Mimpinya Wong Edan Bagu:
Mimpinya
Wong Edan Bagu:
Di
satu siang bolong yang terik seorang lelaki tengah baya, dengan wajah legam,
yang tubuhnya hanya dibalut oleh selembar kaos oblong dan celana pendek yang
telah usang, sedang asik tertidur pulas di dalam kamar yang telah usang pula,,,
nampak ada secercah senyum simpul menghiasi wajahnya yang sudah mulai keriput
dan kusam jua. Nampaknya ia sedang mimpi indah. Jengot tipisnya yang hanya
beberapa helai rambut saja, melambai dibelai angin napasnya yang sengal.
Selanjutnya
di alam mimpi, nampak di angkasa, di langit yang maha luas terlihat tubuh orang
ini sedang terbang, melayang menjangkau setiap sudut semesta dengan kekuatan
pikirannya. Angkasa yang gelap gulita dan tak bertepi, ia tidak melihat apa-apa
kecuali hanya tubuhnya dan kegelapan yang melingkupinya. Hanya ada seberkas
sinar, dan sinar itu adalah sinar yang datang dari dirinya sendiri.
Setiap
sudut dikelilinginya, dan tidak ada apa-apa disana selain tampilan dirinya
sendiri dan kegelapan yang menyelimuti segala pandangannya. Namun ia mendengar
suara yang lirih namun terdengar jelas sekali. Satu-atunya suara yang ada dan
terdengar. “Jangan melihat kemana-mana, jangan mengarah kemana-mana, karena
mata angin dan waktu, kelahiran dan kematian semuanya tidak berlaku disini
wahai manusia, cobalah lihat dirimu, bukankah kau nampak sangat tampan dan
bersinar, sinar yang terang ini berasal dari kedalaman dirimu sendiri, tidak
ada sinar yang lain yang mampu membantumu untuk mencahayai dirimu, kau tinggal
meniatkan saja, dan segala sesuatunya akan datang kepadamu wahai anak manusia.
Percuma
kau berkeliling,,, takkan ada sesuatu yang berharga yang bisa kau dapatkan!
Kembalilah ke pusat dirimu! Segala sesuatunya telah terkumpul disitu, “ -
demikian suara itu bergema di segala penjuru.
“kaulahlah
kebenaran itu, tengoklah kedalam, suaraku ini hanyalah gaung dari inti dirimu,
bila kau bisa maka ikutilah suaraku terlebih dahulu wahai anak manusia,
ikutilah walau sesaat wahai anak manusia!!! Ikuti getaran suara ini, bila
bunyinya semakin lirih berarti kau mulai mendekat dengandirimu, bila suaranya
semakin keras berarti kau mulai jauh dari dirimu”, - demikian sang suara itu
berkata selanjutnya.
Mendengar
semua itu nampaknya si Wong Edan Bagu ini masih tetap terdiam, terpesona dengan
segala sesuatu yang dilihatnya. Ia merasakan bahwa ia menjadi begitu luar
biasa, begitu sakti mandraguna dengan apa yang di alaminya. Ia dapat melihat
segala sesuatu dari tubuhnya yang berkilau itu, ia melihat dunia, ia melihat
alam roh, ia melihat banyak kejadian dimasa lalu, iapun banyak melihat kejadian
yang akan terjadi di dunia dimasa depan. Dalam kegelapan yang aneh itu ia
melihat dunia timbul tenggelam dalam hitungan kilat, dunia-dunia bermunculan
dalam sekejap bagai jamur di musim semi. Segalanya nampak begitu indah dan
mempesona. Tidak ada rahasia lagi tentang rahasia semesta disini yang
disembunyikan, semua telah di tampilkan, jutaan tahun yang terjadi di bumi bisa
digambarkan dalam waktu sekejap disini. Sesuatu yang sangat ajaib, sebuah maha
karya yang paling cantik yang pernah ditampilkan secara nyata padanya.
Si
Wong Edan Bagu rupanya belum puas dengan melihat teather alam semesta ini. kini
si orang Wong Edan Bagu mulai kembali melihat dirinya sendiri, ia mulai melihat
tampilan luar dari tubuh fisiknya, ia melihat dari ujung kaki sampai ujung
kepala, ujung rambut semuanya nampak bersinar dan berkilau, sempurna. Aneh
memang ada kekuatan apa gerangan hingga ia mampu melihat dirinya sendiri sampai
begitu detail. Kemudian si Wong Edan Bagu ini mulai meneliti kekedalaman
jiwannya, semakin dalam, semakin dalam, semakin dalam namun ia kebingungan.
Hingga
akhirnya ia pun bersuara: “ Hai suara dapatkah kau membimbingku melihat wujud
dari kebenaran, yang selama ini sering dicari, diklaim dan di pertentangkan
oleh setiap manusia di bumi, adakah kau dapat membawaku kesana wahai suara?”.
Hahahahahahha.....
Apakah kau siap dan tidak takut melihatnya wahai anak manusia, kalau melihatnya
kau mesti mendekatinya dengan amat dekat dan merabanya sendiri, kau tidak bisa
melihatnya dari kejauhan karena dari jauh ia akan nampak sangat menyilaukan
mata, matamu bisa buta, kau harus mendekatinya sedekat mungkin dan merabanya
sendiri rasakan kelembutannya, kebenaran ini hanya bisa di rasakan sendiri, kau
hanya bisa merabanya saja, karena permukaanya sangat licin tidak ada sesuatupun
di alam semesta ini dapat memasukinya, termasuk segala pikiran, rasa maupun
kesadaranmu!!
Semuanya
kesadaran yang bisa di peroleh adalah gaung dari diriku, aku sangat licin.
Setiap evolusi kesadaran yang terjadi dalam dirimu merupakan proses yang tak
pernah berakhir. Karena aku berkembang. Aku tidak berawal dan berakhir. Namun
keberadaanku dalam duniamu, hanyalah mengingatkan saja bahwa segala sesuatu itu
bulat, sangat bulat. Aku menyatukan dan merekatkan segala sesuatu. Bila ada
sesuatu baik ajaran, tindakan, pikiran atau apa saja yang berada dalam duniamu
yang bersifat menyatukan adalah bagian kecil dari diriku”. “Tidak bisa anak
manusia tidak ada yang sanggup dan pernah bisa sampai kesana. Namun ketahuilah
bahwa suara ini, adalah berasal dari sana”.
Kebenaran
itu bila di gambarkan seperti kelereng, seperti bola dengan ukuran raksasa yang
memiliki permukaan yang sangat licin, dan apapun tidak bisa melekat didalamnya,
termasuk debu sekalipun. Suatu bulatan yang benar-benar bulat namun demikian ia
memiliki cahaya yang sangat berkilau dan menyilaukan ibarat sinar seribu
matahari yang di jadikan satu. Dan sinar itupun hanya bisa terlihat dari
kejauhan. Dan bulatan itu bisa di raba dan sangat licin. Bila ukuran diri kita,
pikiran di bandingan dengan bulatan itu seperti membandingkan butiran pasir
dengan ukuran bola bumi.
Dan
bila kita mampu mendekat dan sangat dekat dengan bola kebenaran itu warnanya
hitam kelam dan amat pekat namun bila kita menjauhinya barang satu langkah saja
maka sinar terang dari bola kebenaran itu akan langsung membutakan matamu, kau
akan silau, dan tidak melihat bahwa sebenarnya warna bola itu hitam kelam bukan
putih berkilau yang menyilaukan. Ia bisa berada di dalam butiran debu namun ia
juga berada mewadahi semesta ini. Setiap lembaga agama, setiap ajaran, setiap
pikiran dan keyakinan mencoba mewadahiku, tetapi aku terlalu besar, namun aku
bisa menjadi sebesar buah apel ditangan seorang anak kecil. Seluruh lautan bila
di jadikan tinta untuk menulis kata-kataku namun ia tak akan pernah cukup,
namun setetes air mata seorang ibu cukup untuk melukiskan diriku, demikian
keadaanku wahai anak manusia”.
“Sekarang
cobalah diam sejenak wahai anak manusia, rasakan apa yang ada di balik
kegelapan alam semesta di sekelilingmu, adakah kau merasakan dinding yang
begitu licin dan amat licin, alam semesta ini berada dalam bola raksasa ini,
namun bola raksasa ini berada dalam bola bakso, gelindingan bakso yang selama
ini kau impikan, sadarkah kau?”
“Aku
bingung dengan kata-katamu wahai suara, aku pusing!”
Demikian
si Wong Edan Bagu mulai tersadar, tampak secercah cahaya menyorot ke arah
matanya, cahaya yang semakin lama semakin terang benderang. “mungkinkah ini
kebenaran yang di ceritakan itu ya?” pikir si Wong Edan Bagu.
Namun
suara itu menjawab dengan nada yang keras...
Ayo
bangun..!!! Bangun..!! Bangun..!! disini tidak boleh untuk tidur. GOBLOG..!!!
Dengan
pelan si Wong Edan Bagu membuka mata, ternyata sorot Lampu Listrik di dalam
kamar yang di nyalakan oleh anak didiknya, karena waktu sudah maghrib alias
gelap, menyorot wajahnya dan mulai menarik tangan dan tubuhnya yang sedang
pulas tidur mulai dari jam 13:00 hingga jam 18:00. Tak terasa waktu telah
beranjak malam.... HE HE HE . . . EDAN TENAN... SALAM RAHAYU KANTI TEGUH SLAMET
BERKAH SELALU SAUDARA-SAUDARIKU SEMUANYA TANPA TERKECUALI... SEMOGA POSTINGAN
SAYA KALI INI. BISA LEBIH MENGENOG ke RASA dan BERMANFAAT BAGI siapapun yang Membacanya...
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera
Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
https://padepokanonlinekuncithepower.wordpress.com
Post a Comment