanya bisa di perankan dengan Laku Patrap Kunci dan Lakon Kekadhangan. Selain itu, tidak akan bisa, maksudnya tidak akan sesuai dengan Firmannya, dapat di pastikan mlesed, tidak tepat, sudah terlalu banyak bukti-bukti yang telah menceritakan kegagalannya, kemlesedanya. Dan saya tidak perlu menceritakannya disini, silahkan di trawang sendiri, ada berapa banyak para tokoh dan pinisepuh yang patah dan tumbang disoal Harta Tahta Wanita. Itu bukan di karenakan agama atau kepercaya’an atau ilmunya yang kurang hebat, tapi karena mengira dan menganggap bahwa Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu itu adalah Ajian untuk meraih Harta. karena mengira dan menganggap bahwa Manunggaling Kawula Gusti itu adalah Ajian untuk meraih Tahta. karena mengira dan menganggap bahwa Sangkan Paraning Dumadi itu adalah Ajian untuk meraih Wanita.

Anggapan-anggapan itu muncul di karenakan, angan-angan, budi pakarti dan panca inderanya, alias sedulur papatnya, gentayangan, tidak bersatu, tidak menyatu, tidak manunggalkan, jadi, isinya hanya kira-kira, mbok menawen, siapa tau, sapa ngerti, muda-mudahan dan bla… bla… bla… nggedebus lainnya. Jangankan iman, beriman saja, susahnya udzubillaah.

Pelajaran Tentang dan Soal  Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu dan Manunggaling Kawula Gusti serta Sangkan Paraning Dumadi yang sebenarnya, itu hanya ada di dalam Wahyu Panca Ga’ib. selain Wahyu Panca Ga’ib, isine mung angen-angen thok. Kira-kira dan katanya. Tidak ada iyanya. Tidak ada pastinya. Apa lagi benarnya. Buss nggedebus. Tidak percaya…?! Temui saya. Dan saya akan memberikan Bukti. Bukan janji katanya.

Caranya sangat…9x amat sederhana, tidak ribet tidak sulit dan tidak rumit. Tidak pakai puasa atau bertapa, tidak ada uberampe dan ritual apapun, tidak harus itu dan ini serta bla… bla… bla… tetek bengek lainnya, yang memusingkan kepala. Cukup Laku Patrap Kunci. Paweling. Asmo. Mijil. Singkir dan Lakon Kekadhangan. Dengan iman. Gampang kan…. He he he . . . Edan tenan.

Tapi…. Jangan nggampangake ya, jangan menggampangkan, kalau Soal Patrap Kunci. Paweling. Asmo. Mijil. Singkir, siapapun orangnya, dijamin pasti bisa dan sanggup. Tapi tentang Lakon Kekadhangan dengan iman, tidak semudah membalikan telapak tangan, wolak walik nggrembyang. Tidak…!!!

Karena untuk Lakon Kekadhangan, siapapun dia, butuh tekad yang kuat, perlu pengorbanan yang hebat. Bagaimana tidak, kita sudah terbiasa dengan menggunakan  angan-angan, budi pakarti dan panca indera, dalam lakon Kekadhang, kita tidak di bolehkan menggunakan angan-angan, budi pakarti dan panca indera,  harus Rasa yang di gunakan, bukan perasa’an, dan ini harus di latih secara terus menerus dengan cara Kekadhangan, kita sudah terlanjur hobi dan suka mengumbar sedulur papat, didalam Kekadhangan kita harus menggunakan Hidup/Guru Sejati. Timindak apa bae kinantenan sarwa mijil, yang artinya, samubarang tumindak obah lan polah, nganggo Roso, menggunakan Rasa. Ana apa-apa Kunci. Laka apa-apa Kunci. Maksudnya, apapun itu alasannya, kita hanya boleh menggunakan kuasa Hidup, bukan kuasa sedulur papat.  Disaat Kadhangan, apapun cara dan system yang dimiliki, digunakan untuk menyatukan angan-angan, budi pakarti, panca indera, di manfaatkan untuk memanunggalkan sedulur papat dengan pancernya. Jeneg, tetep idep madep mantep tak tergoyahkan, bagi yang masih awal, yang belum biasa, in bukan hal yang mudah dan sepele kan… He he he . . . Edan Tenan.

Tapi jika berani dan bisa, di jamin, dalam hitungan detik Hyang Maha Suci Hidup, akan memberikan bukti kesaksian secara langsung, tidak melalui utusan perantaranya. Tidak percaya…?! Buktikan. Datang Temui saya dimanapun saya berada. Akan saya beri Bukti. Bukan janji katanya. He he he . . . Edan Tenan.

Disinilah letak penting dan istimewanya Kadhangan, tidak semuanya bisa melakukan dan sanggup menjalaninya, karena Kadhangan, adalah Lakon Manunggal. Manunggaling Lakon. Lakon manunggalake Sedulur papat dengan Pancernya, supaya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kekadhangan adalah Manunggalake Lakone angan-angan, budi pakarti, panca indera, agar wujud/raga kita bisa jeneg, tetep idep madep mantep dalam satu kesatuan berbicara keTuhanan secara jiwa raga, lahir batin, gelar gulung dunia akherat. Hanya pilihanlah yang bisa. Karena untuk Kekadhangan, kita harus meninggalkan dan mengabaikan banyak hal, menunda kepentingan, menunda peluk cium mesrah dengan anak dan istri dll. Karena itu, Lakon Kadhangan di cap sebagai penentu Laku Patrap Kunci, jika Kekadhangan nya benar dan tepat, artinya berhasil sukses dari awal hingga akhirnya bisa manunggal sedulur papatnya dengan pancer, sudah pansti Laku Patap Kunci nya Joss tenan.  Tapi jika Kadhangan nya mbel gedes, ya Laku Patrap Kunci nya, mumet, capek, pusing, jengkelnya sama nyamuk, nyalahin ngatuk, apa hubungannya nyamuk sama ngantuk dengan Laku Patrap Kunci…Heeemmmmmm… bahkan bisa jadi, karena saking mumetnya, bisa melihat pocong dan suzana lo…  He he he . . . Edan tenan.

KESIMPULANYA:
Siapapun Anda… Bagaimanapun Anda. Jika ingin sukses berhasil dan sempurna dunia akherat. Hanya Wahyu Panca Ga’ib Jalannya. Cuma Laku Patrap Kunci dan Lakon Kekadhangan Caranya. SelainNya… Tangeh Lamun Jeneng Siro Bakal Tumekan Ngger, Lamun Tan Wikan Maring Kunci nepun. . . He he he . . . Edan Tenan.

Diatas Itulah Tadi Tentang dan Soal WEJANGAN  WAHYU  PANCA  GHA’IB
DIDALAM  LAKU  SPIRITUAL  HAKIKAT  HIDUP. Menurut Hasli Pembuktian saya Di TKP. Tentang semuanya dan soal segalanya yang tersebut diatas, tidak ada yang saya tutup-tutupi dan saya muatin kepentingan pribadi saya. Monggo di Renungkan, jangan di bayangkan, nanti musmet kalau di bayangkan, karena bena itu nyata, bukan katanya, bukan juga bayangan, nyata-nyata-nyata. Semuanya… Segalanya… saya Wejangan secara blak kotak, apa adanya, bahasanya pun bahasa sederhana dan sepele, tidak pakai ribet dan ber belit-belit, jad, pasti pada paham dan mengerti semuanya. Sungguh terlalu jika ada yang tidak mengerti dan paham apa arah dan maksud saya, ya pakai bahasa manusia, bukan bahasa hewan atau mafia atau politikus. Tidak ada katanya, semua sesuai dengan bukti yang saya dapatkan di TKP… Bagi yang penasaran dan ingin bukti, silahkan temui saya secara langsung, saya akan membimbing siapapun Anda, apapun agama Anda dan bagaimanapun latar belakang Anda. Saya jamin dengan bukti. Bukan janji. Ini salah satu bukti dari saya, untuk Anda-Anda sekalian, sesungguhnya, Gha’ib itu tidak ada, semua dan segalanya itu nyata-nyata ada. Tuhan itu bukan Gha’ib. Tuhan itu nyata-nyata ada. Tidak Percaya…?! Mau Bukti…!!! Temui saya dan akan saya berikan Buktinya. He he he . . . Edan Tenan. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU  Untukmu Sekalian para Kadhang kinasihku yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. SEMOGA POSTINGAN SAYA  KALI  INI. Bermanfaat untuk Para Kadhang yang belum mengetahui ini dan Bisa menggugah Rasa Hidup siapapun yang membacanya . Terima Kasih.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com