Wirid Maklumat Jati:
Wirid Maklumat Jati
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Tanah Pasundan
WIRID MAKLUMAT JATI mengku 8 wiridan ;
1. Wirayat Jati
2. Laksita Jati.
3. Panunggal JAti.
4. Karana Jati.
5. Purba Jati.
6. Saloka Jati.
7. Sasmita Jati.
8. Wasa Jati.
8 Wiridan punika minangka Wedharing Ilmu Kebatosan.
” UILAHENG HONGMANGARCANA,
MATAYA, AWIGNA MASTUNA MASHIDEM, UPAH MAYANA SIWAHA “
Suaroasipun : Dhuh hem adhuh, kawula manembah ing suksma,
dununging panembah, sageda tinarimah lan angsal ganjaran saking kamirahanipun
Sang Hyang Guru, ingkang mengku sakliring pepadhang.
Anenggih punika pituduh ingkang sanyata, anggelaraken
dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, wiwiwnih saking pamejangipun para
wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitedah kasajatining kawruh
kasampurnan, tutladhan saking kitab TASAWUF. Panggelaring wejangan wau thukul
sakingkaweningan raosing penggalih, inggih Cipta Sasmitaning Pangeran, rinilan
ambuka wedharing pangandikaning Pangeran dhateng Nabi Musa Kalamolah, ingkang
suraosipun mekaten ” ING SABENER – BENERE MANUNGSA IKU KANYATAHANING PANGERAN,
LAN PANGERAN IKU MUNG SAWIJI “
Pangandikaning Pangeran ungkang mekaten wau, inggih
punika ingkang kawesharaken dados witing kawruh kasampurnan, ingkang lajeng
kawedharaken para gurunadi dhateng para ingkang sami katarimah puruitanipun.
Dene wonten kawruh wau, lajeng kadhapuk 8 papangkatan sarta pamejangipun sarana
kawisikaken ing talingan kiwa, Mangertosipun asung pepenget bilih wedharing
kawruh kasampurnan punika mboten kenging kawejangaken dhateng sok tiyanga, dene
kengingipun kawejangaken namung dhateng tiyamh imgkang sampun pinaringan
Ilhaming Pangeran, tegesipun tiyang ingkang sampun tinarbuka papadhanging budi
pangangen-angenipun ( ciptanipun ).
Awit saking punika, pramila ingkang sami kasdu maos serat
punika sayuginipun sinembuha nunuwun ing Pangeran, murih tinarbuka ciptaning
saged anampeni saha angecupi suraosipun wejangan punika, awit suarosipun pancen
kapara nyata yen saklangkung Gawat. Mila kasembadanipun saged angecupi punapa
suraosing wejangan punika, inggih muhung dumunung ing ndalem Raosing Cipta
kemawon. Mila inggih mboten kenging kangge wiraosing kaliyan ingkang sampun
NUNGGIL RAOS, wedaling pangandika ugi mawia DUDUGI lan PRAMAYOGI, mangertosipun
kedah angen mangsa lan empan papan saha sinamun ing lulungidaning basa.
Memahami Shalat Daim;
Sebelum kita memahami Shalat Daim, ada baiknya kita
memahami apa sebenarnya arti dari kata Shalat itu. Arti daripada shalat adalah
mengingat-ingat GUSTI ALLAH (Dzikrullah) di waktu duduk, berdiri dan melakukan
aktivitas dalam kehidupan ini. Sedangkan kata Daim itu memiliki arti
terus-menerus ataupun tak pernah putus.
Jadi, jika kedua kata itu digabungkan maka Shalat Daim
itu berarti mengingat-ingat GUSTI ALLAH tanpa pernah putus. Atau Dzikrullah
secara terus menerus. Salah satu contoh dari Shalat Daim dapat kita tauladani
dari sejarah saat Sunan Bonang menggembleng Raden Mas Syahid sebelum bergelar
Sunan Kalijaga.
Saat itu Sunan Bonang sudah mengajarkan apa yang
dinamakan Shalat Daim pada Raden Mas Syahid. Bagaimana Shalat Daim itu? Pertama
kali Sunan Bonang menyuruh Raden Mas Syahid untuk duduk, diam dan berusaha
untuk mengalahkan hawa nafsunya sendiri.
Menurut ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya
duduk, diam, hening, pasrah pada kehendak GUSTI ALLAH. Raden Mas Syahid tidak
disuruh untuk dzikir ataupun melakukan ritual apapun. Apa rahasia dibalik duduk
diam tersebut? Cobalah Anda duduk dan berdiam diri. Maka hawa nafsu Anda akan
berbicara sendiri. Ia akan melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada diri
Anda. Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita mengajak kita untuk
terus terikat dengan segala hal yang berbau dunia.
Awalnya, orang diam pikirannya kemana-mana. Namun setelah
sekian waktu diam di tempat, akal dan keinginannya akhirnya melemas dan
benar-benar tidak memiliki daya untuk berpikir, energi keinginan duniawinya
lepas dan lenyap. Dalam kondisi demikian, manusia akan berada dalam kondisi nol
atau suwung total. Karena ego dan hawa nafsu sudah terkalahkan.
Demikian juga dengan kondisi Raden Mas Syahid ketika
bertapa di pinggir kali. Ia hanya pasrah dan tidak melakukan ritual apapun.
Hanya diam dan hening. Hingga akhirnya Sunan Kalijaga bertemu dengan GURU
SEJATINYA.
“BADANKU BADAN ROKHANI, KANG
SIFAT LANGGENG WASESA, KANG SUKSMA PURBA WASESA, KUMEBUL TANPA GENI, WANGI
TANPA GANDA, AKU SAJATINE ROH SAKALIR, TEKA NEMBAH, LUNGO NEMBAH, WONG SAKETI
PADA MATI, WONG SALEKSA PADA WUTA, WONG SEWU PADA TURU, AMONG AKU ORA TURU, PINANGERAN
YITNA KABEH….”
Lewat Suluk Wujil, Sunan Bonang sudah menjelaskan perihal
Shalat Daim yaitu
UTAMANING SARIRA PUNIKI,
ANGRAWUHANA JATINING SALAT,
SEMBAH LAWAN PUJINE,
JATINING SALAT IKU,
DUDU NGISA TUWIN MAGERIB,
SEMBAH ARANEKA,
WENANGE PUNIKU, LAMUN ARANANA SALAT,
PAN MINANGKA KEKEMBANGING SALAT DAIM, INGARAN TATA KRAMA.
(Keutamaan diri ini adalah mengetahui HAKIKAT SALAT,
sembah dan pujian. Salat yang sesungguhnya bukanlah mengerjakan salat Isya atau
maghrib (shalat 5 waktu). Itu namanya sembahyang. Apabila disebut salat, maka
itu hanya hiasan dari SALAT DAIM, hanya tata krama).
Shalat sejati tidak hanya mengerjakan sembah raga atau
tataran syariat mengerjakan sholat lima waktu. Shalat sejati adalah SHALAT
DAIM, yaitu bersatunya semua indera dan tubuh kita untuk selalu memuji-Nya
dengan kalimat penyaksian bahwa yang suci di dunia ini hanya Tuhan: HU-ALLAH,
DIA ALLAH. Hu saat menarik nafas dan Allah saat mengeluarkan nafas.
Lebih lanjut Sunan Bonang juga menjelaskan tentang cara
melakukan Shalat Daim lewat Suluk Wujil, yaitu
PANGABEKTINE INGKANG UTAMI,
NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA,
PUNIKA MANGKA SEMBAHE MENENG MUNI PUNIKU,
SASOLAHE RAGANIREKI,
TAN SIMPANG DADI SEMBAH,
TEKENG WULUNIPUN,
TINJA TURAS DADI SEMBAH,
IKU INGKANG NIYAT KANG SEJATI, PUJI TAN PAPEGETAN.
(Berbakti yang utama tidak mengenal waktu. Semua tingkah
lakunya itulah menyembah. Diam, bicara, dan semua gerakan tubuh merupakan
kegiatan menyembah. Wudhu, berak dan kencing pun juga kegiatan menyembah.
Itulah niat sejati. Pujian yang tidak pernah berakhir).
Orang yang telah mengenal Tuhannya akan mampu sholat
terus menerus dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan tidur nyenyak. Intinya
adalah segala perbuatannya adalah sholat. Inilah yang disebut “sholat daim”.
Aladzina hum ‘ala sholaatihim daa’imuun. Yaitu mereka yang terus menerus
melakukan sholat (Q.S Al-Ma’aarij : 70:23)
Mereka yang mampu sholat daim adalah mereka yang tidak
akan berkeluh kesah dalam hidupnya dan senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana
disampaikan Q.S 70 : 19-22. Nah, sholat daim ini modelnya seperti apa? Ah..
tentu saja tidak bisa dibeberkan disini karena sholat daim adalah “oleh-oleh”
dari hasil pencarian spiritual manusia. Tidak bisa diceritakan ke semua orang
kecuali mereka yang telah memiliki kematangan spiritual.
Sholat daim adalah sholatnya orang ‘arif yang telah
mengenal Allah. Ini adalah sholatnya para Nabi, Rasul, dan orang-orang ‘arif.
Ilmu ini memang tidak banyak diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan
sholat lima waktu? Nah sholat lima waktu sebenarnya adalah jumlah minimal saja
yang harus dikerjakan manusia untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah
harus terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana firman-Nya :
Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S
Ar-Ruum (30) : 17)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S
Al-Insaan (76) : 25)
Ayat diatas bukan berarti mengingat Allah hanya dua kali
saja yaitu waktu pagi dan petang sebab makna ayat diatas justru sehari-semalam!
Yakni pagi dimulai dari jam 12 AM-12 PM, sampai dengan petang jam 12 PM-12 AM,
begitu seterusnya. Nah, karena tidak semua orang sanggup untuk mengingat Allah
dalam sehari-semalam maka sholat lima waktu itu adalah merupakan event khusus
untuk mengingat-Nya. Jika orang awam tidak ada perintah sholat lima waktu maka
tentu saja Allah akan mudah terlupakan. Kalau Allah
terlupakan maka bumi ini bisa rusak oleh berbagai
kejahatan yang dilakukan manusia. Orang awam perlu dilatih disiplin melalui
sholat lima waktu ini untuk mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, kontrol
diri akan lebih kuat.
Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya dengan
sholat lima waktu. Tingkatkanlah agar kita mampu melakukan sholat daim. Mari
kita simak kembali ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil :
Utaming sarira puniki
Angawruhana jatining salat
Sembah lawan pujine
Jatining salat iku
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange puniku
Lamun aranana salat
Pan minangka kekembaning salat daim
Ingaran tata karma
Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat sholat,
sembah dan pujian. Sholat yang sebenarnya bukan mengerjakan isya atau magrib.
Itu namanya sembahyang, apabila disebut sholat maka itu hanya hiasan dari
sholat daim. Hanyalah tata krama”
Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa memahami
bahwa sholat lima waktu adalah sholat hiasan dari sholat daim. Sholat lima
waktu ganjarannya adalah masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang mendapat
surga pun adalah mereka yang mampu menegakan sholat yaitu dengan sholat
tersebut, ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar.
Sayangnya, saat ini banyak orang yang hanya meributkan
sholat fisiknya saja dan melupakan hakekat sholat itu sendiri. Seringkali jika
terdapat perbedaan pada gerakan ataupun bacaan sholat, mereka saling ribut
mengatakan sholatnya paling benar dengan menyebut sejumlah Hadist yang
diyakininya benar.
PAWELING;
PIYANDEL lan PAMAIBEN punika angalang-ngalangi pangertos
tumrap dhateng ingkang nyata,
PIYANDEL lan PANGGAYUH punika akibating raos kuwatos;
dene KUWATOS punika ngerem BABLASING PIKIRAN, lajeng trimah ngajeng-ajeng lan
ngganta-ngganta.
( Krisna Murti kala 7-7-1940 )
Untuk bisa merasakan makna Hu…Allah, syariat harus baik
dan tertib, dan dijalankan sesuai dengan apa yang tertuang dalam wahyu
Illahi..melalui rasul-rasulNYA…
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment