Tujuh Tingkatan Jiwa:
Tujuh Tingkatan Jiwa:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Tanah Pasundan
Djaka Tolos yang lebih di kenal dengan julukannya Wong
Edan Bagu, adalah seorang Pengembara asal dari tanah Pasundan, yang sering
melakukan komunikasi dengan roh pembimbingnya. Pada suatu hari roh
pembimbingnya mengajaknya untuk pergi mengenal alam alam lain. Dalam
perjalanannya dia diajak melihat tingkatan tingkatan yang ada di alam tersebut,
dia diberitahukan bahwa ia diberikan kesempatan ini untuk bisa membagi
pengetahuan ini dengan sebanyak mungkin orang dan membantu mengobati ketakutan
mereka akan kematian.Malaikat menjelaskan bahwa ada beberapa tingkatan ke surga
dan tingkatan tertinggi adalah dimana kita semua memiliki realitas yang sama,
dimana kita mengetahui bahwa kita menyatu dengan Tuhan. Setelah perjalanannya
ke alam spiritual pada tahun 1999 kemampuan Djaka Tolos untuk pergi ke alam
spiritual menjadi semakin kuat. Dari pengalaman pengalamannya, ia menggolongkan
dimensi spiritual menjadi tujuh tingkatan, dengan tingkatan tertinggi menjadi
satu dengan Tuhan. Makhluk-makhluk cenderung mengarah ke tingkatan yang sesuai
dengan perkembangan dan kesadaran mereka. Tujuh tingkatan jiwa spiritual
menurut Djaka Tolos digambarkan dibawah ini:
Tingkat 1 :
Jiwa jiwa di dimensi ini semuanya begitu terserap dan
tidak sadar akan adanya hubungan antara semua hal.
Kesadaran terfokus pada keberlangsungan dan mereka
mengambil apa yang mereka inginkan. Jiwa-jiwa pada tingkat pengalaman ini
mengalami ketakutan. Meskipun jiwa jiwa ini memiliki nurani, suara batin yang
memberitahukan yang benar atau yang salah, mereka
mengindahkan suara ini karena mereka percaya bahwa
karma tidak berlaku bagi mereka. Dalam kenyataan yang
sebenarnya justru inilah tempat seluruh siklus karma bermula.
Tingkat 2 :
Dalam dimensi ini, jiwa jiwa perlahan mulai membuka hati
mereka kepada orang-orang lain dan makhluk hidup, tetapi tingkat kepercayaan
mereka masih cukup rendah. Mereka mulai melihat kemungkinan bahwa tidak semua
orang diluar sana hendak merugikan mereka dan ada kemungkinan adanya kebaikan
di dunia maupun semua keburukan yang begitu mereka sadari sewaktu mereka masih
jiwa tingkat pertama. Mereka bolak-balik antara ingin percaya dan tidak percaya
dan, malangnya, bisa terus menciptakan karma yang cukup buruk bagi mereka
sendiri. Mereka sering terlibat dalam agama-agama yang mengajarkan soal neraka
dan pengutukkan, yang didasarkan pada rasa malu dan rasa bersalah. Jiwa jiwa
sering terperangkap dalam pola ini selama beberapa masa kehidupan.
Tingkat 3 :
Jiwa jiwa pada tingkatan ini telah mempelajari (melalui
beberapa pelajaran karma yang berat) akan perbedaan antara yang benar dan
salah. Mereka merasakan sebuah keinginan untuk mengubah cara berpikir, cara
merasa, dan cara mereka berhubungan dengan dunia. Mereka melihat lebih banyak
peluang positif ketimbang negatif. Jiwa jiwa tingkat ketiga mulai merasakan
bahwa ada sesuatu yang lebih pada diri mereka ketimbang yang agama telah
ajarkan pada mereka. Mereka mencari dalam batas batasan aman. Jiwa-jiwa mulai
memahami hukum karma dan mulai menyadari bahwa mereka bertanggung jawab atas
perbuatan perbuatan mereka. Jiwa-jiwa dimensi ini masih memiliki ketakutan
mengenai kelangsungan hidup mereka dan terhadap jiwa jiwa lain, tetapi mereka
semakin banyak melihat kesamaan antara orang orang ketimbang perbedaan.
Tingkat 4 :
Jiwa jiwa pada tingkatan ini berjuang untuk memahami
kesatuan semua makhluk hidup dan Tuhan, bergerak dari orientasi religius menuju
ke filosofi yang lebih universal dan spiritual. Dalam eksistensi fisik, jiwa
jiwa pada tingkatan ini mulai lebih banyak mempertanyakan, membaca buku, atau
mengejar sebuah perjalanan spiritual. Keterikatan material dan keinginan fisik
dikurangi dan kebijaksanaan dicari dalam pelajaran pelajaran kehidupan. Jiwa
jiwa pada tingkat 4 masih memiliki karma, masih bisa berduka dan masih melalui
proses reinkarnasi.
Tingkat 5 :
Ini adalah permulaan Nirwana, dimana jiwa jiwa memahami
kelimpahan, mengetahui hubungan mereka dengan Tuhan dan memiliki sebuah
perasaan tanggung jawab untuk seluruh umat manusia. Jiwa jiwa tidaklagi
menyalahkan Tuhan atau yang lainnya, ketidakdewasaan yang ditunjukkan melalui
kompetisi atau pemberontakan telah dituntaskan, sehingga tidak ada perasaan
kekurangan atau pembatasan. Jiwa jiwa tingkat kelima tahu bagaimana menyerap
kehidupan Bumi bisa berguna bagi jiwa, dan mereka mengajarkan jiwa jiwa pada
tingkat 4 bagaimana agar tidak harus berreinkarnasi. Jiwa jiwa tingkat kelima
ternyata seperti malaikat malaikat yang telah meninggalkan keterikatan
keterikatan pada alam fisik dan mengharapkan masa pensiun di alam alam yang
lebih tinggi, lebih dekat dengan kesadaran Tuhan.
Tingkat 6 :
Pada tingkat ini jiwa jiwa telah beranjak semakin dalam
ke jantung hati Tuhan, semakin penuh mengetahui Tuhan. Jiwa-jiwa di tingkat 6
hidup dalam keadaan yang bahagia, dan ia menyatakan keadaaan demikian tidak ada
yang menyamainya di Bumi.
Tingkat 7 :
Pada tingkatan ini, jiwa jiwa sebagai seperti Tuhan,
karena mereka menyatu dengan Tuhan dan jiwa jiwa lainnya. Jiwa-jiwa pada
tingkatan ini telah mencapai tahapan akhir dalam makna yang paling sejati.
Konsep tujuh tingkatan ini memang banyak ditulis dalam
buku-buku spiritual, bahkan agama-agama juga menyiratkan adanya 7 langit dimana
banyak dikatakan di langit ketujuhlah tempat Tuhan bersemayam.
Dalam buku Many Lives Many Masters hal ini juga dikatakan
oleh spirit Guide dari Catherine pada saat jeda dari kematian ke kehidupan
selanjutnya (between lives) dikatakan ”Seluruhnya ada tujuh alam, masing-masing
terdiri dari banyak tingkatan salah satunya alam rekoleksi (pengingatan). Pada
alam itu kau diperkenankan untuk mengumpulkan pikiran pikiranmu. Kau
diperbolehkan melihat kehidupanmu yang baru saja berlalu. Mereka yang
tingkatannya lebih tinggi dapat melihat sejarah. Mereka dapat kembali dan
mengajar kita dengan mempelajari sejarah. Tetapi kita dari tingkat kehidupan
yang lebih rendah hanya diperkenankan melihat kehidupan sendiri yang baru saja
berlalu.” Malaikat yang telah memandu Echo memberitahukan bahwa terdapat banyak
pintu masuk ke surga dan terdapat banyak komunitas di setiap tingkatan dunia
spiritual.
Jadi ini juga sesuai dengan tingkatan jiwa yang dicapai
dalam bentuk fisik. Ini konsisten. Terdapat tujuh tingkatan perkembangan di
alam fisik maupun di alam lain, tetapi tidak ada suatu tingkatan pencapaian
yang “benar” atau “salah” ketika kita kembali ke tempat darimana kita datang
sebelumnya. Dalam kehidupan fisik kita, kita masing-masing berjuang untuk
mencapai hal-hal dari sudut pandang yang berbeda-beda. Perkembangan kita, baik
secara fisik maupun batin, tampaknya merupakan contoh sempurna dari kehendak
bebas yang telah kita miliki dari sananya. Tak perduli tingkatan pencapaian
spiritual apapun yang kita raih, kita tetaplah setara dengan semua yang
lainnya.
Kehidupan adalah sebuah kesempatan! Setiap pengalaman
akan mengajarkan kita sesuatu, jika kita memilih untuk menerimanya.
Kadang-kadang kita heran mengapa hal-hal terasa demikian sulit, tetapi kita
menarik semua yang kita butuhkan supaya kita belajar dan berkembang. Kita
memilih hidup yang kita jalani dan semuanya menjadi bagian dari itu. Dalam
beberapa hal, kehidupan seperti mengambil sebuah ujian dan jika kita mengetahui
jawaban jawabannya terlebih dahulu, mengapa kita harus mengerjakannya? inilah
sebagian jawaban mengapa, pada tingkat kesadaran yang lebih rendah, kita
melupakan semua pengetahuan yang kita punya.”Diri kita yang lebih tinggi” akan
terus-terhubung dengan pengetahuan dan kebenaran tertinggi.
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment