CURAHAN HATI WONG EDAN BAGU: TENTANG SUKA DUKA DI DALAM LAKU SPIRITUAL HAKIKAT HIDUP;
CURAHAN
HATI WONG EDAN BAGU:
TENTANG
SUKA DUKA DI DALAM LAKU SPIRITUAL HAKIKAT HIDUP;
Semoga
semua anak didik saya yang memiliki asilitas internet, bersedia meluangkan
waktunya untuk membaca artikel saya yang satu ini. Dengan teliti secara
keseluruhannya. Agar mengetahui keseharian saya selama mereka kenal, di dalam
proses perjalanan laku spiritual sehari-hari. Sebagai bahan renungan dan bekal
pengalaman pribadi, yang pastinya juga akan mengalami hal yang sama, seperti
yang saya alami dan kebanyakan orang pada umumnya, dalam menjalani proses Hidup
dan Kehidupan baik secara spiritual maupun non spiritual di dunia ini.
Sedulur...
Seperti yang tertulis dalam Biografi Sejarah Hidup yang pernah saya postingkan
di fcbook ini dan blog serta wordpress saya. Saya adalah manusia hidup yang
berawal dari Tersisih dan berasal dari Terusir. Dulu sewaktu saya masih kecil,
masa kanak-kanak. Saya tidak memiliki teman apa lagi sahabat, semua itu saya
alami karena fitnah yang tidak berdasar. Dulu waktu saya masih kecil, masa
kanak-kanak. Saya di usir oleh orang tua saya, itu saya alami karena fitnah
yang tidak mendasar. Kejadian ini saya alami di kampung tempat tinggal saya,
tepatnya di daerah transmigrasi Toili Kabupaten Luwuk Banggai Sulawesi Tengah,
waktu itu saya masih berusai 8 tahun, saya sering di tuduh mencuri oleh semua
orang di kampung tempat tinggal saya yang merasa kehilangan, padahal saya tidak
melakukan apa yang mereka tuduhkan, alasannya, mereka menuduh saya sebagai
pencurinya, karena mereka melihat saya berada atau sedang melintas di tempat
kejadian kehilangan. Saking seringnya di tuduh pencuri inilah, saya di jauhi
oleh teman-teman saya, kususnya teman-teman bermain saya pada waktu kecil itu,
sampai-sampai semua orang merasa jijik dan benci tiap kali melihat saya,
hina’an dan cemohan tiada hentinya menghujani saya di setiap harinya. Dan
karena merasa malu mempunyai anak seperti saya inilah, kemudia orang tua saya mengusir
saya. Sa’at di usir oleh orang tua saya, saya masih berusia 10 tahun. Dan sejak
itulah saya berjuang sendiri untuk mempertahankan Hidup saya dalam kehidupan
ini.
Berbaur
dan bergabung dengan anak-anak jalanan yang tuna wisma dan tak berkeluarga yang
jelas, saya berusaha bertahan dari kerasnya kehidupan pada sa’at itu, diantara
kesibukan orang yang sedang beraktifitas siang dan malam, bersama teman-teman
sebaya dan senasib, saya mengemis, jika ada kesempatan, ada kalanya mencuri
demi untuk mendapatkan penghasilan untuk mengganjal perut. Di luar aktifitas
ini, saya menghabiskan waktu di tepi pantai pelabuhan untuk melamun, merenungi
nasib saya yang begini amat. Harus berpisah dengan orang tua, keluarga, teman,
cita-cita hancur, masa depan musnah dll. Semuanya ini karena fitnah yang kejam
itu, mengapa merekah begitu kejamnya menfitnah saya tanpa perasa’an sedikitpun?
tidak memberi kesempatan kepada saya untuk membela diri bahwa saya tidak
melakukan apa yang mereka tuduhkan, mengapa mereka tidak percaya saya? Mengapa
orang tua saya juga ikut-ikutan tidak percaya saya? Bahkan sampai ikut kejam
mengusir saya? Mengapa saya harus mengalai semua ini? MENGAPA...?! MENGAPA...?!
MENGAPA...?!
Kini
saya tidak punya siapa-siapa... sekarang saya tidak punya apa-apa... semuanya
hancur, segalanya musnah, cita-cita, harapan, masa depan dan semuanya...
semuanya... hancur dan musnah. Mereka kejam... sungguh mereka kejam. Begitulah
jika saya sedang melamun di tepi pantai, berteriak,,, meratap,,, menangis,,,
tersedu sendiri tanpa ada satupun yang peduli.
Waktu
itu saya masih polos, tidak tau Tuhan, tidak tau doa, tidak mengerti hal-hal
relegius. Yang saya tau, hanya Ibu dan Bapak, jadi, jika apa-apa, yang saya
sebut hanya Ibu atau bapak. Singkat punya cerita... Tempa’an demi tempa’an, lamunan
demi lamunan, renungan demi renungan yang sering saya lakukan di tepi pantai
pelabuhan kota luwuk kala itu, membuat saya jadi bisa berpikir dendam. Membalas
perbuatan mereka-mereka yang telah tega dan kejam menghancurkan kehidupan saya,
dengan bahan informasih dari berbagai sumber suara yang menyampaikan pada
telinga saya, tentang ilmu kebal, ilmu karate, ilmu bisa mengilang, ilmu bisa
terbang. Membangungan pikiran saya untuk mencari seorang guru sakti, agar bisa
balas dendam. Alhasil... saya bertemu dengan tiga orang guru sakti. Satu dari
osing banyuwangi jawa timur, satu dari saluan suku asli sulawesi tengan, dan
satunya dari borneo dayak kalimantan. Ketiga Tokoh inilah yang kala itu
mendidik saya dalam hal ilmu olah kaguragan. Ilmu mantra osing menjangan wulung
yang merupakan ilmu asli warisan banyuwangi/blambangan berhasil saya kuasai
dengan sempurna. Ilmu mantra dayak borneo yang merupakan ilmu asli dayak
kalimantan berhasil saya kuasa secara sempurna. Ilmu mantra pongkok yang merupakan
ilmu saluan asli dayak sulawesi pun berhasil saya kuasai dengan sangat
sempurna. Berbekal tiga ilmu olah kanuragan inilah, saya berhasil melampiaskan
dendam kesumat saya pada semua orang yang sudah menghancurkan kehidupan masa
depan saya kala itu. Dan sejak dendam itu terselesaikan, saya kembali menjadi
manusia hidup pada umum, punya banyak teman dan saudara juga keluarga. Banyak
yang tunduk dan hormat kepada saya. Namun semuanya itu palsu, karena mereka
tunduk dan hormat kepada saya, karena takut, mereka mau berteman dan mengaku
saya saudara karena takut. Namun kala itu saya tidak peduli, yang penting saya
sudah puas, karena dendam sudah terbalas, hutang sudah terbayar.
Alhasil...
Saya jadi terkenal dan terhormat, banyak orang yang membutuhkan jasa saya,
untuk banyak kepentingan pribadi dengan imbalan yang lebih dari cukup. Hingga
saya menjadi seorang pemimpin garong/perampok. Yang hampir setiap minggunya
menerima setoran/upeti dari anak buah dari berbagai wilayah kekuasa’annya
masing-masing. Semua itu saya tinggalkan setelah saya mempunyai anak dan istri.
Namun suatu ketikan, sa’at dalam masalah kritis, saya kembali lagi ke dunia
bejat itu, dan hijrah ke tanah jawa untuk menambah wawasan. Singkat punya
cerita, dari kota ke kota, desa ke desa, daerah ke daerah, sampailah saya di
pulau dewata bali. Di bali saya sempat menjadi orang terkenal sebagai gigolo
tajir. Yang bisa menghasilnya uang juta’an rupiyah sekali melayani turis asing.
Uang hasil upeti anak buah di sulawesi dan upah sebagai gigolo di bali, saya
simpan di BANK dan tidak pernah saya sentuh sedikitpun. Perjalanan Bali
sulawesi, sulawesi jawa/jakarta. Waktu itu sangatlah mudah dan gampang bagi
saya. Hingga pada suatu sa’at. Entah bagaimana permula’annya, saya lupa...
saking seringnya saya mendengar Kalimat Tuhan yang hampir setiap sa’at bergema
di masjid-masjid, gereja-gereja, wihara-wihara sampai di tempat-tempat keramat
seperti makam. Saya menjadi penasaran, tiba-tiba muncul ingin tau, apa itu
Tuhan... Lalu tanpa berpikir panjang, saya pun memulai berjalan menuju ke
masjid, gereja, wihara bahkan pura, setiap tempat ibadah yang saya datangi,
agamanya pun saya pelajari hingga ke titik mentognya, sampai beralih ke
Kepercaya’an nya, baik itu jawa, sunda, bali maupun dayak dll. Dan mulailah
saya paham dan mengerti tentang apa itu Tuhan. Dan sejak itu pula saya sering
berpikir dalam di setiap tindakan saya, karena munculnya sebuah pilihan yang
melekat di kepala saya, yaitu tentang salah dan benar. Takutpun ikut muncul
dalam benak saya, padahal... sebelumnya, sedikitpun tidak ada takut dalam diri
saya.
Untuk
mempelajari apa itu Tuhan, hanya untuk mencari tau tentang pengertian apa itu
Tuhan. Lewat media agama dan kepercaya’an seperti yang saya ungkapkan diatas,
saya sudah menguras puluhan juta rupiyah uang yang saya simpan di BANK.
Singkat
punya cerita, semakin dalam saya mempelajarinya, semakin tertarik saya ke
dalamnya. Hingga pada akhirnya, saya memutuskan untuk meninggalkan dunia bejat
saya, dan beralih fokus pada Spiritual. Dimana saya mendengar ada tokoh
mumpuni, pasti saya datangi untuk saya gurui. Mulai dari yang di sebut dukun
cabul/lintrik, sesat/semprul sampai ke Kiyai/ustadz Habib, pendeta/biksu saya
gurui hingga ke titik mentognya. Semakin Panas dan Penasaran... karena belum
saya temukan Rasa puasnya. Lagi-lagi ilmu kanuragan, ilmu kesaktia, ilmu
kebatinan yang saya dapatkan, lalu intinya dimana,,, sarinya dimana,,, belum
saya temukan, kembalilah saya di jalan awal, saya mencoba mengulanginya lagi
dari awal. Dengan harapan bisa mendapatkan IntiSarinya. Kali ini saya tidak
ingin ada yang terlewati, kejelian dan ketelitian saya tambahkan. Mulai dari
yang di sebut sesat hingga yang di cap sempurna saya datangi dan saya pelajari,
apapun yang di didikan kepada saya, saya lakukan sepenuhnya tanpa merubah
wejangannya.
Puasa
mutih, puasa ngasrep, puasa ngelong, puasa ngetan, puasa senin kemis, puasa
pati geni, tapa pendem, tapa kungkum, tapa gantung, tapa ngalong, tapa puasa
bla... bla... bla... semua saya turut dan saya lakukan dengan penuh keyakinan.
Mulai dari ilmu anjan kumayan, ilmu cinde amoh, gajah wulung, lembu sekilan,
braja musti, ilmu langlang buana, ilmu jagat pramundita, ilmu begananda, pupuh
bayu, ilmu welut putih, aji paweling, aji padmawara, aji bayu saketi, aji bumi
segandu, aji jalasutra, aji pameleng, sampai ke ilmu santet braja teluh waluh
ireng saya pelajari, Sapta darma, ilmu sejati, kejawen maneges, darmo gandul,
hingga serat sastra jendra hayuningratpun dan lepas dari pembelajaran saya, dengan
masing-masing lakonnya, menghabiskan biaya mahar sekitar tujuh ratus juta’an
rupiyah, bahkan lebih. Tabungan saya selama bertahun-tahun sewaktu jadi
begundal, sampai hampir habis. Karena guru yang saya timba ilmunya, ada 34
orang guru yang namanya sangat terkenal di tanah jawa ini. dan sekarang ini,
yang 21 orang guru sudah meninggal dunia dan 13 orangnya masih hidup. Saya
berhenti berguru setelah saya merasa capek, letih, jenuh dan bosan, karena
sudah menghabiskan ratusan juta rupiyah, hasilnya cuma ilmu kesaktian dan hanya
ilmu kesaktian melulu. Sedangkan IntiSari yang saya inginkan, tidak kunjung
saya temukan.
Singkat
punya cerita lagi,,, saya pergi ke jakarta, guna mencari pengalaman, di jakarta
saya mencoba membuat pengalaman usaha, mulai dari menjadi pemulung, jualan,
kuli, glandang/preman hingga bekerja sama dengan pejabat negara saya lakukan.
Hasilnya... selain hanya sebatas pengalaman tidak ada yang memuaskan Rasa dan
Perasa’an saya. Berdasarkan cerita rakyat dan bermodal tekad, saya menemui
salah seorang guru yang paling saya kagumi dalam banyak halnya, untuk berpamit
keliling jagat, dan atas ijin serta petunjuknya, saya bertekad menjadi seorang
musyafir kelana, lalu saya mengembara dengan cara berjalan kaki keliling
indonesia. Mendatangi tempat-tempat keramat dan bersejarah, seperti makam,
situs, goa, gunung dan apapun yang berbaur mistik ga’ib. Berawal dari sinilah,
saya berhasil menemukan titik-titik terang yang pada sa’at itu saya yakini akan
membawa saya pada tujuan saya, yaitu IntiSari Tuhan. Pemahan dan Pengertiannya
sudah cukup banyak saya terima dari banyak guru pembimbing, namun yang jadi
masalah, saya tidak mengetahuinya sendiri, semuanya katanya guru-guru saya,
sedang guru-guru saya katanya Firman yang tersurat dalam kitab yang mereka
yakini. Hal inilah yang membuat saya tidak puas sama sekali, karena
sebenar-benarnya katanya, lebih benar tau sendiri.
Sedikit
demi sedikit, satu persatu, bukti nyata spiritual berhasil saya temukan dan
saya kumpulkan sendiri, serta saya susun sendiri sesuai FirmanNYA. Hingga pada
akhirnya saya terdampar di goa singa barong cilacap pulau nusa kambangan jawa
tengah. Dan mendapatkan Pembelajaran, lanjutan dari wejangan seorang guru tempo
dulu. Tentang Wahyu Panca Ga’ib. Serta
di goa singa barong nusa kambangan inilah Pengembara’an saya berakhir. Berbekal
Wejangan Wahyu Panca Ga’ib dari Guru Wujud saya di daerah pekalongan jateng dan
Guru Ga’ib dari goa singa barong nusa kambangan cilacap jateng. Yang kemudian
saya olah sendiri menjadi Laku Spiritual Hakikat Hidup dengan segala bukti dan
kesaksian yang saya peroleh sendiri selama mengembara, saya kembali
bermasyarakat secara umum lagi. Sambil tapa ngrame bermasyarakat, saya kembali
meng enolkan laku, semuanya saya hapus hingga bersih, melipat lembaran masa
lalu dan membuka lembaran masa baru. Semua dan segalanya saya ulangai dan mulai
dari awal/nol/kosong. Murni dengan menggunakan Wahyu Panca Ga’ib saya memulai
laku spiritual lagi dari awal. Sejak itu saya kaitkan semuanya dan segalanya
tanpa terkecualinya dengan Tuhan dan pada Tuhan. Hingga saya berulang kali
berhasil mencapai tingkat titik finis yang di cari oleh manusia ahli laku
sejagat raya ini. Dengan mendapatkan bukti berulang kali dapat mencapai titik
finis Laku Spiritual yang banyak di gunjingkan para ahli inilah, saya jadi bisa
tau sendiri benar dan tidaknya dari Perjuangan saya ini.
Sembari
tetap laku tapa ngrame, saya keliling untuk menyampaikan keberhasilan saya
dalam penemuan nyata-nyata benar ini, pada teman-teman saya, sahabat-sahabat
saya yang dulu pernah mengembara bersama saya, yang pernah kenal saya, bahkan
orang-orang yang baru kenal dengan saya, namun tiada Hakikat Hidupnya, saya
beri kabar ini, secara gratis, tanpa puasa dan ritual apapun. Yang inginn ilmu
kesaktian saya berikan ilmu kesaktian, yang butuh ilmu pengasihan saya berikan
ilmu pengasihan yang perlu bimbingan Spiritual saya bimbing ke spiritual,
bahkan yang ingin meraih kesuksesan saya tunjukan jalan kesuksesan sesuai laku
yang pernah saya pelajari tempo dulu, secara gratis pula, walau dulu saya
belajarnya tidak gratis, sebagai wujud Cinta kasih saya pada antar sesama Hidup
setelah saya mengetahui yang benar sebenarnya. Keliling dan terus saya keliling
untuk menyampaikan kabar keberhasilan saya ini. walau saya ajarkan secara
gratis, namun ada juga yang menolak bahkan mengfitnah saya, dengan anggapan
miring/negatif. ada yang saya bantu tapi malah mentung, ada yang saya tolong
tapi malah mitnah, bahkan ada juga yang pura-pura iya di depan saya, namun di
belakang saya menikam. Sungguh luar biasa suka dukanya.
Pernah
di suatu ketika, ada seorang yang terlilit hutang, usahanya jatuh bangkrut,
lalu mencari jalan pintas kaya mendadak dengan cara memuja Ratu pantai utara,
yang di kenal dengan sebutan Dewi Lanjar, namun sampai habis modalnya, gonta
ganti juru kunci, bukannya sukses malah jad modal madil hidupnya, di dalam
keterpurukannya, bertemu saya di sebuah makam keramat ketika saya snggah untuk
berjiarah, sebut saja namanya si A, kebetulan si A sedang puasa sekaligus
sembunyi dari penagih hutang di makam keramat itu, singkat ceritanya, si A
minta tolong kepada saya untuk di lantarkan pada Dewi Lanjar, apapun risikonya
sudah siap, saya tidak tega dengan rengekannya, setelah saya telusuri, ada
bibit kebaikan pada diri si A, lalu saya alihkan niyatnya muja dewi lanjar
masuk ke dalam laku hakikat hidup, dengan janji saya akan membantu
kesulitannya, setelah si A bersediya. Lalu saya bimbing si A dengan Wejangan
Wahyu Panca Ga’ib, seiring berjalananya wejangan, hutangnya saya lunasi, saya
beri modal untuk bisa memulai usaha lagi, setelah keberhasilan mulai di
raihnya. Entah bagaimana asal ceritanya, ketika saya sedang singgah berjiarah
di salah satu makam keramat, tiba-tiba ada sepasukan polisi dengan mobil
patrolinya pless lengkap dengan senjatanya, datang menyerdan menyargap dan
meringkus saya, persih sebuah penangkapan teroris, saya di naikan ke mobil
patroli itu dengan tuduhan teroris yang sedang menyamar dan menyebarkan aliran
sesat, sa’at itu, muka saya terasa di sayat sembilu, perih sekali, amat sangat
malu, karena pada akhirnya, saya menyentuh dan menaiki mobil patroli,
kendara’an yang paling saya benci. Setelah sampai di kantor, sayapun di
intrograsi dengan tuduhan teroris dan penyebar aliran sesat, karena tidak
mendapatkan bukti apapun, saya di lepaskan. Karena sudah terlanjur malu, kurang
puas rasanya jika tidak tau siapa pelapornya. Betapa sesegnya napas saya,
ketika di beritau siapa yang melaporkan saya. Jantung saya mendadak terhenti,
ternyata yang melapor dengan tuduhan teroris dan penyebar aliran sesat itu, adalah
si A, orang yang saya bantu dan saya didik dalam Laku Spiritual Hakikat Hidup. Kajadian
ini, membuat saya merasa semakin dekat dengan Maha Suci Hidup. Setelah saya
mendapatkan Hiqmah pelajaran dari kejadiannya, selang beberapa bulan kemudian,
saya mendengan si A jatuh Strock, dan saya tidak ingin tau lagi kabar
selanjutnya. Terserah apa kata Tuhan.
Di
lain tempat lagi... Suatu ketika, ada 4 orang yang mendengar tentang saya dari
mulut ke mulut, lalu mereka berempat yang sudah cukup lama belajar dari beberapa
guru spiritualnya namun tidak kunjunga berhasil ini, nekad mencari saya untuk
minta bimbingan spiritual dari saya. Karena Spiritual yang pernah mengantarkan
saya berhasil mencapai titik finis adalah Wahyu Panca Ga’ib, saya bimbing
mereka berempat dengan Wejangan Wahyu Panca Ga’ib.
Setelah
berhasil, merekapun saya suruh kembali pulang ke rumahnya masing-masing,
singkat punya cerita, karena saldo bekal saya sudah menipis, dan saya tidak
punya keahlian lain kecuali tentang Pengobatan Tradisional Alternatif, sayapun
mencoba untuk mencari penghasilan dengan cara membuka praktek konsultasi dan
pengobatan di setiap tempat yang saya singgahi, hingga pada suatu ketika,
sampailah saya di daerah tempat tinggal ke empat orang yang saya didik
tersebut, bukalah praktek saya di tempat tersebut, karena mengingat kalau di
tempat itu ada empat orang yang pernah saya didik, sayapun memberi kabar pada
mereka, kalau saya ada di kotanya dan membuka praktek pengobatan, diluar
pengetahuan saya, ada dua orang diantara empat orang yang saya didik itu,
menjadi dukun muda di kampungnya, mengetahui kalau saya buka praktek pengobatan
di wilayahnya. Maka dua orang itu merasa tersaingi dan menganggap saya telah
merebut ladang pencahariannya. Diluar pengetahuan saya pula, mereka berdua
berusaha memfitnah saya, mengusir saya secara halus dengan berbagai cara,
sehingganya, saya berurusan dengan aparat desa setempat. Karena saya tidak mau
ribet, sayapun pergi pindah tempat ke lain kota, betapa kecewanya saya, setelah
beberapa hari kemudian mengetahui, bahwa orang yang mempermasalahkan saya itu,
adalah dua orang yang pernah saya didik. Sungguh luar biasa sekali...
Pengalaman
suka dan duka ketika saya membuka praktek pengobatan dan konsultasi di setiap
tempat yang saya singgahi sebagai cara untuk mendapatkan penghasilan demi
mencukupi kebutuhan sehari-hari saya, saya selalu mendapatkan pertentangan,
dengan anggap menyaingi atau merebut ladang pencarian mereka yang berpropesi
sama seperti saya, kalau bukan dari orang yang pernah saya didik atau saya
tolong, ya dari teman atau sahabat spiritual saya sendiri, lama sekali saya
terlilit di masalah yang satu ini, namun tetep tidak ketemu ujung pangkalnya,
namun saya tetap berusaha bertahan... Di saat tidak ada tentangan, pasien yang
datang kepada saya, selalu pasien-pasien gagal mantap pasien orang lain yang
sudah kehabis biaya untuk berobat, contoh. Sewaktu punya uang,,,, mereka
berobat kesana-sini, setelah sudah tidak punya uang, baru datang kepada saya,
dengan sebuah bahasa, jika saya sembuh dan tertolong, pasti nanti ada terima
kasih yang berwujud uang, sebagai imbal jasa, namun setelah berhasil sembuh,
entah kemana kabarnya, sehingganya saya tekor terus dan terus tekor, begitu
terus dan terus begitu, akhirnya tikarpun tergulung, kesimpulan akhirnya...
berhenti, jika ada yang membutuhkan saya siap, jika tidak ada yang membutuhkan
saya diam.
Lalu
saya meninggalkan propesi tersebut dan lebih mengfokuskan ke Laku Spiritual
Hakikat Hidup apapun yang terjadi, walau bekal sudah habis, namun saya tetap
terus berusaha menyampaikan kabar keberhasilan saya ini kepada siapapun yang
mau dan ingin. Keseharian saya, jika ada yang datang membawa rejeki ya saya
makan minum dan ngrokok, jika tidak, yang saya tetap Laku tanpa menyerah,
karena saya punya Prinsip jika bergerak pasti ada jejak, dan saya yakin, jika
saya ingat Hidup maka akan Dihidupi. Keada’an ini saya alami selama berbulan
bahkan tahun, Bertemu dengan orang bisnis barang antik saya ikuti, sembari
mempelajarinya, ada begini saya iyakan sambil saya pelajari, ada orang begitu
saya iyakan sambil saya pelajari dan lain sebagainya, sampai ke hal uang ga’ib
dan harta karun saya dalami prosesnya. Berbicara uang muliyaran bahkan
triliyunan sudah biasa di bibir dan telinga saya pada waktu itu, semuanya tidak
ada satupun yang lepas dari pembelajaran saya. Semuanya dan segalanya saya
masukan ke dalam Laku Spiritual Hakikat Hidup Berdasar Wahyu Panca Ga’ib.
Sehingga saya benar-benar sadar telah mengalaminya sendiri dan tau sendiri,
bukan katanya siapapun dan apapun.
Singkat
punya cerita, walau banyak pertentangan, baik dari luar maupun dalam, bahkan
orang yang saya cintaipun ada yang berkhianat dan berusaha menjatuhkan saya
dengan masing-masing caranya mereka, semakin banyak pula orang yang tertarik
dengan ungkapan bukti yang benar yang saya sampaikan, semakin banyak pula
saudara yang saya miliki di berbagai daerah dan wilayah. Dengan itu, saya
berkesimpulan, sudah sa’atnya dan waktunya saya berfokus mendidik mereka yang
membutuhkan saya selagi saya masih mempunyai kesempatan hidup didunia ini. lalu
semua itu saya tinggalkan, dan lebih fokus pada saudara-saudari yang
membutuhkan didikan dari saya, sembari tetap belajar untuk diri saya sendiri
guna mempertajam wawasan pengalaman saya pribadi, tiada hari dan waktu bagi
saya, selain bermeditasi dan meditasi mendalami Wahyu Panca Ga’ib lebih dalam
dan lebih dalam lagi. Setiap kali menemukan pengalaman di dalam Laku Spiritual
saya, langsung saya sampaikan kepada semuanya, baik secara langsung maupun
melalui media facebook, google, blog atau wordpress.
Pada
suatu ketika, karena saudara-saudari yang saya didiknya, 99 %nya adalah
orang-orang dibawah sukses sikonya. Timbulah sebuah usaha saya untuk mencari
solusinya, agar mereka mendapatkan jalan kesuksesan dengan tidak terlalu berat
dan rumit. Saya menyampingkan Laku keTuhanan saya demi hal tersebut,
berbulan-bulan saya bermeditasi untuk mencari tau, apa yang membuat orang
kesulitan mencapai kesuksesan dan mencari solusinya, bagaimana agar bisa
mencapai kesuksesan dengan cara BerTuhan, bukan muja Jin atau Setan yang
berisiko laknat. Dan... saya berhasil menemukannya, namun saya, keberhasilan
saya tentang pencapaian sukses duniawi ini, di sambut dingin oleh banyak orang,
termasuk anak-anak didik saya sendiri, maklum... sudah tidak sedikit korban
kegagalan dalam hal harta kekaya’an ini. mulai dari muja/nyupang pesugihan hingga
soal harta karun, teramat banyak yang tumbang kehidupannya gara-gara hal yang
satu ini. Sayapun saya bisa tetap berusaha bertahan dengan keyakinan yang sudah
saya buktikan sendiri, sembari tetap Laku Spiritual Hakikat Hidup. Ana apa-apa
Kunci. Langka apa-apa Kunci... Hingga kini.
Saya
menempati sebuah rumah kosong milik anak didik saya di brebes. Disinilah saya
menghabiskan waktu hari-hari saya, Di
mulai dari bangun tidur sekitar jam satu atau jam dua siang, saya bersemedi,
ada kalanya satu jam, ada kalanya dua jam, bergantung sikonnya, lalu istirahat
sambil mandi, setelah mandi, jika ada makanan saya makan, jika tidak ada, saya
duduk sembari olah napas mempelajari seni Hidup dan Kehidupan, jika ada peluang
saya berusaha untuk meraih peluang tersebut, jika tidak ada peluang saya
kembali bersemedi atau nonto tv atau jika ada tamu saya melayani tamu atau membuka
internet jika ada pulsa. Hingga jam lima sore, lalu saya mandi lagi, setelah
mandi dan berbenah, jam enam lima menit, saya bersemedi lagi hingga jam delapan
malam, lalu istirahat sambil nonton tv, jika ada pulsa, saya membuka internet,
jika tidak ada pulsa, saya mengetik pengalam hidup untuk saya postingkan di
internet nantinya hingga jam sebelas malam, lalu istirahat sebentar, lalu jam
setengah dua belas, saya bersemedi lagi sampai jam 1 atau jam dua, lalu
istirahat lagi sebentar sambil membuka internet jika ada pulsa, jika tidak,
saya duduk sambil mengolah napas mempelajari seni Hidup dan Kehidupan. Lalu
kembali bersemedi lagi, hingga jam delapan atau jam sembilan pagi, lalu
istirahat sebentar sambil mandi, jam sebelasnya saya tidur hingga jam satu atau
jam dua siang.
Lalu
saya bersemedi, ada kalanya satu jam, ada kalanya dua jam, bergantung sikonnya,
lalu istirahat sambil mandi, setelah mandi, jika ada makanan saya makan, jika
tidak ada, saya duduk sembari olah napas mempelajari seni Hidup dan Kehidupan,
jika ada peluang saya berusaha untuk meraih peluang tersebut, jika tidak ada
peluang saya kembali bersemedi atau nonto tv atau jika ada tamu saya melayani
tamu atau membuka internet jika ada pulsa. Hingga jam lima sore, lalu saya
mandi lagi, setelah mandi dan berbenah, jam enam lima menit, saya bersemedi
lagi hingga jam delapan malam, lalu istirahat sambil nonton tv, jika ada pulsa,
saya membuka internet, jika tidak ada pulsa, saya mengetik pengalam hidup untuk
saya postingkan di internet nantinya hingga jam sebelas malam, lalu istirahat
sebentar, lalu jam setengah dua belas, saya bersemedi lagi sampai jam 1 atau
jam dua, lalu istirahat lagi sebentar sambil membuka internet jika ada pulsa,
jika tidak, saya duduk sambil mengolah napas mempelajari seni Hidup dan
Kehidupan. Lalu kembali bersemedi lagi, hingga jam delapan atau jam sembilan
pagi, lalu istirahat sebentar sambil mandi, jam sebelasnya saya tidur hingga
jam satu atau jam dua siang.
Begitu
terus dan terus begitulah sehari-hari saya di sini. Di rumah anak didik saya di
brebes. Jangankan terkena sinar cahayanya, melihat matahari atau bulan terbit
dan tenggelam saja nyaris tidak pernah.
Sautuhnya dan sepenuhnya jiwa raga ini sudah saya abdikan kepada Maha Suci
Hidup dan untuk Maha Suci Hidup. Dengan begini saya merasa sangat bahagia dan
puas, karena masih bisa di beri kesempatan untuk mengawasi semua anak-anak
didik saya secara langsung. Mengingatkan jika ada yang tidak tepat, mendidik
jika ada yang masih membutuhkan didikan, ada yang benar-benar menjalankan
didikan saya, ada juga yang hanya setengah-setengah, bahkan ada yang hanya
sebatas coba-coba. Ada yang hormat, ada juga yang memandang sebelah mata, ada
yang perhatian, ada juga yang masa bodoh, bahkan ada juga yang membenci, sungguh
lengkap dan luar biasa suka duka yang saya alami dalam Laku Spiritual Hakikat
Hidup ini, sangat sempurna, pas sesuai FirmaNYA, bahwa yang namanya sempurna
itu, lengkap dan komplit.
Dengan
Laku Spiritual Hakikat Hidup yang sedang saya jalani ini, saya diberi
penglihatan untuk bisa mengetahui semua
yang terjadi dan dialami oleh anak-anak didik saya, namun saya tidak di beri
kausa untuk berbuat banyak mengatasinya. Jadi,,, sebagai manusia umum yang
wajar, jika mengetahui yang benar dari orang-orang yang saya kasihi, saya
tersenyum bangga ucapkan terima kasih kepada Maha Suci Hidup. Namun jika
mengetahui yang tidak benar dari orang-orang yang saya kasihi, saya menuduk
sedih sebentar, lalu berusaha bangkit lagi untuk bisa tersenyum dan ucapkan
terima kasih lagi, kepada Maha Suci Hidup.
Didalam
proses Laku Spiritual Hakikat Hidup. Tidak ada satupun tarikan napas yang lepas
dari perhatian dan pembelajaran saya, apapun itu, tanpa terkecuali, jangankan
hal-hal yang menyenangkan dan menggembirakan, hal yang menyedihkan dan
menyakitkan sekalipun, menjadi menu utama pembelajaran spiritual saya, mulai
dari nyamuk yang menggigit tubuh saya sa’at tidur maupun meditasi karena tidak
punya obat nyamuk, hingga sampai tamu yang datang membawa rokok hingga tamu
yang datang hanya dengan ucapan salam, semuanya, semuanya saya libatkan dalam
spiritual, sehingganya, tiada satupun yang lepas dari perhatian dan luput dari
pembelajaran saya.Tempa’an demi tempa’an... proses demi proses yang saya alami
di dalam keseharian disini, semakin mendewasakan saya, semakin menuakan dan
menyepuhkan saya... Hingga pada akhirnya, saya berkesimpulan, untuk tidak
apapun jika tidak bisa menyertakan Maha Suci Hidup di dalamnya... karena hanya
akan sia-sia saja bagi saya sa’at ini disini. Karena saya sudah tau sendiri
kepastiannya, maka prinsip saya,,, apapun yang terjadi, saya tidak akan
berkedip sedikitpun, akan tetep idep madep mantep dalam Laku Spiritual Hakikat
Hidup ini. yang percaya akan saya tunjukan, yang tidak percaya, saya tidak akan
memaksa... yang sudah percaya, semua pengalaman Spiritual saya akan saya
curahkan seluruhkan secara gratis.
Rumah
anak didik saya ini, saksi bisu dalam Laku Spiritual Hakikat Hidup saya, di
sinilah saya menjadi matang jika di ibaratkan makanan, di sini pula saya
mendapatkan amat sangat banyak suka dan duka dalam proses laku dan menempa
pengalamanan. Disini juga saya berhasil menciptakan beberapa Laku ilmu, salah
satunya adalah KUNCI THE POWER ILMU PEMBANGKIT SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER Dan
banyak memperoleh serta mendapatkan wejangan-wejangan Hidup dalam kehidupan
bersama dengan banyak orang-orang yang saya kasihi. Dan disinilah... Maha Suci
Hidup memberikan banyak bukti dan kesaksian-kesaksian yang tidak bisa saya
pungkiri dan ingkari.
Maha
Suci Hidup menunjukan kepada saya, memberitahukan kepada saya, mendidik dan
membimbing saya. Tentang bagaimana bermeditasi yang baik dan benar, tentang
bagaimana melontarkan kalimat bermohon yang tepat kepadanya. Tentang cara agar
mengetahui Firman dan Kehendaknya. Tentang cara yang benar menyebut namanya
yang agung lagi mulia, Tentang cara yang tepat dan benar menyampaikan soalNYA
kepada semua cipta’annya. Maha Suci Hidup juga menunjukan waktu dan sa’atnya,
kapan saya akan meninggalkan raga watag ini untuk kembali kepadanya, dimana
saya akan berada jika Hidup dan Raga ini telah terpisah atas kehendaknya. Maha
Suci Hidup menggoda saya dengan berbagai dan banyak janji yang menyenangkan,
menggembirakan, membahagiakan, mengasyikan. Maha Suci Hidup juga memberikan
pilihan kepada saya. DIA.... atau selain DIA, sembari berbisik mesrah dalam
kalbu saya, jika engkau memilih AKU, maka enyahkan rongsokan dunia selain
DIRIKU itu, jika engkau memilih selain AKU, maka tinggalka Wahyu Panca Ga’ib mu,
karena itu hanya akan membelenggu kehidupanmu, mengikat kaki dan tanganmu,
sehingga engkau tak bisa bergerak dan bernapas lega.
Setelah
mengetahui tentang semua itu dengan amat sangat jelas, saya jadi hanya bisa
terenyuh jika ada suatu hal yang menghimpit sikon kehidupan orang-orang yang
saya cintai, tekanan kehidupan yang terjadi pada orang-orang yang saya kasihi,
karena saya tau, itu sesungguhnya bukan
ujian atau goda’an, melainkan wujud kasih dan kepedulian Maha Suci Hidup, itu
adalah anak tangga pemberian Maha Suci Hidup secara langsung, untuk di naiki
satu demi satu anak tangganya, menuju
kedewasa’an Proses Hidup dan Laku Spiritual Hakikat Hidup sesuai Firmannya.
Disisi lain,,, saya tau, bahwa ada kemulia’an Hidup di dalam Kehidupan yang
akan bersama merekan yang saya cintai, yang saya kasihi, namun butuh proses
laku Perjuangan dan Pengorbanan yang Cukup mumpuni untuk bisa menggenggamnya
segara, karena itu saya tidak bisa berbuat banyak, kecuali tetap bertahan. Bertahan
di sini untuk mendidik dan membimbing yang saya cintai dan saya kasihi, agar
yang saya cintai dan kasihi bisa mumpuni, hingga bisa mencapai titik itu dan
mampu menggapai titik itu serta menggenggamnya dengan Iman Maha Suci Hidup,
sesuai dengan yang telah di FirmankanNYA, secara SEMPURNA, tanpa cela dan cacat
sedikitpun.
Walau
saya harus mati kehabisan waktu dan tutup usia di rumah anak didik saya ini
tanpa ada yang tau, kecuali anak didik yang saya yakini nantinya bisa menjadi
pengganti saya. Saya sudah siap jiwa raga dan lahir batin, kapapun ajal itu
datang menjemput, saya sudah siap menyambut... Karena hanya dengan ajal itulah,
saya bisa memeluk dan mencurahkan kerinduan yang sarat ini, kepada Maha Suci
Hidup, jantung hati dan napas Hidup saya, yang selama ini saya puja dan puji, yang
utama bagi saya disini, adalah berusaha dan tetap selalu berusaha untuk bisa
BERDIRI dan Selalu TEGAK BERDIRI dengan GAGAH dan JENTELMEN. Demi untuk selalu
bisa Mendidik dan Mimbimbing, yang saya cintai dan saya kasihi hingga menjadi
mumpuni, serta menyaksikan yang saya cintai dan kasihi berhasil menggenggam
dunia sesuai Kehendak yang di Firmankan oleh Maha Suci Hidup. SUNGGUH LUAR BIASA SUKA DAN DUKA DI DALAM LAKU
SPIRITUAL HAKIKAT HIDUP YANG SAYA ALAMI SA’AT SEKARANG INI DISINI. SUNGGUH
SEMPURNA... TAK ADA SATUPUN YANG TERLEWATI... SEMUANYA HADIR BERSAMA SEIRING
ANA APA-APA KUNCI LANGKA APA-APA KUNCI. Semoga Pengalaman suka dan duka saya di
dalam Laku ini, bisa diambil hiqmahnya sebagai bahan renungan menuju dimensi
yang lebih baik bagi siapapun yang membecanya, terutama anak-anak didik saya.
Terima kasih atas kesedia’an waktunya untuk membaca curahan hati saya hingga
selesai. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu dari saya untukmu
sekalian.
Ttd:
Wong
Edan Bagu
Putera
Rama Tanah Pasundan
Jawa
Dwipa Selasa Kliwon tgl 06 Januari 2015
http://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment