TATKALA SEGALA RAHASIA TERUNGKAP:
TATKALA SEGALA RAHASIA TERUNGKAP:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Tanah Pasundan
Kudus Kamis Pon; 07-08-2014
Perhatian dan Peringatan :
Tulisan ini diperuntukkan hanya bagi mereka-mereka yang
telah tenggelam di lautan Samudra Ilmu Ma’rifat, baik melalui jalan Tariqat
maupun melalui jalan Hakikat untuk memberikan pencerahan yang mengantarkan
kepada sebenar-benarnya Allah Swt.
Sesungguhnya Ma’rifat itu dari segi Rububiyah bukanlah
akhir dari perjalanan melainkan masih awal perjalanan.
Nb : Dipersilahkan untuk memberikan Komentar, Saran,
kritik maupun pertanyaan, agar berguna bagi kita semuanya.
WEB===============–?
“Semuanya akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?”. (QS,Ar Rahmaan : 26-28)
Ketika hati mulai bercahaya; ketika jiwa mulai merasakan;
ketika akal silau dengan pancaran Nur Nya ; saat itu lidah terasa kelu untuk
bersuara, Rasa dan perasaan lenyap entah kemana, raga hampir-hampir tak berdaya
bahkan jiwa gaib di dalam kegaiban Tuhannya. Samudra Ahadiyah Allah Ta’ala
telah menghanyutkan dirinya menghempaskan batinnya pada karang-karang kerinduan
dan membawanya kepada sebuah pulau keikhlasan tertinggi. Mereka-mereka yang
telah sampai pada keikhlasan tertinggi itu telah melepaskan segala sesuatunya,
apa saja baik dirinya zahir batin maupun yang diluar dirinya. Pandangan
Syuhudnya hanya lah Allah Swt, di dalam pandangan yang tiada jarak dan tiada antara.
Telah dilewatinya Pos-pos jiwa mulai dari Pos Ruhani
sanpai kepada Pos Ruh Idhofi. Disini baginya sesuatu yang berpasangan telah
lenyap dari pengetahuan di dirinya. Tiada lagi kata serba dua apalagi banyak
pada pandangan batinnya. Mursyid yang menyampaikan dirinya kepada Tuhannya pun
sudah tidak terpandang lagi. Baginya mursyid dan murid itu satu! Yang dikatakan
Mursyid, itulah Murid ; dan yang dikatakan Murid, itulah Mursyid. Batinnya satu
dengan Mursyidnya, sehingga dia juga yang disebut Mursyid dan dia jugalah yang
disebut Murid. Jika Mursyid dan Murid sudah satu dalam pandangan Batinnya,
dimanakah Mursyid? Dan dimanakah Murid?
Tentu..!!! Jika sudah Satu meliputi maka tidak ada lagi
Mursyid dan tidak ada lagi Murid, yang ada hanyalah Penguasa yang menguasai
Mursyid dan Murid, Dialah Allahu Robbul ‘Alamin.
Itulah maqom keikhlasan tertinggi dimana pada maqom itu
ia tidak terikat oleh sesuatu lagi, tidak membangga-banggakan akan sesuatu lagi
dan tidak menonjolkan akan sesuatu lagi.
Kemerdekaan dan kemandirian bersama Tuhannya telah
mengisi kekosongan jiwanya, sehingga kemana saja ia pergi, dimana saja ia
berada tidak ada yang ada hanya Allah Swt meliputi disetiap gerak dan diamnya.
Pada Maqom Keikhlasan tertinggi itu Allah telah mendudukan ia pada posisi
“DARKATUL QUDRAT”, karena ia telah berhasil melewati tahapan ke “AKU” an
didirinya.
DARKATUL QUDRAT adalah ibarat Halaman Istana Kerajaan
Allah Ta’ala.
Jika ke “AKU “an dirinya saja sudah lenyap/Fana dari
pandangan, bukankah segala yang di luar dari dirinya juga akan lenyap/Fana?
Apabila mereka yang mengaku telah benar-benar sampai kepada Tuhannya, tentu
sudah seharusnya ia tidak bersandar lagi kepada sesuatu. Jika masih bersandar
akan sesuatu sedangkan ia menyatakan telah sampai kepada Maqom Robbani, maka
sesungguhnya ia belumlah sampai dengan sebenar-benarnya sampai. Pada saat itu
ia masih sampai sebatas Ilmu dan rasa tetapi belum lagi sampai kepada yang
punya Ilmu dan rasa.
Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a Karamallahu Wajhah
berkata :
“Tidak Syah Sholat seseorang melainkan dengan Mengenal
akan Allah”
Di dalam perjalanan Ma’rifatullah/Mengenal akan Allah
maka di mulai dengan Mengenal akan Diri sendiri (Diri yang sebenar-benarnya
Diri). Sebab diri yang dikatakan sebenar-benarnya diri itu, yang memiliki
hubungan langsung dengan Tuhannya. Tentu bagi mereka yang sudah paham tentang
Ma’rifat telah mengetahui yang mana sih…., diri yang harus di kenal itu. Akan
tetapi dari mereka-mereka yang telah kenal akan diri, banyak yang tidak
menyadari bahwasannya apa yang telah dilaluinya/diketahuinya itu masih sebatas
Kulit dalam pandangan Arifbillah.
Kenapa demikian..? karena diri yang banyak diketahui oleh
sebagian penuntut Ma’rifatullah itu masih terbatas kepada diri yang ada pada
dirinya sendiri. Dan ada juga yang terbatas pada pandangannya sendiri kepada
orang yang diistimewakan dan diagungkannya. Sedangkan Ma’rifat yang sebenarnya
dan sesempurna-sesempurnanya adalah Ma’rifat yang Universal, tidak ada
batasanya dan tidak terbatasi oleh diri sendiri saja maupun orang tertentu
saja.
Setiap orang yang berada di dalam lingkaran Ma’rifat
merujuk kepada Sumber Pengetahuan Allah/Sumber Hakikatullah yang di sebut
dengan “Nur Muhammad”, sebagaimana dalil yang telah dipahami oleh mereka-mereka
yang ber paham Ma’rifat bahwa “Nur Muhammad” itu awal-awal dari segala sesuatu.
Dengan Nur itu maka terciptalah Seluruh sekalian Alam beserta isinya.
Rosulullah Saw bersabda :
“Bahwasannya Allah Swt telah menjadikan akan Ruh-ku
daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku
(Nur Muhammad)”.
“Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan
Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”.
Dari dalil tersebut telah menguraikan bahwa Hakikat Nur
Muhammad itu tidak hanya ada pada satu diri saja melainkan ada pada setiap yang
maujud. Sehingga tak terbatas bagi Nur Muhamad itu, melainkan meliputi sekalian
Alam termasuk pada diri sendiri. Jika seseorang mengenal akan Allah melalui
Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada pada dirinya sendiri maka belum lah dikatakan
mengenal akan Allah yang meliputi sekalian Alam. Begitu juga jika seseorang
mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada hanya pada
orang-orang tertentu yang diistimewakannnya dan diagungkannya dari diri
Ustadz-ustadznya, Guru-gurunya, Syaikhnya ataupun Mursyidnya maka sesungguhnya
ia masih terhijab oleh sesuatu yang dipandangnya.
Rumus dari pada Ma’rifatulah yang sebenarnya dan
Universal itu adalah :
“Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil
Wahdah”.
(Memandang yang Satu (Nur) ada pada yang banyak,
memandang yang banyak ada pada yang Satu).
Saya katakan bahwa seseorang yang mengenal Allah sebatas
pandanganya kepada dirinya sendiri atau orang tertentu yang diistimewakan dan
diagungkannya maka mereka itu mengenal akan Allah masih sebatas Kulit saja dari
pemahaman Marifatullah yang sesungguhnya. Jika demikian!, bagaimana mungkin ia
akan sampai kepada keikhlasan tertinggi dan bagaimana mungkin ia mengatakan
telah bertemu dengan Allah sedangan di halaman Istana Allah saja (DARKATUL
QUDRAT) ia belum memasukinya, karena masih terdinding/terhijab pandangannya
dari sesuatu selain Allah Swt (HAQQUL HAQIQI).
Jika anda benar-benar ingin menjumpai Allah dan bertemu
dengan Allah (LIQO’) maka lepaskanlah pandangan hatimu dari sesuatu apapun.
