Soal Lakon Kebatinan dan Tentang Laku Spiritual Pencarian Tuhan:

Soal Lakon Kebatinan dan Tentang Laku Spiritual Pencarian Tuhan:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Telatah jawa dwipa. Hari jumat pahing. Tgl 25. September 2015

Tuhan/Allah/God/Gusti dll (Sosok Tuhan, Pribadi yang menjadi Tuhan, kesejatianNya dan keberadaanNya) adalah hakikat materi spiritual yang tertinggi. Karena itu tidak banyak orang yang mampu mencapai pengetahuannya, tidak banyak orang yang mampu dengan benar mengenal Tuhan (Sosok, Pribadi Tuhan dan kesejatianNya), bahkan banyak orang yang walaupun agamis, tetapi tidak tahu siapa sesungguhnya Tuhannya?. Lebih banyak orang yang untuk menutupi ketidaktahuannya tentang Tuhan mereka, memunculkan dogma dan pengkultusan tentang Tuhan seolah-olah mereka benar tahu Tuhan. Karena itulah kebanyakan orang yang menekuni kebatinan/spiritual ketuhanan untuk melakukan pencarian keTuhanan banyak yang mempunyai lingkaran halo di belakang kepalanya sebagai tanda kuatnya laku kebatinan/spiritual mereka.

Saya; Wong Edan Bagu, sudah menuliskan di banyak tulisan tentang Tuhan dan keTuhanan dan spiritualitas keTuhanan, baik itu di facebook/google/blogger/wordpres hingga twitter, bahwa dari tempat keberadaanNya Tuhan/Allah memancarkan "Energi"-Nya ke seluruh penjuru bumi, sehingga semua orang di berbagai penjuru bumi bisa merasakan adanya tarikan Rasa untuk berTuhan dan untuk berkeTuhanan, iya apa nggeh? Hayo,,, ini diluar kesadaran lo... He he he . . . Edan Tenan. Artinya; di akui atau tidak di akui, di ketahui atau tidak di ketahui.

Pancaran 'Energi' Tuhan itu disebut Roh Agung Alam Semesta, yang dengan Roh Agung Alam Semesta nya, orang bisa merasakannya dimana-mana dan dimanapun ia berada di seluruh belahan bumi ini, karena pancaran Energi-Nya itu, memang juga terpancar kemana-mana ke seluruh penjuru dimensi, menjadi Roh Dimensi Tanpa Batas. Roh Agung Alam Semesta atau Roh Dimensi Tanpa Batas itu,  disembah orang dalam banyak bentuk agama dan jalan keTuhanan.

Dari sifat-sifat Rasa Energi-Nya itu orang bisa "merasakan" sifat-sifat Tuhan/Allah, dan bisa dirasakan juga kehendak-kehendak Tuhan/Allah, disebut orang sebagai Cahaya Allah. Itulah yang umumnya dirasakan oleh orang-orang yang berusaha menyelami sifat-sifat Tuhan/Allah dan yang mendalami agama, yaitu Cahaya Allah atau Cahaya Illaahi, sifat-sifat Allah yang dirasakan orang dari Rasa 'Energi' yang dipancarkan oleh Roh Agung Alam Semesta, yang Cahaya Allah itu dirasakan menyelimuti semua kehidupan di dunia dan akherat.

Itulah yang umumnya diajarkan sebagai agama, yaitu Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dan Cahaya Allah yang menggambarkan sifat-sifat dan kehendak-kehendak Allah, ajaran agama yang didasarkan pada kesepuhan keTuhanan. Pengetahuan mereka hanya sedikit, karena mereka belum sampai pada pengetahuan tentang Sosok Allah, Pribadi yang menjadi Allah dan KeberadaanNya, dan mereka juga belum bisa tersambung langsung (kontak Rasa) dengan Tuhan, sehingga mereka tidak sungguh-sungguh mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi kehendak Allah (mereka akan banyak memunculkan pemikiran dan pendapat sendiri dan dogma dan pengkultusan tentang Tuhan dan kehendak-kehendakNya), di sesuaikan dengan kepentingan pribadinya atau jema’ah/golonganya.

Tetapi pengetahuan tentang Tuhan yang hanya sebatas Roh Agung Alam Semesta itu, tidak memuaskan bagi para pelaku pencari Tuhan. Dengan Rohnya, dengan olah lakon kebatinan dan laku spiritual, mereka berusaha mencari Tuhan sampai bisa ditemukan seperti apa SosokNya, siapa sesungguhnya Pribadi yang menjadi Tuhan dan dimana tepatnya keberadaanNya.

Dengan demikian mereka berharap bahwa nantinya mereka akan bisa lebih baik lagi dalam mereka menyelaraskan diri dan Hidup dan kehidupan mereka sesuai dengan yang menjadi kehendak Tuhan serta akan semakin terbuka peluang untuk nantinya mereka bisa kembali kepada sangkan paraning dumading Urip/Hidup (Asal Usul Terjadinya Jadi)

Tetapi Tuhan/Allah mempunyai jalanNya sendiri. Shingganya tidak semua orang yang mencari Tuhan itu berhasil dalam usahanya. Kecuali jika Menggunakan Saran Hidup, yaitu Wahyu Panca Gha’ib.  Apalagi Tuhan juga tidak kepada semua orang Ia berkenan menunjukkan diriNya. Kecuali orang yang sudah KUNCI. Dengan demikian pengetahuan orang-orang tersebut masih tetap hanya sebatas Tuhan sebagai Roh Agung Alam Semesta saja dan sifat-sifat Tuhan dari Cahaya-Nya yang diajarkan sebagai agama/kepercayaan keTuhanan.

Tetapi diluar itu, selain kisah para nabi dan wali, ada tokoh-tokoh jawa, sebelum datangnya agama Islam, yang berhasil "bertemu" dengan Tuhan dalam "Penampakkan"-Nya serupa bola energi besar bercahaya kuning terang benderang, mereka menyebutnya (Roh Kudus/Suci) yang itu hanya bisa dilihat secara batin dan roh saja. Mereka juga bisa tersambung kontak Rasa dan batin dengan Tuhan, bisa mendapatkan pengajaran-pengajaran langsung dari Tuhan, dsb, sehingga mereka bisa mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang kesejatian manusia, kesejatian Hidup, dsb, yang itu kemudian mereka ajarkan dalam banyak nama dan istilah dalam kepercayaan agama jawa.

Karena itu selain tuntunan kerohanian dan keagamaan yang diberikan oleh tokoh-tokoh agamanya, agama-agama jawa mengajarkan para penganutnya untuk bisa fokus batin kontak Rasa langsung dengan Tuhan dan untuk bisa mendapatkan pengajaran-pengajaran langsung dari Tuhan, olah roso untuk manunggaling kawula lan Gusti, sehingga mereka masing-masing secara pribadi bisa menjadi lebih mengerti sifat-sifat Tuhan dan kehendak Tuhan atas kehidupan mereka, dan pemahaman itu mereka jalankan dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka menyelaraskan kehidupan mereka dengan kehidupan yang menjadi kehendak Tuhan. Dengan demikian mereka tidak membutuhkan Nabi dan Wali sert kitab suci apapun, karena hubungan mereka dengan Tuhan bersifat langsung, pribadi dan personal... He he he . . . Edan Tenan.

Pencapaian keTuhanan orang-orang Jawa itu, belum bisa disebut sebagai manunggal dengan Tuhan, belum mencapai tahap kasampurnan. Walaupun mereka sudah bisa tersambung dengan Tuhan, tetapi ternyata Tuhan masih belum berkenan manunggal dengan mereka, karena Tuhan mempunyai JalanNya sendiri. Buktinya, tidak sedikit bukan, orang jawa yang tidak tau jawanya...

Tapi saya salut pada mereka lo... Karena ketekunan mereka dalam usaha mereka mengenal langsung Tuhannya, yang berusaha senantiasa tersambung kontak Rasa dan batin dengan Tuhan serta  sepenuh hati menyelaraskan pemahaman keTuhanan mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari, sudah mendapatkan perhatian tersendiri dari Tuhan. Usaha mereka tidak ada yang sia-sia, karena dibandingkan manusia-manusia lain di tempat-tempat dan belahan bumi lain mereka dan tanah Jawa khususnya, mendapatkan nilai tersendiri di mata Tuhan, mereka akan mendapatkan kemuliaan dan kemurahan tersendiri dari Tuhan pada akhir zaman, saya yakin itu.

Dan dengan jalan kebatinan keTuhanan mereka itu, mereka memiliki pemahaman sendiri yang cukup mendalam tentang Tuhan, tidak perlu memunculkan dogma dan pengkultusan tentang Tuhan,  seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak tahu tapi sok tahu tentang Tuhan.

Apapun agama yang mereka anut, mereka memiliki pemahaman sendiri tentang Tuhan, dan pemahaman itu mereka wujudkan dalam keseharian kehidupan mereka. Mereka berusaha mendekatkan hati mereka dengan Tuhan dan berusaha menyelaraskan jalan hidup di dalam kehidupan dan perbuatan-perbuatan mereka dengan yang menjadi kehendak Tuhan, sesuai yang mereka pahami. Pengertian Manunggaling Kawula Lan Gusti dalam konsep kejawen adalah hubungan manusia dengan Tuhannya secara langsung dan pribadi, hal ini hanya bisa di lakukan dengan Rasa, bukan sekedar bathin saja. Ingat..!!! dengan rasa , bukan dengan sekedar batin. Dan Pelajaran Rasa, hanya ada di dalam Wahyu Panca Gha’ib, bukan yang lainnya. Kalau hanya yang disebut Agama Kaweruh, kaweruh, belum ke Rasa, masih perasa’an, misal berhasil ke rasa, tetap bukan yang sebenarnya/sejatinya.

Kalau masih di dalam lingkaran/dimensi kehidupan manusia, tidak akan pernah bisa nggeh tentang Rasa dan Soal Rasa, karena Rasa itu Hidup, dan Hidup itu, adalah KUNCI. ( Kumpul Nunggal Suci) dan KUNCI itu hanya ada di Wahyu Panca Gha’ib, bukan di lain Wahyu Panca Gha’ib. Jadi... hanya Manusia Hidup yang sudah KUNCI, yang bisa, memiliki pemahaman yang dalam tentang agamanya dan tentang Tuhan sesembahannya. Silahkan direnungkan... Ingat..!!! di renungkan ya, jangan di bayangkan, kalau di bayangkan,,, bisa jadi khayalan yang terbawa mimpi menakutkan nanatinya. He he he . . . Edan Tenan. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU  Untukmu Sekalian para Kadhang kinasihku yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. SEMOGA POSTINGAN SAYA  KALI  INI. Bermanfaat untuk Para Kadhang yang belum mengetahui ini dan Bisa menggugah Rasa Hidup siapapun yang membacanya . Terima Kasih.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com

http://webdjakatolos.blogspot.com