Tiga yang Mewujud Namun Tunggal keberadaannya dan Tujuh Tingkatan Jiwa:
Oleh: Wong Edan Bagu
Tiga prinsip yang menjadi pondasi kehidupan
bernama kreatifitas, kebijaksanaan dan ketenangan selalu menjelma dalam setiap
wujud keabadian sebagai tiga penjelmaan dari tubuh ketunggalan.
Kreatifitas adalah pencipta adanya
kehidupan menjelma sebagai brahma dalam tiap peradaban meninggalkan ciptaan
tanpa ingin dikenang perwujudan muncul sebagai maitreya yang dinanti tak pernah
ditemukan.
kebijaksanaan adalah pengajar di tiap lapis
kehidupan menjelma sebagai wisnu dalam tiap permainan kehadirannya selalu
dikenali para hati yang dekat Tuhan muncul sebagai prema yang esok terlahir
setelah kematian.
ketenangan adalah pelebur segala yang
merusak kehidupan menjelma sebagai siwa dalam tiap pergantian jaman.
kehadirannya selalu terlahir untuk melawan kebatilan muncul sebagai ekhantamukti panglima masa peralihan.
manusia sama seperti tiga prinsip dalam
kemanunggalan memiliki kreatifitas untuk menciptakan suatu peradaban
kreatifitas yang lahir dari pondasi murni kebijaksanaan kebijaksanaan yang
lahir dari dalamnya dasar ketenangan.
manusia sejati hidup dengan tiga prinsip
dasar kemurnian kreatifitas untuk menciptakan kehidupannya dalam keabadian
kebijaksanaannya untuk melihat baik buruk dari penciptaan ketenangan untuk
menganalisa semuanya dengan ketelitian tiga yang mewujud namun tunggal
keberadaannya…
Semoga Bermanfa’at dan Berkah...
Salam Rahayu kanti
Teguh Slamet...
Ttd: Wong Edan Bagu
Penghayat Hidup dan Kehidupan
TUJUH TINGKATAN JIWA:
Djaka Tolos yang
lebih di kenal dengan julukannya Wong Edan Bagu, adalah seorang Pengembara asal
dari tanah Pasundan, yang sering melakukan komunikasi dengan roh pembimbingnya.
Pada suatu hari roh pembimbingnya mengajaknya untuk pergi mengenal alam alam
lain. Dalam perjalanannya dia diajak melihat tingkatan tingkatan yang ada di
alam tersebut, dia diberitahukan bahwa ia diberikan kesempatan ini untuk bisa
membagi pengetahuan ini dengan sebanyak mungkin orang dan membantu mengobati
ketakutan mereka akan kematian.Malaikat menjelaskan bahwa ada beberapa
tingkatan ke surga dan tingkatan tertinggi adalah dimana kita semua memiliki
realitas yang sama, dimana kita mengetahui bahwa kita menyatu dengan Tuhan.
Setelah perjalanannya ke alam spiritual pada tahun 1999 kemampuan Djaka Tolos
untuk pergi ke alam spiritual menjadi semakin kuat. Dari pengalaman
pengalamannya, ia menggolongkan dimensi spiritual menjadi tujuh tingkatan,
dengan tingkatan tertinggi menjadi satu dengan Tuhan. Makhluk-makhluk cenderung
mengarah ke tingkatan yang sesuai dengan perkembangan dan kesadaran mereka.
Tujuh tingkatan jiwa spiritual menurut Djaka Tolos digambarkan dibawah ini:
Tingkat
1 :
Jiwa jiwa di dimensi ini semuanya begitu terserap dan tidak sadar akan adanya hubungan antara semua hal.
Kesadaran terfokus pada keberlangsungan dan mereka mengambil apa yang mereka inginkan. Jiwa-jiwa pada tingkat pengalaman ini mengalami ketakutan. Meskipun jiwa jiwa ini memiliki nurani, suara batin yang
memberitahukan yang benar atau yang salah, mereka mengindahkan suara ini karena mereka percaya bahwa
karma tidak berlaku bagi mereka. Dalam kenyataan yang sebenarnya justru inilah tempat seluruh siklus karma bermula.
Jiwa jiwa di dimensi ini semuanya begitu terserap dan tidak sadar akan adanya hubungan antara semua hal.
Kesadaran terfokus pada keberlangsungan dan mereka mengambil apa yang mereka inginkan. Jiwa-jiwa pada tingkat pengalaman ini mengalami ketakutan. Meskipun jiwa jiwa ini memiliki nurani, suara batin yang
memberitahukan yang benar atau yang salah, mereka mengindahkan suara ini karena mereka percaya bahwa
karma tidak berlaku bagi mereka. Dalam kenyataan yang sebenarnya justru inilah tempat seluruh siklus karma bermula.
Tingkat
2 :
Dalam dimensi ini, jiwa jiwa perlahan mulai membuka hati mereka kepada orang-orang lain dan makhluk hidup, tetapi tingkat kepercayaan mereka masih cukup rendah. Mereka mulai melihat kemungkinan bahwa tidak semua orang diluar sana hendak merugikan mereka dan ada kemungkinan adanya kebaikan di dunia maupun semua keburukan yang begitu mereka sadari sewaktu mereka masih jiwa tingkat pertama. Mereka bolak-balik antara ingin percaya dan tidak percaya dan, malangnya, bisa terus menciptakan karma yang cukup buruk bagi mereka sendiri. Mereka sering terlibat dalam agama-agama yang mengajarkan soal neraka dan pengutukkan, yang didasarkan pada rasa malu dan rasa bersalah. Jiwa jiwa sering terperangkap dalam pola ini selama beberapa masa kehidupan.
Dalam dimensi ini, jiwa jiwa perlahan mulai membuka hati mereka kepada orang-orang lain dan makhluk hidup, tetapi tingkat kepercayaan mereka masih cukup rendah. Mereka mulai melihat kemungkinan bahwa tidak semua orang diluar sana hendak merugikan mereka dan ada kemungkinan adanya kebaikan di dunia maupun semua keburukan yang begitu mereka sadari sewaktu mereka masih jiwa tingkat pertama. Mereka bolak-balik antara ingin percaya dan tidak percaya dan, malangnya, bisa terus menciptakan karma yang cukup buruk bagi mereka sendiri. Mereka sering terlibat dalam agama-agama yang mengajarkan soal neraka dan pengutukkan, yang didasarkan pada rasa malu dan rasa bersalah. Jiwa jiwa sering terperangkap dalam pola ini selama beberapa masa kehidupan.
Tingkat
3 :
Jiwa jiwa pada tingkatan ini telah mempelajari (melalui beberapa pelajaran karma yang berat) akan perbedaan antara yang benar dan salah. Mereka merasakan sebuah keinginan untuk mengubah cara berpikir, cara merasa, dan cara mereka berhubungan dengan dunia. Mereka melihat lebih banyak peluang positif ketimbang negatif. Jiwa jiwa tingkat ketiga mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih pada diri mereka ketimbang yang agama telah ajarkan pada mereka. Mereka mencari dalam batas batasan aman. Jiwa-jiwa mulai memahami hukum karma dan mulai menyadari bahwa mereka bertanggung jawab atas perbuatan perbuatan mereka. Jiwa-jiwa dimensi ini masih memiliki ketakutan mengenai kelangsungan hidup mereka dan terhadap jiwa jiwa lain, tetapi mereka semakin banyak melihat kesamaan antara orang orang ketimbang perbedaan.
Jiwa jiwa pada tingkatan ini telah mempelajari (melalui beberapa pelajaran karma yang berat) akan perbedaan antara yang benar dan salah. Mereka merasakan sebuah keinginan untuk mengubah cara berpikir, cara merasa, dan cara mereka berhubungan dengan dunia. Mereka melihat lebih banyak peluang positif ketimbang negatif. Jiwa jiwa tingkat ketiga mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih pada diri mereka ketimbang yang agama telah ajarkan pada mereka. Mereka mencari dalam batas batasan aman. Jiwa-jiwa mulai memahami hukum karma dan mulai menyadari bahwa mereka bertanggung jawab atas perbuatan perbuatan mereka. Jiwa-jiwa dimensi ini masih memiliki ketakutan mengenai kelangsungan hidup mereka dan terhadap jiwa jiwa lain, tetapi mereka semakin banyak melihat kesamaan antara orang orang ketimbang perbedaan.
Tingkat
4 :
Jiwa jiwa pada tingkatan ini berjuang untuk memahami kesatuan semua makhluk hidup dan Tuhan, bergerak dari orientasi religius menuju ke filosofi yang lebih universal dan spiritual. Dalam eksistensi fisik, jiwa jiwa pada tingkatan ini mulai lebih banyak mempertanyakan, membaca buku, atau mengejar sebuah perjalanan spiritual. Keterikatan material dan keinginan fisik dikurangi dan kebijaksanaan dicari dalam pelajaran pelajaran kehidupan. Jiwa jiwa pada tingkat 4 masih memiliki karma, masih bisa berduka dan masih melalui proses reinkarnasi.
Jiwa jiwa pada tingkatan ini berjuang untuk memahami kesatuan semua makhluk hidup dan Tuhan, bergerak dari orientasi religius menuju ke filosofi yang lebih universal dan spiritual. Dalam eksistensi fisik, jiwa jiwa pada tingkatan ini mulai lebih banyak mempertanyakan, membaca buku, atau mengejar sebuah perjalanan spiritual. Keterikatan material dan keinginan fisik dikurangi dan kebijaksanaan dicari dalam pelajaran pelajaran kehidupan. Jiwa jiwa pada tingkat 4 masih memiliki karma, masih bisa berduka dan masih melalui proses reinkarnasi.
Tingkat
5 :
Ini adalah permulaan Nirwana, dimana jiwa jiwa memahami kelimpahan, mengetahui hubungan mereka dengan Tuhan dan memiliki sebuah perasaan tanggung jawab untuk seluruh umat manusia. Jiwa jiwa tidaklagi menyalahkan Tuhan atau yang lainnya, ketidakdewasaan yang ditunjukkan melalui kompetisi atau pemberontakan telah dituntaskan, sehingga tidak ada perasaan kekurangan atau pembatasan. Jiwa jiwa tingkat kelima tahu bagaimana menyerap kehidupan Bumi bisa berguna bagi jiwa, dan mereka mengajarkan jiwa jiwa pada tingkat 4 bagaimana agar tidak harus berreinkarnasi. Jiwa jiwa tingkat kelima ternyata seperti malaikat malaikat yang telah meninggalkan keterikatan keterikatan pada alam fisik dan mengharapkan masa pensiun di alam alam yang lebih tinggi, lebih dekat dengan kesadaran Tuhan.
Ini adalah permulaan Nirwana, dimana jiwa jiwa memahami kelimpahan, mengetahui hubungan mereka dengan Tuhan dan memiliki sebuah perasaan tanggung jawab untuk seluruh umat manusia. Jiwa jiwa tidaklagi menyalahkan Tuhan atau yang lainnya, ketidakdewasaan yang ditunjukkan melalui kompetisi atau pemberontakan telah dituntaskan, sehingga tidak ada perasaan kekurangan atau pembatasan. Jiwa jiwa tingkat kelima tahu bagaimana menyerap kehidupan Bumi bisa berguna bagi jiwa, dan mereka mengajarkan jiwa jiwa pada tingkat 4 bagaimana agar tidak harus berreinkarnasi. Jiwa jiwa tingkat kelima ternyata seperti malaikat malaikat yang telah meninggalkan keterikatan keterikatan pada alam fisik dan mengharapkan masa pensiun di alam alam yang lebih tinggi, lebih dekat dengan kesadaran Tuhan.
Tingkat
6 :
Pada tingkat ini jiwa jiwa telah beranjak semakin dalam ke jantung hati Tuhan, semakin penuh mengetahui Tuhan. Jiwa-jiwa di tingkat 6 hidup dalam keadaan yang bahagia, dan ia menyatakan keadaaan demikian tidak ada yang menyamainya di Bumi.
Pada tingkat ini jiwa jiwa telah beranjak semakin dalam ke jantung hati Tuhan, semakin penuh mengetahui Tuhan. Jiwa-jiwa di tingkat 6 hidup dalam keadaan yang bahagia, dan ia menyatakan keadaaan demikian tidak ada yang menyamainya di Bumi.
Tingkat
7 :
Pada tingkatan ini, jiwa jiwa sebagai seperti Tuhan, karena mereka menyatu dengan Tuhan dan jiwa jiwa lainnya. Jiwa-jiwa pada tingkatan ini telah mencapai tahapan akhir dalam makna yang paling sejati.
Pada tingkatan ini, jiwa jiwa sebagai seperti Tuhan, karena mereka menyatu dengan Tuhan dan jiwa jiwa lainnya. Jiwa-jiwa pada tingkatan ini telah mencapai tahapan akhir dalam makna yang paling sejati.
Konsep tujuh
tingkatan ini memang banyak ditulis dalam buku-buku spiritual, bahkan
agama-agama juga menyiratkan adanya 7 langit dimana banyak dikatakan di langit
ketujuhlah tempat Tuhan bersemayam.
Dalam buku Many
Lives Many Masters hal ini juga dikatakan oleh spirit Guide dari Catherine pada
saat jeda dari kematian ke kehidupan selanjutnya (between lives) dikatakan
”Seluruhnya ada tujuh alam, masing-masing terdiri dari banyak tingkatan salah
satunya alam rekoleksi (pengingatan). Pada alam itu kau diperkenankan untuk
mengumpulkan pikiran pikiranmu. Kau diperbolehkan melihat kehidupanmu yang baru
saja berlalu. Mereka yang tingkatannya lebih tinggi dapat melihat sejarah.
Mereka dapat kembali dan mengajar kita dengan mempelajari sejarah. Tetapi kita
dari tingkat kehidupan yang lebih rendah hanya diperkenankan melihat kehidupan
sendiri yang baru saja berlalu.” Malaikat yang telah memandu Echo
memberitahukan bahwa terdapat banyak pintu masuk ke surga dan terdapat banyak
komunitas di setiap tingkatan dunia spiritual.
Jadi ini juga
sesuai dengan tingkatan jiwa yang dicapai dalam bentuk fisik. Ini konsisten. Terdapat
tujuh tingkatan perkembangan di alam fisik maupun di alam lain, tetapi tidak
ada suatu tingkatan pencapaian yang “benar” atau “salah” ketika kita kembali ke
tempat darimana kita datang sebelumnya. Dalam kehidupan fisik kita, kita
masing-masing berjuang untuk mencapai hal-hal dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Perkembangan kita, baik secara fisik maupun batin, tampaknya
merupakan contoh sempurna dari kehendak bebas yang telah kita miliki dari
sananya. Tak perduli tingkatan pencapaian spiritual apapun yang kita raih, kita
tetaplah setara dengan semua yang lainnya.
Kehidupan adalah
sebuah kesempatan! Setiap pengalaman akan mengajarkan kita sesuatu, jika kita
memilih untuk menerimanya. Kadang-kadang kita heran mengapa hal-hal terasa
demikian sulit, tetapi kita menarik semua yang kita butuhkan supaya kita
belajar dan berkembang. Kita memilih hidup yang kita jalani dan semuanya
menjadi bagian dari itu. Dalam beberapa hal, kehidupan seperti mengambil sebuah
ujian dan jika kita mengetahui jawaban jawabannya terlebih dahulu, mengapa kita
harus mengerjakannya? inilah sebagian jawaban mengapa, pada tingkat kesadaran
yang lebih rendah, kita melupakan semua pengetahuan yang kita punya.”Diri kita
yang lebih tinggi” akan terus-terhubung dengan pengetahuan dan kebenaran
tertinggi.
Semoga Bermanfa’at dan Berkah...
Salam Rahayu kanti
Teguh Slamet...
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Post a Comment