MEMBONGKAR HAKIKAT MEDITASI. DAMPAK NEGATIF DAN BAHAYANYA:
MEMBONGKAR HAKIKAT MEDITASI.
DAMPAK NEGATIF DAN
BAHAYANYA:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Brebes jumat tgl 17 januari 2015
SEDULUR... JANGAN DI KIRA
SEMEDI/MEDITASI ITU TIDAK BERDAMPAK NEGATIF (BAHAYA).
Berikut ulasannya;
Semedi, meditasi, atau
bertapa, merupakan sebuah praktek yang semakin populer dari jaman ke jaman
hingga sampai pada masyarakat modern dewasa ini. Tradisi semedi awalnya berasal
dari India dan meluas sebagai alternatif penenangan diri bagi masyarakat
khususnya di Barat. Terdapat banyak usaha untuk memahami semedi dari perspektif
sains ketika fenomena ini memasuki dunia barat yang rasional. Sebagai sebuah
perilaku, ada dampak positif, dan ada pula dampak negatif dari semedi. Berikut
tinjauan kritis mengenai dampak semedi bagi manusia, khususnya masyarakat
modern.
Tinjauan dasar tentang
Meditasi;
Meditasi memiliki banyak
variasi. Pada dasarnya ia adalah perilaku berdiam diri dalam postur tertentu,
umumnya duduk, dalam waktu tertentu yang cukup panjang. Tujuannya juga dapat
bervariasi namun umumnya adalah meningkatkan kualitas diri pelaku, entah itu
kewaspadaan, menyatu dengan alam, kedamaian diri, penghilangan nafsu, atau
menahan diri untuk melakukan tindakan tertentu yang tidak diinginkan. Tinjauan
positif negatif berikut tidak dapat digeneralisir untuk semua semedi. Pembaca
harus memahami konteks semedi jenis apa yang bisa memunculkan dampak positif
atau negatif yang dimaksud.
Dampak Positif;
Meditasi, diwariskan dari
tradisi Buddha, saat ini mulai digunakan dalam psikologi Barat untuk mengangkat
berbagai kondisi mental dan fisik. Penelitian ilmiah semedi umumnya ada dalam
payung psikologi positif. Penelitian telah dilakukan selama 20 atau 30 tahun
dan semakin meningkat dalam dekade terakhir. Tahun 2011, National Center for
Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) NIH melaporkan temuan studi dimana
citra resonansi magnetik otak dari 16 partisipan 2 minggu sesudah dan setelah
meditasi yang mengikuti program meditasi diambil oleh para peneliti dari Rumah
Sakit Umum Massachusetts, Lembaga Citra Syaraf Bender di Jerman, dan Sekolah
Medis Universitas Massachusetts. Penelitian ini menyimpulkan kalau:
“Temuan ini mewakili
mekanisme otak yang berasosiasi dengan perbaikan kesehatan mental”
Sebuah studi bulan Januari
2011 di jurnal Psychiatry Research: Neuroimaging, berdasarkan pencitraan
resonansi magnetik (MRI) dari partisipan Mindfulness-Based Stress Reduction
(MBSR), menyatakan kalau “partisipasi dalam MBSR berasosiasi dengan perubahan
konsentrasi materi abu-abu di daerah otak yang bertanggung jawab atas proses
belajar dan mengingat, pengaturan emosi, proses referensi diri, dan pengambilan
sudut pandang.”
Dampak Negatif Meditasi
Berlebih;
Depersonalisasi.
Terdapat jenis meditasi
khusus yang disebut meditasi disosiatif. Meditasi disosiatif adalah meditasi
yang bertujuan untuk memisahkan individu sebagai pengamat fenomena ketimbang
melibatkan individu ke dalam sebuah aktivitas. Biasanya meditasi semacam ini
disebut meditasi pembebasan dengan maksud membebaskan jiwa pelaku dari sebuah
pengikat, misalnya nafsu-nafsu jasmaniah dan dogma-dogma yang dianggapnya membelenggu
jiwa si pelaku.
Meditasi model ini
berfokus pada penghapsan ego atau self dan menjadi Semesta, atau Diri secara
universal. Dua ribu tahun praktek ini dilakukan oleh masyarakat India. Praktek
spiritual semacam ini telah begitu mengakar sehingga mereka lebih memandang
dunia luar hanya sejauh ia ikut campur dalam kehidupan mereka secara langsung.
Hal ini berakibat pada rendahnya kesadaran adanya subjek lain, sampai pada
level hak dan tanggung jawab warga negara secara politik, sebuah mentalitas yang
menyulitkan demokrasi dan memudahkan rezim otoriter berkuasa di level
masyarakat.
Dalam psikologi,
kepribadian semacam ini disebut kepribadian disosiatif. Gejala disosiatif
adalah kondisi dimana seseorang merasa terlepas dari diri sendiri. Ia akan
merasakan kalau dirinya atau lingkungannya sebagai sesuatu yang tidak nyata dan
tidak penting. Ia akan merasakan tidak memiliki kontrol atas diri sendiri.
Dalam pikirannya, dunia hanyalah sebuah perasa’an atau khayal atau juga
panggung sandiwara yang muncul dari dalam dirinya sendiri.
Pertanya’annya menjadi:
Apakah saya merupakan
masalah bagi tubuh ini, atau apakah tubuh ini merupakan masalah bagi saya? Pada
tahap ekstrim, hal ini membawa pada bunuh diri dengan alasan membebaskan diri
dari “belenggu” jasad... He he he . . . Edan Tenan.
Meditasi disosiatif
bukanlah sebuah solusi yang masuk akal untuk menghadapi masalah yang dialami
individu di masyarakat. Masalah penderitaan sosial adalah masalah yang nyata
dan karenanya keterlibatan individu dalam masyarakat sangat dibutuhkan.
Hipoksia.
Meditasi biasanya
dilakukan pada ruangan yang sepi dan sedikit mungkin derau dari luar. Kita
memejamkan mata sehingga melihat langsung bintik-bintik reseptor cahaya di
retina (derau seperti di layar televisi tanpa siaran). Dengan tindakan semacam
ini, pikiran akan lebih mudah berfokus pada sensasi ketubuhan. Napas juga
diatur sedemikian oleh pikiran (bukannya langsung tanpa sadar oleh otak). Napas
yang diatur bukan hanya mengalihkan pikiran pada bagaimana bernapas yang baik namun
juga membawa pada hipoksia. Hipoksia adalah kondisi dimana pasokan oksigen
menjadi rendah di otak. Dalam kondisi hipoksia, pikiran menjadi sangat tenang
dan napas menjadi sangat lembut. Semakin rendahnya pasokan oksigen ke otak,
aktivitas otakpun semakin menurun. Jika pelaku merasakan kedamaian di saat ini,
ini bukanlah kedamaian sesungguhnya secara psikis namun kedamaian buatan secara
biologis.
Berfokus pada napas dan
sensasi diri membuat pikiran tenang yang ditandai dengan hipoksia. Dengan
adanya ketenangan pikiran, pelaku dapat berkonsentrasi pada merasakan sensasi
ketubuhan. Goenka misalnya, mendaku kalau dalam kondisi ini, kita akan
merasakan seluruh gerak individual molekul dan atom di tubuh kita sebagai tanda
kita mulai mampu memisahkan antara jiwa dan raga. Hal ini tidak benar. Sensasi
bergetar ketika berada dalam kondisi hipoksia disebabkan oleh kesemutan, hanya
saja kesemutan ini berasal dari syaraf di dalam tubuh kita sendiri yang
kekurangan aliran darah dan oksigen.
Lalu apa masalahnya dengan
hipoksia?
Tentunya ketidaksiapan
tubuh menghadapi kejutan. Seperti halnya mata yang tertutup lama tidak siap
menghadapi cahaya terang, begitu juga tubuh yang terdiam pada waktu lama tidak
siap untuk melakukan gerakan yang secara normal dapat kita lakukan. Jika
dipaksakan, kita bisa mendapatkan serangan jantung atau setidaknya epilepsi.
Mengganggu Sistem Syaraf
Otonom;
Reaktivitas otak pada
sensasi inderawi merupakan hasil evolusi kita untuk bertahan hidup. Segera
ketika tubuh merasakan sakit atau panas atau dingin atau kondisi berbahaya
lainnya, otak memberi sinyal pada tubuh agar bereaksi sedemikian hingga menjauh
dari kondisi bahaya tersebut. Ketika kita bersemedi dalam postur yang sama
terus menerus misalnya, otak menganggap hal tersebut berbahaya bagi peredaran
darah atau menekan beberapa syaraf penting. Karena alasan ini, otak menyuruh
tubuh untuk berganti posisi.
Tindakan menahan diri dari
keinginan untuk berganti posisi dengan alasan melatih diri agar tidak
terpengaruh rangsangan dunia luar tubuh menjadi sebuah hal yang berbahaya.
Memang beberapa reaksi tubuh dapat dipandang sebagai reaksi yang berbahaya bagi
kehidupan sosial, misalnya marah, takut, egois, nafsu, agresi, stress,
hiperaktivitas. Namun tubuh memiliki sistem otonomnya sendiri yang bekerja
otomatis menyesuaikan berbagai banyak komponen syaraf yang mungkin tak
diperhitungkan kita ketika membawanya ke ranah sadar. Ada alasan mengapa detak
jantung berada di sistem syaraf otonom bukannya diatur secara sadar oleh kita.
Jika hal ini diganggu, bahaya serangan jantung dapat menjadi nyata.
Ketenangan Pikiran;
Mungkin anda heran mengapa
ketenangan pikiran dipandang sebagai dampak negatif. Hal ini memang cukup
subjektif tetapi ketika kita bawa pada masyarakat modern sekarang, pikiran yang
tidak tenang sungguh merupakan hal penting. Pikiran yang tidak tenang ditandai
oleh banyaknya ucapan-ucapan saling tumpang tindih dalam otak. Dalam sekian
detik, otak anda memikirkan tentang hal ini, dan sesaat kemudian pindah ke hal
lain. Dalam satu menit, anda telah memikirkan banyak hal seperti masa kecil,
kejadian tadi pagi, masa datang seperti apa, dan sebagainya, semua seperti
potongan-potongan halaman dari ratusan buku yang bercerai berai dan disatukan
secara acak dalam satu buku. Hal ini juga yang membuat “membaca pikiran” adalah
sebuah tindakan yang hampir mustahil dilakukan oleh orang lain pada seseorang
(profesor Xavier dalam X-Men misalnya).
Secara evolusioner,
kompleksitas hidup manusia memang menuntut pola berpikir acak demikian. Otak
hanya memikirkan apa yang dianggap bernilai. Adanya banyak pikiran acak
bermakna ada banyak hal bernilai dalam pikiran yang harus diproses otak. Hal
ini membawa pada satu kelebihan dari berpikir tidak tenang:
Ia merupakan sumber dari
pemikiran kreatif. Dari sekian banyak hal tidak berhubungan yang dipikirkan
seseorang dalam satu menit akan ada satu hubungan mendadak tak terduga. Ini
sebuah pemikiran baru dan apabila individu memutuskan untuk memikirkannya lebih
jauh, hal tersebut dapat menjadi hal yang mengejutkan (baik ataupun buruk)
seperti penemuan solusi baru atas masalah penting atau penemuan ide untuk
menjadi kaya. Dalam dunia penuh persaingan di masa modern, pemikiran kreatif
sangat dibutuhkan.
Hilangnya Penghargaan Pada
Estetika;
Dalam meditasi jenis
tertentu, pelaku menjadi sangat terfokus pada dirinya sendiri. Dunia luar
menjadi sesuatu yang sekunder. Akibatnya adalah individu menjadi egois sejati.
Ia tidak memandang pemandangan alam, bintang-bintang, keluarga, seks, tetesan
hujan, bunga-bunga, dan deburan ombak sebagai sesuatu yang indah. Mereka adalah
nafsu. Pada taraf tertentu, mereka bahkan tiba pada kesimpulan kalau dunia ini
hanya ilusi dan panggung sandiwara kehidupan. Walaupun hal tersebut merupakan
perdebatan dalam ranah filsafat, satu hal yang pasti adalah hilangnya sistem
nilai yang mengikat kemasyarakatan.
Kesimpulan;
Meditasi memiliki manfaat
cukup baik bagi jiwa manusia, tetapi jika dilakukan tanpa pengertian dan
pengetahuan secara mendalam serta tanpa pembimbing yang sudah memiliki ke
ahlian tentang dan soal Meditasi/Semedi, hasilnya justru berbalik, bukan hanya
berbahaya bagi jiwa tetapi juga bagi jasad. Beberapa bentuk meditasi bahkan
bisa digantikan dengan bentuk penajaman konsentrasi lainnya. Diperlukan sebuah
kebijaksana’an untuk mensikapi segala klaim yang datang dari jasa meditasi agar
keinginan kita untuk menjadi lebih baik dapat terfasilitasi... Jadi, jangan
asal Anda melakukan Meditasi/Semedi. Kenali dulu jenis Meditasi Anda dan Pahami
dulu pengertian detilnya, untuk hal ini, kita butuh dan perlu Guru/Pembimbing
secara langsung... HE HE HE . . . EDAN TENAN.:-) SALAM RAHAYU KANTI TEGUH
SLAMET BERKAH SELALU SAUDARA-SAUDARIKU SEMUANYA TANPA TERKECUALI... SEMOGA
POSTINGAN SAYA KALI INI. BISA LEBIH
BERMANFAAT LAGI DARI
ARTIKEL-ARTIKEL SEBELUMNYA...
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment