Tentang... Perbedaan Antara Karakteristik Kebatinan dan Ilmu Gaib/Khodam:
Tentang...
Perbedaan Antara Karakteristik Kebatinan dan Ilmu Gaib/Khodam:
Oleh: Wong Edan
Bagu
Putera Rama
Tanah Pasundan
Telatah jawa
dwipa. Hari Sabtu pon. Tgl 26. September 2015
Di dalam semua
jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di dalam
keilmuan lakon kebatinan dan laku spiritual.
Yang pertama
adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual
yang mendasari suatu keilmuan (yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang).
Yang kedua
adalah ilmu-ilmu/kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran
ketinggian ilmu seseorang).
Dalam lakon
mengolah kekuatan kebatinan dan sukma banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang
panjang dan membosankan, seperti lakon puasa (puasa mutih, ngrowot, ngebleng,
pati geni), menyepi, lakon prihatin dan tirakat, semadi/meditasi, tapa brata,
pembacaan amalan/doa kebatinan, dsb. Seringkali lakon-lakon tersebut dianggap
hanya sebagai keharusan/formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang dapat
merasakan manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang yang dapat
mengukur kekuatan kebatinan yang telah dicapainya. Akibatnya, mereka yang
mempelajari kebatinan, terutama kalangan muda, akan membelokkan perhatiannya
untuk tidak menekuni olah kekuatan kebatinan, tetapi menekuni ilmu-ilmu
kebatinan saja, seperti ilmu-ilmu untuk kekuatan/kesaktian (kanuragan),
pengasihan, pelet, pelaris dagangan, pengobatan gaib, dsb. Pelajaran ilmu-ilmu
itu memang lebih menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat
dipraktekkan/dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian kemudian orang
berbelok menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam saja, termasuk ilmu gaib
yang berlatar belakangkan kebatinan atau agama dan tenaga dalam.
Tujuan dalam
mempelajari ilmu gaib penekanannya adalah langsung pada hasil yang ingin
dicapai, yaitu keberhasilan dalam menguasai dan mempraktekkan ilmu-ilmu gaib
tertentu sesuai tujuannya berilmu, bukan untuk mengoptimalkan potensi diri atau
mengolah kebatinan, juga dalam pembelajarannya tidak diperlukan
filosofi-filosofi kebatinan untuk membentuk kerohanian/kebatinan pelakunya.
Dengan kata
lain, ilmu gaib adalah jenis ilmu terapan, yaitu ilmu yang tujuan
mempelajarinya adalah untuk langsung bisa mempraktekkan kegaiban, untuk
langsung bisa melakukan perbuatan-perbuatan gaib, dengan mengamalkan
mantra-mantra atau amalan gaib.
Jenis keilmuan
ini tidak dijalani dengan lakon kebatinan seperti yang dilakukan oleh
orang-orang kebatinan, walaupun ada juga lakonnya yang mirip, tapi tidak persis
sama. Kebanyakan jenis keilmuan ini dilakukan orang sebagai jalan pintas untuk
bisa cepat memiliki kemampuan gaib dan untuk bisa langsung mempraktekkannya,
dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra/amalan gaib.
Karena tujuannya
adalah bukan untuk mengolah potensi kebatinan dan lakon yang dijalani juga
tidak persis sama dengan lakon kebatinan, maka jenis ilmu gaib dan ilmu khodam
ini tidaklah sama dengan ilmu kebatinan. Kepekaan Rasa dan batin, peka
sasmita/wangsit, kekuatan kebatinan/spiritual, dsb, yang bisa mengantarkan
seseorang menjadi mumpuni dalam hal kebatinan dan kegaiban, linuwih dan
waskita, dan kekuatan sukma yang mampu berkuasa atas roh-roh gaib tanpa perlu
bantuan khodam, tidak akan dicapai dengan menjalani keilmuan ini.
Dalam keilmuan
gaib dan khodam ada juga mantra-mantra seperti dalam ilmu kebatinan yang
terkait dengan pendayagunaan roh sedulur papat sebagai khodam bagi seseorang.
Tetapi ilmu itu hanya akan bekerja jika sedulur papat seseorang sudah cukup
kuat, sehingga bisa menjadi khodam baginya. Pada masa sekarang kondisi kuatnya
sedulur papat itu, sekalipun seseorang mengikuti perkumpulan kebatinan,
kelihatannya akan sulit dicapai, karena pembelajarannya dan orientasi pesertanya
sudah banyak berubah, tidak lagi berorientasi pada lakon memperkuat kebatinan,
tetapi mengarah pada keinginan untuk menguasai ilmu gaib saja, yang di Jawa
bisa mewujud dalam bentuk aliran ilmu gaib kejawen atau aliran Islam kejawen.
Karena itu kegaiban yang kemudian bekerja bukanlah berasal dari sedulur
papatnya, tetapi dari khodam yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.
Pada jaman dulu
orang mengikuti perkumpulan kebatinan seperti yang sekarang dikenal seperti
Sapto Darmo, Pangestu, dsb, bukan semata-mata sebagai olah keilmuan kebatinan,
tetapi merupakan laku keTuhanan, menjadi jalan mereka berkeTuhanan, sehingga
para peserta yang menekuninya bisa memiliki kebatinan dan sukma yang kuat.
Sedangkan pada masa sekarang orang sudah menganut agama sendiri-sendiri,
sehingga kepengikutannya dalam perkumpulan-perkumpulan kejawen seperti itu
tidak lagi ditekuni dengan semestinya, bukan lagi menjadi sarana laku keTuhanan,
tetapi mengarah pada keinginan atas keilmuan gaib saja. Akibatnya para
pesertanya tidak lagi memiliki kekuatan kebatinan yang tinggi seperti yang
seharusnya.
Karena itu
lakunya kemudian bukan lagi untuk olah kebatinan, tetapi mengarah pada keilmuan
gaib saja, dan kekuatan gaibnya, walaupun juga ada menggunakan mantra-mantra
sedulur papat, tetapi yang bekerja bukanlah sedulur papatnya, tetapi adalah
khodam ilmu yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.
Orang-orang yang
menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam juga bisa peka Rasa dan mengerti kegaiban,
dan mempunyai kekuatan gaib, tetapi kebanyakan kadarnya rendah, hanya akan sama
dengan tingkatan dasar dalam olah kebatinan. Kelebihan utama ilmu gaib dan ilmu
khodam adalah pada usaha yang lebih mudah dalam mempelajarinya, yaitu dengan
hanya menghapalkan dan mewirid mantra/amalan ilmu gaib saja. Dalam tempo yang
relatif singkat orang akan sudah bisa mempraktekkan kemampuannya dalam keilmuan
gaib dengan hanya mengamalkan amalan dan mantra dan khodam ilmu yang dibekalkan
kepada mereka.
Sebenarnya, ilmu
gaib dan ilmu khodam adalah bagian dari ilmu kebatinan, yaitu bagian dari ilmu
kebatinan yang menekankan pada kekuatan sugesti
(disebut ilmu sugesti, yaitu praktek ilmu yang menekankan pada kemampuan
bersugesti pada kekuatan pikiran, atau kekuatan mengsugesti amalan gaib dan
mantra dan kekuatan mengsugesti khodamnya). Dalam mengamalkan ilmu-ilmu tersebut
juga digunakan kekuatan/fokus batin untuk mengsugesti amalan-amalan gaib dan
mantra dan untuk mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan
orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni untuk
keberhasilannya mempraktekkan keilmuan gaib, bukan dalam rangka olah lakon
kebatinan atau laku spiritual, walaupun berlatar belakangkan kebatinan atau
agama.
Ada juga pada
masa sekarang perguruan dan orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan
keilmuan gaib. Sekalipun juga mengajarkan kerohanian/agama dan tenaga dalam,
tapi tidak mengajarkan olah batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal ini
perguruan tersebut tidak termasuk sebagai aliran/perguruan kebatinan, tetapi
tergolong sebagai perguruan silat saja, atau perguruan ilmu gaib dan ilmu
khodam saja, walaupun berlatar belakangkan kebatinan atau agama dan tenaga
dalam.
Tujuan utama
orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk lakon kebatinan atau untuk kesaktian kanuragan,
bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal
dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan keilmuan gaib.
Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan kesaktian.
Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah kegaiban
sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan kekuatan
keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang
tersebut terutama adalah berasal dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah
dengan olah kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti ilmu gaib dan khodam.
Sedangkan tujuan
orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya adalah murni untuk
keberhasilan menguasai/mempraktekkan keilmuan gaibnya itu, bukan dalam rangka
lakon kebatinan dan laku spiritual. Dengan demikian ilmu gaib dan ilmu khodam
ini bersifat ilmu terapan yang menekankan pada keberhasilan prakteknya.
Sekalipun dalam pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau agama dan
tenaga dalam, tetapi kekuatan keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan
sugesti mereka pada amalan gaib dan mantra dan kekuatan mereka mengsugesti
kegaiban khodamnya.
Karena
perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan ini dilakukan pembedaan
antara keilmuan yang berdasarkan lakon kebatinan dan laku spiritual dan yang murni
bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan, bila hanya
dilihat dari bentuk-bentuk perbuatannya saja, secara sepintas perbedaan ilmu
gaib dan ilmu khodam dengan ilmu kebatinan akan kelihatan sangat tipis, karena
semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan karena di dalamnya juga ada
mantra-mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat, maka pengertian dan
istilah kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap
sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda.
Untuk tahu
dengan pasti apakah keilmuan seseorang adalah jenis ilmu gaib/khodam atau
kebatinan/spiritual adalah dengan melihat sumber kekuatan yang mewujudkan
pelaksanaan ilmunya apakah kegaibannya berasal dari kekuatan dan kegaiban
sukmanya (kebatinan/spiritual), dari kekuatan pikiran dan sugesti, atau dari
kekuatan mantra dan khodam.
Tetapi ada satu
hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan yang murni berupa
ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :
Satu...
Pada orang-orang
yang menekuni olah kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan "ke
dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga
menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses
lakon mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin,
jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan olah kebatinan menjadikan kekuatan
sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma mereka jelas
berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.
Dua...
Sedangkan
orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan mereka
lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk mengsugesti
amalan-amalan dan mantra ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka,
sehingga tidak membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan dari
batin, jiwa, sukma. Walaupun proses lakon mereka itu juga menambah kekuatan
sukma mereka, tetapi tidak banyak.
Karena adanya
perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib dan ilmu
khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu
kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka
benar merupakan ilmu batin/kebatinan... He he he . . . Edan Tenan.
Jika tidak
mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau lupa
dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni kebatinan tetap dapat
melakukan keilmuan gaib mereka dengan mengandalkan kemampuan mengsugesti
kegaiban batin/sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak), dan orang-orang yang
menjalani keilmuan tenaga dalam tetap dapat menunjukkan kekuatan tenaga
dalamnya.
Sedangkan para
praktisi ilmu gaib, kekuatan ilmunya ada pada kekuatan mengsugesti amalan ilmu
dan mantra, sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa mantranya seringkali mereka
tidak dapat berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan kalau tidak punya
amalannya atau lupa bunyi mantranya).
Namun praktisi
ilmu gaib berkhodam (dan yang mempunyai khodam ilmu / pendamping), tanpa amalan
ilmunya atau lupa pada mantranya, kemampuan gaibnya akan tergantung pada
khodamnya apakah khodamnya itu akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak
dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka
juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Bentuk-bentuk
ilmu dalam ilmu kebatinan bisa sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu
khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya itu.
Kegaiban yang
dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dari
kekuatannya mengsugesti amalan-amalan, doa dan mantra sebagai kekuatan sugesti
yang menghasilkan kegaiban ilmu-ilmu kebatinan, ditambah kegaiban dari
khodamnya, kalau orangnya juga berkhodam. Tetapi walaupun orangnya berkhodam,
keberadaan khodamnya itu hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya saja, tidak
menjadi tempat bergantung ampuhnya ilmu. Kegaiban yang utama tetap berasal dari
kekuatan kebatinannya.
Sedangkan pada
orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, kegaiban keilmuannya
berasal dari kekuatannya mengsugesti amalan-amalan gaib, doa dan mantra, atau
kekuatannya mengsugesti kegaiban khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan
kebatinannya, karena tidak didasarkan pada olah batin/sukma. Dalam mengamalkan
ilmunya, orang-orang itu harus hapal dengan bacaan mantra/amalan ilmunya, dan
dirinya harus berkhodam, karena khodamnya itulah yang menentukan ampuhnya
ilmunya.
Dalam
mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada
seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan
kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan
arti amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya
dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan
ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya
dalam mengamalkan ilmu tersebut.
Karena bersifat
kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati isi dan arti
suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan/mengsugesti batinnya supaya sukmanya
dapat melakukannya sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan
ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan/sugesti dirinya dalam
mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah kekuatan sukma
dan penghayatan dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan sukmanya menjalankan
ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan seseorang pada bentuk
ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra/amalan ilmunya. Dan sugesti
ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman/keselarasan sukmanya
dengan ilmunya itu tidak melemah.
Salah satu
kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah Rasa dan sugesti,
sehingga seseorang yang sudah menguasai olah Rasa dan sugesti, maka ia akan
dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk/menyelaraskan sukmanya sesuai
penghayatannya pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bunyi
mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah Rasa, terutama
ditujukan pada Rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib.
Secara
kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak amalan ilmu, tidak perlu
mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama adalah kemampuan
sugesti dan pemahaman/penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal
bunyi mantranya, tapi harus tahu isi/sifat bentuk dan tujuan keilmuannya. Dia
juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham
yang didapatnya. Dan bila menemukan/menerima suatu amalan ilmu baru, dia akan
dapat mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun tidak
memiliki khodam ilmunya.
Untuk memperkuat
keilmuannya, secara kebatinan orang tersebut harus memperdalam penghayatan dan
menguatkan kekuatan kebatinannya dan meningkatkan kepekaan Rasa dan kemampuan
sugestinya pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan
kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan kebatinannya.
Untuk maksud itu para penganut kebatinan akan banyak melakukan
perenungan-perenungan, lakon tirakat dan puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa
brata.
Amalan tersebut
di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang yang menganut ilmu
gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, orang
tersebut hanya perlu keyakinan/sugesti bahwa kapan saja ilmu itu diamalkan,
ilmu itu akan bekerja. Orang tersebut tidak mengandalkan kekuatan sukmanya,
karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan ilmu dan khodamnya,
bukan sukmanya, dan tidak perlu tahu arti kalimat-kalimat dalam amalannya,
hanya perlu menghapalkannya dan mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan bekerja
kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan
(konsentrasi) sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini
penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam
penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mempraktekkannya,
orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra/amalan ilmunya, tidak boleh
lupa.
Karena bersifat
ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada
orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah
menerima transfer energi/khodam ilmunya (diijazahkan). Bagi yang ingin belajar
sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada
amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya/transfer energi, dengan usahanya
sendiri membaca/mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak berguna.
Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu
untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung
pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya orang-orang
itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu.
Contoh lain,
misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan;
Pada orang-orang
yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan membacakan/mewirid amalan
gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya
bergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau
mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris
dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya). Mereka harus hapal dengan
bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak hapal bunyi mantranya ? ).
Pada orang-orang
yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hafal dengan bunyi mantranya (kalau
tahu dan hafal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus mengerti maksud
ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka lakukan adalah
mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan
bagi banyak orang yang menyebabkan orang-orang suka kepadanya, suka datang ke
tempat usahanya, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan
memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).
Contoh lain.
Pengasihan atau
kewibawaan, baik dengan cara ilmu gaib/khodam ataupun dengan cara kebatinan
semuanya sifatnya sama, yaitu sebagai ilmu sugesti, bisa dilakukan secara
kebatinan, bisa juga dengan amalan gaib.
Amalannya bisa
diambilkan dari sumber mana saja asal fungsinya sesuai.
Tapi untuk anda
pribadi sebaiknya dipilih yang berimbang.
Pengasihan yang
terlalu kuat bisa membuat anda kehilangan kewibawaan.
Begitu juga sebaliknya,
kewibawaan yang terlalu kuat bisa membuat anda tampak tidak punya rasa
pengasihan.
Kalau anda punya
bawahan (atau murid-murid jika anda menjadi seorang guru/dosen), selain
pengasihan dan kewibawaan, sebaiknya dibentuk juga karakter kesepuhan yang
bersifat mengayomi, sehingga anda akan dihormati juga sebagai orang yang
dituakan.
Jika dilakukan
dengan cara kebatinan, maka sugesti dan amalannya ditujukan ke dalam diri
sendiri, ke dalam batin/sukma kita sendiri, dipilih yang isi sugestinya kita mengerti,
untuk mengsugesti batin kita menjalankan isi sugesti yang kita inginkan.
Secara kebatinan
sugestinya adalah untuk membentuk batin/sukma kita supaya berkarakter sama
dengan yang kita sugestikan yang karakter itu akan bisa dirasakan oleh
orang-orang di sekitar kita atau oleh orang yang kita tuju.
Kalau sudah
menyimpan energi (energi potensial di tubuh), atau sukmanya sudah berkekuatan
gaib, maka sugestinya dilakukan selain untuk membentuk karakter kita sendiri,
juga untuk membentuk pancaran energi sukma kita yang sifatnya sama dengan isi
sugesti kita, dan pancaran energinya bisa kita atur sendiri seberapa kekuatan
pancarannya, seberapa kekuatan pengaruhnya, dan seberapa jauh pancarannya. Bisa
juga kita atur kapan kita memancarkan pengasihan, kapan kita memancarkan
kewibawaan/penundukkan, karena itu berhubungan juga dengan siapa kita
berhadapan.
Dengan kata
lain, secara kebatinan bentuk sugesti dan amalan itu berfungsi untuk membentuk
karakter kita sendiri supaya kita menjadi berkarakter sama dengan isi
sugestinya, karena kita sendiri yang harus bersifat pengasihan/kewibawaan yang
sama dengan sugesti yang kita inginkan, atau untuk membentuk pancaran energi
sukma kita supaya sifat pancarannya sama dengan sugesti yang kita inginkan.
Tapi kalau kita
memancarkan energi, maka semakin lama semakin berkurang energi kita, sehingga
nantinya energinya harus disi ulang.
Jika dilakukan
dengan cara ilmu gaib/khodam, yang sugesti dan amalannya ditujukan langsung
kepada khodamnya atau langsung kepada jimat kita, tidak harus dipilih yang isi
sugestinya kita mengerti, karena yang menjalankannya adalah khodam kita, bukan
kita sendiri.
Secara ilmu
gaib/khodam, sugestinya adalah untuk memerintahkan khodam kita supaya ia
memunculkan penampakan karakter kita yang sama dengan yang kita sugestikan,
atau supaya ia memancarkan hawa energi yang sifatnya sama dengan yang kita
sugestikan.
Dan untuk
mengatur kapan kita pengasihan dan kapan kewibawaan/penundukkan, harus dibaca
dulu amalannya. Jadi kita harus punya koleksi ilmu/amalannya.
Tujuan dari
dilakukannya pembedaan antara ilmu-ilmu kebatinan dengan yang asli ilmu gaib
dan ilmu khodam adalah supaya kita dapat dengan benar membedakan pengertiannya,
mengetahui sisi spiritual keilmuannya, mengetahui masing-masing kelebihannya
(untuk ditingkatkan) dan kekurangannya (untuk dilengkapi), dan untuk mengetahui
cara-cara mengembangkannya atau untuk meningkatkan kualitas keilmuannya, sesuai
jenis keilmuan masing-masing yang digeluti.
Kelebihan utama
lakon kebatinan dan laku spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan
ilmu khodam adalah pada kekuatan gaib batin dan sukma manusia yang biasanya
jauh melebihi kekuatan gaib ilmu gaib dan ilmu khodam. Kegaiban batin dan sukma
mereka juga menyebabkan mereka tidak bergantung pada adanya sosok khodam ilmu
dan khodam pendamping, karena kegaiban batin dan sukma mereka sendiri sudah
menjadi "khodam" bagi mereka (roh pancer dan sedulur papatnya bisa
menjadi khodam bagi mereka).
Kelebihan
lainnya adalah pada kekuatan batin dan kemampuan olah Rasa dan sugesti (dan
visualisasi) untuk menggerakkan kegaiban batin dan sukma mereka untuk melakukan
banyak kegaiban seperti dalam ilmu-ilmu gaib dan khodam, tanpa perlu harus
berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid suatu amalan gaib.
Misalnya, sekalipun
seorang praktisi ilmu kebatinan tidak membutuhkan adanya khodam gaib, tetapi
jika memang dibutuhkan, dengan kekuatan kebatinannya, dan kekuatan Rasa dan
sugesti, dan kontak batin, mereka dapat menghadirkan sesosok khodam dengan
seketika, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya
untuk mendatangkan sesosok gaib, atau hanya untuk mengisikan khodam gaib ke
dalam sebuah benda jimat. Atau jika sudah mengetahui sosok gaib yang
diinginkannya, dengan kekuatan kebatinannya dia dapat menariknya dengan
seketika untuk menjadikannya khodamnya atau memasukkannya ke dalam benda
gaibnya.
Begitu juga
untuk melakukan pembersihan gaib, dengan kekuatan kebatinannya mereka hanya
perlu bersugesti untuk membuat bola pagaran gaib dengan kekuatan tertentu atau
memancarkan energi untuk mengusir roh-roh jahat, atau jika sudah mengetahui
sosok gaib yang diinginkannya, dengan kekuatan kebatinannya dia dapat
menariknya dengan seketika untuk menjadikannya khodam pembersihan gaib, tidak
perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk
pembersihan gaib atau untuk membuat pagaran gaib yang juga belum tentu bagus
kekuatannya.
Khodam-khodam
ilmu dan pendamping yang kekuatannya tinggi bagi para pelaku ilmu gaib akan
terlalu rendah kekuatannya bagi yang benar menekuni kebatinan yang akan dapat
dengan mudah mereka hapuskan keberadaannya. Dan untuk keperluan pembersihan
gaib secara kebatinan orang akan bisa mengukur kekuatannya sendiri ketika
berhadapan dengan sosok-sosok gaib tertentu. Jika seseorang sudah mempunyai
kekuatan kebatinan yang cukup tinggi, melakukannya tidak perlu dengan bisa
melihat gaib, cukup dengan cara kontak Rasa untuk mendeteksi sasarannya
(keberadaan gaibnya), kemudian memancarkan kekuatan kebatinan untuk
mengusirnya.
Dalam hal
kejadian di atas, para praktisi kebatinan dapat mengukur tingkat kekuatan gaib
yang dibutuhkannya dan dapat menilai karakter sosok gaibnya. Misalnya dalam
mengisikan khodam ke dalam benda gaib, para praktisi ilmu kebatinan biasanya
dapat mengukur kekuatan khodamnya dan dapat menilai baik-tidaknya karakter
sosok gaib tersebut, sedangkan para praktisi ilmu gaib seringkali malah tidak
tahu apa dan siapa sosok gaib yang masuk ke dalam benda gaibnya itu, karena
hanya mewirid amalannya saja.
Kelebihan lainnya
adalah kombinasi dari kegaiban batin dan sukma mereka dan kemampuan olah Rasa
dan sugesti dapat mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan
waskita, mengerti kegaiban hidup dan kegaiban alam.
Sedangkan
kelemahan utama ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu
gaib dan ilmu khodam adalah pada usaha yang lebih berat dalam mempelajari dan
menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi tidak tertarik untuk
menjalaninya. Kelemahan lainnya adalah kurangnya variasi dalam keilmuan gaib
mereka dibandingkan yang dipelajari dalam ilmu gaib dan ilmu khodam, karena
tujuan keilmuan mereka memang bukan untuk keilmuan gaib/khodam, tetapi untuk
penghayatan kebatinan dan spiritual, atau untuk menjadi pengganda kekuatan
kesaktian kanuragan.
Kelebihan utama
ilmu yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap lakon kebatinan dan laku spiritual adalah pada usaha
yang lebih ringan dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan
orang-orang menjadi lebih tertarik untuk menjalaninya. Kelebihan lainnya adalah
pada banyaknya variasi dalam keilmuan gaib (banyaknya variasi amalan dan
mantra) dan hasilnya bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena
tujuan mereka berilmu memang untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan
gaib/khodam.
Sedangkan
kelemahan utama ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual
terutama adalah pada kekuatan gaib ilmunya yang jauh lebih rendah (pada ilmu
yang sejenis). Orang lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan secara
tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang
seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari
dengan olah kebatinan, hanya menghapalkan dan mewirid mantra/amalan ilmu gaib
dan mantra/amalan ilmu khodam saja.
Walaupun variasi
ilmunya banyak, khodamnya banyak dan ilmunya berlapis-lapis, tetapi karena
kekuatan gaibnya lebih rendah, biasanya praktek keilmuan mereka dapat dengan
mudah dilunturkan keampuhannya (dan seringkali tidak dapat digunakan untuk
menyerang orang-orang kebatinan dan spiritual).
Masing-masing
jenis keilmuan mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Segala bentuk
keilmuan kebatinan maupun gaib akan sangat bergantung pada sumber kekuatan
ilmunya dan perbendaharaan jenis ilmu. Untuk dapat menguasai suatu keilmuan
secara sempurna dengan daya kekuatan yang tinggi seseorang juga harus mengenal
sumber kekuatan keilmuannya, meningkatkan kekuatan ilmunya dan melengkapi
kekurangannya.
Kemampuan untuk
mengsugesti batin/sukma, kemampuan untuk bersugesti pada amalan gaib dan
mantra, dan kemampuan mengsugesti kegaiban khodamnya adalah hal-hal pokok yang
harus dikuasai dalam semua keilmuan batin/gaib. Tetapi untuk meningkatkan
kekuatan keilmuannya jangan hanya berfokus pada praktek sugesti amalan gaib
saja, sumber kekuatan ilmunya harus juga diketahui dan harus ditingkatkan
kualitasnya supaya kekuatan keilmuannya menjadi tinggi.
Orang-orang yang
menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan
batin/sukma (lakon kebatinan dan laku spiritual), untuk meningkatkan kekuatan
ilmunya, orang tersebut harus meningkatkan kekuatan batin/sukmanya dan
penghayatan pada ilmunya (supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu,
kekuatan ilmunya tinggi), dan menambah perbendaharaan jenis-jenis keilmuan
gaib (menambah pengetahuan pada
jenis-jenis ilmu dan amalan ilmu).
Orang-orang yang
menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan
roh pancer dan sedulur papat, harus meningkatkan kekuatan dan ketajaman batin/sukma
dan meningkatkan penyatuannya dengan kekuatan roh sedulur papatnya, supaya
ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.
Orang-orang yang
menekuni ilmu gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan sugesti amalan
gaib atau mantra, harus meningkatkan kekuatan sugestinya ( / konsentrasi),
meningkatkan kekuatan kebatinannya, atau mencari mantra/amalan ilmu gaib lain
yang lebih tinggi kadar kekuatannya.
Orang-orang yang
menekuni ilmu gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan khodam ilmu,
harus meningkatkan kekuatan khodamnya (atau mencari sosok gaib lain yang lebih
tinggi kekuatan gaibnya) dan meningkatkan kemampuannya mengsugesti khodam
ilmunya, atau mencari mantra/amalan gaib yang lebih tinggi kadar kekuatannya,
supaya ketika disugestikan untuk keilmuan gaib tertentu, kekuatan ilmunya
bertambah tinggi. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH
SLAMET BERKAH SELALU Untukmu Sekalian
para Kadhang kinasihku yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla
Jalaluhu. SEMOGA POSTINGAN SAYA
KALI INI. Bermanfaat untuk Para
Kadhang yang belum mengetahui ini dan Bisa menggugah Rasa Hidup siapapun yang
membacanya . Terima Kasih.
Ttd: Wong Edan
Bagu
Putera Rama
Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment