Sakaratul Maut, Adalah, Detik-Detik Yang Menegangkan Dan Menyakitkan.
Sakaratul
Maut, Adalah, Detik-Detik Yang Menegangkan Dan Menyakitkan.
Bagi
setiap makhluk hidup tanpa terkecuali.
Oleh:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Tanah Pasundan
Brebes
Jateng Hari Jumat Kliwon Tgl. 10 Juli 2015
SAKARATUL
MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI MENYAKITKAN. Kematian itu, datangnya
dengan tiba-tiba, tidak peduli waktu dan tempat serta tidak pandang bulu, usia,
jenis kelamin, keada’an, harta, tahta,
pangkat derajat, ilmu dll.
Kematian
akan menghadang bagi setiap makhluk hidup. Proses tercabutnya ruh manusia, akan
diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal
sebagai sakaratul maut. Saya telah mengalaminya sendiri. Di Ruang Klinik Rawat
Inap no 7. PKU Muhammadiyah Ibnu Shina. Jl. Merdeka no. 29. Banjarharjo Bebes
Jateng. Pada malam Rabu Pon tgl. 8 juli 2015. Tepat di hari weton kelahiran
saya sendiri. Subhanallah.
PENDAHULUAN:
Datangnya
Kematian Menurut Al Qur’an :
1.
Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha
menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah:
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan
akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali
Imran, 3:154)
2.
Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang
kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter
terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”.
Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS
An-Nisa 4:7 8)
3.
Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: 8)
4.
Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5.
Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun,
63:11)
Ibnu
Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu,
ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan
akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji,
sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang
dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian,
niscaya, penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak
dalam tidurnya" ternyata... riwayat ini benar, saya telah membuktikannya
sendiri... saya telah mengalaminya sendiri. Di Ruang Klinik Rawat Inap no 7.
PKU Muhammadiyah Ibnu Shina. Jl. Merdeka no. 29. Banjarharjo Bebes Jateng. Pada
malam Rabu Pon tgl. 8 juli 2015. Tepat di hari weton kelahiran saya sendiri.
Subhanallah.
Di
antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi
perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah:
وَجَآءَتْ
سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan
datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
darinya". [Qaaf: 19]
Maksud
sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang
mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang
benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya.
Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi
telah tiba sakaratul maut dengan kematian.
Juga
ayat:
كَلآ
إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ
{28} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
"Sekali-kali
jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan
dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan". Dan dia
yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri)
dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau".
[Al Qiyamah: 26-30]
Syaikh
Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang
yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu
tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah
penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan
kesembuhan atau kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: "Dan dikatakan
(kepadanya): "Siapakah yang akan menyembuhkan?" artinya siapa yang
akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala
terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi
ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak.
Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan
bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan
berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa
diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka
dihalau menuju Allah Ta'ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui
perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati
untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi
kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat
dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan".
Sedangkan
beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut:
Imam
Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia bercerita (menjelang
ajal menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam)
إِنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ
أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا
وَجْهَهُ وَيَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ
يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي
باب مرض النبي ووفاته. الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ
"Bahwa
di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau
memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata:
"Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul
maut". Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil
A'la". Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas".
Dari
Anas Radhiyallahu anhu, berkata:
عَنْ
أَنَسٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ
فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام وَا أخرجه البخاري في المغازي باب مرض النبي
ووفاته.اليَوْمِ َرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ
"Tatkala
kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat
penderitaanmu ayahku". Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas
ayahmu setelah hari ini…[al hadits]"
Dalam
riwayat Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan:
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ
شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أخرجه الترمذي ك
الجنائز باب ما جاء في التشديد عند الموت وصححه الألباني
"Aku
tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat
kepedihan kematian pada Rasulullah".
Dan
penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk.
Dalil penguatnya, keumuman firman Allah: "Setiap jiwa akan merasakan
mati". (Ali 'Imran: 185). Dan sabda Nabi: "Sesungguhnya kematian ada
kepedihannya". Namun tingkat kepedihan setiap orang berbeda-beda. Dan
ternyata itu adalah benar, saya sudah membuktikannya sneidir bin mengalaminya
sendiri. Di Ruang Klinik Rawat Inap no 7. PKU Muhammadiyah Ibnu Shina. Jl.
Merdeka no. 29. Banjarharjo Bebes Jateng. Pada malam Rabu Pon tgl. 8 juli 2015.
Tepat di hari weton kelahiran saya sendiri. Subhanallah.
MENGAPA
RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM MENDERITA SAAT SAKARATUL MAUT?
Kondisi
umum proses pencabutan nyawa seorang mukmin mudah lagi ringan. Namun
kadang-kadang derita sakarul maut juga mendera sebagian orang sholeh. Tujuannya
untuk menghapus dosa-dosa dan juga mengangkat kedudukannya. Sebagaimana yang
dialami Rasulullah. Beliau Shallallallahu 'alaihi wa sallam merasakan pedihnya
sakaratul maut seperti diungkapkan Bukhari dalam hadits 'Aisyah di atas.
Ibnu
Hajar mengatakan: "Dalam hadits tersebut, kesengsaran (dalam) sakaratul
maut bukan petunjuk atas kehinaan martabat (seseorang). Dalam konteks orang
yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus
kesalahan-kesalahannya"
Menurut
Al Qurthubi dahsyatnya kematian dan sakaratul maut yang menimpa para nabi, maka
mengandung manfaat :
Pertama
: Supaya orang-orang mengetahui kadar sakitnya kematian dan ia (sakaratul maut)
tidak kasat mata. Kadang ada seseorang melihat orang lain yang akan meninggal.
Tidak ada gerakan atau keguncangan. Terlihat ruh keluar dengan mudah. Sehingga
ia berfikir, perkara ini (sakaratul maut) ringan. Ia tidak mengetahui apa yang
terjadi pada mayat (sebenarnya). Tatkala para nabi, mengabarkan tentang
dahsyatnya penderitaan dalam kematian, kendati mereka mulia di sisi Allah, dan
kemudahannya untuk sebagian mereka, maka orang akan yakin dengan kepedihan
kematian yang akan ia rasakan dan dihadapi mayit secara mutlak, berdasarkan
kabar dari para nabi yang jujur kecuali orang yang mati syahid.
Kedua
: Agar terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah dan
para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang berat ini?.
Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang
paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai
mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita.
Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya. Allah ingin menguji mereka untuk
melengkapi keutamaan dan peningkatan derajat mereka di sisi-Nya. Ini bukan
sebuah aib bagi mereka juga bukan bentuk siksaan. Allah menginginkan menutup
hidup mereka dengan penderitaan ini meski mampu meringankan dan mengurangi
(kadar penderitaan) mereka dengan tujuan mengangkat kedudukan mereka dan
memperbesar pahala-pahala mereka sebelum meninggal. Tapi bukan berarti Allah
mempersulit proses kematian mereka melebihi kepedihan orang-orang yang
bermaksiat. Sebab (kepedihan) ini adalah hukuman bagi mereka dan sanksi untuk
kejahatan mereka. Maka tidak bisa disamakan".
Maha
dahsyat rasa sakit saat sakratul maut tidak dapat digambarkan apa lagi
dirasakan dengan pasti kecuali oleh orang yang telah menemui ajal
(mengalaminya). Saat ujung jari telunjuk tertusuk jarum, yang merasakan sakit
adalah jiwanya, demikian rasa sakit pada anggota tubuh lainnya.
Orang
yang menghadapi sakratul maut adalah saat detik-detik ruh ditarik dari
jasadnya, pada saat jiwa terlepas dari jasad, maka yang merasakan sakit adalah
jiwanya, sampai jiwa tersebut benar-benar terpisah dari jasatnya. Sakratul maut
adalah ungkapan tentang rasa sakit yang menyerang jiwanya, sehingga tidak ada
lagi, satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu. Rasa sakit
tertusuk jarum, hanya menjalar pada bagian jiwa yang terletak pada anggota
badan yang tertusuk jarum tersebut. Akan tetapi, rasa sakit yang dirasakan
selama sakratul maut, menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh bagian badan,
sehingga bagian orang yang sedang sekarat, merasakan dirinya ditarik-tarik dan
dicabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendihan, hingga dari setiap
akar rambut mulai dari kulit kepala hingga ujung kaki. maka tidak terbayangkan
sakitnya orang yang sedang sakratul maut. Demi Allah... Sungguh saya telah
mengalaminya sendiri. Di Ruang Klinik Rawat Inap no 7. PKU Muhammadiyah Ibnu
Shina. Jl. Merdeka no. 29. Banjarharjo Bebes Jateng. Pada malam Rabu Pon tgl. 8
juli 2015. Tepat di hari weton kelahiran saya sendiri. Subhanallah.
Sakaratul
maut, lebih sakit daripada tusukan pedang, gergaji, atau sayatan gunting bahkan
silet sekalipun. Sedangkan suara dan jeritan orang yang sekarat terputus karena
rasa sakit yang amat sangat dan rasa sakit itu telah memuncak sehingga tenaga
menjadi hilang, semua anggota tubuh melemah dan tidak ada lagi daya untuk
berteriak minta pertolongan. Rasa sakit itu telah melumpuhkan akal budi pakartinya,
logikanya, ilmunya, pengalamannya, pengetahuannya, membuat lidahnya terdiam
kelu, melemahkan semua raganya. Orang yang menemui sakaratul mautnya, sangat ingin
sekali meratap, berteriak, dan menjerit meminta tolong, namun ia tak kuasa lagi
melakukan itu. Satu-satunya tenaga yang masih tersisa hanyalah suara lenguhan
dan gemertak yang terdengar pada saat ruhnya dicabut dari raganya. Demi
Allah... Sakaratul Maut sungguh mengerikan.
Saking
dahsyatnya rasa sakitnya tersebut, warna kulitnya juga berubah dan menjadi
keabu-abuan menyerupai tanah liat, tanah yang menjadi asal-usulnya jasad. Setiap
pembuluh darah dicerabut bersamaan dengan menjalarnya rasa pedih ke seluruh
permuka’an dan bagian dalamnya, sehingga bola matanya terbelalak ke atas
kelopaknya, bibirnya tertarik ke belakang, lidahnya mengerut, kedua buah zakar
naik, dan ujung jemari berubah warna menjadi hitam kehijauan. Demi Allah... Sakaratul
Maut sungguh mengerikan.
Keadaan
semua itu akibat dari semua pembuluh darah tertarik dengan dicabutnya ruh,
tercerabutnya pembuluh darah dan syaraf dari dalam tubuh hingga permukaan
kulit. Setelah itu, satu per satu anggota tubuh tidak berfungsi, lalu telapak
kakinya menjadi dingin, kemudian betis dan pahanya juga demikian. Rasa sakit
tersebut akan berhenti jika ruh telah keluar dari jazatnya dan saat itu pula
pintu taubat ditutup dan dia pun diliputi oleh rasa sedih dan penyesalan yang
amat sangat. Rasulullah SAW. bersabda: ”Taubat seorang manusia tetap diterima
selama dia belum sampai pada Sakratul Maut”. Ternyata ini benar adanya... saya
telah menyaksikannya sendiri. Mengalaminya sendiri. Demi Allah... Sungguh saya
telah mengalaminya sendiri. Di Ruang Klinik Rawat Inap no 7. PKU Muhammadiyah
Ibnu Shina. Jl. Merdeka no. 29. Banjarharjo Bebes Jateng. Pada malam Rabu Pon
tgl. 8 juli 2015. Tepat di hari weton kelahiran saya sendiri. Demi Allah...
Sakaratul Maut sungguh mengerikan.
Suatu
ketika Rasulullah SAW. ditanyai tentang pedihnya kematian. Dan beliau menjawab,
”Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang pohon duri yang
menancap di lembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa
membawa serta bagian kain sutra yang terkoyak?” Rasulullah SAW. bersabda seraya
memberitakan penyaksiannya seorang sahabat yang mengalami sakratul maut, ”Aku
tahu apa yang sedang dialaminya,. Tak ada satu pembuluh pun yang tidak
merasakan pedihnya derita kematian”. Oleh karenanya, disaat kita masih bisa
merasakan nikmat yang begitu melimpahnya di dunia ini, ingatlah bahwa semua
yang hidup di dunia ini akan bertemu dengan ajalnya. Oleh karena itu, janganlah
menyombongkan diri. Jangan neko-neko. Jangan salin sirik sikut dan dengki.
Jangan adigang adigung adiguna dan Jangan pernah lupakan Hyang Maha Suci Hidup
walau sedetikpun.
Setiap
orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat
lainnya, akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke
dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh.
Namun kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi.
SAKARATUL
MAUT:
Oleh:
Wong Edan Bagu
Awalnya...
saya ada acara pribadi dan penting ke Cirebon jawa barat. Tapi saya menundanya,
karena sikon badan kurang nyaman, setelah pijat urut dan sedikit terasa nyaman,
Pada hari selasa legi, tgl 6 juli 2015, jam 10 siang, saya berangkat ke cirebon
dengan menggunakan sepeda motor, sendirian, karena perut tidak terasa lapar,
lagi pula sedang bulan puasa, saya tidak ingat makanan. Saya berhenti di pom
bensi losari brebes untuk mengisi BBM.
Saya
minum krating daeng 1 botol, lalu luncur ke cirebon, setelah sampai di cirebon,
saya masih tidak ingat makanan, karena masih terasa kenyang, lalu, usai perlu
di Masjid Agung Cipta Rasa kasepuhan cirebon, saya minum krating daeng 1 botol
lagi. Dan melanjutkan perjalanan ke Astana Gunung Jati cirebon, setelah
istirahat sejenak, saya minum krating daeng lagi 1 botol. Lalu melanjutkan
perjalanan lagi menuju ke Cikedung Indramayu. Sesampainya di tempat, saya minum
krating daeng lagi 1 botol, lalu, di rumah kadhang yang saya tuju, walau belum
terasa lapar, saya sempat makan nasi, setelah selesai perlu, sekitar jam 01:00
dini hari, saya berpamit untuk kembali ke brebes lagi, meluncurlah saya menuju
ke brebes. Sesampainya di terminal Harjamukti cirebon, saya terasa dingin, lalu
saya minum krating daeng lagi 1 botol. Setelah sedikit terasa hangat, lalu saya
melanjutkan perjalanan menuju brebes, sampai di tempat, sekitar jam 06:07 pagi.
Setelah memasukan motor ke dalam rumah, sebelum istirahat, saya mencuci muka,
ketika tangan saya menyentuh air. Saya terkejut,,, karena merasakan dingin yang
teramat sangat. Lalu saya bergegas merebahkan badan ke tempat tidur. Sambil
mengingat ingat, berapa botol krating daeng yang sudah saya minum dalam sehari
semalam. Ternyata 5 botol.
Semakin
saya rasa, semakin tidak karuan, kepala pening, mata kabur, perut kaku dan
panas, sekujur tubuh nggreges-nggreges. Keseimbangan tubuh jadi hilang
seketika, lalu saya minum bodrex 2 biji dan neo remasil 2 biji sekaligus, tapi
tidak ada reaksi apapun, padahal, biasanya, kalau habis minum bodrex dan
remasil masing-masing 2 biji, langsung keluar keringat, trus terasa ringan dan
kembali segar. Tapi ini, tidak ada reaksi sama sekali, lalu saya minum lagi
decolgen 2 biji. Masih tetap tidak ada reaksi, saya berusaha menghubungi
beberapa orang untuk datang, tapi gagal. Sementara apa yang saya alami semakin
membuat saya tidak karuan, lalu,,, tanpa berpikir panjang, saya mengeluarkan
motor lagi, dan menggunakan sisa-sisa tenaga saya untuk mengendarai motor
menuju rumah sakit terdekat.
Setibanya...
saya langsung menuju ke ruang pendaftaran pasien, untuk minta tolong,
bertepatan dengan itu, sedang ada dokter yang sedang mengontrol pasien rawat
inap. Jadi,,, saya bisa langsung berhadapan dengan dokter, saya di masukan ke
ruang gawat darurat untuk di periksa, dan infus segera di pasang, lalu saya di
tanyai apa yang di rasa sambil di
periksa. Dan saya di haruskan untuk di rawat inap, masuklah saya di ruang rawat
inap, lalu saya di periksa lagi secara detil, oleh dokter Muhammad Farid Fahda,
dan beliau mengatakan, bahwa saya positif terserang magh akut, ada dua titik
luka di bagian laumbung atas dan bawah.
Kemudian
di tinggalkan di ruang rawat inap sendirian untuk beristirahat, karena
sendirian itulah, saya memberi kabar kepada orang-orang yang saya kenal dengan
baik, yaitu anak-anak didik saya. Trus sorenya, sebelum anak-anak didik saya ada
yang datang menjenguk, saya di periksa lagi oleh dokter Wiwik Sukiranto, untuk yang ketiga kalinya, dan
beliau mengatakan, kalau Faal Hati Sgot saya, 32 U/L Opt 37C. Sedang Faal Hati
SGPT saya, 59* U/L Opt 37C. Normalnya
Faal Hati; Sgot 38 U/L Opt 37C dan Normalnya Faal Hati; SGPT 41 U/L Opt 37*C. Menurutnya keterangan beliau, Hati saya
berfungsi melebihi batas normal dan maksimal. Ini disebabkan karena terlalu
sering menggunakan hati dari pada otak/pikiran di dalam segala halnya. Sehingganya,
ketika hati lebih sering di gunakan, tubuh menjadi lemah, karena kekurangan asupan gizi, dan terjadi ketidak
setabilan, ketika hati di gunakan secara serius. Akibatnya,,, Lambungnya dan
hati jadi luka.
Setelah
di suntik dan minum obat, agak mendingan, anak-anak didik sayapun mulai
berdatangan setelah hari berganti malam. Dan sayapun mulai marasakan
kebaikan... disini saya mendapatkan ilmu pengalaman, tentang orang yang sedang
sakit, di datangi oleh orang-orang yang di kenal menjenguk, terutama jika yang
datang menjenguk itu, adalah orang yang di kasihi. Ada rasa yang wah...
sedangkan jika yang di kasihi tidak kunjung datang juga, rasanya wah... Ternyata
benar, apa yang di katakan dan di ucapkan oleh Para Nabi... Ternyata benar, apa
yang di sarankan oleh Para Rasul. Tentang... Agar kita menyempatkan waktu untuk
menjenguk saudara atau saudari kita yang sedang sakit. Karena,,, si sakit, jika
di jenguk, merasa bahagia, merasa terhibur, merasa ada yang memperhatikan,
merasa ada yang peduli dll, dengan begitu, semangat untuk sembuh bisa membesar
dan kuat.
Sungguh
luar biasa. Disini sayapun mengalami hal yang sama seperti mereka, serta saya
yakin, mereka pun sama seperti yang saya rasa. Ketika orang yang saya kenal
datang menjenguk... wah... seperti datang sesuatu yang amat sangat berharga.
Apa lagi yang datang yang saya kenal. Sungguh luar biasa rasanya, tapi itu
belum seberapa, ketika orang yang saya kasihi datang, orang yang saya sayangi
datang menjenguk... Subhanallah... seperti mendapat sejuta berkah rasanya. Tapi
lagi,,, jika yang saya kasihi tidak datang,,, menilai negatif, berprasangkan
tidak baik, bermunculan menggerogoti isi kepada saya. Ini jujur saya katakan.
Dan saya yakin,,, merekah yang sakit juga, mengalami dan merasakan hal yang
sama seperti saya, jika mendapat jengukan atau tidak dari orang-orang
sekitarnya dala sakit. He he he . . . Edan Tenan.
Lanjut
punya cerita... waktu itu, anak-anak didik saya yang datang menjenguk, sebagian
besarnya pada pulang, tinggal tersisa tiga orang saja, sebelum jam 12 malam
waktu untuk beristirahat, saya meminum obat sirup yang di sediakan oleh dokter
untuk di minum 3 x sehari sebelum makan. Saya meminumnya dua sendok, lalu...
jarak beberapa detik, di bawah dada sebelah kanan, terasa semengkring, seperti
duri di telapak kaki yang tersentuh, semakin lama, rasa semengkring itu semakin
menjadi, dan berusa seperti hendak kentut, tapi kentut itu tidak mau keluar,
hanya mulek saja di perut, muter-muter mengelilingi perut. Rasanya nyeseg dan
sakit, saya montang manting menahannya, ke tiga anak didik saya pun
kebingungan, ada yang mijitin kaki, ada yang ngelus-ngelus perut, ada yang
mijitin tangan, sementara saya kelimpungan kesana sini, tidak lama kemudia,
angin yang saya rasakan muter-muter di perut itu, naik melewati tenggorokan,
saya kira mau keluar lewat mulut, ternyata tidak, malah menembus ke kepala,
rasanya tidak bisa di gambarkan, setelah itu, hilanglah kesadaran saya, saya
tidak melihat 3 orang anak didik saya lagi. Yang saya lihat hanya alam kosong
dan sepi.
Tak
lama kemudian... saya melihat bereneka macam hal yang menggiyurkan, menggoda,
seperti tempat indah, mewah. Di setiap tempat yang indah dan mewah itu, saya melihat ada bangunan rumah
yang indah dan mewahnya melebihi hotel, vila, istana, di masing-masing rumah
itu, ada orang-orang yang meminta maaf kepada saya, dan menawarkan agar saya
mau mampir dan singgah menginap di rumah tempat tinggalnya. Di dalamnya,,, ada
beraneka kebutuhan yang saya perlukan dan saya inginkan di setiap tempat yang
di tawarkan kepada saya, mulai dari harta tahta wanita dll.
Semakin
saya memperhatikan, keindahan dan kemewahan itu, semakin wah... semua keindahan
dan kemewahan yang pernah saya ketahui di dunia ini, tidak ada apa-apanya. Namun
anehnya, sedikitpun saya tidak tertarik. Saya terus memperhatikan sekeliling
saya, hingga pada akhirnya, muncul seberkah cahaya, yang belum pernah saya
lihat sebelumnya, cahaya itu, sangat menarik perhatian saya, seakan saya di
suruhnya mendekat. Tanpa berpikir panjang, sayapun segera bangkit berdiri dari
pembaringan, ketika kaki saya hendak melangkah, di belakang saya mendengar
tangisan seseorang yang saya kenal, lalu perlahan saya menolehnya, dan saya
melihat, diri saya sendiri tergeletak/terbaring di atas tempat tidur pasien
rumah sakit, saya melihat tiga orang anak didik saya, yang satu memegangi kaki
saya sambil memijat-mijat, satunya memegangi tangan saya sambil memijat-mijat
dan yang satunya memeluk saya sambil menangis diatas dada saya, saya perhatikan
seluruh ruangannya, saya hapal dan ingat benar, kalau itu adalah kamar rumah
sakit dan saya sedang berada di rumah sakit itu, untuk di rawat inap. Saya ingat
semua prosesnya, mulai dari saya masih di rumah hingga sampai di rumah sakit
tersebut, dan anehnya,,, sedikitpun saya tidak merasa heran dengan semua yang
terjadi itu.
Tanpa
ragu,,, dan dengan rela hati, saya beranjak meninggalkan tempat menuju ke
seberkas sinar yang menarik perhatian saya tersebut, semakin jauh saya
melangkah mendekati sinar itu, semakin saya merasakan ketentraman menyelimuti
seluruh jiwa dan raga saya, dan ketika itu, saya melihat ada sesuatu di dalam
tubuh saya yang sedang di tangisi oleh ketiga anak didik saya, dan sesuatu itu,
mohon maafkan, saya tidak bisa menceritakannya di artikel ini.
Seiring
dengan kaki saya yang sedang melangkah. Di samping kanan kiri saya. Nampak berbagai
keindahan dan kemewahan yang di tawarkan kepada saya. Tidak ada secuilpun yang
nampak buruk dan mengerikan serta menakutkan di pandangan mata saya, semuanya
mengenakan, menyenangkan, membahagiakan, mendamaikan. Namun saya tidak
tergiyur, saya tertarik pada tentrang dan di pancarkan oleh cahaya yang tidak
bisa saya gambarkan detilnya di artikel ini.
Dan
setibanya...
Seakan
saya berkata kepada cahaya itu, padahal bibir dan mulut saya terkunci, tidak
bisa bicara sama sekali, hanya bisa merasakan dan merasakan semua yang terjadi,
dan saya sangat sadar betul, tidak ada satupun yang terlewatkan dari kesadaran
saya, tapi,,, walau tanpa suara, seaka ada kata-kata yang keluar dari seluruh
tubuh saya, melalui lubang pori-pori di seluruh tubuh saya, yang mengatakan “Saya
ingin pulang/kembali ke rumahku” Dan seakan pula cahaya itu menjawabnya. “Apakah
kamu tidak tertarik dan menginginkan apa yang sudah aku tawarkan di setiap
langkahmu sa’at mendekatiku tadi” dan seakan
spontanitas pula saya menjawabnya. “Tidak..!!! Selain aku bukan berasal dari
semuanya itu, saya hanya ingin kembali/pulang ke rumahku, ke kampung halamanku,
ke tempat tinggalku, ke asal usulku” Seakan lagi, cahaya itu berbicara,,,
memberikan penjelasan dan pengertian serta pemahaman, dan lagi-lagi,,, mohon
maafkan... saya tidak bisa menceritakan penjelasan dan pengertian serta
pemahaman itu, di artike ini. Yang pasti... saya di beritahu... Tentang
perjalanan akhir dunia dan awal akhirat. Mulai dari Sakaratul Maut hingga
Setelah Sakaratul Maut. Bagi yang Laku Kunci dan Bukan Laku Kunci. Dan dengan
ini, saya hanya bisa BERPESAN:
Bagi
yang Laku “KUNCI”. Terus... Galilah rasa, yang meliputi seluruh tubuhmu, karena
di dalam tubuhmu, ada Firman Tuhan, yang menjamin hidup mati dan dunia
akheratmu. Didalam lakon; Yen wani aja wedi-wedi. Yen wedi aja wani-wani.
Didalam laku; Aja suka neko-neko. Aja seneng cawe-cawe. Luwih Becik. Samubarang
tumindak, kinantenan sarwa mijil. Tansyah elinga Mring “KUNCI” ne; Ana apa-apa
Kunci. Langka apa-apa Kunci. Agar bisa diwafatkan dalam keadaan memegang Firman
Allah. Dan dimatikan dengan Sempurna.
Bagi
yang tidak Laku “KUNCI”. Persiapan harus dilakukan sejak dini, agar
dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu
istiqomah dalam iman dan keimanan, agar termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama
hidup di dunia dan di akhir hidup nanti, yaitu ketika sakaratul maut itu tiba,
di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan-jembatan Sirath-al mustaqim,
dan seterusnya. Hingga hari Akhir yang di janjikan Allah, yaitu Kiamat. TIBA.
He
he he . . . Edan Tenan... Lanjut punya Cerita;
Saya
tertegun menyaksikan kesaksian yang nyata terjadi didepan hidung saya tersebut.
Ada kalanya saya menangis, tak kala menyaksikan, yang seharusnya tidak di
tempuh oleh setiap orang dimasa
kehidupannya, selama di dunia nyata. Ada kalanya saya tersenyum pula, di saat
menyaksikan, yang seharusnya di tempuh oleh setiap makhluk hidup di dunia nyata
ini.
Dan...
ketertegunan itu, mendadak sirna, ketika Cahaya yeng meliputi seluruh tubuh
saya itu, berubah kata beralih bicara. “ Jika yang kau pilih dan kau mau adalah
AKU, berati belum sa’atnya, belum waktunya, ada tanggung jawab disana yang
harus kau selesaikan terlebih dahulu” . “INGAT... JANGAN LEPASKAN APA YANG
SUDAH KAU GENGGAM ITU” . “ JANGAN RUBAH APA YANG SUDAH KAU PAKAI ITU” . “JANGAN
BERALIH DARI APA YANG SUDAH KAU JALANI ITU” . “Jika kau ingin kembali ke rumah asalmu” . “Kecuali
jika kau tidak ingin pulang ke rumahmu”
Lalu...
Mendadak kaki saya melangkah dengan sendirinya, tidak bisa saya kendalikan,
semakin jauh meninggalkan Cahaya itu, saya menangis karena merasa benar-benar
ingin pulang, tapi kaki saya, membawa saya mendatangi saya yang tergeletak
diatas dipan rumah sakit, yang sedang di tangis oleh ketiga anak didik saya. Dan
ketika saya masuk ke tubuh saya, saya meronta tidak mau, ingin pulang dan ingin
pulang, pokoknya ingin pulang, hanya itulah yang ada di dalam kesadaran saya sa’at
itu, sehingganya, terjadi proses kesulitan ketika saya memasuki tubuh saya...
Proses
ini bisa saya gambarkan seperti ini; Mungkin saudara-saudariku, ada yang pernah
makan ubi jalar yang di rebus, tanpa minum air. Kalau bahasa jawanya seret,,,
seperti itulah rasanya. Karena saya tidak ingin merasakan seret ini lebih lama,
lalu saya berusaha untuk bisa duduk bersilah, di bantu oleh ketiga anak didik
saya, sayapun berhasil duduk bersilah. Lalu saya Patrap Kunci. Patrap Paweling
dan Patrap Mijil Toto Lenggah. Setelah berhasil manunggal. Lalu saya tutup
dengan Palungguh dan sayapun tergulai lemah. Saya pandangi seluruh ruangan,
saya tatap satu persatu wajah ketiga anak didik saya itu, saya cium mereka
sambil mengucapkan. Terima Kasih yang tak terhingga. Karena telah menjadi
saksi. Dari proses Laku Hidup yang baru saja saya alami ini. Sungguh Luar
Biasa. He he he . . . Edan Tanan.
“Demi
Allah... Seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab,
lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian
akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”.
(Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
“Saya
yakin... Seandainya ada mayat yang hidup kembali. Dia pasti akan menceritakan
hal yang sama persis seperti yang saya alami dan saya ceritakan di artikel
ini”.
Allaahumma
innaa nas aluka Salaamatan Fiddiin Wa ‘Aafiyatan Fil Jasadi Wa Ziyaadatan Fil
‘Ilmi Wa Barakatan Fir Rizqi Wa Taubatan Qablal Maut Wa Rahmatan Indal Maut Wa
Maghfiratam Ba’dal Maut Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakaraatil Maut Wan
Najaata Minnannar Wal ‘Afwa Indal Hisab Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da
Idzhadaitanaa Wa Hab Lanaa Milladunka Rahmatan Innaka Antal Wahhaab.
Amiiieen
Allahumma Amin..Wassallamualaikumm warohmatullah wabbarokatuh saudara-saudariku
semuanya tanpa terkecuali. Semoga Pengalaman nyata saya ini, bermanfaat bagi
kita semua. dan mempersiapkan diri dalam mengharap ridho ALLAH sebelum datang
kematian yang sangat dahsyat perih'nya bagi orang-orang yang merugi.
Dengan
ijin dan ridha Hyang Maha Suci Hidup... Mulai Hari ini,,, dan untuk seterusnya
bin selamanya... Saudara-saudariku
mendapatkan hiqmah, dari pengalaman pribadi saya ini.
Pesan
saya... khusus untukmu sekalian anak-anak didiku;
BERPIKIRLAH
SEBELUM BERTINDAK. JANGAN GEGABAH/SEMBRONO.
SEBAB
GEGABAH/SEMBRONO. HANYA AKAN
MENDATANGKAN MUSIBAH. Ingat...!!! “Yen wani aja wedi-wedi. Yen wedi aja
wani-wani”.
Memang...
KASIH TUHAN ITU Memerdekakan/MEMBEBASKAN.
TETAPI
TIDAK MEMBABLASKAN. Untuk itu, kemudikanlah dengan Laku. “Ana apa-apa Kunci.
Langka apa-apa Kunci. Sebab Kunci kena kanggo apa bae. Waton ora tumindak
Luput”. . . . .... SALAM RAHAYU
KANTI TEGUH SLAMET
BERKAH SELALU
SAUDARA-SAUDARI SAYA SEMUANYA
TANPA TERKECUALI... SEMOGA
POSTINGAN SAYA KALI INI. Bisa Berguna dan Ada Manfaatnya . Terima
Kasih.
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
https://padepokanonlinekuncithepower.wordpress.com
Post a Comment