Jangan berhenti pada pandangan JAMALULLAH/ KEINDAHAN ALLAH maka niscaya engkau
akan mabuk dan takjub di dalamnya. Pandanganmu akan Hakikat Nur yang ada hanya
pada dirimu saja atau yang ada hanya pada orang yang engkau kagumi dan
istemawakan saja membuktikan bahwa tanpa engkau sadari engkau telah tenggelam
dan mabuk di dalam sifat JAMALULLAH/KEINDAHAN ALLAH.
Ketahuilah! Bahwa untuk sampai kepada Allah Swt dengan
melalui EMPAT tahapan, yaitu :
1. JALALULLAH
(Kebesaran dan Keagungan Allah)
2. JAMALULLAH
(Keindahan Allah)
3. QOHARULLAH
(Kekerasan/Kepastian Allah)
4. KAMALULLAH
(Kesempurna’an Allah)
(PANCA GA’IB)
1. KUNCI
(KUASANYA HIDUP)
2. PAWELING
(NYATANYA HIDUP)
3. ASMA’
(BUKTINYA HIDUP)
4. MIJIL
(RASANYA HIDUP)
Untuk bisa menaiki tahapan-tahapan tersebut agar sampai
kepada KAMALULLAH (KESEMPURNAAN ALLAH), maka wajib baginya Satu Pandangan yaitu
Allah Swt tanpa melalui perantara selain Nur Muhammad (HIDUP). Sedangkan Nur
Muhammad (HIDUP) itu meliputi setiap yang Maujud termasuk pada diri sendiri. Sehingga
yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid Murobbi adalah Nur Muhammad
Rosulullah Saw (HIDUP) sebagai pemegang Kunci Pintu Surga/MIFTAHUL JANNAH.
Siapapun mereka itu, jika Satu yang di pandang yaitu
Allah Swt, melalui Hakikat Nur Muhammad (HIDUPyang meliputi sekalian Alam maka
tidak ada sebutan yang pantas baginya selain “ARIFBILLAH”.
Jika masih ada pandangan yang terbatas atau dibatasi
tentang Hakikat Nur Muhammad (HIDUP) itu pada beberapa diri saja maka belumlah
pantas baginya menyandang sebutan “ARIFBILLAH” melainkan mereka itu masih di
sebut dengan orang yang berada pada “TARIKAT/Perjalanan” “Proses”menuju kepada
Allah.
Mursyid Murobbi tidak hanya ada pada satu diri
Melainkan Meliputi setiap “Kaun Maujudi”
Siapa yang sanggup mematikan Diri
Itulah Langkah Awal menuju Diri Sejati
Jangan tertipu dengan apa yang dipandang
Karena semuanya hanyalah bayang-bayang
Tidak terpisah Al-Haq dengan selayang pandang
Tujulah kepada satu yang ada di dalam pandang
Belumlah dikatakan sebenar-benarnya mengenal.
Sebelum engkau mengerti JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL
Empat sifat yang maujud dan Nyata pada Nur-Nya
Alif itu menunjukkan akan Zat-Nya
Lam Awal adalah ketetapan Sifat-Nya
Lam Akhir kenyataan Asma’Nya
Sedangkan Ha adalah bukti dari Af’al-Nya
Kesempurnaan Allah dalam keserba meliputannya.
Pada Muhammad Rosulullah segala rahasianya
Sebagai inti dasar dari sekalian alam
Menjadi saksi kemaujudannya
Alif adalah jati diri Muhammad
Kaf itu adalah Ilmu Muhammad
Ba’ adalah Kelakuan Muhammad
Ro’ itu kehendak pada diri Muhammad.
Dari situlah Maha Agung Allah Ta’ala
Dalam keserba meliputan sekalian Alam
Allah dan Muhammad satu Rahasia
Menjadi Kalimah ALLAH dan AKBAR
Karena itulah Rosulullah bersabda
“Agungkanlah dan besarkanlah Kalimah Allah : Allahu
Akbar…. Allahu Akbar…… Allahu Akbar Walillahil hamd”… ”… He he he . . . Edan
Tenan.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah selalu
saudara-saudariku semuanya tanpa terkecuali.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putra Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment