TUHAN DALAM HAKEKAT HIDUP (KUNCI) Part-1
RUMUS MAHABBATULLAH;
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta Selasa tgl 02-09-2014
Cinta Pada Guru. Pintu Cinta Pada Rosul, Cinta pada Rosul
Pintu Cinta Pada Allah.
Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih kucintai daripada
diriku, dan anakku, kata seorang sahabat suatu hari kepada Rasulullah Muhammad
saw. Apabila aku berada di rumah, lalu kemudian teringat kepadamu, maka aku tak
akan tahan meredam rasa rinduku sampai aku datang dan memandang wajahmu. Tapi
apabila aku teringat pada mati, aku merasa sangat sedih, karena aku tahu bahwa
engkau pasti akan masuk ke dalam surga dan berkumpul bersama nabi-nabi yang
lain. Sementara aku apabila ditakdirkan masuk ke dalam surga, aku khawatir tak
akan bisa lagi melihat wajahmu, karena derajatku jauh lebih rendah dari
derajatmu.
Mendengar kata-kata sahabat yang demikian mengharukan
hati itu, Nabi tidak memberi sembarang jawaban sampai malaikat Jibril turun dan
membawa firman Allah berikut: Dan barang siapa yang mentaati Allah dan
Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah; yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang
yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)
Mencintai Rasulullah adalah sebuah prinsip dan kewajiban
dalam agama Islam, bukan sebuah pilihan yang notabenenya adalah mau atau tidak.
Terhadap Muhammad, seorang Muslim harus menyimpan rasa cinta betapapun
kecilnya. Karena cinta merupakan dasar dan landasan yang bisa mengantar
seseorang pada pengetahuan dan keikutsertaan. To know Indonesia is to love
Indonesia, begitu kata sebuah iklan yang mempromosikan Indonesia. Untuk bisa
tahu terlebih dahulu harus menyimpan rasa cinta.
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) menCINTAi Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS. Ali Imran 3:31 )
Katakanlah: jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu CINTAi dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.( QS. At Taubah 9:24 )
Jelas sekali dinyatakan bahwa Rosulullah Saw (HIDUP)
adalah sebagai jembatan/Washilah dari pada mereka-mereka yang menuju kepada
Allah Swt. Bukan hanya itu Rosulullah Saw (HIDUP) juga Gerbang Ilmu dari pada
Lautan Ilmu Allah Swt yang luas tanpa tepi.
Sehingga bagi mereka yang menginginkan perjumpaan dengan
Allah sudah barang tentu haruslah mengenal akan Rosulullah Saw Saw (HIDUP) ,
bukan hanya sekedar mengikuti dari pada kejahiran/kelakuan Rosul tapi yang
lebih penting adalah mengerti dari pada keruhanian Rosulullah Saw (HIDUP).
Jiwa/Pribadi Rosul (HIDUP) adalah pribadi yang kokoh
dalam Ketauhidannya kepada Allah dan kuat dalam Mujahadahnya untuk menegakkan
Kalimah Allah dimuka Bumi serta Kasih Sayang kepada siapa saja yang ada dimuka
bumi.
Wahai Sang Pencinta Allah, cintai Rosulmu (HIDUPMU)
dengan segenap jiwa dan perasaan mu janganlah engkau perdebatkan masalah jahir
tapi batinmu masih jauh sekali dengan pribadi Rosul yang seharusnya menjadi
tauladanmu. Carilah pengetahuan tentang diri Nabi dengan sebenarnya yaitu sampai
kepada ruhani Beliau kemudian ikutilah apa yang menjadi kekuatan Beliau dalam
Hidup ini yaitu ketauhidan jangan hanya sekedar menjalankan Syariat tapi tidak
tahu apa itu Tauhid dan seperti apa ketauhidan itu.
Ketahuilah bahwa Tauhid itu adalah Ruh dari pada Agama
tanpa tauhid maka sia-sia seseorang itu mengaku beragama karena tidak
mengetahui kemana tujuan Agama itu.
Jika ditanya tentang tujuan sebenarnya maka dengan
lantang di jawab Allah adalah akhir tujuanku begitu ditanyakan lagi Allah itu
Nama Kebesara Tuhan jawabnya Benar! bahwa Allah itu nama Kebesaran bagi Tuhan
berdasarkan Kalimat ALLAHU AKBAR. Begitu disampaikan kepadanya bahwa mereka
masih bergantung kepada Nama belum lagi sampai kepada yang punya Nama maka sama
halnya mereka bekerja disuatu perusahaan tapi tidak mengetahui atau tidak
mengenal kepada Pimpinan perusahaan itu.
Sungguh sangat disayangkan sekali bagi mereka yang
jahirnya mengabdi kepada Allah tapi dari segi batinnya tidak tahu atau tidak
kenal dengan Allah Swt. Yang diketahui hanyalah sebatas Nama saja dan Tulisan
saja.
Untuk sampai kepada Allah terlebih dulu harus kenal
dengan Allah dan untuk kenal dengan Allah terlebih dulu harus kenal dengan
Rosul Nya (HIDUPnya) bukan hanya mengikuti dari segi jahir/kelakuan Nabi tapi
terlebih utama mengenal dengan jiwa/pribadi Nabi yang berangsur-angsur akan
tumbuh rasa cintanya kepada Rosulullah Saw(HIDUP).
Jika hatinya sudah dipenuhi Mahabbah kepada Rosul maka ia
akan Rindu untuk bertemu/berjumpa dengan Beliau dan rasa Rindu itulah yang akan
mengantarkan ia kepada Gerbang Mahabbatullah untuk menjadikan dirinya lebih
dekat kepada Allah Swt.
Ulama adalah pewaris nabi. Di zaman tidak ada nabi dan
rasul, dialah yang mendidik umat dengan iman dan Islam. Dia mempertemukan umat
dengan jalan hidup yang sebenar-benarnya seperti yang Allah tunjuk dalam Al
Quran dan Hadis yaitu satu-satunya jalan kebahagiaan hidup di dunia dan
Akhirat.
Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi.
Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan
ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang
besar. (HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim,
al-Baihaqi dan Ibn Hibban).
Nabi sudah wafat, namun Rosul tetaplah Rosul. Hidup
Tetaplah Hidup. Tongkat estafet pembinaan umat diserahkan kepada para Ulama.
Namun, ulama yang manakah yang termasuk pewaris nabi? yang mampu meneruskan
tugas Sang Nabi (Tilawah, Tazkiyah dan Taklim)?
Allah SWT berfirman :
Dia-lah (Allah SWT)yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, menTAZKIYAH mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan
(juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Demikianlah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia
yang besar. (QS. Al-Jumah 62: 2-4)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tazkiyatun nafs, merupaka
salah satu missi semua Nabi dan Rasul, khusus Rasulullah (HIDUP) Nabi Muhammad
SAW, di samping menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Dalam proses Hakekat Hidup (KUNCI) itu pada dasarnya
terdapat dua hal :
Pertama, menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat (akhlaq)
yang buruk/tercela, seperti kufur, nifaq, riya, hasad, ujub, sombong, pemarah,
rakus, suka memperturutkan hawa nafsu, dan sebagainya.
Kedua, menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan tersebut
dengan sifat-sifat (akhlaq) yang baik/terpuji (disebut pula tahalliy pakai ha),
seperti ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar,
ridha, dan sebagainya.
Berdasarkan makna itu pula Hakekat Hidup (KUNCI),
bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yakni fitrah tauhid,
fitrah Iman, Islam dan Ihsan, disertai dengan upaya menguatkan dan
mengembangkan potensi tersebut agar setiap orang selalu dekat kepada Allah,
menjalankan segala ajaran dan kehendakNya, dan menegakkan tugas dan missinya
sebagai hamba dan khalifah-Nya di muka bumi.
Dengan Hakekat Hidup(KUNCI) , seseorang dibawa kepada
kualitas jiwa yang prima sebagai hamba Allah, sekaligus prima sebagai khalifah
Allah. Artinya dengan Hakekat Hidup (KUNCI), seseorang menjadi ahlul ibadah,
yakni orang yang selalu taat beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang
sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya (HIDUPnya), serta menjadi khalifah,
yakni kecerdasan dalam missi memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi dan
seisinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Allah untuk kerahmatan bagi
semua makhluk.
Hakekat Hidup (KUNCI): merupakan upaya yang sangat
efektif untuk mengembalikan manusia kepada hakikatnya sebagai hamba Allah,
karena manusia telah diberikan wadah kesucian (fitrah). Orang-orang yang
seperti inilah kemudian yang disapa oleh Sang Maha Penguasa Semesta dengan
panggilan yang luar biasa indah: Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam hamba-hambaKu dan
masuklah ke dalam surga-Ku (QS. 89: 27-30).
Sahabat,,, Saudara-saudariku semuanya tanpa terkecuali,
saat ini semua ulama bisa memberikan Tilawah & Taklim. Namun tidak semua
Ulama yang bisa bertugas memberikan Tazkiyah (Hakekat Hidup) kepada Umat.
Karena Tazkiyah (Hakekat Hidup)tidak sekedar memberikan nasehat semata, namun
jauh lebih dalam dari itu yaitu menyangkut aspek hakikat penyempurnaan jiwa
raga atau keruhanian. Dan dalam hal ini ulama yang berkompeten dalam hal ini
adalah para Guru Mursyid dari Tasawuf/Tarekat. Hal ini bukan karena kefanatikan
saya semata terhadap tarekat. Tetapi ini adalah sebuah pendapat saya yang
rasional. Di Zaman ini sangat sulit mencari seorang manusia yang menguasai
semua bidang. Zaman ini adalah zaman spesialisasi. Dan menurut pengamatan saya,
Ulama yang punya spesialisasi di bidang pembinaan keruhanian dan pemurnian jiwa
raga adalah ulama-ulama dari kalangan tasawuf. BERSAMBUNG Part-2 …
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment