Laku Spiritual Pikiran Manusia Hidup.
Laku Spiritual Pikiran Manusia Hidup.
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Brebes Rabu tgl 24
Des 2014
Di Mana Pikiranmu?
He he he . . . Edan Tenan.
Sepertinya... mustahil kita tidak pernah melihat bayi
atau bersama bayi walau sekejap pun. Entah itu di tempat tinggalnya sendiri
atau di lain daerah. Apa lagi kalau sudah berkeluarga dan punya anak. Pasti tau
kan? Hanya saja kita tidak pernah memperhatikannya secara spiritual. Hanya
sekedar perhatian, bukan memperhatikan.
Padahal, jika kita memperhatikannya... tu ilmu nyata dari sang Maha Suci Hidup
pada kita Sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas si anak tersebut. Mari
kita simak sejenak Sejarah Laku/Prosesnya. Saya ceritakan dengan Bait-Bait
Puisi;
Masih bayi belajar berdiri
Pikirannya seputar kaki
Serasa ingin menjelajah negeri
Terasa goyah menginjak bumi
Tersenyum simpul balita gembul
Pikirannya sebatas dengkul
Berlari-lari terpantul-pantul
Minumnya susu buburnya bekatul
Akil baliq pun lewat
Pikirannya ke pisang dan donat
Pisang mencuat berdaun lebat
Donat bolong bertabur coklat
Masa remaja telah tiba
Pikirannya di antara paha
Pesona si dia menghapus norma
Hasrat berdua tanpa busana
Saat dewasa datang menjemput
Pikirannya berkutat di perut
Nafsu dunia membuat hanyut
Saling sikut ingin berebut
Kini rasanya mulai menua
Pikirannya di tangan dan dada
Terengah-engah dalam bekerja
Anak dan istri minta belanja
Rambutnya mulai beruban
Pikirannya di kerongkongan
Kata-katanya jadi panutan
Ini amanah atau kekuasaan?
Uban merata botak menganga
Pikirannya diam di kepala
Surut sudah kejayaanya
Menjadi kisah masa lalunya
Rambut tak rimbun mata pun rabun
Pikirannya beku di ubun-ubun
Katanya mbah sudah pikun
Mengunyah roti ternyata sabun
Sudah uzur napas tak teratur
Pikirannya lari ke kubur
Semeter dua sudah diukur
Tanah digali bukan sumur
Waktunya pulang ke liang lahat
Malaikat datang mendekat
Menagih pikiran amal dan niat
Semakin pucat mayat yang sesat
Dunia ini adalah alat simulasi - integrated - multiplayer
- untuk manusia dalam belajar. Setiap manusia menjadi pengajar bagi yang lain
melalui contoh jalan hidupnya. Benar maupun salah. Semua adalah pelajaran.
Secara "akumulatif" tidak ada kejadian yang "salah" di
dunia ini. Semua layak berterimakasih
pada Fir'aun atas pelajaran yg diperankannya untuk kita. Juga pada setan-setan
dari golongan jin maupun manusia sebagai sparing partner.
Coret-coretan di atas adalah rangkuman kurikulum
pelajaran tipikal untuk setiap manusia (dan jin?). Kekacauan sering diakibatkan
orang-orang yang tertinggal pelajaran. Tingga kelas. Nunggak. Bodo ela-elo koyo
kebo. Buta mata hatinya... Saat kurikulum pikirannya sudah di kerongkongan,
kata-katanya jadi panutan anak buahnya. Berdehem jadi duit, batuknya jadi anak
perusahaan, bersinnya jadi departemen... Kalau pikirannya telat
"naik" sesuai kurilum, masih nyantol di urusan perut. Atau lebih
parah... urusan di antara paha, di dalam hotel... Apa kata dunia?????
He he he . . . Edan Tenan.
Penggerak Manusia;
Saat melihat hiruk-pikuk aktivitas orang-orang, pernahkan
terpikir "Ngapain saja sih mereka?
Apa sih maunya?"
Ada berbagai kegiatan mulai dari ongkang-ongkang,
bekerja, mengemis, mencuri, makan, tidur, berdagang, berpolitik, ngebom,
perang, FBan, dll. Berbagai aktivitas antar manusia memunculkan berbagai kesepakatan.
Kesepakatan-kesepakatan umum kemudian lama-lama menjadi etika, tren, budaya,
pola pikir, aturan, hukum dan berbagai konsekuensinya. Kemudian orang-orang
beraktivitas dalam ikatan etika, budaya, aturan, hukum dan pola pikir itu. Dan
begitu seterusnya... menjadi sebuah endless cycle.
Pernahkah selanjutnya terpikir...
Ngapain sih aku?
Ngapain sih binatang ini begitu?
Ngapain sih pohon ini tumbuhnya begini?
Ngapain sih cuaca ini?
Ngapain sih bumi ini?
NGAPAIN AJA SIH ALAM INI?
Well,,, ewel-ewel bel kedebel ketel-ketel... He he
he . . . Edan Tenan. Kayaknya kejauhan
ya?!
Ok, kembali ke
urusan manusia aja...
Ngapain aja sih
KITA?
Apa tujuan kita begini-begitu?
Apa motifnya?
Nah... kayaknya mulai ada satu titik terang nih: motif.
Nampaknya ini yang menjadi titik tolak berbagai kegiatan kita. Entah apa
motifnya. Bisa batik atau kotak-kotak... He he he . . . Edan Tenan....
Motif... terus apa motif binatang begini-begitu?
Apa motif pohon?
Apa motif batu? (Batu???)
Apa motif cuaca?
Apa motif alam ini bergerak-gerak?
Wah...
Sepertinya,,, menuju ke titik gelap lagi
nih... ke tahi lalat! Wahahahhaha Edan Tenan....
Serius dong WEB!!!
Di Baca temenanan ko maleh ndrenges rakaruan.
Oke-oke, serius...
Sepertinya kita harus petakan dulu.
Di mana sih letaknya motif?
Di insting, keputusan akal, atau dorongan perasaan?
Apakah binatang punya akal? Punya insting?
Pohon punya perasaan? Batu? Air? Angin? Udara? Hmmm...
Coba kita lihat Qitab Suci:
"Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah:
'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).'
...(dst.)" (QS 16: An-Nahl: 68-69). Makhluk-makhluk lain nampaknya
bergerak berdasarkan wahyu / ilham secara langsung. Apakah kita sama seperti
itu? Padahal kita lebih mulia di banding makhluk lainnya loh..!!!
Lha terus,,, untuk golongan batu, air, angin?
"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa'. Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka
hati'. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya....(dst.)". (QS 41: Fushilat: 11-12)
Apakah Kita sudah seperti Batu, air dan angin itu? Padahal kita lebih mulia di
banding mahkluk lainnya lo..!!!
Lalu bagaimana dengan kita Manusia Hidup?
Yang di Firmankan Oleh Tuhan menjadi lebih mulia di
banding makhkluk-makhkluk lainnya?
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (QS 91: Asy-Syams:
8-10).
Waow... kayaknya manusia memang kasus khusus. Manusia
masih diberi kesempatan / pilihan untuk menyucikan atau mengotori jiwanya.
Mungkin ini sisi "kekhalifahan" manusia, mandat, otonomi. Boleh
memilih ilham-ilham mana yang perlu dibuang, atau akan disimpan jiwa untuk
dimaterialisasikan, drealisasikan. Untuk itu diperlukan akal laku. Keputusan
akal laku ini yang dipertanggungjawabkan. Anak-anak yang masih "kurang
akal", orang gila yang "hilang akal", atau orang pikun yang
"akalnya sudah lemah", dapat discount khusus. Dis-count, tidak
dihitung. (Dalam Laku Spiritual Pikiran
Manusia Hidup)
Begitukah..?!
Secara gampangya begitu. Meskipun kalo dibahas lebih jauh
nggak sesederhana itu.
Menurut Pertanyaan Besar. "Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji
pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz)." (QS 6: Al-An'aam:
59).
Tapi bottom line-nya sudah mulai kelihatan. Motif, niat,
yang diilhamkan kepada jiwa harus dipilah-pilah. Karena yang kita materialisasikan,
kita realisasikan, baik atau buruk akan berbalik sesuai niatnya. Meskipun
realisasi / hasilnya mungkin beda, sejak masih baru niat, besitan pikiran, ide,
whatever namanya, harus difilter yang sipz. Dengan begitu endless cycle yang
terjadi dalam semua aktivitas manusia, sampai menjadi pola pikir, budaya,
aturan, bisnis, hukum maupun politik bergerak membaik.
"Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya,
dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan.'" (QS 20: Thaha: 114)
He he he . . . Edan Tenan...:-)
Spiritual WEB;
Mungkin bukan hal besar bagi kebanyakan orang. Apalagi
bagi orang-orang yang tidak lagi mempermasalahkan surga dan neraka, mereka yang
sudah cukup ikhlas untuk menerima akan ditempatkan di mana saja. Tapi hal ini
sudah lamaaaa sekali mengganggu pikiran saya. Dan mungkin juga sebagian orang
lain... Gimana sih hubungan antara Surga, Neraka dengan Amal, Takdir dan KeadilanNya?
Kok rasa-rasanya ada pertentangan secara logika. Padahal pemahaman atau teori
yang benar-benar benar, mestinya harus tetap benar untuk berbagai kondisi.
Tanpa dualisme kontekstual sebagaimana teori fisika klasik dengan teori
relativitas.
Makanya sampai sekarang banyak fisikawan yang mencoba
menyusun teori dasar baru yang berlaku umum, istilah mereka unified field
theory, atau theory of everything. Dan nampaknya, kalau terasa ada pertentangan
dengan kitab suci, maka pemahaman kitalah yang belum pas. Masalahnya mbah
termasuk yang tidak berkesampatan belajar kitab suci secara intensif. Yang
sempat pun juga kadang-kadang ditanyai nggak memuaskan jawabannya,
"pokoknya percaya aja!". Kata pokoknya sangat susah diterima akal.
Padahal kita memang dibekali akal. Selain itu kita juga sudah diperingati untuk
mempergunakan akal dan tidak sekedar mengikuti nenek moyang bulat-bulat.
Mungkin ini yang dibilang orang taklid buta. Sedangkan orang yang hilang akal,
atau anak kecil yang dianggap belum mempunyai akal mencukupi, tidak dimintai
pertanggungjawaban urusan dunianya. Berarti sebaliknya, yang akalnya ada harus
mempertanggungjawabkan kesaksiannya. Iya tidak?
He he he . . . Edan Tenan... Sedulur... Mari kita coba kupas satu persatu... Mulai
dari data-data yang ada. Dari yang mudah dulu...
Surga dan Neraka;
Apa sih surga dan neraka itu? Gitu aja ditanyain! ...
Memang nggak ada yang aneh di sub judul ini, cuman biar
nyambung saja alurnya. Bisa dilewati langsung ke sub judul di bawah.
Nobody knows exactly;
Dalam kitab suci hanya sedikit dijelaskan, mungkin karena
termasuk hal ghaib bagi manusia. Dijelaskan dengan cara apapun, tidak akan
terasa tepat. Sebagaimana menjelaskan warna kepada orang buta, atau nada kepada
orang tuli. Tapi minimal memberikan sedikit gambaran daripada blank sama
sekali, atau terpaksa percaya pada "pokoknya" atau "katanya
nenek moyangku". Dari sedikit informasi yang ada, bisa disimpulkan tentang
surga dan neraka kurang lebih sebagai berikut:
Surga = kenikmatan luar biasa; Neraka = penderitaan luar
biasa.
Keduanya bertingkat-tingkat kelasnya.
Kenikmatan di surga dan penderitaan di neraka hanya
dijelaskan secara simbolik. Karena pada hakikatnya tidak dapat dibandingkan
dengan yang ada di dunia, tidak terbesit oleh pikiran dan hati manusia (dalam
wawasan manusia). Jadi untuk membayangkan realitanya saja tidaklah mungkin,
namanya juga hal ghaib.
Surga diisi orang-orang "baik", neraka diisi
orang-orang "tidak baik".
Karena nggak ada data lain, kita terima dulu ini sebagai
raw data. Karena kita memang perlu menerima data yang ada sebelum ada data lain
yang lebih valid, tanpa judging dulu. Percaya dengan data yang ada meskipun
ghaib, lebih mending daripada menganggap suatu data bohong. Karena membuang
data berarti menutup peluang, minimal mengurangi ketelitian riset. Dengan lebih
banyak data, minimal secara statistik error analisisnya makin kecil. Karena
tidak bisa dipungkiri bahwa pikiran kita akan selalu penasaran membuat
hipotesa-hipotesa sendiri.
Amal, Takdir dan Keadilan;
Sekarang tentang amal dan takdir. Di sini kebingungan
dimulai karena takdir yang juga ghaib mulai bercampur dengan amal yang nyata.
Bagi kebanyakan orang, amal yang dilakukannya adalah atas usahanya sendiri.
Padahal, pada di tempat lain dikatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada selembar
daun pun jatuh kecuali atas izinNya. Apalagi amal yang begitu kompleks, dengan
banyak metode ritual, dan banyak pihak yang terkait. Tentunya jauh dari sekedar
usaha seseorang! Berarti seseorang beramal tentu karena izinNya, berdasarkan takdirnya
yang sudah ditentukan.
Ada juga pernyataan bahwa doa dapat merubah takdir. Tapi
bukankah seseorang akan berdoa atau tidak, baik untuk dirinya maumpun orang
lain, juga termasuk takdir?!
Jadi, di mana otonomi manusia sebagai khalifah, kalau
kejadiannya sudah ditentukan skenario besar yang disebut takdir?
Di mana poin seorang pelacur yang dikatakan Nabi akan
masuk surga hanya gara-gara memberi minum anjing yang setengah mati kehausan?
Berarti sejak awal kita sudah ditentukan akan masuk surga
atau neraka dong?!
Lalu di mana keadilan Tuhan?
Untuk apa kita ditempatkan di bumi?
Untuk diuji?
Apanya yang diuji kalau sudah ditentukan?
Bukankah ini sangat wajar kalau mengganggu pikiran?
Dari ngelmu gothak gathik gathuk lain (moga-moga saya
masih diberi umur panjang untuk bisa menulisnya lagi nantinya), untuk sementara
saya simpulkan bahwa yang jadi otonomi manusia adalah menggunakan akal untuk
mengatur suasana hati. Istilah kerennya memperbaiki akhlak. Seperti tujuan
utama diturunkannya agama, 'dien', petunjuk, juklak, metode, faham, falsafah.
Atau terserah istilahnya asal nggak malah menimbulkan perpecahan, karena
masing-masing membaggakan kelompoknya dan merendahkan yang lain. Pengesahan kesimpulan
sementara ini juga ada pada sabda Nabi;
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada
sepotong daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan bila ia
rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, sepotong daging itu ialah hati."
(HR. Bukhari - Muslim).
Sedangkan keadilanNya adalah justru dengan memberi
pilihan dengan otonomi itu. Kalau ditentukan kan nggak fair. Coba kita
bandingkan dengan permisalan seorang pegawai yang melakukan kesalahan fatal.
Lebih fair dipecat tanpa pilihan, atau diberi pilihan: "pilih potong gaji
untuk denda kesalahnnya, turun jabatan, atau cari pekerjaan lain dengan
pesangon?".
Pilihan mana yang lebih fair? Dengan asumsi bahwa otonomi
kita hanya untuk mengatur suasana hati, maka itu berlaku sama untuk semua
orang, dari jaman ke jaman. Entah kaya, miskin, jelek, cantik, sehat, atau
cacat, selama bukan cacat mental. Ingat kan, yang tidak berakal bebas dari
tanggung jawab. Meskipun kelihatannya masing-masing berbeda tantangan, tapi
asumsi ini cukup masuk akal. Tingkat kesulitannya mungkin sama. Bagaimana yang
diberi kelebihan harus bersyukur, dermawan, memerangi kesombongan, tetap ingat
bahwa yang dimilikinya hanya titipan, dll.
Sedangkan yang diberi kekurangan harus bersabar menerima
dan terus berusaha, tidak iri, memerangi godaan untuk mencuri, mencari
pertolongan jin, dll. Di alam ini pun, orang sudah bisa merasakan siksaan
perasaannya sendiri, jika salah pilih rasa-rasa jelek. Apalagi kalau sampai
jadi perbuatan jelek dan dihukum.
Analogi Ayat-ayat di Alam;
Bagi kita-kita yang tidak mendapat kesempatan mempelajari
ayat-ayat tersurat secara intesif, ternyata disediakan ayat-ayat tersirat di
setiap sudut alam ini. Karena seluruh alam ini juga termasuk ayat-ayat yang
tidak akan cukup dituliskan jika seluruh daun sebagai kertasnya, dan tintanya
sebanyak air laut. Gimana mungkin cukup kalau setiap sel daun saja mengandung
banyak ayat?!
Kejadian-kejadian alam mengikuti sunnahNya, ayat-ayatNya,
tanpa otonomi memilih. Tersebar di mana-mana bagi semua yang mau membacanya.
Dan banyak orang-orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah berhasil
menyampaikan ayat demi ayat dalam bentuk teori ilmiah. Orang-orang ini sering
disebut sebagai ilmuwan. Banyak yang atheis. Tapi mereka bersungguh-sungguh
mencari kebenaran dengan cara mereka. Dan mungkin memang untuk itulah mereka
diciptakan. Hasilnya memang tidak sedahsyat ayat-ayat yang tersurat. Tapi untuk
yang masih ecek-ecek eyes seperti WEB ini, nggak mudheng kalau langsung ke
ayat-ayat tersurat yang dahsyat. Silau man! Yang gampang-gampang aja dulu. Yang
tersurat saya tempatkan sebagai kunci jawaban. Jiplakan untuk mengcross-check
bacaan yang tersirat, yang mungkin saja tercampur dengan kepentingan
penyampainya atau mengandung error.
Untuk memahami keberadaan surga dan neraka, gejala-gejala
alam terbaca yang mungkin bisa dijadikan analogi (qiyas) antara lain ini:
Resonansi;
Kecenderungan like atract like dan keseimbangan.
Materi adalah getaran energi, kumpulan standing wave.
Pembiasan cahaya pada prisma.
Resonansi hati
Suasana hati akan mempengaruhi jalan pikiran. Jenis objek
pikiran menentukan apa yang diputuskan, dikatakan, atau dilakukan. Orang yang
memelihara rasa benci misalnya, pikiranya nggak akan jauh-jauh dari urusan
balas dendam. Dan yang dilakukan akan mempengaruhi benda di sekitarnya, masuk
ke pikiran orang-orang lain di sekitarnya melalui indra mereka, sampai akhirnya
ke hati. Sering kita lihat dalam satu kelompok orang, jika ada satu yang marah,
maka biasanya akan saling marah satu sama lain. Begitu juga jika ada yang
memulai ketawa atau termehek-mehek. Yang lain mengikuti seperti reaksi
berantai. Tapi jika frekuensi dasarnya tidak sama, orang tidak akan mudah
terpengaruh. Mirip dengan gejala resonansi dalam fisika. Setiap orang pada
dasarnya selalu mendakwahkan suasana hatinya melalui resonansi tanpa disadari.
Orang perlu membiasakan diri cukup lama agar frekuensi dasarnya bergeser.
Like atract like dan keseimbangan;
Misalnya dalam suatu pesta prasmanan terdapat banyak tipe
orang yang saling tidak mengenal. Kemudian satu dua orang mulai ngobrol. Pindah
orang, ngobrol lagi, dst. Jika waktunya cukup, maka lama-lama akan terbentuk
dengan sendirinya kelompok-kelompok orang yang merasa saling cocok.
Kecendrungan ini tidak hanya pada manusia, tapi banyak juga ditemui dalam
berbagai gejala alam. Bagaimana menggumpalnya kabut membentuk planet-planet,
terbentuknya ekosistem tumbuhan maupun hewan, berbagai reaksi kimia, dan
lain-lain.
Tetapi jika suatu gumpalan kelompok menjadi terlalu
besar, akan berlaku hukum kesimbangan. Berubah atau hancur. Hal ini nampaknya
diperlukan untuk menjaga dinamika kejadian. Berlangsungnya proses penciptaan.
Kelompok besar akan pecah, atau bergabung dengan yang lain melalui suatu reaksi
tertentu. Orang mengalami kebosanan pada keramaian kelompoknya dan pindah
kelompok lain, bintang-bintang meradiasikan materinya dalam bentuk radiasi dan
foton ke planet yang lebih kecil, kelompok predator yang menghabiskan mangsa
akan mati kelaparan, kalor berpindah dari benda panas ke benda dingin, dan
lain-lain.
Semua adalah getaran;
Dari dua fenomena di atas saja sudah cukup meyakinkan
bahwa pada dasarnya semua adalah getaran. Gerakan naik-turun,
mengembang-mengempis, berputar CW-CCW, fluktuasi dalam berbagai frekuensi yang
bercampur, namun harmonis. Ada nada bass yang periodenya sangat lama
sampai-sampai gerakannya tidak disadari, mungkin hanya bergetar sekali tiap
jutaan tahun. Atau nada treble yang sangat tinggi sehingga tidak terdeteksi
alat apapun. Ada yang mendengung dan ada yang ritmis. Setiap frekuensi dalam
range spektrum tertentu menimbulkan fenomena yang berbeda-beda. Satu contoh
fakta yang cukup menarik, bahwa warna hijau ternyata adalah frekuensi nada C
pada oktaf ke 32.
Nuansa yang terbentuk dalam persepsi terasa mirip. Bahkan
bumi mempunyai nada dasar, schumann frequency. Frekuensi gelombang otak juga
menunjukkan kondisi seseorang, apakah sedang santai, semangat, atau tidur.
Percobaan menggetarkan non-newtonian fluid pada berbagai frekuensi juga
menujukkan fenomena yang unik. Menggambarkan pembentukan berbagai jenis materi,
mendekati pola-pola platonic solids. Intinya, makin banyak penelitian yang
membuktikan bahwa semuanya adalah getaran. Termasuk quark, bentuk terkecil
materi yang sudah terdeksi saat ini, dicurigai hanya pusaran gelombang
elektomagnetik bergetar, relatif diam di tempat, standing wave istilahnya.
Bergesernya getaran kumpulan quark tersebut yang mebuat seolah-olah elektron
yang dibentuknya bergerak mengorbit proton dan neutron, yang notabene tersusun
dari quark-quark juga. Semua bertasbih dengan caranya masing-masing. Menjaga
ayat-ayat untuk kita baca.
Sampai di sini kita perlu berhenti sejenak... Jadi, apa
arti benda nyata?
Kenapa kita mesti terbius dengan perasaan memiliki atau
kehilangan harta benda, yang ternyata hanya konser gelombang elektromagnetik?
Mana yang lebih nyata, materi atau persepsi kita?
Bagaimana kalau musiknya berubah, atau persepsi kita yang
di-tuning ulang ke range frekuensi yang sebelumnya tidak terdeksi alat apapun?
Tentunya semua yang ada seolah-olah akan lenyap, dan sesuatu yang tidak
terbersit oleh pikiran dan hati manusia akan muncul!!!
Dalam film MATRIX, ada satu tokoh antagonis yang berkata
"Ketidaktahuan (tertipu fenomena kenikmatan dalam dunia matrix) adalah
suatu berkah", sambil minum anggur. Dia justru menyesal mengetahui bahwa
rasa anggur yang diminumnya ternyata hanyalah sinyal-sinyal yang diinjeksikan
ke dalam otaknya. Begitukah pilihan kita?
Hipotesis surga dan neraka;
Kembali ke permasalahan awal. Gimana sih logisnya
pemahaman tentang kaitan keadilanNya, ketetapanNya, dengan masalah amal, surga
dan neraka?
Apakah ketetapannya akan berubah karena doa kita?
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS [30]Ar-Ruum : 30)
He he he . . . Edan Tenan... Who's in charge?? You???
Pertanyaan BESAR bukan?
Ok deh,,, pertama kita harus mengakui bahwa kita not in
charge, not even a thing! We are nothing!! Terus, ngapain coba?
Hehe.:-) ... Terus terang kita memang akhirnya harus
pasrah dan ikhlas mau diapain aja. Tapi coba kita lihat the bright side, bahwa
sebagian ketetapanNya yang pasti, sudah dibocorkan lewat ayat-ayatNya dalam
berbagai simbol kejadian alam, dan kita dibekali juga kunci jawaban berupa
ayat-ayat yang tersurat. Kunci ini yang akan mengiyakan atau menidakkan bacaan
kita atas fenomena alam. Antara lain dikatakan bahwa manusia yang baik dan
jahat akan dipisahkan nantinya. Tahap dahsyat ini yang disebut kiamat besar.
Dan tahapannya juga tidak sekali jadi.
Ada berbagai tahap yang disimbolkan dengan padang
ma'syar, shirotul mustaqim, pengadilan akbar, pelunasan dosa di neraka, dan
mungkin ada banyak lagi informasi yang belum dibocorkan. Yang baik dikumpulkan
dengan yang baik, dan sebaliknya. Ini masih matching dengan hukum like atract
like. Pemisahan ini mungkin juga bisa dianalogikan dengan fenomena pembiasan
cahaya yang melewati prisma. Suatu separator frekuensi yang akan mengelompokkan
seluruh frekuensi-frekuensi di jagat ini. Termasuk berbagai frekuensi kebaikan
dan kejahatan. Tahapanya juga sangat mungkin berulang-ulang, sejumlah macam
alam nanti.
Sampai pada akhirnya, setiap kecenderungan jiwa menjadi
terpisah dalam beberapa kumpulan yan masing-masing yang mendekati homogen.
Seperti terpisahnya warna putih menjadi me-ji-ku-hi-bi-ni-u pelangi oleh prisma
kiamat. Ke dalam situasi yang disebut sebagai tingkat-tingkatan surga dan
neraka. Manusia juga dilipatgandakan seluruh aspek kehidupannya. Umurnya,
persepsinya terhadap kenikmatan, kekuatan dan daya tahannya. Sampai bisa
survive dan recover meskipun dibakar atau dipotong-potong. Kenikmatan dan
kesakitan yang dirasakan juga berlipat ganda. Seandainya dalam kondisi seperti
ini, dan dengan keadilanNya semua kelompok diberi modal yang sama, katakanlah
mirip dengan dunia ini, agar mudah dibayangan... Apa yang kira-kira akan
terjadi? Hayo....
Jika keadaannya seperti ini, tentunya kumpulan jiwa-jiwa
baik akan saling mengasihi dan bahu-membahu membangun surga mereka. Sedangkan
kumpulan jiwa-jiwa jahat akan saling marah, benci, perang, dan menyiksa satu
sama lain. Mereka akan membuat neraka mereka sendiri. "Itulah ayat-ayat
Allah,
“Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan
tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hambaNya." (QS
[3]Al-Imron : 107). "Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS [43]Az-zukhruf : 76).
Cukup ya?
Rasanya hipotesis ini sementara cukup memuaskan
kebingungan saya selama ini. Nggak tahu dengan sampeyan-sampeyan. Kalo ini
dianggap mengada-ada ya monggo. Tapi maksud saya hanya sekedar mengurangi
keraguan karena serangan kebodohan pikiran sendiri. Dengan menulisnya semoga
bisa bermanfaat bagi yang punya keraguan yang sama. Yang perlu kita ingat lagi
adalah: We are nothing!! Karena itu juga
kita hanya bisa meraba-raba. Tidak ada seorang pun yang tahu yang sesungguhnya, kecuali dikehendaki. Itu pun
kayaknya peluangnya tipis.
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS [31]Luqman : 34).
Semuga Postingan ini bermanfa’at baik untuk siapapun yang
membacanya. Kususnya anak-anak didik saya. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet
Berkah Selalu dari saya untukmu Sekalian yang senantiasa di Ridhoi Azza wa
Jalla. Jalla Jalaluhu.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://webdjakatolos.blogspot.com
Brebes Rabu tgl 24
Des 2014
Post a Comment