Tolong, Agamaku Dihina Nih !

Tolong, Agamaku Dihina Nih !
Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Cirebon tgl 09-09-2007

Penghinaan agama adalah merupakan tindakan kriminal yang sangat serius. Beberapa kasus yang terjadi sepertinya sudah memberikan contoh yang cukup untuk dijadikan pelajaran bahwa sekecil apapun penghinaan yang dilakukan bisa berakibat fatal, memicu demo besar dengan korban harta benda dan nyawa. Namun manusia kadang tidak mau belajar dari kesalahan dan setiap tahun kasus yang sama selalu terulang. Mungkin mereka sedang uji nyali dan keberanian atau mungkin juga sedang mencoba “keberuntungan”. Entahlah……
Ah, penghinaan agama adalah hal biasa . . .

Duh, gimana sih Mbah WEB. Ini khan kasus serius, koq malah dianggap biasa?

Lha, bukankah kasusnya berjibum, jadi ini artinya ya sudah biasa khan? Tahukah anda bahwa dari sekian banyak kasus yang muncul di permukaan sebetulnya hanyalah sebagian kecil-nya saja dari realitas. Kalau anda akrab dengan dunia maya, blog, wordpress, forum group ataupun jaringan sosial “aliran hitam” maka kasus penghinaan agama akan ditemukan dalam jumlah mengerikan.
Bagi mereka yang berpenyakit jantungan mungkin akan pingsan membacanya, sedangkan bagi yang rasa fanatisme agamanya di ubun ubun dipastikan akan muntah darah. Nabi, tuhan dan kitab suci yang selama ini anda hormati akan dicampakkan dan dicaci maki tanpa ampun, lengkap dengan gambar karikatur dan olah gambar tingkat tinggi. Dibandingkan dengan karikatur bermasalah yang pernah dimuat sejumlah media asing, tampak nyaris biasa biasa saja.
Biasa bukan berarti benar. Ya tentu saja, Korupsi juga sama khan? Nah, inilah yang harus digugat, bukan mendebat kenyataan.

Mencari akar penyebabnya;
Apakah penyebab dari kasus penghinaan agama? Menurut saya, penyebab utamanya adalah karena keberadaan agama itu sendiri.

Semprul Mbah WEB. Jadi maksudnya agama harus dihilangkan dan manusia jadi Atheis bagitu?

Duh, lagi lagi Sempean mendebat kenyataan! Lha, kalau tidak ada agama apanya yang mau dihina? Mirip kasus keluarga yang bertengkar berebut warisan. Coba kalau tidak ada warisan, apanya yang mau dipertengkarkan? Saya juga santai saja kalau pacar saya dihina dan dijelek-jelakkan. Lha, wong kagak ada pacar!

Di negara sekuler kasus penghinaan agama relatif kecil. Penyebabnya apa? Salah satunya adalah disamping karena wawasan tentang agama mereka yang lebih liberal, juga karena mereka tidak peduli atau bahkan karena tidak punya agama. Lha, apanya yang mau diributkan kalau yang diributkan tidak ada?

SOLUSI PENYELESAIAN:
Kembali ke agama;
Penghinaan agama seharusnya menurut saya adalah kasus mudah untuk diselesaikan. Kenapa? Alasannya adalah karena agama mengajarkan tentang HIDUP DAMAI. Lha kalau bawaanya rusuh dan emosian, untuk apa juga beragama? Dengan beragama idealnya prilaku menjadi lebih baik. Namun kenyataannya sepertinya sebaliknya, beragama hanyalah sekedar identitas dan kebanggaan semata sehingga wajar kalau akhirnya memunculkan fanatisme. Atau mungkin saya salah bahwa agama juga mengajarkan kekerasan?

Kembali ke diri sendiri;
Apa motivasi anda beragama? Apakah untuk mencari kedamaian atau sekedar mencari identitas atau golongan? Pertanyaan ini sepertinya mungkin sulit. Kebanyakan dari anda sepertinya mungkin tidak pernah memilih agama tapi diwariskan oleh orang tua sehingga wajar kalau tidak tahu motivasi, jadi beragama hanya sekedar melanjutkan tradisi saja. Mudah mudahan pendapat saya salah.

Jangan diladeni !
Penghinaan agama menurut versi saya sama sekali tidak perlu diladeni. Si penghina adalah mungkin bodoh dan gila tapi orang yang menganggapi juga bukan berarti waras. Si penghina sama sekali tidak memerlukan jawaban ataupun penjelasan apapun tapi hanya ingin mengumbar penghinaan saja. Sampai saat ini saya belum pernah menemukan para penghina menjadi sadar dan minta maaf setelah diberi penjelasan.

Untuk penghinaan agama di dunia maya, solusinya malah mudah menurut versi saya yaitu jangan berkunjung atau membacanya kalau merasa tidak siap. Namun kalau menghindar, resikonya Sampean tidak akan tahu dunia nyata yang namanya neraka dunia.

Gunakan acuan hukum Formal:
Serahkan ke hukum formal. Ini adalah merupakan cara yang paling mudah, murah dan hemat energi. Ketertiban suatu negara akan tercipta kalau sebagian besar warganya menghormati hukum formal. Bagaimana kalau hukum formal tidak berfungsi? Ya balik lagi ke bagian pertama.

Mbah WEB, menurutku itu bukan solusi!

Lha, jadi menurut Sampean solusinya seperti apa? Lha kalau sekarang saya tanya balik. Menurut Sampean, wajarkah orang orang yang mengaku beragama mengumbar kemarahan?

Bedebah! Jawabannya bukan lagi wajar Mbah WEB, tapi HARUS! Emang kita diam saja kalau agama kita dihina? Hanya orang goblok yang tidak marah kalau agamanya dihina. Kalau tidak marah maka kadar imannya harus diragukan!

Sekali lagi saya tanya, wajarkah orang orang yang mengaku beragama mengumbar kemarahan, berbuat anarkis dan bahkan melakukan pembunuhan?

Ini bukan masalah wajar atau tidak wajar tapi malah harga diri. Jangankan manusia, semutpun pasti akan marah dan membela diri kalau diganggu dan dihina bukan? Membela ajaran Tuhan adalah wajib dan tidak boleh dibantah.

Selamat ! Silahkan hidup dengan rasa marah dan sumpah serapah. Silakan menipu diri dengan agamai damai yang semu, yaitu damai cuma beberapa menit disaat sembahyang doang.

PENUTUP:
Musuh terbesar adalah diri sendiri;
Selama ini banyak orang ribut, marah marah atau bahkan tidak jarang bertindak brutal dengan penghinaan agama. Tanpa sadar sebetulnya tindakan ini sama saja dengan menghina agama sendiri. Debat konyol disertai dengan caci maki dan sumpah serapah adalah penghinaan agama yang berefek jauh lebih fatal dibandingkan dengan penghinaan yang dilakukan oleh pihak atau musuh dari luar. Tindakan kita yang diyakini sebagai membela agama malah justru berakibat sebaliknya.
(Sub ini diinspirasikan dari ajaran Sad Ripu, enam musuh dalam diri versi Hindu)

Penghinaan agama juga ada menfaatnya;
Dengan membaca dan mendengar penghinaan maka kita akan tahu pendapat, pandangan dan juga wawasan orang lain terhadap agama kita. Info dari para penghina ini sebetulnya sangat penting sebagai masukan agar tidak menjadi katak dalam tempurung. Para penghina mungkin berkata kasar yang bikin kuping panas, tapi setidaknya mereka telah jujur mengatakan isi hatinya. Bukankah saat ini mencari orang jujur itu susah setengah mati?

Sub di atas diinspirasi dari ajaran Buddha yang menjelaskan dengan sangat cantik cara menghadapi penghinaan agama sebagai berikut:

“Jika seseorang menghina-Ku, Dhamma (ajaran), atau Sangha (organisasi), kalian TIDAK BOLEH MARAH, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah? Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian TIDAK BOLEH GEMBIRA, bahagia, atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian…dst”

Kesimpulan penutup:
Penghinaan agama adalah suatu kebodohan, namun meladeni para penghina agama juga merupakan tindakan tidak kalah bodohnya. Umpatan dibalas umpatan tidak akan menyelesaikan apapun namun hanya melahirkan acara berbelas pantun umpatan. Hinaan dijawab dengan kekerasan akan membuat image agama anda menjadi rusak. Seberapa keraspun anda menyebut diri sebagai agama damai akan sia sia.
JAWABLAH DENGAN PRILAKU baik, ini adalah merupakan jawaban paling mudah dari penghinaan agama. Serahkan pada hukum formal, ini merupakan cara yang paling hemat energi.

LAMPIRAN : FOTO DAN ILLUSTRASI
Tulisan kadang menjadi hambar kalau tidak dilengkapi dengan ilustrasi gambar.



Gambar 1 (kiri) adalah ilustrasi banjir di Thailand yang dimuat di surat khabar Malaysia yang menuai protes sejumlah umat Buddha. Sedangkan gambar 2(kanan) adalah patung buddha yang berbentuk anjing atau sering disebut buddha dog. Patung ini bisa dibeli online dan sudah ada sejak lama dan sampai sekarang nyaris tidak ada menimbulkan kehebohan berarti.

Penghinaan atau Penghargaan?
Swastika merupakan lambang yang umum dipakai pada agama Hindu, Buddha dan Jain. Namun di sejumlah tempat, lambang yang disucikan ini malah ditemukan di lantai. Penghinaan atau penghargaan?

Semuanya kembali ke pemahaman dan wawasan umatnya.


Gambar berikut adalah patung Gus Dur yang dibuat menyerupai Buddha karya sejumlah seniman dalam rangka memperingati 40 hari meninggalnya Gus Dur. Patung ini menuai sejumlah protos dari sejumlah umat/organisasi Buddha walaupun ada juga yang tidak mempersalahkannya.

LAMPIRAN 2 : Tuhanku Dikencingi !
•             A: Duh, pusing aku Mbah, baca tulisan di atas yang nyelimet. Anyway, agamaku dihina nih ! Apa yang harus aku lakukan?
•             B: Santai saja, entar juga bosan dan capek sendiri.
•             A: Tolong, Tuhanku juga di hina dan dikencingi
•             B: Lha, bukankah semua orang juga mengencingi Tuhan?
•             A: Kamsud(maksud)nya?
•             B: Tuhan itu Maha Kuasa serta ada dimana mana khan?
•             A: Ya, tentu saja !
•             B: Terus, kalau semua tenpat ada Tuhan, kita kencing di mana?

Catatan: Percakapan di atas diambil dari buku Zen dan ditampilkan di halaman ini setelah sedikit saya modifikasi.

Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com