Aku dan Guru Sejati:
Aku dan
Guru Sejati:
Dalam
aspek filosofi atau spiritual kebatinan dikenal adanya istilah Aku
dan Guru Sejati.
Aku adalah orang yang bersangkutan yang sedang
mempelajari ilmu.
Guru
Sejati adalah pihak yang memberi ajaran.
Istilah
Aku dan Guru Sejati ada dalam semua jenis keilmuan, yang tradisional maupun
yang modern, tetapi dalam halaman ini pengertiannya dimaksudkan pada aspek
filosofi dalam ilmu kebatinan dan spiritual.
Di
dalam semua jenis keilmuan, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk
di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual.
Yang
pertama adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi dan
spiritual dari sesuatu ilmu (yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang).
Yang
kedua adalah ilmu-ilmu atau kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi
ukuran ketinggian ilmu seseorang).
Pelajaran
mengenai aspek filosofi dan spiritual dari sesuatu ilmu seringkali diabaikan
oleh orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Orang lebih tertarik untuk segera
dapat menguasai ilmu-ilmu tertentu yang dipandangnya berguna atau hebat dan
lebih nyata hasilnya.
Sedangkan
aspek filosofinya sendiri seringkali diabaikan, karena dianggap hanya
formalitas saja dan dianggap hanya pelajaran moral budi pekerti saja yang tidak
terkait langsung dengan keilmuannya. Kecenderungannya, orang tersebut akan suka
pamer ilmu dan merasa hebat karena merasa berilmu.
Padahal,
pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu, selain dimaksudkan
sebagai ajaran moral dan budi pekerti, tetapi juga merupakan bahan untuk
memperdalam suatu keilmuan. Bila aspek filosofi ini ditekuni dengan
sungguh-sungguh akan dapat membawa pencapaian keilmuan seseorang kepada tahapan
yang tak terduga. Orang berilmu yang juga menekuni aspek filosofi dari
keilmuannya, maka ilmunya bukan hanya tinggi, tetapi juga dalam. Aspek filosofi
ini menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang dan keilmuan yang dalam dapat
menenggelamkan / menangkal keilmuan yang tinggi. Dan seringkali terjadi bahwa
orang yang ilmunya tinggi ternyata kalah / tenggelam oleh orang yang ilmunya
dalam. Bahkan ilmu yang tinggi dapat dihapuskan / dipunahkan oleh orang yang
ilmunya dalam.
Orang
yang menekuni ilmu kebatinan / spiritual melalui suatu keguruan biasanya akan
diajarkan ilmu-ilmu yang sudah menjadi bagian dari program keilmuannya, ada
paket kurikulumnya. Biasanya pada tahapan terakhir seseorang belajar ilmu, dia
akan diajarkan ilmu-ilmu tertinggi dan ilmu-ilmu pamungkas perguruan itu.
Tetapi biasanya masih ada ilmu lain yang tidak diajarkan kepadanya, yaitu ilmu
kesepuhan, yaitu ilmu yang hanya akan diturunkan kepada seseorang yang watak
dan kepribadiannya dinilai sudah cukup sepuh.
Semua
ilmu yang diterima oleh seorang murid biasanya hanya terbatas pada materi
keilmuan saja. Ilmu kesepuhan yang diterima seseorang biasanya selain berisi
materi ilmu-ilmu tertentu, juga berisi ajaran filosofi tentang materi ilmunya,
cara-cara meningkatkan kualitas ilmu, rahasia-rahasia ilmu dan rahasia-rahasia menangkal
suatu ilmu, sampai cara-cara menyatukan ilmu seseorang dengan dirinya (sehingga
seseorang bukan hanya memiliki banyak koleksi ilmu, tetapi ilmu itu juga
menyatu dengan dirinya), dan cara-cara memaksimalkan pengembangan penguasaan
keilmuan ke tingkatan yang lebih tinggi dan sekaligus dalam, dan memaksimalkan
kekuatan diri sendiri sampai membangun kekuatan yang tinggi dengan penyatuan
diri dengan alam semesta (pengertian alam semesta disini bukan hanya alam
lingkungan manusia tinggal, atau bulan, bintang, matahari, dsb, tetapi juga
kekuatan dari roh-roh lain dan kekuatan dari roh ke-Tuhan-an).
Biasanya
ilmu kesepuhan yang diajarkan seorang guru kepada muridnya adalah hasil
pencapaian pribadi sang guru. Berbagai ilmu kesepuhan yang ada akan semakin berkurang
pada generasi berikutnya, karena selain sedikitnya pribadi yang dianggap pantas
menerima ilmu tersebut sehingga ada ilmu yang tidak diturunkan, biasanya orang
(murid) juga sudah puas dengan apa yang sudah dimilikinya, sehingga tidak ada
dorongan dari dirinya sendiri untuk memperdalam ilmu. Begitu juga dengan aspek
filosofi dari keilmuan seseorang, hanya sedikit sekali yang mendalaminya.
Pengertian
Aku dan Guru Sejati dalam tulisan ini hanya dimaksudkan dalam bidang keilmuan
kebatinan dan spiritual saja. Sebenarnya pengertian Aku dan Guru Sejati hadir
dalam banyak bidang kehidupan, bukan hanya dalam bidang keilmuan gaib,
kebatinan atau spiritual saja, tetapi banyak orang yang hanya menekankan pada
dogma keilmuan saja, sehingga kemudian memunculkan banyak pengkultusan.
Dan
sama dengan kebanyakan orang jaman sekarang yang hanya bisa membuat dogma dan
pengkultusan saja, terutama tentang sesuatu yang sifatnya gaib, juga tentang
ilmu kebatinan dan elemen-elemen di dalamnya, tetapi tidak mampu menelisik benar-tidaknya,
apalagi kesejatiannya. Aspek Guru Sejati ini juga lebih banyak yang hanya
berupa pengkultusan saja.
Tentang
sejatinya Guru Sejati, gambaran sosok guru sejati dalam pandangan orang-orang
keilmuan kebanyakan adalah suatu sosok dalam diri kita yang sepuh, yang sosok
sepuh itu mengajarkan segala sesuatunya kepada kita. Itu adalah
"pencitraan" kita sendiri tentang sosok Guru Sejati.
Misalnya
saja ada yang orang mempersepsikan Guru Sejati sebagai suatu pribadi yang sepuh
di dalam diri setiap orang, sehingga ada orang-orang yang sok tahu yang
memunculkan dogma supaya kita menemui Aku dan Guru Sejati di dalam diri kita
sendiri. Di kalangan ilmu gaib persepsi dan pencitraan ini sudah mendorong
orang untuk menciptakan banyak ajaran tatalaku dan amalan / mantra untuk bisa
bertemu dengan sosok Guru Sejati, untuk dengan sengaja memunculkan suatu figur
tertentu yang sebenarnya tidak ada. Yang ada hanya ilusi saja.
Ada
juga orang yang mempersepsikan Guru Sejati adalah Sedulur Papat kita, sehingga
ada orang-orang yang memunculkan dogma supaya kita menemui Sedulur Papat kita
itu. Di kalangan ilmu gaib persepsi dan pencitraan ini sudah mendorong orang
untuk menciptakan banyak ajaran tatalaku dan amalan / mantra untuk bisa bertemu
dengan Sedulur Papat dan untuk mengaktifkan fungsi sedulur papat. Padahal
sedulur papatnya itu masih pasif, belum bisa menjadi gurunya. Yang banyak
berperan adalah khodam mereka.
Ada
juga orang yang mempersepsikan Guru Sejati adalah Semar, yang sumber sugestinya
berasal dari cerita pewayangan, padahal orangnya sama sekali tidak pernah
berhubungan langsung dengan Semar, apalagi Semar menjadi gurunya. Persepsi Guru
Sejati ini lebih banyak sifatnya hanya pencitraan dan pengkultusan saja.
Ada
juga yang berpandangan bahwa guru sejati kita adalah suatu pribadi yang illahi,
yang diberikan Gusti Allah kepada masing-masing manusia dalam dirinya, sehingga
sosok itu dicitrakan sebagai sosok yang suci dan mulia, berpakaian putih dan
bersinar bercahaya seperti roh-roh illahi.
Ada
juga yang mempersepsikan Guru Sejati adalah Tuhan, padahal pengertiannya
tentang Tuhan saja masih sebagai "Sesuatu" yang mengawang-awang,
bukan sebagai suatu Pribadi yang nyata ada SosokNya dan bisa mengajar menjadi
Guru Sejatinya.
Ada
juga yang orang berpandangan bahwa guru sejati kita adalah Gusti Allah sendiri,
sehingga orang-orang di kalangan ini akan memuliakan sekali bisikan-bisikan
gaib, wisik / wangsit, guru-guru dan ajaran-ajaran yang diterimanya, karena
semuanya dianggap berasal langsung dari guru sejatinya yang adalah Gusti Allah
sendiri. Biasanya kalangan ini adalah kalangan agamis.
Pandangan-pandangan
tentang guru sejati di atas berbeda dengan pandangan dari orang-orang yang
sudah menjalani kebatinan / spiritual tingkat tinggi. Di kalangan ini yang
dimaksudkan sebagai sosok guru sejati adalah sosok-sosok yang nyata,
benar-benar ada dan sudah mengajarnya. Sosoknya nyata ada, bukan gambaran gaib,
bukan pencitraan dan bukan pengkultusan. Di kalangan ini orang-orang tersebut
tahu benar siapa yang menjadi guru sejatinya masing-masing, dan sosok guru
sejati itu bisa banyak, bukan hanya satu, dan bisa siapa saja sesuai hubungan
masing-masing guru sejati itu dengan orangnya masing-masing.
Di
kalangan itu pengertian guru sejati bukanlah harus selalu suatu sosok yang berilmu
tinggi. Guru sejati bisa siapa saja, entah ilmunya tinggi ataupun rendah.
Mengenai tinggi-rendahnya keilmuan sang guru sejati itu adalah tergantung
orangnya sendiri apakah mampu mendapatkan sesosok guru yang berilmu tinggi. Dan
yang lebih penting lagi adalah apakah sang murid itu sendiri mampu menjadi
murid sejati dari sang guru.
Karena
tidak memahami filosofi kebatinan dan spiritual kebanyakan orang hanya
memunculkan pengkultusan saja, pengkultusan yang tinggi-tinggi, yang itu
semakin membuat sulit untuk orang bisa menemukan kesejatian di dalamnya.
Padahal dalam dunia kebatinan dan spiritual tidak ada banyak pengkultusan,
karena sifatnya adalah menggali dari sesuatu yang walaupun dalam, dan masih
tersembunyi, tetapi nyata ada, bisa dibuktikan, bukan pengkultusan, dan bukan
malah mengkultuskannya.
Sebenarnya
tentang guru sejati ini sudah juga terkandung dalam filosofi pewayangan jawa.
Contohnya
adalah para Pandawa yang mendapatkan didikan kesaktian dan kerohanian dari Resi
Dorna dan Bisma, maka di mata para Pandawa, Resi Dorna dan Bisma itu adalah
guru sejati mereka. Mereka belajar sungguh-sungguh sampai semua ilmu yang
diturunkan kepada mereka sudah berhasil mereka kuasai. Dengan demikian mereka
membentuk diri mereka menjadi orang-orang yang layak disebut sebagai murid dari
Resi Dorna dan Bisma, bukan sekedar mengaku-aku saja bahwa mereka adalah murid
dari Resi Dorna dan Bisma. Begitu juga para Dewa, resi dan pertapa lain yang
juga mengajarkan para Pandawa ilmu-ilmu kesaktian dan kerohanian, mereka juga
dipandang sebagai guru sejati oleh para Pandawa.
Dengan
demikian para Pandawa itu mempunyai banyak sekali Guru Sejati yang telah
menjadikan mereka pribadi seperti yang sekarang ini dan mereka menghormati dan
menjaga hubungan yang baik (bakti) kepada guru-guru sejati mereka itu. Begitu
juga dengan Arjuna yang sangat menghormati Prabu Kresna yang telah memberinya
pencerahan tentang kehidupan.
Dengan
demikian yang dimaksudkan sebagai guru sejati secara kebatinan-spiritual adalah
sosok-sosok yang nyata-nyata ada dan sudah mengajarnya. Sosoknya nyata, bukan
gambaran gaib, dan bukan pengkultusan. Guru sejati itu adalah sesuai hubungan
masing-masing guru itu dengan seseorang.
Sejalan
dengan pengertian di atas maka kita harus mencari lebih dulu suatu sosok yang
bisa memberi kita ajaran, dan kita menjalani ajaran-ajarannya. Sesudahnya sosok
itu bisa disebut guru sejati kita sesuai hubungan kita dengannya. Dengan
demikian guru sejati itu nyata, ada sosoknya, dan bisa mengajar kita, bukan
gambaran gaib yang dicari-cari atau hanya sosok pengkultusan saja yang tidak
bisa mengajar kita. Dan yang lebih penting lagi adalah kita sendiri harus
benar-benar layak untuk disebut sebagai murid sejati dari sang guru, jangan
hanya mengaku-aku saja bahwa kita adalah murid dari sang guru.
Tapi
terlepas mana versi pandangan tentang Guru Sejati yang kita prefer, nantinya
kita sendiri akan tahu sendiri siapa sesungguhnya sosok guru sejati kita
masing-masing dan kita juga akan bisa menilai sendiri apakah kita sudah menjadi
murid sejati dari sang guru.
Guru
yang baik akan menjadikan orang mau belajar dan bekerja ke arah yang positif,
membangun kehidupan dan membangun peradaban, menjadikan manusia hidup dalam
kehidupan yang tinggi dan lebih maju, tetapi guru yang tidak baik akan mempengaruhi
orang berbuat merusak dan menindas, merusak peradaban, menjadikan manusia hidup
dalam kehidupan yang rendah.
Salah
satu puncak ilmu kebatinan / spiritual adalah sampainya kita pada pengetahuan
tentang sejatinya kita, manusia, yang dalam ilmu kebatinan spiritual sering
disebut Aku.
Aku
adalah orang bersangkutan, yaitu sejatinya dirinya yang mengendalikan segala
sesuatu yang dilakukannya, yaitu dirinya dan sukmanya, Pancer dan Sedulur
Papat.
Dalam
ilmu kebatinan spiritual juga dikenal istilah Guru Sejati.
Pada
tingkat keilmuan yang tinggi Guru Sejati ini adalah sukma kita atau roh sedulur
papat kita sendiri, ditambah sukma-sukma dan pribadi-pribadi tertentu yang
sudah mengayomi kita secara langsung maupun tidak langsung. Guru sejati ini
yang akan menuntun kita dalam olah kebatinan dan spiritual, yang dapat menuntun
kita mempelajari dan mengetahui hal-hal tertentu yang akan sulit kita ketahui
bila pencariannya hanya dilakukan
sendiri saja, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi
tinggi. Guru sejati ini yang akan mendatangkan / mengajarkan berbagai macam
pengetahuan kebatinan spiritual dalam bentuk ajaran langsung ataupun dalam
bentuk wangsit / wahyu dan ilham.
Pada
tingkat keilmuan yang tinggi sosok guru sejati ini merupakan pengejawantahan
kegaiban seseorang yang menuntun seseorang mengerti dan menguasai keilmuannya
dengan lebih mendalam dan menyeluruh dan akhirnya memunculkan juga kemampuan
weruh sakdurunge winarah (mengetahui sesuatu sebelum itu terjadi), mengetahui
masa depan, dan menajamkan indera keenam-nya yang terkait dengan keilmuannya.
Dalam
proses laku menekuni ilmu, Aku berperan mengendalikan segala sesuatu yang
dilakukan.
Dalam
semua laku pencarian pengetahuan, dalam mempelajari kebenaran dan aspek
pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk
menuntun ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat,
dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa
siapa saja, bisa seorang manusia, bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh
leluhur, bangsa jin, dewa, dsb. Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah
didapatkan, bila tidak ada lagi guru yang dapat menuntunnya, ia dapat melakukan
pencarian sendiri ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi mengandalkan
kemampuan batin dan sukmanya (pancer dan sedulur papatnya).
Aspek
Aku dan Guru Sejati ini ada pada semua bidang kehidupan kita sehari-hari, bukan
hanya dalam bidang keilmuan batin spiritual. Kita sendiri kadangkala bisa
merasakan adanya ajaran-ajaran yang berupa ide-ide dan ilham yang mengalir di
dalam pikiran kita. Mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran kita bisa
menjadi suatu bentuk "ajaran" sebagai sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti,
bisa juga adalah jawaban dari pencarian kita. Begitu juga manusia yang hidup di
negara maju. Mereka yang menjadi penemu, peneliti, atau pengembang suatu teori
ilmiah, ilmu pengetahuan, ataupun peralatan modern dan canggih, mereka
melakukannya bukan dengan semata-mata mendasarkan diri pada kecerdasan otak
mereka, tetapi terutama mendasarkan diri pada kecerdasan mereka untuk
mendayagunakan mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran mereka sebagai sumber
inspirasi untuk ditindaklanjuti, bisa juga itu adalah solusi dari permasalahan
mereka.
Karena
itu mereka sangat menghargai ide-ide, pendapat dan pemikiran-pemikiran orang
lain walaupun berbeda dengan pemikiran dan pendapat mereka, dan semua perbedaan
itu akan menjadi bahan untuk ditindaklanjuti, yang menginspirasi mereka untuk
maju membangun. Kontras sekali dengan kehidupan kita disini yang sangat
mengagungkan ego dan ke-Aku-an, yang tidak menghargai perbedaan pendapat, malah
cenderung mendikte, mengeliminasi / menindas adanya perbedaan pandang, sehingga
hidup kita penuh dengan dogma dan doktrin, yang menyebabkan kehidupan kita
sulit sekali untuk maju dan peradaban kita sulit sekali untuk menjadi modern.
Kehidupan
peradaban modern tidak semata-mata diisi dengan pembangunan fisik, peralatan
modern atau kekayaan materi, tetapi terutama adalah sikap hidup masyarakatnya
yang modern, yang selalu berpikir dan bersikap positif dalam segala hal, yang
bersifat membangun, bukannya merusak dan menindas.
Contoh
Aku dan Guru Sejati yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah cerita
tentang suatu mahluk hidup yang disebut kuman, yang sering disebut sebagai
penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya
sehingga tidak dapat diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui
mikroskop. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya
bisa percaya saja bahwa kuman itu ada.
Walaupun
tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita
banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto
gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium
biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati
kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenaran tentang
kuman itu berikut aspek pengetahuan lain di dalamnya.
Begitu
juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai
dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya,
kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan
/ spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib
akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan
melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk
mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita mengetahui hal-hal gaib
yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi
mengenai pengetahuan gaib yang sifatnya berdimensi tinggi.
Pada
tingkatan keilmuan yang tinggi Guru Sejati ini adalah sukma kita atau roh
sedulur papat kita sendiri, terutama ketika sudah tidak ada lagi suatu sosok
yang dapat mengajar dan membimbing kita.
Ketika
masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama dengan kita
dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar), tetapi perkembangan belajar
mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka mengetahui
hal-hal yang tidak kita ketahui secara fisik dan dapat kemudian memberitahukan
pengetahuan mereka kepada kita berupa ide-ide dan ilham atau penglihatan gaib
yang mengalir dalam pikiran kita. Mereka mengerti seluk-beluk kehidupan kita,
termasuk pekerjaan kita yang terkait dengan teori dan alat berteknologi tinggi
ataupun teori-teori ilmiah tingkat tinggi. Karena itu bila kita aktif
memperhatikan interaksi / pemberitahuan dari mereka itu, kita akan lebih mudah
dalam mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita dan kita tidak akan
menemukan jalan buntu di dalam suatu permasalahan. Mereka akan aktif hadir di
dalam perenungan-perenungan.
Roh
kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga seharusnya juga
dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer
ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka
dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali orang harus bisa
membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu
keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.
Di
dalam proses pencarian spiritual, roh sedulur papat dan roh para leluhur akan
saling berinteraksi, menjadi Guru Sejati yang akan berperan mendatangkan /
mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepadanya, walaupun orang yang bersangkutan
tidak mengetahui siapa saja para pribadi yang sudah menjadi guru sejatinya.
Itulah sebabnya seseorang yang mempunyai garis keturunan orang ilmu akan lebih
mudah mempelajari sesuatu ilmu dibanding orang lain yang tidak mempunyai garis
keturunan orang ilmu.
Sesuatu
objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi
pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, sifat-sifatnya, tujuan
keberadaannya, apa saja perbuatannya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan
menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual, termasuk walaupun yang
kita pelajari adalah bidang teknis modern.
Seseorang
yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual
sekalipun, tidak berarti ia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek
pengetahuan apa saja yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana
pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Dan
sosok-sosok guru sejati yang bersamanya akan mengajarkan segala sesuatu sesuai
bidang pengetahuannya masing-masing.
Seseorang
yang sudah mendapatkan 'pencerahan' tentang sesuatu, apapun itu, sudah seharusnya
ia berusaha mengenali siapa sajakah yang telah menjadikannya kaweruh, kemudian
memberikannya penghormatan khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran
yang lebih lanjut dan mendalam. Siapa tahu mereka yang telah berkenan kepadanya
itu ada juga para leluhurnya yang telah menerima wahyu kesepuhan, yang kemudian
jika mereka berkenan membuka diri lebih lanjut, mungkin segala sesuatu
"ilmu" akan diturunkan kepadanya, termasuk walaupun yang sedang
dipelajarinya itu adalah pengetahuan teknis modern futuristik masa depan.
Mudah-mudahan saja para Dewa juga berkenan menurunkan wahyu keilmuan /
spiritual kepadanya, sehingga dirinya menjadi semakin tercerahkan dalam ia
melakukan pencarian / penelitian.
Aspek
penting Guru Sejati hadir di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual dengan
penekanan pada usaha untuk mengenali siapa saja yang menjadi guru sejatinya
dalam proses keilmuannya, supaya seseorang bertekun kepada gurunya itu untuk
mendapatkan bimbingan yang mendalam.
Ketika
sudah tidak ada lagi suatu sosok yang dapat menjadi guru pembimbing, maka roh
sedulur papat akan menjadi pembimbingnya yang utama, yang akan aktif memberikan
ide dan ilham, penglihatan gaib, dan jawaban dari berbagai pencarian dan
pertanyaan, dan menuntun pada pengetahuan yang lebih tinggi untuk
ditindaklanjuti.
Inilah
aspek penting dalam dunia kebatinan jawa yang menekankan pengenalan pada roh
sedulur papat, sehingga muncul konsep Sedulur Papat Kalima Pancer sebagai Guru Sejati
bagi seseorang yang penekanannya adalah pada penyatuan interaksi antara
seseorang (Pancer) dengan para roh sedulur papatnya. Dan bila saja para dewa
berkenan sehingga seseorang menerima suatu wahyu kesepuhan / keilmuan /
spiritual dalam dirinya, maka keberadaan wahyu itu akan melipatgandakan
kemampuan orang tersebut dalam memahami dan mempelajari pengetahuan yang
berdimensi tinggi (termasuk pengetahuan yang bersifat teknologi modern masa
depan).
Biasanya
sedulur papat akan aktif tersugesti oleh laku pancernya, yaitu akan aktif
mengikuti apa saja yang dijalani oleh pancernya (orangnya), baik dalam laku
kebatinan dan spiritual maupun dalam aktivitas kehidupan modern, apalagi yang
bersifat pengetahuan tingkat tinggi dan berdimensi tinggi. Dalam kondisi itu aktifnya
sedulur papatnya adalah karena tersugesti oleh laku pancernya, sedulur papatnya
akan aktif mencarikan inspirasi dan pengetahuan berdimensi tinggi dan
memberitahukannya kepada pancernya, sehingga pancernya juga menjadi tahu dan
mempunyai bahan untuk dipelajari lebih lanjut. Dalam kondisi yang seperti itu
pancernya sudah bisa menjadikan sedulur papatnya itu sebagai Guru Sejati-nya
yang mengajarkan segala sesuatu pengetahuan kepadanya, yang memberikan banyak
pengetahuan dan inspirasi untuk ditindaklanjuti.
Dalam
proses belajar, banyak pihak yang bisa menjadi Guru Sejati kita, terutama
adalah pihak-pihak yang nyata-nyata sudah mengajar kita, yang sudah menjadikan
kita menguasai suatu ilmu atau pengetahuan. Konteks Sedulur Papat sebagai Guru
Sejati kita muncul ketika sudah tidak ada lagi pihak yang menuntun dan memberi
kita ajaran, sehingga kita harus mempelajarinya sendiri. Dalam kondisi ini kita
mempelajari sesuatunya sendiri, mengandalkan kecerdasan pikiran dan kecerdasan
batin kita sendiri. Dalam kondisi ini interaksi dengan sedulur papat akan lebih
intensif, berupa mengalirnya ide dan ilham sebagai inspirasi untuk
ditindaklanjuti, walaupun tidak kita sadari bahwa ide dan ilham itu berasal
dari roh sedulur papat.
Keilmuan
dan pengetahuan yang didasarkan pada kesadaran akan kesejatian manusia akan
dapat dengan lebih cepat berkembang dan meningkat, karena manusia yang
menyadari kesejatiannya akan juga mengenal potensinya sebagai mahluk biologis
dan juga potensinya sebagai mahluk roh.
Pengetahuan
yang tidak diketahui secara fisik manusia akan dapat diketahui secara roh.
Dan
apa yang sudah dapat diketahui secara roh akan menunjang pengetahuan duniawi
manusia.
Tidak
selamanya dalam semua hal yang kita tekuni kita akan menemukan suatu sosok yang
dapat mengajar atau membimbing kita. Aspek roh sedulur papat menjadi penting
karena mereka selalu ada pada kita, dan apapun kebaikan dan kekuatan yang
dimiliki oleh sedulur papat itu, efeknya akan selalu berimbas kepada kita,
menjadi kebaikan dan kekuatan kita juga, karena mereka adalah bagian dari diri
kita sendiri. Kekuatan mereka dan penghayatan kita pada kebersamaan mereka,
akan mewujudkan suatu kekuatan batin dan sukma yang akan berguna dalam
melandasi kemantapan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Karena
itu seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu
seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui Guru Sejati,
yang tidak lain adalah roh sedulur papatnya, yang wujudnya secara halus
benar-benar mirip orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal
dari suatu tahapan yang penting. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan
roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat
apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan
kesatuan sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan
perbuatannya.
Pendayagunaan
roh sedulur papat sebagai Guru
Sejati dapat dilakukan dengan
memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat,
penglihatan gaib, ide dan ilham, dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan
permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan batin dan sukma yang
mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya
sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah
mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri (baca: Olah Sukma dan Kebatinan).
Dalam
pencapaian kebatinan dan spiritual yang tinggi orang akan mencari kekuatan
tertinggi dalam kehidupan manusia, sehingga kemudian mereka akan menemukan
konsep tentang Tuhan, yang kemudian "Tuhan" itu ditindaklanjuti dalam
pencarian kebatinan spiritual mereka dan kekuatan Tuhan itu (Roh Agung Alam Semesta)
akan mengisi juga kekuatan mereka. Karena itulah pada tingkat kebatinan
spiritual yang tinggi orang akan bertekun dalam kebatinan spiritual ketuhanan
dan menyelaraskan sikap batin dan cara hidup mereka dengan sifat-sifat Tuhan
yang mereka kenal, bukan menyelaraskan diri dengan kekuatan alam dan duniawi
lagi. Pada tingkatan ini diyakini bahwa yang menjadi Guru Sejati mereka adalah
Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dan sedulur papat mereka, yang diyakini sudah
menginspirasi mereka dan memberikan kekuatan dan perlindungan kepada mereka,
sehingga kemudian orang akan sampai pada konsep-konsep hubungan manusia dan
Tuhan seperti konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi,
Sukma Sejati, dsb, bukannya mengkultuskan Tuhan.
Penekanan
terhadap Aku, menjadikan orang mudah puas diri dan sombong atas apa yang telah
berhasil diraihnya. Semua yang telah dicapainya dan yang dimilikinya
dianggapnya sebagai hasil usahanya sendiri, hasil prestasinya sendiri, sering
melupakan siapa saja yang telah berjasa atas apa yang telah diraihnya. Semua
yang dilakukannya hanyalah untuk mengejar kepuasan diri dan ke-Aku-annya.
Pengenalan
diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan orang lebih mengenal dirinya,
dan mengetahui sejauhmana pengembangan yang akan bisa dilakukannya.
Pengenalan
diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan orang lebih mampu menerima
ide-ide / ilham / wangsit untuk pengembangan diri dan kepribadiannya.
Pengenalan
diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan orang berusaha mengenali
siapa sajakah yang telah memberinya ajaran, kemudian memberikannya penghormatan
khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran yang lebih lanjut dan
mendalam.
Pengenalan
diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan orang mau belajar dan
menerima ajaran dari siapa saja yang berguna untuk pengembangan diri dan
kepribadiannya, dan tidak akan merendahkan seseorang ataupun suatu ajaran.
Pengenalan
diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan orang mau belajar dan bekerja
ke arah yang positif, membangun kehidupan dan membangun peradaban, bukannya
merusak.
Guru
bisa dicari kemana saja, jika diperlukan, dari satu guru ke guru lain yang
lebih tinggi.
Hasil
pencapaian seseorang tergantung pada usahanya sendiri dan pribadi guru yang
menjadi pembimbingnya.
Pencarian
spiritual yang tinggi akan membawa seseorang kepada suatu tahapan yang tak
terduga. Masing-masing guru akan
memberikan 'pencerahan' kepada yang diajarnya.
Ketekunan
kepada Guru Sejati akan mengantarkan seseorang kepada tingkat Tercerahkan.
SALAM
RAHAYU KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU
Untukmu Sekalian para Kadhang kinasihku yang senantiasa di Ridhoi ALLAH
Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. SEMOGA POSTINGAN SAYA KALI
INI. Bisa menggugah Rasa Hidupmu atau siapapun yang membacanya . Terima
Kasih.
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment